Lapperjadin - Monev SC 3 Dan SC 4 Bali - 11072019
Lapperjadin - Monev SC 3 Dan SC 4 Bali - 11072019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena atas perkenanNya
maka penyusunan Laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup Pada Kegiatan Pembangunan Shortcut 3 dan 4 Ruas
Singaraja-Mengwitani ini dapat diselesaikan.
Pulau Bali sebagai salah satu tujuan wisata dalam dan luar negeri seyogyanya
didukung dengan infrastruktur jalan yang baik dan memadai untuk menunjang sektor
pariwisata serta memudahkan pergerakan antar daerah. Salah satu jalur yang cukup
sering dilalui untuk tujuan wisata pulau Bali adalah Ruas Jalan Bts. Kota Singaraja-
Mengwitani yang merupakan ruas jalan nasional yang berada di jalur tengah Pulau Bali
yang menghubungkan Kawasan Bali Utara dengan Bali Selatan. Yang menjadi
permasalahan saat ini adalah bahwa infrastruktur penghubung dari Kawasan Bali
Selatan dan Bali Utara hanya memiliki satu jalan poros. Hal ini mengakibatkan
keterbatasan akses serta seringkali dibutuhkan waktu tempuh yang cukup lama.
Untuk memperlancar arus lalu lintas pada jalur tersebut, Direktorat Jenderal Bina
Marga bermaksud memperbaiki jalur jalan tersebut agar tetap dalam kondisi baik, salah
satunya melalui pembangunan shortcut ruas Bts. Kota Singaraja- Mengwitani.
Pembangunan shortcut ini diharapkan dapat mempercepat waktu tempuh dari Bali
Selatan terutama Denpasar sebagai Ibukota Provinsi Bali dan daerah destinasi
pariwisata Bali menuju Singaraja ataupun sebaliknya, sehingga secara tidak langsung
dapat mempercepat perkembangan perekonomian di kawasan Bali Utara..
Dalam rangka mendapatkan informasi yang lebih obyektif tentang kemajuan
Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Pada Kegiatan
Pembangunan Shortcut 3 dan 4 Ruas Singaraja-Mengwitani, Subdirektorat Lingkungan
dan Keselamatan Jalan melaksanakan monitoring dan evaluasi pada tanggal 11-12 Juli
2019. Adapun tujuan dari pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini adalah
mengidentifikasi potensi permasalahan dan memberikan rekomendasi terkait
Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L) pada kegiatan pembangunan
shortcut 3 dan 4, Ruas Bts. Kota Singaraja-Mengwitani Shortcut di Provinsi Bali.
Laporan Monitoring Evaluasi disusun berdasarkan hasil pemantauan dan diskusi
bersama penyedia jasa dan Satuan Kerja PJN Wilayah III Provinsi Bali pada saat
i
monitoring evaluasi dilaksanakan. Diharapkan Laporan Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Pada Kegiatan
Pembangunan Shortcut 3 dan 4 Ruas Singaraja-Mengwitani ini dapat memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan menjadi bahan perbaikan untuk
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup kedepannya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.…………………………….…….……………………………..…....... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..………..…...… iii
DAFTAR GAMBAR..………………………………………………….……………..…….… iv
DAFTAR TABEL………………….………………………………………………………..… vii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………..…………………………..…. 1
1.1. LATAR BELAKANG………………………………………………………..…. 1
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT………………………………………………..…... 2
BAB 2 GAMBARAN LOKASI………………………………………..………………….….. 3
2.1. LOKASI KEGIATAN……………………………………………………..….… 3
2.2. DESKRIPSI KEGIATAN………………………………………………….…... 4
BAB 3 HASIL TINJAUAN LAPANGAN……………………………….…………………… 6
3.1. KONDISI UMUM………………….…………………………………...………. 6
3.2. PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI………………………………….. 11
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Gambar 3.21 Contoh mobile toilet………………………………………….…………….. 22
Gambar 3.22 Pekerjaan di pesisir danau yang akan mengakibatkan peningkatan air
run off di SC 4………………………………..……………………………… 23
Gambar 3.23 Contoh penghijauan di sekitar jalan………………….…………………... 23
Gambar 3.24 Gudang limbah B3……………………………………………….…………….. 24
Gambar 3.25 Contoh TPS Limbah B3………………………………………….…….………. 24
Gambar 3.26 Layout Batching Plant di SC 4……………………………………….……. 26
Gambar 3.27 Dinding rawan erosi di SC 4………………………………………….….… 27
Gambar 3.28 Contoh Implementasi teknologi hydroseeding…………………….………... 27
Gambar 3.29 Sisa galian dan timbunan yang bisa mengakibatkan penurunan
kualitas air permukaan………………………………………………….….. 28
Gambar 3.30 Pekerjaan di pesisir danau yang bisa mengganggu habitat biota air
permukaan…………………………………………………………………... 28
Gambar 3.31 Sisa galian dan timbunan yang bisa mengakibatkan penurunan
kualitas air permukaan…………………………………………………….. 29
Gambar 3.32 Contoh Penanaman hutan kembali……………………….……………… 29
Gambar 3.33 Penyimpanan Material semen tidak sesuai dengan ketentuan…….…. 31
Gambar 3.34 Contoh cara penyimpanan material semen sebaiknya disusun dan
menggunakan Palet sebagai alas………………………………………… 31
Gambar 3.35 Penyimpanan Material besi beton tidak terlindungi dan tidak diberi
alas…………………………………………………………………………… 32
Gambar 3.36 Contoh Penyimpanan Material geogrid disusun,diberi alas dan
terlindung dari hujan……………………………………………………….. 32
Gambar 3.37 Material hasil pabrikasi ditempatkan dijalan umum dan tidak diberi.
