Anda di halaman 1dari 3

Para reformis yang disebutkan dalam teks

adalah kelompok individu yang aktif pada


periode kelima belas dan keenam belas,
terutama dalam konteks agama Kristen
Barat. Kelompok ini merasa
ketidakpuasan terhadap praktik-praktik
agama yang berlaku pada Abad
Pertengahan dan mencari cara baru untuk
memahami Tuhan serta konsep
penyelamatan. Mereka ingin melakukan
reformasi atau perubahan dalam agama
Kristen dengan tujuan memurnikan ajaran
dan praktik gereja.

Para reformis berusaha untuk kembali


kepada ajaran-ajaran asli Alkitab dan
menekankan pentingnya hubungan
individu dengan Tuhan. Mereka menolak
beberapa elemen tradisional Gereja
Katolik yang dianggap tidak sesuai
dengan ajaran Alkitab, seperti
perdagangan indulgensi (penebusan dosa
dengan membayar) dan peran yang besar
bagi orang-orang suci dan malaikat
sebagai perantara antara manusia dan
Tuhan.

Gerakan reformasi ini pada akhirnya


memicu perpecahan dalam agama
Kristen, terutama di Eropa. Reformasi
Protestan muncul sebagai gerakan
alternatif yang menolak kekuasaan Gereja
Katolik Roma. Martin Luther, John Calvin,
dan tokoh-tokoh lainnya merupakan
beberapa contoh dari para reformis yang
berperan penting dalam perubahan ini.

Dengan demikian, para reformis adalah


individu-individu yang berusaha untuk
mereformasi agama Kristen dengan
mengedepankan ajaran-ajaran Alkitab
dan mengurangi pengaruh tradisional
yang dianggap telah menyimpang dari
niat asli agama Kristen.

Teks ini berbicara tentang periode kelima


belas dan keenam belas sebagai periode
yang signifikan dalam sejarah agama,
khususnya Kristen Barat, Renaisans Italia,
penemuan Dunia Baru, dan revolusi
ilmiah. Teks ini juga membahas
perubahan pandangan tentang Tuhan
selama periode ini, terutama dalam
konteks Reformasi. Para Reformis, merasa
tidak puas dengan agama Abad
Pertengahan, mencari cara baru untuk
memahami Tuhan dan penyelamatan.

Di Eropa, Reformasi membagi orang


menjadi Katolik dan Protestan, yang
sering kali saling bertikai. Para Reformis
mengimbau fokus pada Tuhan semata,
meninggalkan kesetiaan kepada orang-
orang suci dan malaikat. Namun,
beberapa orang mulai meragukan
keberadaan Tuhan.

Periode ini juga melihat krisis di kalangan


orang Yunani, Yahudi, dan Muslim.
Penaklukan Turki Usmani atas
Konstantinopel dan penaklukkan Spanyol
oleh Kristen menyebabkan pengusiran
umat Muslim dan Yahudi. Ini
menghasilkan akibat yang serius bagi
orang Yahudi dan mengarah pada
pengembangan baru dalam Kabbalah dan
konsepsi tentang Tuhan.

Bagi umat Muslim, periode ini mencakup


tantangan konservatisme baru setelah
invasi Mongol. Kecenderungan ini
memunculkan pemikiran bahwa pintu
ijtihad tertutup, yang menghasilkan
perubahan dalam pemikiran tentang
Tuhan dan agama.

Di Iran, perkembangan baru dalam filsafat


dan mistik Islam terjadi. Mulla Shadra,
seorang tokoh Syiah, mengajarkan
pandangan tentang penyatuan dengan
Tuhan melalui pengetahuan dan
pengalaman. Ia menekankan pentingnya
alam al-mitsal dan menghubungkan
ajarannya dengan filsafat dan spiritualitas
Islam.

Teks ini juga membahas toleransi agama


di India, di mana umat Muslim dan Hindu
hidup bersama dalam harmoni. Akbar,
kaisar Moghul ketiga, menerapkan
prinsip-prinsip sufisme dalam
pemerintahannya dan mendukung dialog
antaragama.

Teks yang Anda berikan mengandung


penjelasan tentang pemikiran mistis dan
kepercayaan dalam tradisi Kabbalah,
terutama dalam konteks ajaran Isaac Luria
(1534-1572). Dalam ajaran ini, terdapat
konsep-konsep seperti Tuhan yang tak
terjangkau (En Sof), konsep tsimtsum
(penarikan diri Tuhan), pemecahan
tabung (Shevirath Ha-Kelim), dan konsep
Tikkun (reintegrasi) yang memiliki tujuan
memulihkan harmoni kosmik.

Luria mengajarkan bahwa Tuhan, dalam


keberadaannya yang tak terjangkau (En
Sof), melakukan tsimtsum, yaitu penarikan
diri dari diri-Nya sendiri untuk
menciptakan ruang bagi penciptaan.
Konsep ini berhubungan dengan
bagaimana Tuhan mengosongkan
sebagian dari diri-Nya sendiri untuk
menciptakan dunia. Kemudian, dalam
pemecahan tabung, sefiroth (aspek-aspek
keberadaan) terpecah dan terpisah satu
sama lain, mengakibatkan
ketidaksempurnaan dan kekacauan dalam
dunia.

Pemikiran Luria juga mencakup konsep


Tikkun, yang merujuk pada usaha untuk
memperbaiki dan mengintegrasikan
kembali elemen-elemen yang terpecah.
Proses ini menggambarkan upaya
manusia untuk memulihkan harmoni
kosmik dengan menjalankan perintah
Tuhan dan mengikuti prinsip-prinsip
moral.

Dalam ajaran Luria, terdapat juga konsep


Shekinah, yang merupakan aspek feminin
Tuhan. Shekinah terpisah dari Tuhan
Tertinggi akibat pemecahan tabung dan
keterasingan. Namun, melalui tindakan
manusia yang baik dan perbuatan mitzvot
(perintah agama), Shekinah dapat kembali
berpadu dengan Tuhan, menciptakan
keseimbangan dan harmoni.

Pemikiran mistis Luria ini menginspirasi


orang Yahudi untuk melihat tugas mereka
dalam mengembalikan harmoni dan
keseimbangan melalui tindakan moral
dan rohaniah. Dalam konteks sejarah
yang sulit, ajaran ini memberi harapan
dan makna kepada komunitas Yahudi.

Anda mungkin juga menyukai