Anda di halaman 1dari 14

Pada tahun 610 Masehi, seorang pedagang Arab Pada tahun 610 Masehi, seorang pedagang Arab

bernama Muhammad ibn Abdullah dari Makkah bernama Muhammad ibn Abdullah dari Makkah
mengalami pengalaman spiritual di Gua Hira. mengalami pengalaman spiritual yang mengubah
Muhammad merasa prihatin dengan moralitas sejarah dunia. Pengalaman itu terjadi di Gua Hira,
yang merosot di Makkah dan mengkhawatirkan tempat di mana Muhammad merenung dan
dampak kapitalisme yang menggeser nilai-nilai berdoa, merasa prihatin dengan moralitas yang
komunal suku Quraisy. Di masa lalu, suku-suku merosot di Makkah dan mengkhawatirkan
Arab hidup dalam komunitas yang saling dampak kapitalisme yang menggeser nilai-nilai
bergantung satu sama lain, tetapi sekarang komunal suku Quraisy. Di masa lalu, suku-suku
mereka lebih individualistik dan fokus pada Arab hidup dalam komunitas yang saling
persaingan dan kekayaan pribadi. Muhammad bergantung satu sama lain, tetapi sekarang
menyadari bahwa ini akan menyebabkan mereka lebih individualistik dan fokus pada
perpecahan suku secara moral dan politik. Situasi persaingan dan kekayaan pribadi. Muhammad
di seluruh Jazirah Arab juga suram, dengan menyadari bahwa ini akan menyebabkan
persaingan yang tinggi antara suku-suku Badui perpecahan suku secara moral dan politik. Situasi
untuk memenuhi kebutuhan pokok. Masyarakat di seluruh Jazirah Arab juga suram, dengan
Arab telah mengembangkan konsep etik yang persaingan yang tinggi antara suku-suku Badui
disebut muruwah, yang menekankan pada untuk memenuhi kebutuhan pokok. Masyarakat
egalitarianisme, ketidakpedulian pada materi, dan Arab telah mengembangkan konsep etik yang
kedermawanan. Namun, pada saat itu, konsep ini disebut muruwah, yang menekankan pada
tidak lagi memadai dalam menghadapi egalitarianisme, ketidakpedulian pada materi, dan
modernitas dan kekosongan spiritual yang kedermawanan. Namun, pada saat itu, konsep ini
melanda. Orang Arab merasa terjepit antara tidak lagi memadai dalam menghadapi
kekuatan imperium besar dan peperangan modernitas dan kekosongan spiritual yang
antarsuku yang tak henti-hentinya. Mereka tidak melanda. Orang Arab merasa terjepit antara
dapat menyatukan diri dan membangun kekuatan imperium besar dan peperangan
peradaban sendiri. Pengaruh ide-ide baru dari antarsuku yang tak henti-hentinya. Mereka tidak
luar memperkenalkan individualisme yang dapat menyatukan diri dan membangun
meruntuhkan etos komunal lama. Muhammad peradaban sendiri. Pengaruh ide-ide baru dari
menyadari bahwa suku Quraisy perlu luar memperkenalkan individualisme yang
menemukan ideologi baru yang dapat mengatasi meruntuhkan etos komunal lama. Muhammad
perpecahan dan mengembalikan nilai-nilai menyadari bahwa suku Quraisy perlu
komunal. menemukan ideologi baru yang dapat mengatasi
Muhammad adalah seorang jenius yang luar perpecahan dan mengembalikan nilai-nilai
biasa dan berhasil menyatukan hampir semua komunal.
suku Arab menjadi sebuah komunitas baru yang Muhammad adalah seorang jenius yang luar
disebut ummah. Dia mempersembahkan biasa dan berhasil menyatukan hampir semua
spiritualitas yang unik sesuai dengan tradisi Arab suku Arab menjadi sebuah komunitas baru yang
dan membuka akses ke kekuatan besar. Dalam disebut ummah. Dia mempersembahkan
waktu seratus tahun, umat Islam membangun spiritualitas yang unik sesuai dengan tradisi Arab
kekaisaran mereka sendiri yang luas dan dan membuka akses ke kekuatan besar. Dalam
menciptakan peradaban yang unik. waktu seratus tahun, umat Islam membangun
Pada awalnya, Muhammad tidak pernah kekaisaran mereka sendiri yang luas dan
membayangkan kesuksesan fenomenal tersebut menciptakan peradaban yang unik. Namun,
ketika ia berdoa di Gua Hira. Orang Arab pada perjalanan Muhammad untuk mencapai
masa itu percaya bahwa Allah, Tuhan Tertinggi kesuksesan tersebut tidaklah mudah.
dalam keyakinan Arab, identik dengan Tuhan yang Pada awalnya, Muhammad tidak pernah
disembah oleh orang Yahudi dan Kristen. membayangkan kesuksesan fenomenal tersebut
Muhammad juga percaya bahwa hanya seorang ketika ia berdoa di Gua Hira. Orang Arab pada
nabi dari Tuhan ini yang dapat memecahkan masa itu percaya bahwa Allah, Tuhan Tertinggi
masalah masyarakatnya, tetapi tidak pernah dalam keyakinan Arab, identik dengan Tuhan yang
terpikir olehnya bahwa dirinya sendiri akan disembah oleh orang Yahudi dan Kristen.
menjadi nabi itu. Muhammad juga percaya bahwa hanya seorang
Orang Arab merasa inferior secara spiritual nabi dari Tuhan ini yang dapat memecahkan
karena Allah belum pernah mengutus seorang masalah masyarakatnya, tetapi tidak pernah
nabi kepada mereka atau menurunkan kitab suci terpikir olehnya bahwa dirinya sendiri akan
dalam bahasa mereka sendiri. Mereka merasa menjadi nabi itu.
dilecehkan oleh orang-orang Yahudi dan Kristen Orang Arab merasa inferior secara spiritual
yang menganggap mereka sebagai orang barbar karena Allah belum pernah mengutus seorang
tanpa wahyu Tuhan. Meskipun mereka mengakui nabi kepada mereka atau menurunkan kitab suci
kemajuan agama Yahudi dan Kristen, orang Arab dalam bahasa mereka sendiri. Mereka merasa
tidak menginginkan ideologi baru yang terungkap dilecehkan oleh orang-orang Yahudi dan Kristen
dalam bahasa dan tradisi asing. yang menganggap mereka sebagai orang barbar
Sebagian orang Arab tampaknya berupaya tanpa wahyu Tuhan. Meskipun mereka mengakui
menemukan bentuk monoteisme yang lebih kemajuan agama Yahudi dan Kristen, orang Arab
netral dan tidak terikat dengan imperialisme. tidak menginginkan ideologi baru yang terungkap
Beberapa orang Arab di Suriah menemukan dalam bahasa dan tradisi asing.
kembali agama asli Ibrahim sebelum Taurat atau Sebagian orang Arab tampaknya berupaya
Injil diturunkan. Beberapa tokoh Quraisy Makkah menemukan bentuk monoteisme yang lebih
juga mencari agama asli Ibrahim. Namun, netral dan tidak terikat dengan imperialisme.
kerinduan Muhammad terhadap wahyu ilahi Beberapa orang Arab di Suriah menemukan
terpenuhi ketika ia mendapatkan wahyu pertama kembali agama asli Ibrahim sebelum Taurat atau
di Gua Hira. Malaikat Jibril menampakkan diri Injil diturunkan. Beberapa tokoh Quraisy Makkah
kepadanya dan memerintahkan Muhammad juga mencari agama asli Ibrahim. Namun,
untuk membaca. Dari sinilah Firman Tuhan kerinduan Muhammad terhadap wahyu ilahi
pertama kali diucapkan dalam bahasa Arab, dan terpenuhi ketika ia mendapatkan wahyu pertama
kitab suci ini kemudian dikenal sebagai Al-Quran. di Gua Hira. Malaikat Jibril menampakkan diri
Muhammad awalnya merasa takut dan kepadanya dan memerintahkan Muhammad
terguncang oleh pengalaman ini, khawatir bahwa untuk membaca. Dari sinilah Firman Tuhan
ia mungkin hanya seorang kahin terhormat yang pertama kali diucapkan dalam bahasa Arab, dan
diminta pendapatnya saat orang-orang kitab suci ini kemudian dikenal sebagai Al-Quran.
kehilangan unta. Namun, Muhammad Muhammad awalnya merasa takut dan
memastikan bahwa wahyu yang diterimanya terguncang oleh pengalaman ini, khawatir bahwa
berbeda dengan kata-kata kosong para kahin. Dia ia mungkin hanya seorang kahin terhormat yang
meyakini bahwa wahyu yang diterimanya adalah diminta pendapatnya saat orang-orang
Firman Tuhan. Selanjutnya, Muhammad melihat kehilangan unta. Namun, Muhammad
Malaikat Jibril di sisi bukit dan menyadari bahwa memastikan bahwa wahyu yang diterimanya
dia adalah utusan Tuhan yang menegaskan berbeda dengan kata-kata kosong para kahin. Dia
panggilan kenabiannya. meyakini bahwa wahyu yang diterimanya adalah
Dalam Islam, Jibril diidentifikasi sebagai Ruh Suci Firman Tuhan. Selanjutnya, Muhammad melihat
pembawa wahyu, perantara yang digunakan Malaikat Jibril di sisi bukit dan menyadari bahwa
Tuhan untuk berkomunikasi dengan manusia. dia adalah utusan Tuhan yang menegaskan
Muhammad memiliki pemahaman yang luar panggilan kenabiannya.
biasa tentang realitas ilahi dan merasa dekat Dalam Islam, Jibril diidentifikasi sebagai Ruh Suci
dengan kematian serta mengalami ketegangan pembawa wahyu, perantara yang digunakan
fisik dan mental. Ketika dia mengalami Tuhan untuk berkomunikasi dengan manusia.
pengalaman yang menakutkan itu, dia mencari Muhammad memiliki pemahaman yang luar
perlindungan dan dukungan dari istrinya, biasa tentang realitas ilahi dan merasa dekat
Khadijah. dengan kematian serta mengalami ketegangan
Muhammad merasa khawatir dan bertanya-tanya fisik dan mental. Ketika dia mengalami
apakah dia telah menjadi gila. Khadijah pengalaman yang menakutkan itu, dia mencari
meyakinkannya bahwa dia adalah orang yang baik perlindungan dan dukungan dari istrinya,
dan tidak mungkin menjadi gila. Mereka juga Khadijah.
berkonsultasi dengan Waraqah, sepupu Khadijah Muhammad merasa khawatir dan bertanya-tanya