Pembatas……………………………………………………………………. 33
Gambar 3.38 Contoh cone sebagai penanda terutama pada malam hari……….…… 33
Gambar 3.39 Basecamp untuk pekerja belum memadai……………………….……… 34
Gambar 3.40 Contoh Basecamp untuk pekerja yang baik sirkulasi udara dan
penerangannya……………………………………………………………… 34
Gambar 3.41 Pekerja tidak dilengkapi APD sarung tangan……….…………………… 35
Gambar 3.42 Contoh penggunaan APD standar pekerjaan…………….……………... 35
Gambar 3.43 Lubang hasil galian…………………………………………………………. 36
Gambar 3.44 Contoh penggunaan barikade pengaman untuk lubang….……………. 36
v
Gambar 3.45 Belum tersedia papan statistik kinerja K3 pada basecamp/kantor
proyek………………………………………………………………………... 37
Gambar 3.46 Contoh Papan Statistik Kinerja K3 di Lokasi Pekerjaan…………..……. 37
Gambar 3.47 Contoh PapanTanggap Darurat…………………………………….….…. 38
Gambar 3.48 Contoh Papan Nomor Telepon Penting……………………………….…. 38
Gambar 3.49 Contoh Tempat Titik Kumpul………………………………………….…... 39
Gambar 3.50 Contoh Denah Jalur Evakuasi Proyek………………………………….... 39
Gambar 3.51 Contoh Penerapan Rencana Tanggap Darurat di Lokasi…………….... 39
Gambar 3.52 Pemasangan panel listrik outdoor ditempelkan pada pohon…………... 40
Gambar 3.53 Contoh penempatan tersendiri panel listrik outdoor………………….… 40
Gambar 3.54 Pekerja tidak dilengkapi APD earplug/earmuff di area dengan tingkat
kebisingan tinggi……………………………………………………………. 41
Gambar 3.55 Contoh penggunaan APD standar pekerjaan…………………….……... 41
Gambar 3.56 Kondisi tebing yang mudah longsor dan belum terdapat saluran air…. 42
Gambar 3.57 Contoh saluran sementara dengan menggunakan geotekstil……….… 42
Gambar 3.58 Contoh penanaman rumput vetiver untuk perlindungan tebing…….…. 42
Gambar 3.59 Keretakan pada badan jalan yang berpotensi terjadi longsor…….…… 43
Gambar 3.60 Contoh penggunaan rambu dan warning tape untuk pengamanan…... 43
Gambar 3.61 Contoh penggunaan geomembrane untuk menjaga keseimbangan air 43
Gambar 3.62 Dokumen RKK belum mengikuti format sesuai peraturan yang
ditentukan……………………………………………………………………. 44
Gambar 3.63 Contoh dokumen RKK mengikuti format sesuai dengan ketentuan
yang berlaku………………………………………………………………… 44
Gambar 3.64 Penempatan tabung gas bertekanan masih belum memenuhi standar
keamanan……………………………………………………………..…….. 45
Gambar 3.65 Contoh penyimpanan tabung gas bertekanan secara berdiri tegak
dan diberikan rak……………………………………………………………. 45
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pulau Bali sebagai salah satu tujuan wisata dalam dan luar negeri
seyogyanya didukung dengan infrastruktur jalan yang baik dan memadai untuk
menunjang sektor pariwisata serta memudahkan pergerakan antar daerah. Salah
satu jalur yang cukup sering dilalui untuk tujuan wisata pulau Bali adalah Ruas
Jalan Bts Kota Singaraja-Mengwitani yang merupakan ruas jalan nasional yang
berada di jalur tengah Pulau Bali yang menghubungkan Kawasan Bali Utara
dengan Bali Selatan.
Panjang Ruas Jalan Bts. Kota Singaraja-Mengwitani adalah 60,45 km. Saat
ini ruas jalan tersebut menjadi satu-satunya jalan poros antara kawasan Bali Utara
dan Bali Selatan dengan waktu tempuh perjalanan kurang lebih 1,5 jam pada saat
arus lalu lintas lancar. Kondisi jalan bervariasi dengan fungsi jalan adalah Kolektor
Primer.
1
Untuk memperlancar arus lalu lintas pada jalur tersebut Direktorat Jenderal
Bina Marga bermaksud memperbaiki jalur jalan tersebut agar tetap dalam kondisi
baik, salah satunya melalui pembangunan shortcut ruas Bts. Kota Singaraja-
Mengwitani. Pembangunan shortcut ini diharapkan dapat mempercepat waktu
tempuh dari Bali Selatan terutama Denpasar sebagai Ibukota Provinsi Bali dan
daerah destinasi pariwisata Bali menuju Singaraja ataupun sebaliknya, sehingga
secara tidak langsung dapat mempercepat perkembangan perekonomian di
kawasan Bali Utara.
2
BAB 2
GAMBARAN LOKASI
4
sepanjang 1.478,50 m yang terdiri dari 352 m pada rencana pembangunan
shortcut 3, dan 1.126,50 m pada rencana pembangunan shortcut 4. Trase
pembangunan shortcut 3 dan 4, Ruas Bts. Kota Singaraja-Mengwitani dapat dilihat
pada gambar 2.3 dan 2.4
5
BAB 3
HASIL TINJAUAN LAPANGAN
A. Aspek Lingkungan
Kegiatan Pembangunan Shortcut 3 Ruas Singaraja-Mengwitani
Letak lubang kontrol tangki septik yang tidak jelas, serta belum terlihat
mobile toilet pada lokasi kegiatan.
