Anda di halaman 1dari 1

Kurasa di dunia ini tidak banyak orang yang bisa mengerti isi kepalaku.

Uniknya,
terkadang aku justru lebih tersambung dengan mereka yang telah berumur lanjut.
Bapak itu, aku yakin, beliau tidak hanya mahir menyelesaikan persoalan kebumian,
tetapi juga mahir membaca situasi dan kondisi. Mahir membuat kelas yang malas-
malasan kembali hidup walau dengan sedikit nafas. Celetukan tajam berbahasa Jawa
yang keluar dari mulutnya menunjukkan bahwa beliau memiliki kematangan intelektual.
Terkesan kolot, tetapi di mataku beliau memiliki jiwa humor yang lebih elegan.

Pemikiranku terlalu kuno, tetapi aku merasa pemikiran semacam itulah yang lebih
holistik untuk memahami suatu fenomena. Pemikiranku sama sekali tidak praktis,
selalu dipenuhi dengan mengapa bisa begini dan begitu? Pemikiran semacam ini
bagaikan pedang bermata dua. Jikalau aku terus mengejarnya dengan pengaturan waktu
yang matang, rasa penasaranku akan terjawab satu per satu. Namun, jika pengaturan
waktuku meleset yang terjadi adalah aku akan termangu-mangu dilibas peradaban.

Anda mungkin juga menyukai