yang penganut Kristen, yang meyakinkan mereka apakah dia telah menjadi gila. Khadijah
bahwa Muhammad telah menerima wahyu dari meyakinkannya bahwa dia adalah orang yang baik
Tuhan dan menjadi utusan ilahi bagi bangsa Arab. dan tidak mungkin menjadi gila. Mereka juga
Al-Quran diwahyukan kepada Muhammad secara berkonsultasi dengan Waraqah, sepupu Khadijah
bertahap selama periode dua puluh tiga tahun. yang penganut Kristen, yang meyakinkan mereka
Muhammad merasa tertekan dan memerlukan bahwa Muhammad telah menerima wahyu dari
ketekunan untuk memahami makna wahyu Tuhan dan menjadi utusan ilahi bagi bangsa Arab.
tersebut. Kadang-kadang pesan tersebut jelas, Al-Quran diwahyukan kepada Muhammad secara
seperti ketika dia melihat dan mendengar bertahap selama periode dua puluh tiga tahun.
Malaikat Jibril. Namun, ada juga saat-saat di Muhammad merasa tertekan dan memerlukan
mana wahyu sulit diartikulasikan dan Muhammad ketekunan untuk memahami makna wahyu
harus dengan sabar menunggu hingga maknanya tersebut. Kadang-kadang pesan tersebut jelas,
terungkap. seperti ketika dia melihat dan mendengar
Muhammad merasa beban yang besar karena Malaikat Jibril. Namun, ada juga saat-saat di
tidak hanya menciptakan solusi politik baru untuk mana wahyu sulit diartikulasikan dan Muhammad
umatnya, tetapi juga menyusun salah satu karya harus dengan sabar menunggu hingga maknanya
sastra dan spiritual terbesar sepanjang zaman. Al- terungkap.
Quran diyakini sebagai Firman Tuhan yang tak Muhammad merasa beban yang besar karena
terucapkan dalam bahasa Arab dan menjadi tidak hanya menciptakan solusi politik baru untuk
pusat spiritualitas Islam. Dalam prosesnya, umatnya, tetapi juga menyusun salah satu karya
Muhammad secara bertahap memperoleh sastra dan spiritual terbesar sepanjang zaman. Al-
pemahaman yang semakin universal dan melihat Quran diyakini sebagai Firman Tuhan yang tak
lingkup tugasnya sebagai utusan Tuhan. terucapkan dalam bahasa Arab dan menjadi
Al-Quran tidak turun dalam susunan yang terurut pusat spiritualitas Islam. Dalam prosesnya,
seperti saat ini, tetapi secara bertahap sesuai Muhammad secara bertahap memperoleh
dengan peristiwa dan pemahaman Muhammad. pemahaman yang semakin universal dan melihat
Setelah kematian Muhammad, kompilasi resmi lingkup tugasnya sebagai utusan Tuhan.
pertama dari wahyu tersebut diselesaikan. Al- Al-Quran tidak turun dalam susunan yang terurut
Quran memiliki susunan yang mencerminkan seperti saat ini, tetapi secara bertahap sesuai
berbagai tema dan ditujukan untuk pembacaan dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat pada
liturgis. waktu itu. Muhammad juga memberikan
Meskipun beberapa orang menganggap Al-Quran penafsiran dan petunjuk kepada umatnya melalui
membosankan atau bertele-tele karena hadis, yaitu riwayat atau pernyataan yang
pengulangan tema yang sama, bagi kaum Muslim, menggambarkan perbuatan, perkataan, dan
itu adalah ajaran inti keimanan yang diingatkan pendapat Muhammad.
kembali melalui pembacaan liturgis di masjid. Dalam upaya untuk menyampaikan pesan Islam,
Dalam kesimpulannya, Muhammad mengalami Muhammad mulai berdakwah di Makkah dengan
pengalaman yang menakutkan dan penuh menyampaikan keyakinan tentang keesaan Tuhan
tekanan ketika menerima wahyu, namun dengan kepada kaum Quraisy. Dia mengajak mereka
dukungan istrinya dan keyakinan dirinya sebagai untuk meninggalkan penyembahan terhadap
utusan Tuhan, dia mampu menyusun Al-Quran berhala-berhala mereka dan kembali kepada
sebagai karya yang menjadi pijakan agama Islam. penyembahan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Ketika Muhammad mulai berdakwah di Makkah, Islam mengajarkan kepasrahan eksistensial
dia hanya memiliki konsep yang sederhana kepada Allah dan menekankan praktik sosial dan
tentang perannya. Dia tidak berpikir bahwa dia moral yang adil.
sedang membangun sebuah agama universal, Namun, dakwah Muhammad di Makkah
melainkan hanya mengajarkan keyakinan tentang menghadapi tantangan dan penolakan dari kaum
keesaan Tuhan kepada kaum Quraisy. Pada Quraisy yang kuat dan kaya. Mereka merasa
awalnya, dia bahkan tidak berpikir untuk terancam oleh ajaran Islam yang mengancam
berdakwah kepada suku-suku Arab lainnya. posisi mereka dalam sistem sosial dan ekonomi.
Tujuan awalnya adalah memperingatkan kaum Mereka mencemooh Muhammad dan
Quraisy tentang situasi berbahaya yang mereka pengikutnya, menganggap mereka sebagai orang-
hadapi. orang lemah dan terpinggirkan. Muhammad dan
Muhammad tidak perlu membuktikan eksistensi para pengikutnya bahkan mengalami
Tuhan kepada kaum Quraisy, karena mereka penganiayaan fisik dan ekonomi.
secara implisit sudah beriman kepada Allah. Pada tahun 622 Masehi, situasi di Makkah
Namun, kaum Quraisy tidak memikirkan implikasi semakin tidak aman bagi Muhammad dan
kepercayaan mereka tersebut. Mereka tidak pengikutnya. Muhammad menerima tawaran
bersyukur kepada Tuhan dan tidak memahami suku di Madinah untuk memberikan
tanggung jawab mereka sebagai anggota perlindungan dan dukungan. Ini menjadi titik
masyarakat yang terhormat. balik dalam sejarah Islam dan dikenal sebagai
Al-Quran mengingatkan kaum Quraisy agar Hijrah, atau hijrah dari Makkah ke Madinah.
menyadari rahmat Tuhan yang diberikan kepada Di Madinah, Muhammad mendapatkan dukungan
mereka dan mengapresiasi kebergantungan dan keberhasilan yang lebih besar dalam
mutlak mereka kepada Sang Pencipta. Pesan awal menyebarkan ajaran Islam. Dia membangun
Al-Quran menekankan bahwa orang yang tidak masjid dan mengorganisir komunitas Muslim
bersyukur kepada Tuhan adalah orang yang kafir yang kuat. Dia juga berinteraksi dengan suku-suku
dalam arti tidak bersyukur, bukan ateis. Yahudi yang ada di Madinah dan mencoba
Al-Quran juga mengajak kaum Quraisy untuk mencapai kesepakatan politik dan sosial dengan
melihat "tanda-tanda" rahmat dan kekuasaan mereka.
Tuhan di alam semesta. Jika mereka gagal Setelah hijrah, Muhammad mengadopsi
mewujudkan rahmat Tuhan dalam masyarakat beberapa elemen agama Yahudi untuk
mereka sendiri, mereka tidak akan dapat mendapatkan dukungan dari komunitas Yahudi.
memahami hakikat dari segala sesuatu. Misalnya, dia mengubah arah kiblat (arah dalam
Muhammad juga mengajarkan agar kaum Muslim shalat) dari Baitul Maqdis di Yerusalem menjadi
menciptakan masyarakat yang adil dan setara, Ka'bah di Makkah. Namun, hubungan antara
dengan menunaikan kewajiban seperti zakat dan Muhammad dan kaum Yahudi memburuk karena
shalat. perbedaan pandangan agama dan politik. Kaum
Agama Islam, atau islam, mengajarkan Yahudi menolak mengakui Muhammad sebagai
kepasrahan eksistensial kepada Allah. Muslim nabi dan menentang ajaran-ajarannya.
adalah orang yang menyerahkan dirinya Perpecahan antara Muslim dan Yahudi akhirnya
sepenuhnya kepada Sang Pencipta. Islam terjadi, dan hubungan yang sulit ini
mengajarkan etika sosial dan moral yang mempengaruhi perkembangan Islam di masa
berhubungan dengan penyembahan kepada satu depan.
Tuhan. Al-Quran menghindari spekulasi teologis Setelah kematian Muhammad pada tahun 632
dan mengajak umat Muslim untuk mengalami Masehi, umat Islam mengalami perpecahan dan
Tuhan melalui "tanda-tanda" alam dan munculnya sekte-sekte yang berbeda, terutama
menggunakan imajinasi untuk melihat antara Sunni dan Syiah. Perpecahan ini terkait
keberadaan transenden Tuhan di balik dunia yang dengan masalah suksesi kepemimpinan dalam
beragam ini. komunitas Muslim. Sunni mengakui Abu Bakar
Allah dalam Al-Quran tampil lebih impersonal sebagai khalifah pertama, sementara Syiah
daripada YHWH dalam tradisi Yahudi dan Kristen. meyakini bahwa Ali, sepupu dan menantu
Al-Quran mengajak kaum Muslim untuk melihat Muhammad, adalah penerus yang sah.
alam sebagai penampakan Tuhan dan Perbedaan dalam pandangan teologis, hukum,
menumbuhkan sikap sakramental atau simbolik dan praktik ibadah juga berkembang seiring
terhadapnya. waktu.
Dalam kesimpulannya, Muhammad mengajarkan Selama sejarahnya, Islam juga menghadapi
keyakinan tentang keesaan Tuhan kepada kaum tantangan politik dan perdebatan teologis
Quraisy dan mengajak mereka untuk bersyukur tentang konsep Tuhan, predestinasi, dan keadilan.
kepada Tuhan serta melihat keberadaan-Nya Beberapa aliran seperti Mu'tazilah mengajukan
melalui "tanda-tanda" alam. Agama Islam argumen rasionalis dan menekankan pentingnya
mengajarkan kepasrahan eksistensial kepada akal dalam memahami agama. Sementara itu,
Allah dan menekankan praktik sosial dan moral aliran seperti Ahl al-Hadith menolak nalar dan
yang adil. Al-Quran mengajak umat Muslim untuk lebih mengandalkan hadis sebagai sumber
mengalami Tuhan melalui imajinasi dan otoritatif. Perdebatan ini terus berlanjut hingga