Peningkatan air larian (run off) pada kegiatan penyiapan lahan dan
perkerasan jalan di lokasi pekerjaan.
7
5. Pengolahan air limbah Batching Plant dan bak penampungan lumpur
residu
Batching Plant belum dibangun, peta layout batching plant tidak detail
menunjukkan kontur elevasi dan dimensi. Belum ada perencanaan yang
jelas mengenai pengolahan limbah batching plant (baru terdapat
perencanaan lokasi kolam limbah).
8. Biota air
Terganggunya flora dan fauna pada tapak proyek dan sekitarnya pada
kegiatan penyiapan lahan.
11. Sosial
8
B. Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
7. Media sosialisasi K3
Spanduk/media sosialisasi yang berkaitan dengan keselamatan selama
pekerjaan baik dilokasi terbuka maupun tertutup, sebagai upaya
10
pencegahan dalam memitigasi potensi-potensi yang mungkin terjadi sudah
tersedia.
11
Tabel 3.1. Permasalahan dan Rekomendasi terhadap Aspek Lingkungan pada Kegiatan Pembangunan Shortcut 3
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
1. Pengelolaan Sampah Domestik Pengadaan tempat sampah di basecamp Kondisi Eksisting
Tidak terdapat tempat sampah di dengan lokasi dan penempatan wadah
basecamp. sampah diletakkan sedekat mungkin dengan
sumber sampah, tidak mengganggu pemakai
jalan atau sarana umum lainnya dan
memperhatikan jarak antar wadah. 1)
Kegiatan menggelompokkan sampah paling
sedikit terdiri atas:2) Gambar 3.1.
Tidak terdapat tempat sampah di basecamp
• Sampah yang mudah terurai (Organik)
• Sampah yang dapat digunakan kembali Penerapan Rekomendasi
(Non organik)
• Sampah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun serta limbah
bahan berbahaya dan beracun (Limbah
B3)
Sumber :
1) SNI N19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional
Gambar 3.2.
pengelolaan sampah perkotaan
Contoh wadah sampah yang kedap air dan
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
udara, mudah dibersihkan,mudah diangkat,
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah memiliki penutup, dan terpilah (Organik, Non
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga organik, Limbah B3)
12
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
2. Pengelolaan limbah domestik Menyediakan bangunan tangka septik sesuai Kondisi Eksisting
a Bangunan tangki septik yang dengan ketentuan yang berlaku. Beberapa
belum sesuai dengan ketentuan kriteria tangki septik yang harus dipenuhi
yang berlaku (lubang kontrol tangki adalah sebagai berikut :
septik tidak jelas, pipa lubang • Tangki septik diberi lubang kontrol
hawa tidak tinggi serta tidak sebagai titik lokasi pengurasan pada
berbentuk T). saat lumpur tinja sudah saatnya dikuras.
• Pipa lubang hawa berbentuk T untuk
menghindari air hujan masuk ke tangki
Gambar 3.3.
septik, pipa lubang hawa harus memiliki Kondisi tangki septik di SC 3
ketinggian di atas tinggi orang pada
Penerapan Rekomendasi
umumnya untuk mengurangi bau tercium
langsung oleh orang yang berada di
lokasi tersebut.
Gambar 3.4.
Contoh lubang hawa pada tangki septik
13
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
b Belum ada pemisahan Penyediaan toilet khusus pria dan toilet Kondisi Eksisting
penggunaan toilet pria dan toilet khusus wanita, serta menyediakan tempat
wanita. Dan tidak tersedia tempat sampah di toilet wanita (jika penyedia jasa
sampah di toilet wanita. memperkerjakan wanita) 1)
Gambar 3.5.
Kondisi toilet di SC 3
Penerapan Rekomendasi
Gambar
Lay out WC
Sumber :
Gambar 3.6.
Contoh pemisahan toilet khusus pria dan
toilet khusus wanita
14
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
3. Air larian (run off) Pengendalian air larian (run off) untuk Kondisi Eksisting
Peningkatan air larian (run off) mencegah genangan air di sekitar lokasi
pada kegiatan penyiapan lahan kegiatan (dilakukan setiap hari selama
dan perkerasan jalan di lokasi kegiatan konstruksi terutama pada saat
pekerjaan. hujan). Bentuk pengendalian air larian adalah
sebagai berikut :
• Membuat kolam penampung sementara
sehingga air dari tapak kegiatan tidak
Gambar 3.7.
langsung membebani badan air Penyiapan lahan pada pembangunan
penerima. shortcut 3
Gambar 3.8.
Contoh penghijauan di sekitar jalan
15
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
4. Erosi dan Sedimentasi Untuk mencegah longsor dan erosi selama Kondisi Eksisting
Peningkatan potensi erosi dan penggalian untuk bahan timbunan, tepi dari
sedimentasi pada pekerjaan galian galian untuk bahan timbunan tidak boleh
dan timbunan (disekitar lokasi kurang dari 2 meter dari bawah timbunan,
kegiatan). atau ketinggian 10 meter dari puncak
galian.1)
Pengendalian erosi permukaan dengan
metode vegetatif (teknologi hydroseeding). 2) Gambar 3.9.
Dinding yang rawan erosi pada
Sumber : pembangunan shortcut 3
1) Spesifikasi Umum 2018 Bina Marga seksi 1.17.2
2) 02/SE/M/2018 Pedoman penerapan teknologi
Penerapan Rekomendasi
hydroseeding untuk pengendalian erosi permukaan lereng
jalan
Gambar 3.10.
Contoh implementasi teknologi hydroseeding
16
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
5. Pelaporan Pelaksanaan • Pelaporan internal RKPPL dilakukan Kondisi Eksisting
Rencana Kerja Pengelolaan dan setiap bulan dan harus diberi tanggal
Pemantauan Lingkungan pada akhir bulan kalender (Spesifikasi
(RKPPL) Umum 2018 Bina Marga Seksi 1.17.4).
Laporan pelaksanaan RKPPL • Setiap kejadian dan/atau kelalaian akibat
masih menyatu dengan dokumen tidak dilaksanakannya ketentuan dalam
RKPPL dan belum dilaporkan RKPPL maka pemotongan pembayaran
terpisah setiap bulan (yang akan diterapkan (Spesifikasi Umum 2018
dilaporkan secara kumulatif dari Bina Marga Seksi 1.17.5).
Gambar 3.11.
bulan Maret 2019 sampai dengan
Laporan pelaksanaan RKPPL masih
Juni 2019). menyatu dengan dokumen RKPPL
18
Tabel 3.2. Permasalahan dan Rekomendasi terhadap Aspek Lingkungan pada Kegiatan Pembangunan Shortcut 4
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
1. Pengelolaan sampah domestik Melaksanakan pengelolaan sampah domestic Kondisi Eksisting
Sampah masih belum dikelola dengan baik. Setiap orang dalam pengelolaan
dengan baik. Tempat sampah yang sampah wajib mengurangi dan menangani
digunakan belum sesuai dengan sampah dengan cara yang berwawasan
kriteria dan masih menggunakan lingkungan (sampah yang dihasilkan seminimal
karung atau plastik untuk tempat mungkin dan dapat digunakan kembali, 3R
pembuangan sampah. Reduce, Reuse, Recycle). 1)
Lokasi dan penempatan wadah sampah
Gambar 3.14.
ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber
Sampah di tepi danau
sampah, tidak mengganggu pemakai jalan atau
sarana umum lainnya dan memperhatikan jarak Kondisi Eksisting
antar wadah. 2)
Adanya pemilahan (kegiatan pengelompokan
sampah) paling sedikit terdiri atas:
• Sampah yang mudah terurai (Organik)
• Sampah yang tidak mudah terurai/dapat
digunakan kembali (Non organik)
• Sampah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun serta limbah bahan Gambar 3.15
Sampah di basecamp pembangunan SC4
19
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
berbahaya dan beracun (Limbah B3) Penerapan Rekomendasi
Kriteria tempat sampah yang disediakan harus
kedap air dan udara, mudah dibersihkan, mudah
diangkat, memiliki penutup. 3)
Sumber :
1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Gambar 3.16.
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Contoh rambu-rambu peringatan jangan
Sampah Rumah Tangga membuang sampah
2) SNI N19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional
pengelolaan sampah perkotaan
Penerapan Rekomendasi
3) Permen PU No. 3 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan
Gambar 3.17.
Contoh wadah sampah yang kedap air dan
udara, mudah dibersihkan,mudah diangkat,
memiliki penutup, dan terpilah (Organik, Non
organik, Limbah B3)
20
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
2. Pengelolaan limbah domestik Memperjelas letak lubang kontrol tangki septik Kondisi Eksisting
a Letak lubang kontrol tangki septik untuk titik pengurasan lumpur tinja.
yang tidak jelas. Pengurasan lumpur tinja pada tangki septik
harus dilakukan pada periode tertentu untuk
menjamin effluent air limbah yang keluar dari
tangki septik sesuai dengan baku mutu.
Gambar 3.18.
Kondisi tangki septik di SC 4
Penerapan Rekomendasi
Gambar 3.19.
Contoh posisi tangki septik
21
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
b Belum terlihat mobile toilet pada Penyedia jasa wajib menyediakan toilet bagi Kondisi Eksisting
lokasi proyek. pekerja dengan kriteria:
• Toilet harus mudah diakses, mempunyai
penerangan yang cukup dan terlindung dari
cuaca. 1)
• Jika toilet berada di luar (mobile toilet),
harus disediakan jalur jalan kaki yang baik
dengan penerangan yang memadai di
Gambar 3.20.
sepanjang jalur tersebut. 1) Belum ada mobile toilet di sekitar lokasi
• Toilet harus dibuat dan ditempatkan pekerjaan
sedemikian rupa sehingga dapat menjaga
Penerapan Rekomendasi
privasi orang yang menggunakannya dan
terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan.1)
Sumber ;
Gambar 3.21.
Contoh mobile toilet
22
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
3. Air larian (run off) Pengendalian air larian untuk mencegah Kondisi Eksisting
Peningkatan air larian (run off) pada genangan air di sekitar lokasi kegiatan (dilakukan
kegiatan penyiapan lahan dan setiap hari selama kegiatan konstruksi terutama
perkerasan jalan di lokasi pekerjaan. pada saat hujan). Bentuk pengendalian air larian
adalah sebagai berikut:
• Membuat kolam penampung sementara
sehingga air dari tapak kegiatan tidak
langsung membebani badan air penerima Gambar 3.22.