menghargai keberadaan transenden Tuhan di hari ini dan menghasilkan beragam pandangan
dunia ini. dan aliran dalam Islam.
AI-Quran selalu menekankan perlunya Dalam perjalanan sejarahnya, Islam juga
menggunakan akal dalam menguraikan "tanda" mengalami perubahan dalam hal status
atau "pesan" dari Tuhan. Kaum Muslim dihimbau perempuan. Pada awalnya, Islam mendorong
untuk mengamati alam dengan perhatian dan emansipasi perempuan dan memberikan hak-hak
keingintahuan. Mereka tidak boleh merendahkan hukum kepada mereka yang tidak ada dalam
akal mereka. Dalam tradisi Islam, Al-Quran masyarakat sebelumnya. Perempuan diberikan
dipandang sebagai tanda yang paling besar dan hak waris, hak untuk menikahi siapa pun yang
penting dari Tuhan. mereka pilih, dan perlindungan hukum terhadap
Al-Quran menekankan keindahan dan kekuatan kekerasan dan eksploitasi. Namun, dalam sejarah
bahasa Arab yang digunakan dalam penyampaian kemudian, perempuan mengalami penurunan
ayat-ayatnya. Bahasa Arab sulit diterjemahkan ke status dan terpinggirkan dalam masyarakat yang
dalam bahasa lain, dan terjemahan sering kali lebih patriarkal. Faktor sosial, budaya, dan politik
tidak mampu menangkap keindahan bahasa Arab mempengaruhi penafsiran agama yang berbeda
yang padat dan penuh kiasan. Al-Quran ditujukan dan menyebabkan perubahan dalam perlakuan
untuk dibaca dengan suara keras dan pengaruh terhadap perempuan.
bunyi bahasa itu merupakan bagian penting dari Pandangan tentang Tuhan dalam Islam
kitab suci ini. melibatkan konsepsi tentang Tuhan yang personal
Membaca Al-Quran bukanlah sekadar untuk dan impersonal. Konsep Tuhan yang personal
memperoleh informasi, tetapi merupakan latihan menekankan keesaan dan kebesaran-Nya,
spiritual yang sukar dipahami oleh orang Kristen sementara konsep Tuhan yang impersonal
atau yang tidak memiliki bahasa sakral seperti menekankan keberadaan-Nya yang tak terjangkau
orang Yahudi, Hindu, dan Muslim. Membaca Al- oleh ruang dan waktu. Allah dalam Islam
Quran dimaksudkan untuk memetik rasa akan dipahami sebagai Zat yang mutlak, Transenden,
yang ilahi, dan pengalaman membacanya dapat dan memiliki atribut-atribut yang tidak dapat
menyentuh rasa pengakuan yang lebih dalam ditemukan dalam ciptaan-Nya. Islam
daripada akal. mengajarkan bahwa Allah adalah Maha
Al-Quran menghadirkan Tuhan dalam pikiran, Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Pengasih, dan
hati, dan wujud setiap orang yang beriman. Maha Bijaksana.
Pengalaman pengaruh AI-Quran dapat Dalam upaya untuk memahami konsep Tuhan,
membangkitkan desakan emosional yang Islam mengembangkan teologi kalam yang
mengubah pandangan hidup seseorang dan mencoba memadukan nalar dan keimanan.
memerintahkan mereka untuk mengubah cara Teologi kalam melibatkan argumen rasional dan
hidup mereka. filsafat untuk membela keyakinan Islam dan
Pengalaman Umar dan umat Muslim lainnya yang menjawab pertanyaan-pertanyaan teologis.
tergugah untuk menganut Islam melalui AI-Quran Beberapa tokoh terkenal dalam teologi kalam
dapat dibandingkan dengan pengalaman seni termasuk AI-Asy'ari dan murid-muridnya. Mereka
yang mempengaruhi dan mengusik. AI-Quran mengembangkan gagasan-gagasan yang mencoba
memberikan pengalaman guncangan emosi yang menemukan keselarasan antara penjelasan
memampukan orang mengatasi keterikatan rasional dan pengalaman keagamaan tentang
dengan tradisi masa lalu dan menerima ajaran Tuhan.
baru Islam. Namun, upaya-upaya rasionalis dalam teologi
Al-Quran memberikan bentuk sastra baru yang Islam tidak sepenuhnya diterima secara luas oleh
memengaruhi dan mengguncang orang-orang, umat Muslim. Beberapa aliran teologis, seperti
bahkan mereka yang menolak Islam. Muhammad Mu'tazilah, mendukung penggunaan nalar dan
sebagai penyair dan nabi, serta AI-Quran sebagai filsafat dalam memahami agama, sementara
naskah dan teofani, menghadirkan persaingan aliran lain, seperti Ahl al-Hadith, menolak
yang mendalam antara seni dan agama. rasionalisme dan lebih mengandalkan hadis
Dalam kesimpulannya, AI-Quran menekankan sebagai otoritas utama. Rasionalisme terus
pentingnya menggunakan akal dalam memahami mempengaruhi pemikir-pemikir selanjutnya,
pesan Tuhan dan mengamati alam dengan tetapi sebagian besar umat Muslim lebih
perhatian. Al-Quran dipandang sebagai tanda mempercayai pengalaman keagamaan dan
yang paling besar dari Tuhan, dan pengalaman pengakuan akan realitas misterius Tuhan yang tak
membacanya dapat membangkitkan perubahan terjangkau secara rasionalistik.
emosional yang mendalam. AI-Quran Dalam kesimpulannya, Islam merupakan agama
memberikan pengalaman seni yang yang didirikan oleh Muhammad pada abad ke-7
memengaruhi dan mengusik, serta menjadi Masehi di Jazirah Arab. Muhammad menerima
persaingan yang mendalam antara seni dan wahyu dari Allah yang diwahyukan kepadanya
agama. melalui Malaikat Jibril, dan wahyu tersebut
Dalam tahun-tahun awal misi Muhammad, dia kemudian diturunkan dalam bentuk Al-Quran.
berhasil menarik banyak pengikut dari generasi Ajaran Islam menekankan monotheisme,
yang lebih muda, kelompok pinggiran, dan yang kepasrahan kepada kehendak Allah, dan praktik
tak beruntung seperti wanita, budak, dan suku- moral dan sosial yang adil. Seiring berjalannya
suku yang lemah. Pada awalnya, orang Makkah waktu, Islam mengalami perubahan dan
sepertinya menerima agama baru yang perkembangan dalam sejarahnya, termasuk
diperkenalkan oleh Muhammad. Namun, ketika perpecahan antara Sunni dan Syiah, perubahan
Muhammad melarang penyembahan terhadap status perempuan, dan perdebatan teologis
dewa-dewa pagan, ia kehilangan banyak tentang konsep Tuhan. Meskipun demikian, Islam
pengikutnya, dan Islam menjadi keyakinan tetap menjadi salah satu agama terbesar di dunia
minoritas yang dianggap rendah dan dibenci. dengan jutaan pengikutnya yang menjalani ajaran
Muhammad menghadapi penolakan dan dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari.
ancaman dari kaum Quraisy karena larangan
penyembahan dewa-dewa mereka. Ada tiga dewa
kuno yang disenangi oleh orang Arab Hijaz, yaitu
Allat, Al-Uzza, dan Manat. Mereka tidak
sepenuhnya dipersonalisasikan seperti dewi-dewi
dalam mitologi Yunani, tetapi dihormati sebagai
fokus keilahian. Kisah Ayat-Ayat Setan, yang
mengklaim bahwa Muhammad mengizinkan
pemujaan dewi-dewi sebagai perantara, diyakini
sebagai alasan utama keterputusan antara
Muhammad dan kaum Quraisy.
Islam menekankan kepercayaan pada satu Tuhan
yang tunggal. Muhammad menolak berkompromi
dengan politeisme dan mengajarkan monoteisme
yang keras. Keyakinan ini mencela dewa-dewa
pagan dan menekankan bahwa hanya Allah yang
memiliki kekuatan penebusan. Tuhan yang
tunggal ini tidak bisa dipahami sepenuhnya oleh
manusia, namun Tuhan ingin dikenal dan
menciptakan manusia agar dapat mengenal-Nya.
Nama-nama dan sifat-sifat Tuhan dalam Islam
menunjukkan kebesaran dan keunikan-Nya.
Meskipun sifat-sifat ini terkadang tampak
bertentangan, mereka mengingatkan Muslim
bahwa Tuhan tidak dapat tercakup dalam kategori
manusia dan melampaui definisi yang sederhana.
Persepsi tentang keunikan Tuhan menjadi
landasan moralitas dalam Al-Quran. Politeisme
dihina dan menyembah yang lebih rendah
dianggap sebagai dosa terbesar. Islam
menekankan bahwa hanya dengan mengakui
Allah sebagai satu-satunya Tuhan, manusia dapat
mencapai persatuan dan menghindari
perselisihan dalam masyarakat.
Kesulitan dalam menyampaikan pesan ilahi yang
tak terlukiskan ke dalam bahasa manusia
tercermin dalam peristiwa Ayat-Ayat Setan.
Muhammad menunjukkan sikap pragmatis dan
tak berkompromi terhadap politeisme. Setiap kali
ada usulan untuk menggabungkan tauhid dengan
pemberhalaan, dia menolak dengan tegas.
Kesimpulannya, Islam mengajarkan kepercayaan
pada satu Tuhan yang tunggal, mengecam
politeisme, dan menekankan kesadaran akan
keunikan dan kebesaran Allah. Sifat-sifat Tuhan
yang tak terbatas mengajarkan Muslim untuk
menghormati-Nya dan menghindari kesalahan
dalam penyembahan.
Rukun Islam pertama adalah syahadat, yang
merupakan pengakuan keimanan seorang Muslim
kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang
sejati dan kepada Muhammad sebagai utusan-
Nya. Syahadat bukan hanya penegasan tentang
eksistensi Tuhan, tetapi juga sebuah panggilan
untuk menjadikan Allah sebagai fokus utama
dalam kehidupan individu dan masyarakat.
Konsep keesaan Tuhan menekankan bahwa
semua agama wahyu berasal dari Allah, meskipun
diungkapkan secara kultural dan dalam bentuk
yang berbeda.
Dalam agama Islam, Allah dipandang sebagai
satu-satunya realitas sejati dan sumber keindahan
serta kesempurnaan. Pengucapan syahadat
menuntut integrasi kehidupan dengan
menjadikan Allah sebagai prioritas utama.
Kepercayaan kepada Allah juga menuntut
penghargaan terhadap aspirasi keagamaan orang