(danau). Pekerjaan di pesisir danau yang akan
mengakibatkan peningkatan air run off di
• Melakukan penghijauan/ penanaman pohon/
pembangunan SC 4
tanaman lain di sekitar pembangunan SC 4
agar pada saat operasional dapat berfungsi Penerapan Rekomendasi
sebagai penyerap air ke dalam tanah.
Gambar 3.23.
Contoh penghijauan di sekitar jalan
23
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
4. Pengelolaan limbah Bahan Menyediakan lokasi TPS LB3 sesuai dengan Kondisi Eksisting
Berbahaya dan Beracun (B3) ketentuan yang berlaku. Ketentuan-ketentuan
Belum terlihat lokasi Tempat pada pengelolaan limbah B3, meliputi:
Pembuangan Sementara Limbah B3 • Tidak diperkenankan membuang B3, seperti
(TPS LB3) dalam layout batching cairan kimia, minyak atau thinner cat ke
plant. dalam saluran atau sanitasi yang ada. 1)
• Limbah B3 yang digunakan dan/atau
dihasilkan dari kegiatan (minyak hidrolik
Gambar 3.24.
atau minyak pelumas/oli yang jatuh atau
Gudang limbah B3
tumpah di lokasi pekerjaan dan sekitarnya),
harus segera dibersihkan agar dapat Penerapan Rekomendasi
menghindari terjadinya pencemaran air dan
tanah. 2)
• Pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan dari
kegiatan konstruksi (misalnya oli bekas, kain
majun bekas/terkontaminasi B3, lampu
bekas, baterai bekas, dan sebagainya)
harus sesuai dengan ketentuan dan
perizinan terkait pengelolaan limbah B3. 2) Gambar 3.25.
Contoh TPS Limbah B3
• Limbah B3 yang dihasilkan selama kegiatan
24
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
konstruksi harus disimpan dalam Tempat
Penyimpanan Sementara (TPS) LB3 dengan
spesifikasi yang memenuhi persyaratan
perizinan terkait LB3 yang berlaku dan
dikeluarkan oleh instansi lingkungan hidup
yang berwenang. 2)
• Tempat sampah harus disediakan terpisah
terdiri dari tempat sampah organik, non
organik dan limbah B3, dikosongkan dan
dibersihkan secara periodik 2)
• Material mengandung B3 pada pekerjaan
jalan dan/atau jembatan wajib menyusun
dokumen pengelolaan, termasuk di
dalamnya adalah pengangkutan,
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan,
dan/atau pengolahan material 2)
Sumber :
25
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
5. Pengolahan Air Limbah Batching Peta layout agar dibuat detail dengan Kondisi Eksisting
Plant dan Bak Penampungan menunjukkan kontur elevasi dan dimensi.
Lumpur Residu Pengolahan limbah batching plant agar
Batching Plant belum dibangun, memperhatikan:
peta layout tidak detail menunjukkan • Penggunaan kembali air limbah pencucian
kontur elevasi dan dimensi. Belum batching plant sebagai air baku pembuatan
ada perencanaan yang jelas beton 1), 2), 5), 6)
mengenai pengolahan limbah • Penggunaan air hasil sedimentasi dari
batching plant (baru ada aktivitas produksi, pencucian alat
perencanaan lokasi kolam limbah di operasional, dan pembersihan lahan 3) Gambar 3.26.
batching plant). Layout Batching Plant di pembangunan SC 4
Berdasarkan penelitian, COD Sumber Pustaka :
1) Stamatis Tsimas and Monika Zervaki, Reuse of waste water from
terhadap air hasil penyaringan air
ready-mixed concrete plants, Management of Environmental
limbah batching dapat disimpulkan Quality: An International Journal Vol. 22 No. 1, 2011 pp. 7-17
bahwa air ini memenuhi baku mutu 2) Alaa El-Din Sharkawi1, Olfat AbdAllah2, Eman Sherif
Mohameed3, Recycling Ready Mix Concrete Batch Plant Was, ing
kelas IV, akan tetapi berdasarkan Water For Construction Applications, International Conference on
nilai pH tidak memenuhi baku Advances in Structural and Geotechnical Engineering, 2017
3) Wina Asterina, Kajian sistem pengelolaan air limbah pada operasi
mutu.4)
concrete batching plant menggunakan kolam sedimentasi sebagai
Baku mutu air kelas empat, air yang upaya efisiensi penggunaan air studi kasus pt Adhimix Precast
Indonesia
peruntukannya dapat digunakan
4) Ayub Benny Kristianto1, Pengolahan Limbah Cair Pabrik Beton
26
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
untuk mengairi pertanaman dan/ Ready Mix Menjadi Air Bersih, Jurnal Ilmiah Elektronik
Infrastruktur Teknik Sipil
atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
(PP NO. 82 2001 ttg. Pengelolaan Kualitas Air Dan
6. Erosi dan sedimentasi Mitigasi terhadap potensi dampak berupa erosi Kondisi Eksisting
Peningkatan erosi dan sedimentasi dan sedimentasi adalah sebagai berikut :
pada pekerjaan galian dan • Untuk mencegah longsor dan erosi selama
timbunan. penggalian untuk bahan timbunan, tepi dari
galian untuk bahan timbunan tidak boleh
kurang dari 2 meter dari bawah timbunan Gambar 3.27.
atau ketinggian 10 meter dari puncak galian. Dinding rawan erosi di SC 4
1)
Penerapan Rekomendasi
• Pengendalian erosi permukaan dengan
metode vegetatif (teknologi hydroseeding).2)
Sumber :
1) Spesifikasi Umum 2018 Bina Marga seksi 1.17.2
2) 02/SE/M/2018 Pedoman penerapan teknologi hydroseeding
untuk pengendalian erosi permukaan lereng jalan1, 2011 pp. 7- Gambar 3.28.