lain. Allah memiliki banyak nama dan sifat yang
mencerminkan keesaan dan keagungan-Nya.
Cahaya adalah salah satu simbol yang sering
digunakan dalam Al-Quran untuk
menggambarkan Realitas ilahi yang tak
terjangkau oleh ruang dan waktu. Pengalaman
wahyu dihubungkan dengan cahaya yang
diberikan oleh Alla h. AI-Quran menekankan
kesinambungan pengalaman keagamaan antara
umat manusia dari berbagai agama. Islam tidak
menganggap agama-agama lain sebagai salah
atau tidak lengkap, melainkan menekankan
kesinambungan dengan pandangan para nabi
sebelumnya.
Muhammad menghadapi ujian dalam
mempertahankan keyakinannya akan
kesinambungan pengalaman keagamaan. Umat
Muslim mengalami kesulitan dan penindasan di
Makkah, sehingga mereka bermigrasi ke Yatsrib
(Madinah) di mana sejumlah suku pagan siap
menerima Islam sebagai solusi spiritual dan
politik. Tiga suku Yahudi di Yatsrib telah
mempersiapkan pemikiran kaum pagan untuk
menerima monoteisme. Pemukiman ini menjadi
tempat perlindungan dan pertumbuhan bagi
komunitas Muslim.
Secara keseluruhan, materi ini membahas konsep
syahadat sebagai pengakuan keimanan,
pentingnya keesaan Tuhan, dan kesinambungan
pengalaman keagamaan dalam Islam.
Sebelum hijrah ke Yatsrib (Madinah), Muhammad
mengadopsi beberapa elemen agama Yahudi agar
lebih diterima oleh komunitas Yahudi di Madinah.
Dia memerintahkan umat Muslim untuk berpuasa
pada hari Penebusan Dosa umat Yahudi,
memperbolehkan pernikahan antara Muslim
dengan wanita Yahudi, dan mematuhi beberapa
aturan makanan Yahudi. Pada awalnya, kaum
Yahudi di Madinah memberikan kesempatan
kepada Muhammad karena sikapnya yang positif
terhadap keyakinan mereka. Namun, kemudian
mereka beralih menjadi musuhnya karena
beberapa alasan agama dan politik.
Muhammad belajar banyak dari orang Yahudi
Madinah, termasuk tentang kitab suci mereka,
kronologi para nabi, dan kisah Ismail sebagai anak
Ibrahim. Dia juga menyadari perbedaan
pandangan antara Yahudi dan Kristen.
Muhammad merasa kecewa dengan penolakan
yang dialaminya oleh sebagian besar komunitas
Yahudi, tetapi beberapa orang Yahudi bersikap
ramah dan membantu Muhammad dalam
memahami dan menjawab kritik dari orang
Yahudi lainnya.
Pada tahun 624, Muhammad mengubah arah
kiblat shalat umat Muslim dari Yerusalem menjadi
Ka'bah di Makkah, untuk menegaskan
kemandirian agama Islam. Muhammad juga
terlibat dalam pertempuran melawan musuh-
musuhnya di Madinah dan Makkah untuk
mempertahankan umat Muslim. Pada akhir
hayatnya, mayoritas suku Arab telah bergabung
dengan umat Muslim, meskipun banyak dari
mereka hanya secara nominal menganut Islam.
Setiap Muslim diperintahkan untuk menjalankan
ibadah haji setidaknya sekali dalam hidupnya jika
mampu. Ritus haji mengingatkan umat Muslim
akan kisah Ibrahim, Hajar, dan Ismail, serta
menekankan komunalitas dan spiritualitas Islam.
Ritus ini juga mendorong persatuan umat Muslim
dari berbagai latar belakang dan menekankan
perdamaian dan keselarasan.
Secara keseluruhan, Muhammad menghadapi
tantangan dan penolakan dari komunitas Yahudi
di Madinah, namun dia juga belajar banyak dari
mereka dan mengintegrasikan pengajaran-
pengajaran tersebut ke dalam ajaran Islam.
Materi tersebut menjelaskan tentang
perkembangan agama Islam setelah kematian
Nabi Muhammad pada tahun 632 Masehi.
Setelah kematiannya, beberapa orang Badui
berusaha memisahkan diri dari umat Islam, tetapi
kesatuan politik di Arabia tetap terjaga. Agama
Islam diterima oleh suku-suku yang keras kepala
karena kesuksesan Muhammad yang
menunjukkan bahwa paganisme sudah tidak
sesuai lagi dengan dunia modern.
Dalam kehidupan Muhammad, cita-cita agama
Islam mencakup persamaan gender. Pada masa
jahiliah sebelum Islam, perempuan memiliki
kedudukan rendah, tetapi Islam mendorong
emansipasi perempuan dan memberikan hak-hak
hukum dalam soal warisan dan perceraian.
Muhammad juga mendorong partisipasi aktif
perempuan dalam urusan ummah.
Namun, setelah masa kekhalifahan Abbasiyah,
kaum wanita Muslim mengalami penurunan
status dan terpinggirkan dalam masyarakat.
Beberapa praktik seperti penggunaan hijab dan
penahanan dalam harem diadopsi dari kebiasaan
Persia dan Kristen Byzantium.
Islam memiliki sejumlah sekte dan aliran yang
berbeda, terutama perpecahan antara Sunni dan
Syiah yang lebih bersifat politik daripada
doktrinal. Perdebatan seputar kepemimpinan
politik ummah mempengaruhi pandangan
teologis dan konsepsi tentang Tuhan.
Dalam Islam, politik tidak terpisah dari kehidupan
keagamaan pribadi. Ummah (komunitas Muslim)
memiliki makna sakramental sebagai tanda
bahwa Tuhan telah merahmati upaya
membebaskan manusia dari penindasan dan
ketidakadilan. Konsepsi tentang Tuhan yang
transenden juga merupakan kehadiran imanen
yang dapat ditemukan dalam dunia.
Islam memiliki kelompok yang berbeda dalam hal
penekanan pada ajaran dan tradisi. Kaum
tradisionis (ahl al-hadits) menekankan kesucian
Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad,
sementara Mu'tazilah lebih mengedepankan akal
dan kehendak bebas manusia dalam menjaga
etika dan tanggung jawab moral.
Kelompok Syiah memiliki keyakinan tentang
imam-imam yang dipandang memiliki wewenang
spiritual dan pengetahuan sejati tentang Tuhan.
Mereka dianggap sebagai perantara antara umat
Muslim dan Tuhan.
Materi tersebut juga menjelaskan perdebatan
teologis dan politik seputar predestinasi dan
keadilan Tuhan. Pendukung Dinasti Umayah
berargumen bahwa tindakan mereka merupakan
takdir Tuhan, sementara Mu'tazilah dan
kelompok tradisionis memiliki pandangan yang
berbeda terkait kehendak bebas dan keadilan
Tuhan.
Singkatnya, materi ini membahas perkembangan
Islam pasca-kematian Nabi Muhammad, peran
perempuan dalam Islam, sekte dan aliran dalam
Islam, hubungan antara politik dan agama dalam
Islam, serta perdebatan teologis tentang konsep
Tuhan dalam Islam.
Persoalan predestinasi dan kehendak bebas, serta
gagasan tentang Tuhan yang personal dan
impersonal, telah menjadi perdebatan di
kalangan Kristen. Konsepsi tentang Tuhan yang
personal memiliki kesulitan dalam menjaga
keseimbangan antara atribut-atribut yang
manusiawi dan keilahian yang tak terpahami.
Terlalu mudah untuk mengubah konsep Tuhan
menjadi sesuai dengan harapan dan pandangan
pribadi kita.
Untuk menghindari bahaya ini, kaum tradisionalis
membedakan antara esensi dan aktivitas Tuhan.
Mereka mengklaim bahwa sifat-sifat yang
berhubungan dengan dunia, seperti berkuasa,
mengetahui, berkehendak, mendengar, dan
melihat, telah ada bersama Allah sejak awal,
sementara esensi Tuhan tetap tak terpahami. Hal
ini membantu menjaga pemahaman bahwa
Tuhan tidak terbatas oleh pemikiran manusia.
Namun, ketika khalifah AI-Ma'mun berpihak
kepada aliran Mu'tazilah dan mencoba
mengenalkan gagasan mereka sebagai doktrin
resmi, hal ini menimbulkan ketakutan dan
penolakan dari beberapa orang awam. Seorang
tokoh tradisionalis terkemuka, Ahmad ibn Hanbal,
memimpin pemberontakan melawan
rasionalisme Mu'tazilah. Ia menolak diskusi
rasional mengenai Tuhan dan menekankan
ketaktercerapan kodrat ilahi.
Namun, ada juga sejumlah Muslim yang mencoba
menemukan jalan tengah antara rasionalisme
ekstrem dan obskurantisme. Abu Al-Hasan ibn
Ismail AI-Asy'ari, misalnya, menggunakan nalar
dan logika untuk membuktikan bahwa Tuhan
berada di luar jangkauan penalaran manusia,
namun tetap penting untuk menggunakan akal
dan penalaran dalam memahami keagamaan.
AI-Asy'ari membangun tradisi kalam (teologi) dan
mengembangkan gagasan-gagasannya lebih
lanjut. Dia mencoba menemukan keselarasan
antara penjelasan rasional dan pengalaman
keagamaan tentang Tuhan. Meskipun demikian,
dia menolak memasukkan realitas misterius
Tuhan ke dalam suatu sistem koheren dan
rasionalistik.
Murid-murid AI-Asy'ari juga mengembangkan
gagasan-gagasannya. Sebagai contoh, Abu Bakr
AI-Baqillani menggunakan argumen rasional
untuk membuktikan eksistensi Tuhan, namun
menolak kemampuan manusia untuk
membedakan antara kebaikan dan kejahatan
tanpa wahyu. AI-Baqillani mengembangkan teori
atomisme atau okasionalisme yang menyatakan
bahwa segala sesuatu di dunia bergantung pada
perhatian langsung Tuhan.
Pada akhirnya, eksperimen kalam tidak begitu
sukses dalam mencapai pengakuan yang luas.
Kalam tidak menjadi sepenting teologi di
kalangan Kristen Barat. Rasionalisme terus
mempengaruhi pemikir-pemikir selanjutnya,
namun sebagian besar umat Muslim tidak terlalu
mempercayai usaha rasionalis semacam itu.
Secara keseluruhan, Islam, seperti juga Yudaisme
dan Kristen, memiliki beragam pendekatan
terhadap persoalan-persoalan teologis dan
konsepsi tentang Tuhan. Ada upaya untuk
memadukan nalar dan keimanan, namun juga
penolakan terhadap upaya memasukkan realitas
misterius Tuhan ke dalam pemahaman manusia
secara rasionalistik.

Pada tahun 610 Masehi, seorang pedagang Arab bernama Muhammad ibn Abdullah dari Makkah
mengalami pengalaman spiritual di Gua Hira. Muhammad merasa prihatin dengan moralitas yang
merosot di Makkah dan mengkhawatirkan dampak kapitalisme yang menggeser nilai-nilai komunal suku
Quraisy. Di masa lalu, suku-suku Arab hidup dalam komunitas yang saling bergantung satu sama lain,
tetapi sekarang mereka lebih individualistik dan fokus pada persaingan dan kekayaan pribadi.
Muhammad menyadari bahwa ini akan menyebabkan perpecahan suku secara moral dan politik. Situasi
di seluruh Jazirah Arab juga suram, dengan persaingan yang tinggi antara suku-suku Badui untuk
memenuhi kebutuhan pokok. Masyarakat Arab telah mengembangkan konsep etik yang disebut
muruwah, yang menekankan pada egalitarianisme, ketidakpedulian pada materi, dan kedermawanan.
Namun, pada saat itu, konsep ini tidak lagi memadai dalam menghadapi modernitas dan kekosongan
spiritual yang melanda. Orang Arab merasa terjepit antara kekuatan imperium besar dan peperangan
antarsuku yang tak henti-hentinya. Mereka tidak dapat menyatukan diri dan membangun peradaban
sendiri. Pengaruh ide-ide baru dari luar memperkenalkan individualisme yang meruntuhkan etos
komunal lama. Muhammad menyadari bahwa suku Quraisy perlu menemukan ideologi baru yang dapat
mengatasi perpecahan dan mengembalikan nilai-nilai komunal.