17 Contoh Implementasi teknologi hydroseeding
27
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
7. Kualitas air permukaan Untuk menghindari penurunan kualitas air Kondisi Eksisting
Indikasi penurunan kualitas air permukaan dilakukan langkah-langkah sebagai
permukaan (Danau Beratan) pada berikut:
pekerjaan galian dan timbunan (cut • Menghindari terjadinya ceceran material ke
& fill) dan jembatan dikarenakan dalam badan air (danau) dengan pembuatan
naiknya air permukaan danau ke tanggul penghalang air yang berpotensi
lokasi pekerjaan pada saat hujan. meluap ke daratan pada saat hujan.
• Menempatkan material tidak berdekatan Gambar 3.29.
Sisa galian dan timbunan yang bisa
dengan badan air (danau).
mengakibatkan penurunan kualitas air
permukaan
8 Biota air Cara mencegah agar biota air tidak terganggu: Kondisi Eksisting
Indikasi terganggunya biota air pada • Menghindari terjadinya ceceran material ke
air permukaan (danau) pada dalam badan air (danau).
pekerjaan galian dan timbunan (cut • Menempatkan material tidak berdekatan
& fill). dengan badan air (danau)
• Melaksanakan pemantauan terhadap biota
air di danau setiap 3 bulan sekali selama
kegiatan konstruksi berlangsung. Gambar 3.30.
Pekerjaan di pesisir danau yang bisa
mengganggu habitat biota air permukaan
28
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
9. Terganggunya flora dan fauna Langkah-langkah mitigasi terganggunya flora Kondisi Eksisting
Terganggunya flora dan fauna pada dan fauna diantaranya:
lokasi kegiatan dan sekitarnya pada • Menghindari terjadinya fragmentasi habitat
saat pekerjaan pembersihan lahan. dengan membuat batas kegiatan (pagar
pembatas) antara kegiatan pembangunan
(lokasi pekerjaan dan basecamp) dengan
kawasan hutan.
• Melakukan penanaman kembali berbagai Gambar 3.31.
Sisa galian dan timbunan yang bisa
jenis tanaman di sekitar lokasi kegiatan
mengakibatkan penurunan kualitas air
terutama jenis tanaman lokal / habitat hutan permukaan
Penerapan Rekomendasi
Gambar 3.32.
Contoh Penanaman hutan kembali
29
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
10. Pelaporan Pelaksanaan Rencana Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan
Kerja Pengelolaan dan Lingkungan (RKPPL) disiapkan oleh penyedia
Pemantauan Lingkungan jasa yang bertujuan untuk memastikan bahwa
(RKPPL) pengelolaan lingkungan telah dilaksanakan
Belum terdapat dokumen RKPPL sesuai ketentuan dan meningkatkan kesadaran
pada pembangunan jalan di shorcut para pemrakarsa kegiatan untuk mengetahui
4. berbagai kendala dan permasalahan terhadap
efektfitas dalam pelaksanaan pengelolaan
lingkungan.
Pelaporan internal RKPPL dilakukan setiap bulan
dan diberi tanggal pada akhir bulan kalender.
(Spesifikasi Umum 2018 Bina Marga Seksi
1.17.4).
30
Tabel 3.3. Permasalahan dan Rekomendasi terhadap Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Kegiatan Pembangunan
Jalan Shortcut 3
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
1a House Keeping/Penempatan Tempat Penyimpanan dibedakan menjadi 2, Kondisi Eksisting
Material dan Alat yaitu:
Penempatan material dan alat 1. Gudang, dipergunakan untuk
yang belum terpusat, baik yang menyimpan material yang tidak tahan
akan digunakan maupun setelah terhadap perubahan cuaca, bernilai
digunakan untuk pekerjaan ekonomis tinggi seperti semen, keramik,
konstruksi. peralatan tukang dan perlengkapan K3
Tempat penyimpanan material dan perlengkapan Mechanical/Electrical Gambar 3.33
Penyimpanan Material semen tidak sesuai
semen dan geogrid tidak tertata (M/E). Ukuran gudang dibuat secara
dengan ketentuan
dan tidak tertutup/terlindungi dan proporsional dan bentuknya adalah
Penerapan Rekomendasi
langsung ke tanah. bangunan tertutup dengan satu pintu
dan dapat dikunci.
Gambar 3.34
Contoh cara penyimpanan material semen
sebaiknya disusun dan menggunakan Palet
sebagai alas
31
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
2. Tempat Penyimpanan/Penimbunan Kondisi Eksisting
Material, dipergunakan untuk material
yang cukup tahan terhadap cuaca,
sehingga bangunan hanya memiliki atap
tanpa dinding, bahan atap dapat berupa
seng. Material yang disimpan disini
seperti: tulangan, kayu, perancah, pipa,
pvc dll.
Gambar 3.35
Penempatan Material yang akan digunakan Penyimpanan Material besi beton tidak
terlindungi dan tidak diberi alas
harus disimpan untuk menjaga kualitas
supaya sesuai dengan pekerjaan yang Penerapan Rekomendasi
dikerjakan. Material yang sudah digunakan
baiknya di pusatkan dan tertata rapih pada
lokasi yang sudah tersedia.
Penempatan material yang pembuatannya di
lokasi sebaiknya di tempatkan masih dalam
lokasi pabrikasi. Apabila diterapkan diluar
lokasi pabrikasi, maka harus diberi garis
cone, pembatas atau reflektif tape sebagai Gambar 3.36
Contoh Penyimpanan Material geogrid
penanda terutama pada malam hari. disusun,diberi alas dan terlindung dari hujan
32
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
Kondisi Eksisting
Gambar 3.37
Material hasil pabrikasi ditempatkan dijalan
umum dan tidak diberi pembatas
Penerapan Rekomendasi
Gambar 3.38
Contoh cone sebagai penanda terutama
pada malam hari
33
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
b Basecamp untuk pekerja Penyedia jasa harus menyediakan tempat Kondisi Eksisting
Basecamp untuk pekerja belum hunian sementara yang layak selama terjalin
memadai. Tidak tersedianya kontrak kerja dengan fasilitas sanitasi yang
sanitasi dan kurangnya sirkulasi memadai, seperti tersedianya sirkulasi
serta penerangan. udara yang baik dan penerangan yang
cukup.
Gambar 3.39
Basecamp untuk pekerja belum memadai
Penerapan Rekomendasi
Gambar 3.40
Contoh Basecamp untuk pekerja yang baik
sirkulasi udara dan penerangannya
34
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri Perlu adanya petunjuk dan petugas yang Kondisi Eksisting
(APD) Personil di Lapangan memastikan penggunaan APD sebelum
Penerapan tata tertib dan pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan seperti
peraturan penyedia jasa terhadap sarung tangan, baju pelindung, dan sepatu
pemakaian APD belum konsisten. safety.
Masih terlihat beberapa pekerja Penyedia Jasa wajib menyediakan APD
yang mengangkut material belum yang sesuai bagi pekerja di tempat kerja,
mengenakan sarung tangan. dan mengganti jika APD rusak.
Penerapan sistem manajemen K3 di Gambar 3.41
Pekerja tidak dilengkapi APD sarung tangan
lapangan harus dilakukan secara konsisten,
hanya pekerja yang lengkap mengenakan Penerapan Rekomendasi
Gambar 3.42
Contoh penggunaan APD standar pekerjaan
35
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
3. Penggunaan Rambu Pasang barikade atau perlindungan lainnya Kondisi Eksisting
Keselamatan untuk mencegah pekerja atau alat kerja
Belum ada rambu pengaman pada terperosok ke dalam lubang.
lubang hasil galian yang Pasang rambu tanda bahaya atau tanda
berpotensi terjadi bahaya pembatas atau barikade agar setiap pekerja
terperosok. terhindar dari bahaya terperosok.
Gambar 3.43
Lubang hasil galian
Penerapan Rekomendasi
Gambar 3.44
Contoh penggunaan barikade pengaman
untuk lubang
36
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
4. Monitor Pencatatan Kinerja K3 Menyediakan monitor pencatatan K3 atau Kondisi Eksisting
Tidak tersedia monitor papan statistik di basecamp/kantor proyek
pencatatan/papan statistik kinerja yang memuat informasi secara lengkap,
K3 di lokasi pekerjaan (seperti: seperti: pencatatan jumlah tenaga kerja,
pencatatan jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja, jumlah kecelakaan,dll .
jumlah jam kerja, jumlah
kecelakaan,dll).
Gambar 3.45
Belum tersedia papan statistik kinerja K3
pada basecamp/kantor proyek
Penerapan Rekomendasi
Gambar 3.46
Contoh Papan Statistik Kinerja K3 di Lokasi
Pekerjaan
37
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
5. Rencana Tanggap Darurat Membuat dan mengesahkan prosedur dan Penerapan Rekomendasi
Tidak tersedia rencana tanggap rencana tanggap darurat.
darurat yang benar meliputi: Prosedur tanggap darurat harus
struktur tim tanggap darurat, disosialisasikan melalui simulasi tanggap
nomor-nomor penting, rambu-arah darurat kepada seluruh pekerja.
jalur evakuasi, sinyal alarm, serta Perangkat tanggap darurat harus tersedia di
penetapan muster point (lokasi lapangan, meliputi:
berkumpul). • Papan informasi tempat menempatkan
struktur tim tanggap darurat;
• Nomor telepon penting;
Gambar 3.47
• Lokasi titik kumpul; Contoh PapanTanggap Darurat
• Jalur evakuasi;
• Alarm atau penanda kondisi darurat;
• Kotak P3K dan alat pemadam api ringan
(APAR);
• Tandu dan jika mungkin ruang klinik di
basecamp.
Catatan:
• Evaluasi simulasi tanggap darurat harus Gambar 3.48
Contoh Papan Nomor Telepon Penting
38
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
dipelihara.
• Petugas paramedik dan pemadam
Kebakaran harus terlatih/ bersertifikat.
Gambar 3.49
Contoh Tempat Titik Kumpul
Gambar 3.50
Contoh Denah Jalur Evakuasi Proyek
Gambar 3.51
Contoh Penerapan Rencana Tanggap
Darurat di Lokasi
39
Tabel 3.4. Permasalahan dan Rekomendasi terhadap Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Kegiatan Pembangunan
Jalan Shortcut 4
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
1 House Keeping/Penempatan • Panel listrik outdoor ditempatkan Kondisi Eksisting
Material dan Alat tersendiri dan diberikan penguncian.
Penempatan material dan alat Berikan rambu petunjuk bahaya listrik.
yang belum terpusat, baik yang • Kabel listrik dihubungkan melalui tiang-
akan digunakan maupun setelah tiang sebagai kabel udara atau kabel
digunakan untuk pekerjaan ditanam di dalam tanah dengan jenis
konstruksi. kabel yang sesuai.