Muhammad adalah seorang jenius yang luar biasa dan berhasil menyatukan hampir semua suku Arab
menjadi sebuah komunitas baru yang disebut ummah. Dia mempersembahkan spiritualitas yang unik
sesuai dengan tradisi Arab dan membuka akses ke kekuatan besar. Dalam waktu seratus tahun, umat
Islam membangun kekaisaran mereka sendiri yang luas dan menciptakan peradaban yang unik.

Pada awalnya, Muhammad tidak pernah membayangkan kesuksesan fenomenal tersebut ketika ia
berdoa di Gua Hira. Orang Arab pada masa itu percaya bahwa Allah, Tuhan Tertinggi dalam keyakinan
Arab, identik dengan Tuhan yang disembah oleh orang Yahudi dan Kristen. Muhammad juga percaya
bahwa hanya seorang nabi dari Tuhan ini yang dapat memecahkan masalah masyarakatnya, tetapi tidak
pernah terpikir olehnya bahwa dirinya sendiri akan menjadi nabi itu.

Orang Arab merasa inferior secara spiritual karena Allah belum pernah mengutus seorang nabi kepada
mereka atau menurunkan kitab suci dalam bahasa mereka sendiri. Mereka merasa dilecehkan oleh
orang-orang Yahudi dan Kristen yang menganggap mereka sebagai orang barbar tanpa wahyu Tuhan.
Meskipun mereka mengakui kemajuan agama Yahudi dan Kristen, orang Arab tidak menginginkan
ideologi baru yang terungkap dalam bahasa dan tradisi asing.

Sebagian orang Arab tampaknya berupaya menemukan bentuk monoteisme yang lebih netral dan tidak
terikat dengan imperialisme. Beberapa orang Arab di Suriah menemukan kembali agama asli Ibrahim
sebelum Taurat atau Injil diturunkan. Beberapa tokoh Quraisy Makkah juga mencari agama asli Ibrahim.
Namun, kerinduan Muhammad terhadap wahyu ilahi terpenuhi ketika ia mendapatkan wahyu pertama
di Gua Hira. Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya dan memerintahkan Muhammad untuk
membaca. Dari sinilah Firman Tuhan pertama kali diucapkan dalam bahasa Arab, dan kitab suci ini
kemudian dikenal sebagai Al-Quran.

Muhammad awalnya merasa takut dan terguncang oleh pengalaman ini, khawatir bahwa ia mungkin
hanya seorang kahin terhormat yang diminta pendapatnya saat orang-orang kehilangan unta. Namun,
Muhammad memastikan bahwa wahyu yang diterimanya berbeda dengan kata-kata kosong para kahin.
Dia meyakini bahwa wahyu yang diterimanya adalah Firman Tuhan. Selanjutnya, Muhammad melihat
Malaikat Jibril di sisi bukit dan menyadari bahwa dia adalah utusan Tuhan yang menegaskan panggilan
kenabiannya.

Dalam Islam, Jibril diidentifikasi sebagai Ruh Suci pembawa wahyu, perantara yang digunakan Tuhan
untuk berkomunikasi dengan manusia. Muhammad memiliki pemahaman yang luar biasa tentang
realitas ilahi dan merasa dekat dengan kematian serta mengalami ketegangan fisik dan mental. Ketika dia
mengalami pengalaman yang menakutkan itu, dia mencari perlindungan dan dukungan dari istrinya,
Khadijah.

Muhammad merasa khawatir dan bertanya-tanya apakah dia telah menjadi gila. Khadijah
meyakinkannya bahwa dia adalah orang yang baik dan tidak mungkin menjadi gila. Mereka juga
berkonsultasi dengan Waraqah, sepupu Khadijah yang penganut Kristen, yang meyakinkan mereka
bahwa Muhammad telah menerima wahyu dari Tuhan dan menjadi utusan ilahi bagi bangsa Arab.

Al-Quran diwahyukan kepada Muhammad secara bertahap selama periode dua puluh tiga tahun.
Muhammad merasa tertekan dan memerlukan ketekunan untuk memahami makna wahyu tersebut.
Kadang-kadang pesan tersebut jelas, seperti ketika dia melihat dan mendengar Malaikat Jibril. Namun,
ada juga saat-saat di mana wahyu sulit diartikulasikan dan Muhammad harus dengan sabar menunggu
hingga maknanya terungkap.

Muhammad merasa beban yang besar karena tidak hanya menciptakan solusi politik baru untuk
umatnya, tetapi juga menyusun salah satu karya sastra dan spiritual terbesar sepanjang zaman. Al-Quran
diyakini sebagai Firman Tuhan yang tak terucapkan dalam bahasa Arab dan menjadi pusat spiritualitas
Islam. Dalam prosesnya, Muhammad secara bertahap memperoleh pemahaman yang semakin universal
dan melihat lingkup tugasnya sebagai utusan Tuhan.

Al-Quran tidak turun dalam susunan yang terurut seperti saat ini, tetapi secara bertahap sesuai dengan
peristiwa dan pemahaman Muhammad. Setelah kematian Muhammad, kompilasi resmi pertama dari
wahyu tersebut diselesaikan. Al-Quran memiliki susunan yang mencerminkan berbagai tema dan
ditujukan untuk pembacaan liturgis.

Meskipun beberapa orang menganggap Al-Quran membosankan atau bertele-tele karena pengulangan
tema yang sama, bagi kaum Muslim, itu adalah ajaran inti keimanan yang diingatkan kembali melalui
pembacaan liturgis di masjid.

Dalam kesimpulannya, Muhammad mengalami pengalaman yang menakutkan dan penuh tekanan ketika
menerima wahyu, namun dengan dukungan istrinya dan keyakinan dirinya sebagai utusan Tuhan, dia
mampu menyusun Al-Quran sebagai karya yang menjadi pijakan agama Islam.

Ketika Muhammad mulai berdakwah di Makkah, dia hanya memiliki konsep yang sederhana tentang
perannya. Dia tidak berpikir bahwa dia sedang membangun sebuah agama universal, melainkan hanya
mengajarkan keyakinan tentang keesaan Tuhan kepada kaum Quraisy. Pada awalnya, dia bahkan tidak
berpikir untuk berdakwah kepada suku-suku Arab lainnya. Tujuan awalnya adalah memperingatkan kaum
Quraisy tentang situasi berbahaya yang mereka hadapi.

Muhammad tidak perlu membuktikan eksistensi Tuhan kepada kaum Quraisy, karena mereka secara
implisit sudah beriman kepada Allah. Namun, kaum Quraisy tidak memikirkan implikasi kepercayaan
mereka tersebut. Mereka tidak bersyukur kepada Tuhan dan tidak memahami tanggung jawab mereka
sebagai anggota masyarakat yang terhormat.

Al-Quran mengingatkan kaum Quraisy agar menyadari rahmat Tuhan yang diberikan kepada mereka dan
mengapresiasi kebergantungan mutlak mereka kepada Sang Pencipta. Pesan awal Al-Quran menekankan
bahwa orang yang tidak bersyukur kepada Tuhan adalah orang yang kafir dalam arti tidak bersyukur,
bukan ateis.

Al-Quran juga mengajak kaum Quraisy untuk melihat "tanda-tanda" rahmat dan kekuasaan Tuhan di
alam semesta. Jika mereka gagal mewujudkan rahmat Tuhan dalam masyarakat mereka sendiri, mereka
tidak akan dapat memahami hakikat dari segala sesuatu. Muhammad juga mengajarkan agar kaum
Muslim menciptakan masyarakat yang adil dan setara, dengan menunaikan kewajiban seperti zakat dan
shalat.

Agama Islam, atau islam, mengajarkan kepasrahan eksistensial kepada Allah. Muslim adalah orang yang
menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Sang Pencipta. Islam mengajarkan etika sosial dan moral yang
berhubungan dengan penyembahan kepada satu Tuhan. Al-Quran menghindari spekulasi teologis dan
mengajak umat Muslim untuk mengalami Tuhan melalui "tanda-tanda" alam dan menggunakan imajinasi
untuk melihat keberadaan transenden Tuhan di balik dunia yang beragam ini.

Allah dalam Al-Quran tampil lebih impersonal daripada YHWH dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Al-Quran
mengajak kaum Muslim untuk melihat alam sebagai penampakan Tuhan dan menumbuhkan sikap
sakramental atau simbolik terhadapnya.

Dalam kesimpulannya, Muhammad mengajarkan keyakinan tentang keesaan Tuhan kepada kaum
Quraisy dan mengajak mereka untuk bersyukur kepada Tuhan serta melihat keberadaan-Nya melalui
"tanda-tanda" alam. Agama Islam mengajarkan kepasrahan eksistensial kepada Allah dan menekankan
praktik sosial dan moral yang adil. Al-Quran mengajak umat Muslim untuk mengalami Tuhan melalui
imajinasi dan menghargai keberadaan transenden Tuhan di dunia ini.