Gambar 3.52
Pemasangan panel listrik outdoor • Tata cara pemasangan agar mengikuti Pemasangan panel listrik outdoor
ditempelkan pada pohon. ditempelkan pada pohon
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
Penerapan Rekomendasi
Gambar 3.53
Contoh penempatan tersendiri panel listrik
outdoor
40
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
2. Penggunaan APD (Personil di Perlu adanya petunjuk dan petugas yang Kondisi Esisting
Lapangan) memastikan penggunaan APD sebelum
Penerapan tata tertib dan pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan seperti
peraturan penyedia jasa terhadap sarung tangan, baju pelindung, sepatu
pemakaian APD belum konsisten. safety, dan earplug/earmuff.
Masih terlihat beberapa pekerja Penyedia jasa wajib menyediakan APD yang
borepile tidak mengenakan APD sesuai bagi pekerja di tempat kerja dan
yang sesuai (earplug/earmuff) di mengganti jika APD rusak. Gambar 3.54
area dengan tingkat kebisingan Penerapan sistem manajemen K3 di Pekerja tidak dilengkapi APD
earplug/earmuff di area dengan tingkat
tinggi. lapangan harus dilakukan secara konsisten, kebisingan tinggi
hanya pekerja yang lengkap mengenakan
Penerapan Rekomendasi
APD yang diperkenankan berada di area
berbahaya (lokasi pekerjaan).
Bagi pihak-pihak yang tidak mengenakan
APD sesuai ketentuan agar berada di luar
area yang berbahaya.
Gambar 3.55
Contoh penggunaan APD standar pekerjaan
41
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
3. Penggunaan Rambu • Pada kaki galian tebing harus dibuat Kondisi Eksisting
Keselamatan saluran tepi untuk mengarahkan air
a Jalan kerja dibuat dengan pembawa sedimen menuju ke satu titik
memotong tebing. Pemotongan penampungan (kolam).
bukit tidak diberikan penanganan • Jika kemiringan saluran terlalu curam,
Gambar 3.56
segera, sementara jenis tanah agar dibuat penahan arus di sepanjang Kondisi tebing yang mudah longsor dan
bersifat tanah lunak yang mudah saluran untuk mengurang kecepatan air. belum terdapat saluran air
longsor. Kondisi saat ini tidak • Konstruksi saluran dibuat bersifat Penerapan Rekomendasi
tersedia saluran pada bagian kaki sementara jika tidak menjadi kesatuan
tebing maupun pada sisi lainnya. dalam kontrak, jika diperlukan saluran
dapat dibuat dari pasangan batu atau
beton. Gambar 3.57
• Dinding tebing galian agar segera Contoh saluran sementara dengan
menggunakan geotekstil
dilakukan penanganan (misalnya dengan
penanaman rumput vetiver) untuk
memberikan perlindungan tebing jangka
panjang.
Gambar 3.58
Contoh penanaman rumput vetiver untuk
perlindungan tebing
42
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
b Terdapat keretakan pada badan Pada lokasi badan jalan kerja sementara Kondisi Eksisting
jalan yang berpotensi terjadi yang telah terjadi keretakan agar dilakukan
longsor dan menimbun lokasi kerja tindakan preventif dengan:
di bagian bawah. • Memasang rambu larangan yang sesuai.
• Memasang barikade penanda lokasi Gambar 3.59
berbahaya. Keretakan pada badan jalan yang berpotensi
terjadi longsor
• Menutup dengan terpal/plastik/
geomembrane agar air tidak merembes Penerapan Rekomendasi
masuk ke celah retakan.
• Melarang pekerja atau alat berdiri di
lokasi retakan.
• Memberitahukan tim pekerja di bawah
Gambar 3.60
tebing yang terdampak akibat retakan Contoh penggunaan rambu dan warning
tape untuk pengamanan
tanah untuk menjauh dari lokasi area
yang berpotensi terjadi keruntuhan.
• Memberikan upaya perkuatan di bagian
bawah tebing.
• Mengurangi pergerakan kendaraan di
Gambar 3.61
lokasi retakan tanah.
Contoh penggunaan geomembrane untuk
menjaga keseimbangan air
43
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
4. Dokumen Rencana Keselamatan Penyesuaian dokumen RKK mengikuti Kondisi Eksisting
dan Kesehatan Kerja Konstruksi format sesuai dengan ketentuan yang
(RK3K)/ Dokumen Rencana berlaku.
Keselamatan Konstruksi (RKK)
Dokumen RK3K/RKK belum
mengikuti format sesuai ketentuan
yang berlaku.
Gambar 3.62
Dokumen RKK belum mengikuti format
sesuai ketentuan yang berlaku
Penerapan Rekomendasi
Gambar 3.63
Contoh dokumen RKK mengikuti format
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
44
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
5 Penempatan Bahan Mudah Menempatkan tabung gas bertekanan Kondisi Eksisting
Terbakar sesuai standar keamanan, dengan
Penempatan tabung gas memperhatikan:
bertekanan masih belum • Penyimpanan tabung gas bertekanan
memenuhi standar keamanan. secara berdiri tegak dan diberikan rak.
• Menyediakan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR).
Gambar 3.64
Penempatan tabung gas bertekanan masih
belum memenuhi standar keamanan
Penerapan Rekomendasi
Gambar 3.65
Contoh penyimpanan tabung gas bertekanan
secara berdiri tegak dan diberikan rak
45