AI-Quran selalu menekankan perlunya menggunakan akal dalam menguraikan "tanda" atau "pesan" dari
Tuhan. Kaum Muslim dihimbau untuk mengamati alam dengan perhatian dan keingintahuan. Mereka
tidak boleh merendahkan akal mereka. Dalam tradisi Islam, Al-Quran dipandang sebagai tanda yang
paling besar dan penting dari Tuhan.

Al-Quran menekankan keindahan dan kekuatan bahasa Arab yang digunakan dalam penyampaian ayat-
ayatnya. Bahasa Arab sulit diterjemahkan ke dalam bahasa lain, dan terjemahan sering kali tidak mampu
menangkap keindahan bahasa Arab yang padat dan penuh kiasan. Al-Quran ditujukan untuk dibaca
dengan suara keras dan pengaruh bunyi bahasa itu merupakan bagian penting dari kitab suci ini.

Membaca Al-Quran bukanlah sekadar untuk memperoleh informasi, tetapi merupakan latihan spiritual
yang sukar dipahami oleh orang Kristen atau yang tidak memiliki bahasa sakral seperti orang Yahudi,
Hindu, dan Muslim. Membaca Al-Quran dimaksudkan untuk memetik rasa akan yang ilahi, dan
pengalaman membacanya dapat menyentuh rasa pengakuan yang lebih dalam daripada akal.

Al-Quran menghadirkan Tuhan dalam pikiran, hati, dan wujud setiap orang yang beriman. Pengalaman
pengaruh AI-Quran dapat membangkitkan desakan emosional yang mengubah pandangan hidup
seseorang dan memerintahkan mereka untuk mengubah cara hidup mereka.

Pengalaman Umar dan umat Muslim lainnya yang tergugah untuk menganut Islam melalui AI-Quran
dapat dibandingkan dengan pengalaman seni yang mempengaruhi dan mengusik. AI-Quran memberikan
pengalaman guncangan emosi yang memampukan orang mengatasi keterikatan dengan tradisi masa lalu
dan menerima ajaran baru Islam.

Al-Quran memberikan bentuk sastra baru yang memengaruhi dan mengguncang orang-orang, bahkan
mereka yang menolak Islam. Muhammad sebagai penyair dan nabi, serta AI-Quran sebagai naskah dan
teofani, menghadirkan persaingan yang mendalam antara seni dan agama.

Dalam kesimpulannya, AI-Quran menekankan pentingnya menggunakan akal dalam memahami pesan
Tuhan dan mengamati alam dengan perhatian. Al-Quran dipandang sebagai tanda yang paling besar dari
Tuhan, dan pengalaman membacanya dapat membangkitkan perubahan emosional yang mendalam. AI-
Quran memberikan pengalaman seni yang memengaruhi dan mengusik, serta menjadi persaingan yang
mendalam antara seni dan agama.

Dalam tahun-tahun awal misi Muhammad, dia berhasil menarik banyak pengikut dari generasi yang lebih
muda, kelompok pinggiran, dan yang tak beruntung seperti wanita, budak, dan suku-suku yang lemah.
Pada awalnya, orang Makkah sepertinya menerima agama baru yang diperkenalkan oleh Muhammad.
Namun, ketika Muhammad melarang penyembahan terhadap dewa-dewa pagan, ia kehilangan banyak
pengikutnya, dan Islam menjadi keyakinan minoritas yang dianggap rendah dan dibenci.

Muhammad menghadapi penolakan dan ancaman dari kaum Quraisy karena larangan penyembahan
dewa-dewa mereka. Ada tiga dewa kuno yang disenangi oleh orang Arab Hijaz, yaitu Allat, Al-Uzza, dan
Manat. Mereka tidak sepenuhnya dipersonalisasikan seperti dewi-dewi dalam mitologi Yunani, tetapi
dihormati sebagai fokus keilahian. Kisah Ayat-Ayat Setan, yang mengklaim bahwa Muhammad
mengizinkan pemujaan dewi-dewi sebagai perantara, diyakini sebagai alasan utama keterputusan antara
Muhammad dan kaum Quraisy.

Islam menekankan kepercayaan pada satu Tuhan yang tunggal. Muhammad menolak berkompromi
dengan politeisme dan mengajarkan monoteisme yang keras. Keyakinan ini mencela dewa-dewa pagan
dan menekankan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuatan penebusan. Tuhan yang tunggal ini tidak
bisa dipahami sepenuhnya oleh manusia, namun Tuhan ingin dikenal dan menciptakan manusia agar
dapat mengenal-Nya.

Nama-nama dan sifat-sifat Tuhan dalam Islam menunjukkan kebesaran dan keunikan-Nya. Meskipun
sifat-sifat ini terkadang tampak bertentangan, mereka mengingatkan Muslim bahwa Tuhan tidak dapat
tercakup dalam kategori manusia dan melampaui definisi yang sederhana.

Persepsi tentang keunikan Tuhan menjadi landasan moralitas dalam Al-Quran. Politeisme dihina dan
menyembah yang lebih rendah dianggap sebagai dosa terbesar. Islam menekankan bahwa hanya dengan
mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan, manusia dapat mencapai persatuan dan menghindari
perselisihan dalam masyarakat.

Kesulitan dalam menyampaikan pesan ilahi yang tak terlukiskan ke dalam bahasa manusia tercermin
dalam peristiwa Ayat-Ayat Setan. Muhammad menunjukkan sikap pragmatis dan tak berkompromi
terhadap politeisme. Setiap kali ada usulan untuk menggabungkan tauhid dengan pemberhalaan, dia
menolak dengan tegas.

Kesimpulannya, Islam mengajarkan kepercayaan pada satu Tuhan yang tunggal, mengecam politeisme,
dan menekankan kesadaran akan keunikan dan kebesaran Allah. Sifat-sifat Tuhan yang tak terbatas
mengajarkan Muslim untuk menghormati-Nya dan menghindari kesalahan dalam penyembahan.

Rukun Islam pertama adalah syahadat, yang merupakan pengakuan keimanan seorang Muslim kepada
Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang sejati dan kepada Muhammad sebagai utusan-Nya. Syahadat
bukan hanya penegasan tentang eksistensi Tuhan, tetapi juga sebuah panggilan untuk menjadikan Allah
sebagai fokus utama dalam kehidupan individu dan masyarakat. Konsep keesaan Tuhan menekankan
bahwa semua agama wahyu berasal dari Allah, meskipun diungkapkan secara kultural dan dalam bentuk
yang berbeda.

Dalam agama Islam, Allah dipandang sebagai satu-satunya realitas sejati dan sumber keindahan serta
kesempurnaan. Pengucapan syahadat menuntut integrasi kehidupan dengan menjadikan Allah sebagai
prioritas utama. Kepercayaan kepada Allah juga menuntut penghargaan terhadap aspirasi keagamaan
orang lain. Allah memiliki banyak nama dan sifat yang mencerminkan keesaan dan keagungan-Nya.

Cahaya adalah salah satu simbol yang sering digunakan dalam Al-Quran untuk menggambarkan Realitas
ilahi yang tak terjangkau oleh ruang dan waktu. Pengalaman wahyu dihubungkan dengan cahaya yang
diberikan oleh Alla h. AI-Quran menekankan kesinambungan pengalaman keagamaan antara umat
manusia dari berbagai agama. Islam tidak menganggap agama-agama lain sebagai salah atau tidak
lengkap, melainkan menekankan kesinambungan dengan pandangan para nabi sebelumnya.

Muhammad menghadapi ujian dalam mempertahankan keyakinannya akan kesinambungan pengalaman


keagamaan. Umat Muslim mengalami kesulitan dan penindasan di Makkah, sehingga mereka bermigrasi
ke Yatsrib (Madinah) di mana sejumlah suku pagan siap menerima Islam sebagai solusi spiritual dan
politik. Tiga suku Yahudi di Yatsrib telah mempersiapkan pemikiran kaum pagan untuk menerima
monoteisme. Pemukiman ini menjadi tempat perlindungan dan pertumbuhan bagi komunitas Muslim.

Secara keseluruhan, materi ini membahas konsep syahadat sebagai pengakuan keimanan, pentingnya
keesaan Tuhan, dan kesinambungan pengalaman keagamaan dalam Islam.

Sebelum hijrah ke Yatsrib (Madinah), Muhammad mengadopsi beberapa elemen agama Yahudi agar
lebih diterima oleh komunitas Yahudi di Madinah. Dia memerintahkan umat Muslim untuk berpuasa
pada hari Penebusan Dosa umat Yahudi, memperbolehkan pernikahan antara Muslim dengan wanita
Yahudi, dan mematuhi beberapa aturan makanan Yahudi. Pada awalnya, kaum Yahudi di Madinah
memberikan kesempatan kepada Muhammad karena sikapnya yang positif terhadap keyakinan mereka.
Namun, kemudian mereka beralih menjadi musuhnya karena beberapa alasan agama dan politik.

Muhammad belajar banyak dari orang Yahudi Madinah, termasuk tentang kitab suci mereka, kronologi
para nabi, dan kisah Ismail sebagai anak Ibrahim. Dia juga menyadari perbedaan pandangan antara
Yahudi dan Kristen. Muhammad merasa kecewa dengan penolakan yang dialaminya oleh sebagian besar
komunitas Yahudi, tetapi beberapa orang Yahudi bersikap ramah dan membantu Muhammad dalam
memahami dan menjawab kritik dari orang Yahudi lainnya.

Pada tahun 624, Muhammad mengubah arah kiblat shalat umat Muslim dari Yerusalem menjadi Ka'bah
di Makkah, untuk menegaskan kemandirian agama Islam. Muhammad juga terlibat dalam pertempuran
melawan musuh-musuhnya di Madinah dan Makkah untuk mempertahankan umat Muslim. Pada akhir
hayatnya, mayoritas suku Arab telah bergabung dengan umat Muslim, meskipun banyak dari mereka
hanya secara nominal menganut Islam.

Setiap Muslim diperintahkan untuk menjalankan ibadah haji setidaknya sekali dalam hidupnya jika
mampu. Ritus haji mengingatkan umat Muslim akan kisah Ibrahim, Hajar, dan Ismail, serta menekankan
komunalitas dan spiritualitas Islam. Ritus ini juga mendorong persatuan umat Muslim dari berbagai latar
belakang dan menekankan perdamaian dan keselarasan.

Secara keseluruhan, Muhammad menghadapi tantangan dan penolakan dari komunitas Yahudi di
Madinah, namun dia juga belajar banyak dari mereka dan mengintegrasikan pengajaran-pengajaran
tersebut ke dalam ajaran Islam.

Materi tersebut menjelaskan tentang perkembangan agama Islam setelah kematian Nabi Muhammad
pada tahun 632 Masehi. Setelah kematiannya, beberapa orang Badui berusaha memisahkan diri dari
umat Islam, tetapi kesatuan politik di Arabia tetap terjaga. Agama Islam diterima oleh suku-suku yang
keras kepala karena kesuksesan Muhammad yang menunjukkan bahwa paganisme sudah tidak sesuai
lagi dengan dunia modern.

Dalam kehidupan Muhammad, cita-cita agama Islam mencakup persamaan gender. Pada masa jahiliah
sebelum Islam, perempuan memiliki kedudukan rendah, tetapi Islam mendorong emansipasi perempuan
dan memberikan hak-hak hukum dalam soal warisan dan perceraian. Muhammad juga mendorong
partisipasi aktif perempuan dalam urusan ummah.

Namun, setelah masa kekhalifahan Abbasiyah, kaum wanita Muslim mengalami penurunan status dan
terpinggirkan dalam masyarakat. Beberapa praktik seperti penggunaan hijab dan penahanan dalam
harem diadopsi dari kebiasaan Persia dan Kristen Byzantium.

Islam memiliki sejumlah sekte dan aliran yang berbeda, terutama perpecahan antara Sunni dan Syiah
yang lebih bersifat politik daripada doktrinal. Perdebatan seputar kepemimpinan politik ummah
mempengaruhi pandangan teologis dan konsepsi tentang Tuhan.

Dalam Islam, politik tidak terpisah dari kehidupan keagamaan pribadi. Ummah (komunitas Muslim)
memiliki makna sakramental sebagai tanda bahwa Tuhan telah merahmati upaya membebaskan
manusia dari penindasan dan ketidakadilan. Konsepsi tentang Tuhan yang transenden juga merupakan
kehadiran imanen yang dapat ditemukan dalam dunia.

Islam memiliki kelompok yang berbeda dalam hal penekanan pada ajaran dan tradisi. Kaum tradisionis
(ahl al-hadits) menekankan kesucian Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad, sementara Mu'tazilah lebih
mengedepankan akal dan kehendak bebas manusia dalam menjaga etika dan tanggung jawab moral.

Kelompok Syiah memiliki keyakinan tentang imam-imam yang dipandang memiliki wewenang spiritual
dan pengetahuan sejati tentang Tuhan. Mereka dianggap sebagai perantara antara umat Muslim dan
Tuhan.

Materi tersebut juga menjelaskan perdebatan teologis dan politik seputar predestinasi dan keadilan
Tuhan. Pendukung Dinasti Umayah berargumen bahwa tindakan mereka merupakan takdir Tuhan,
sementara Mu'tazilah dan kelompok tradisionis memiliki pandangan yang berbeda terkait kehendak
bebas dan keadilan Tuhan.

Singkatnya, materi ini membahas perkembangan Islam pasca-kematian Nabi Muhammad, peran
perempuan dalam Islam, sekte dan aliran dalam Islam, hubungan antara politik dan agama dalam Islam,
serta perdebatan teologis tentang konsep Tuhan dalam Islam.

Persoalan predestinasi dan kehendak bebas, serta gagasan tentang Tuhan yang personal dan impersonal,
telah menjadi perdebatan di kalangan Kristen. Konsepsi tentang Tuhan yang personal memiliki kesulitan
dalam menjaga keseimbangan antara atribut-atribut yang manusiawi dan keilahian yang tak terpahami.
Terlalu mudah untuk mengubah konsep Tuhan menjadi sesuai dengan harapan dan pandangan pribadi
kita.

Untuk menghindari bahaya ini, kaum tradisionalis membedakan antara esensi dan aktivitas Tuhan.
Mereka mengklaim bahwa sifat-sifat yang berhubungan dengan dunia, seperti berkuasa, mengetahui,
berkehendak, mendengar, dan melihat, telah ada bersama Allah sejak awal, sementara esensi Tuhan
tetap tak terpahami. Hal ini membantu menjaga pemahaman bahwa Tuhan tidak terbatas oleh
pemikiran manusia.

Namun, ketika khalifah AI-Ma'mun berpihak kepada aliran Mu'tazilah dan mencoba mengenalkan
gagasan mereka sebagai doktrin resmi, hal ini menimbulkan ketakutan dan penolakan dari beberapa
orang awam. Seorang tokoh tradisionalis terkemuka, Ahmad ibn Hanbal, memimpin pemberontakan
melawan rasionalisme Mu'tazilah. Ia menolak diskusi rasional mengenai Tuhan dan menekankan
ketaktercerapan kodrat ilahi.

Namun, ada juga sejumlah Muslim yang mencoba menemukan jalan tengah antara rasionalisme ekstrem
dan obskurantisme. Abu Al-Hasan ibn Ismail AI-Asy'ari, misalnya, menggunakan nalar dan logika untuk
membuktikan bahwa Tuhan berada di luar jangkauan penalaran manusia, namun tetap penting untuk
menggunakan akal dan penalaran dalam memahami keagamaan.

AI-Asy'ari membangun tradisi kalam (teologi) dan mengembangkan gagasan-gagasannya lebih lanjut. Dia
mencoba menemukan keselarasan antara penjelasan rasional dan pengalaman keagamaan tentang
Tuhan. Meskipun demikian, dia menolak memasukkan realitas misterius Tuhan ke dalam suatu sistem
koheren dan rasionalistik.

Murid-murid AI-Asy'ari juga mengembangkan gagasan-gagasannya. Sebagai contoh, Abu Bakr AI-
Baqillani menggunakan argumen rasional untuk membuktikan eksistensi Tuhan, namun menolak
kemampuan manusia untuk membedakan antara kebaikan dan kejahatan tanpa wahyu. AI-Baqillani
mengembangkan teori atomisme atau okasionalisme yang menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia
bergantung pada perhatian langsung Tuhan.

Pada akhirnya, eksperimen kalam tidak begitu sukses dalam mencapai pengakuan yang luas. Kalam tidak
menjadi sepenting teologi di kalangan Kristen Barat. Rasionalisme terus mempengaruhi pemikir-pemikir
selanjutnya, namun sebagian besar umat Muslim tidak terlalu mempercayai usaha rasionalis semacam
itu.

Secara keseluruhan, Islam, seperti juga Yudaisme dan Kristen, memiliki beragam pendekatan terhadap
persoalan-persoalan teologis dan konsepsi tentang Tuhan. Ada upaya untuk memadukan nalar dan
keimanan, namun juga penolakan terhadap upaya memasukkan realitas misterius Tuhan ke dalam
pemahaman manusia secara rasionalistik.

Anda mungkin juga menyukai