Anda di halaman 1dari 53

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena atas perkenanNya
maka penyusunan Laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup Pada Kegiatan Pembangunan Shortcut 3 dan 4 Ruas
Singaraja-Mengwitani ini dapat diselesaikan.
Pulau Bali sebagai salah satu tujuan wisata dalam dan luar negeri seyogyanya
didukung dengan infrastruktur jalan yang baik dan memadai untuk menunjang sektor
pariwisata serta memudahkan pergerakan antar daerah. Salah satu jalur yang cukup
sering dilalui untuk tujuan wisata pulau Bali adalah Ruas Jalan Bts. Kota Singaraja-
Mengwitani yang merupakan ruas jalan nasional yang berada di jalur tengah Pulau Bali
yang menghubungkan Kawasan Bali Utara dengan Bali Selatan. Yang menjadi
permasalahan saat ini adalah bahwa infrastruktur penghubung dari Kawasan Bali
Selatan dan Bali Utara hanya memiliki satu jalan poros. Hal ini mengakibatkan
keterbatasan akses serta seringkali dibutuhkan waktu tempuh yang cukup lama.
Untuk memperlancar arus lalu lintas pada jalur tersebut, Direktorat Jenderal Bina
Marga bermaksud memperbaiki jalur jalan tersebut agar tetap dalam kondisi baik, salah
satunya melalui pembangunan shortcut ruas Bts. Kota Singaraja- Mengwitani.
Pembangunan shortcut ini diharapkan dapat mempercepat waktu tempuh dari Bali
Selatan terutama Denpasar sebagai Ibukota Provinsi Bali dan daerah destinasi
pariwisata Bali menuju Singaraja ataupun sebaliknya, sehingga secara tidak langsung
dapat mempercepat perkembangan perekonomian di kawasan Bali Utara..
Dalam rangka mendapatkan informasi yang lebih obyektif tentang kemajuan
Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Pada Kegiatan
Pembangunan Shortcut 3 dan 4 Ruas Singaraja-Mengwitani, Subdirektorat Lingkungan
dan Keselamatan Jalan melaksanakan monitoring dan evaluasi pada tanggal 11-12 Juli
2019. Adapun tujuan dari pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini adalah
mengidentifikasi potensi permasalahan dan memberikan rekomendasi terkait
Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L) pada kegiatan pembangunan
shortcut 3 dan 4, Ruas Bts. Kota Singaraja-Mengwitani Shortcut di Provinsi Bali.
Laporan Monitoring Evaluasi disusun berdasarkan hasil pemantauan dan diskusi
bersama penyedia jasa dan Satuan Kerja PJN Wilayah III Provinsi Bali pada saat

i
monitoring evaluasi dilaksanakan. Diharapkan Laporan Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Pada Kegiatan
Pembangunan Shortcut 3 dan 4 Ruas Singaraja-Mengwitani ini dapat memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan menjadi bahan perbaikan untuk
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup kedepannya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.…………………………….…….……………………………..…....... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..………..…...… iii
DAFTAR GAMBAR..………………………………………………….……………..…….… iv
DAFTAR TABEL………………….………………………………………………………..… vii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………..…………………………..…. 1
1.1. LATAR BELAKANG………………………………………………………..…. 1
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT………………………………………………..…... 2
BAB 2 GAMBARAN LOKASI………………………………………..………………….….. 3
2.1. LOKASI KEGIATAN……………………………………………………..….… 3
2.2. DESKRIPSI KEGIATAN………………………………………………….…... 4
BAB 3 HASIL TINJAUAN LAPANGAN……………………………….…………………… 6
3.1. KONDISI UMUM………………….…………………………………...………. 6
3.2. PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI………………………………….. 11

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi Kegiatan jalan shortcut 3……………………………………….…. 3


Gambar 2.2 Lokasi Kegiatan jalan shortcut 4…………………………………….……. 3
Gambar 2.3 Trase Rencana Jalan Shortcut 3…………………………………….…… 5
Gambar 2.4 Trase Rencana Jalan Shortcut 4……………………………………….… 5
Gambar 3.1 Tidak terdapat tempat sampah di basecamp…………………………… 12
Gambar 3.2 Contoh wadah sampah yang kedap air dan udara,mudah
dibersihkan,mudah diangkat, memiliki penutup (Organik, non-
Organik, Limbah B3)………………………………………………………. 12
Gambar 3.3 Kondisi tangki septik di SC 3……………………………………………... 13
Gambar 3.4 Contoh lubang hawa pada tangki septik………………………………… 13
Gambar 3.5 Kondisi toilet di SC 3………………………………………………………. 14
Gambar 3.6 Contoh pemisahan toilet khusus pria dan toilet khusus wanita…….…. 14
Gambar 3.7 Penyiapan lahan pada pekerjaan jalan di SC 3………………………… 15
Gambar 3.8 Contoh penghijauan di sekitar jalan………………………………….…... 15
Gambar 3.9 Dinding yang rawan erosi di SC 3…………………………………….….. 16
Gambar 3.10 Contoh implementasi teknologi hydroseeding…………………………….... 16
Gambar 3.11 Laporan pelaksanaan RKPPL masih menyatu dengan dokumen
RKPPL……………………………………………………………………….. 17
Gambar 3.12 Pekerja wanita yang sedang mempersiapkan material pasir untuk..
adukan beton……………………………………………………………….. 17
Gambar 3.13 Pekerja wanita yang sedang mengangkut batu untuk pekerjaan beton
cyclop………………………………………………………………………… 18
Gambar 3.14 Sampah di tepi danau……………………………………………………... 19
Gambar 3.15 Sampah di basecamp SC4……………………………….……………….. 19
Gambar 3.16 Contoh rambu-rambu peringatan jangan membuang sampah…….….. 20
Gambar 3.17 Contoh wadah sampah yang kedap air dan udara, mudah
dibersihkan, mudah diangkat, memiliki penutup (Organik, Non-
Organik, Limbah B3)……………………………………………………….. 20
Gambar 3.18 Kondisi tangki septik di SC 4…….………………………………………... 21
Gambar 3.19 Contoh posisi tangki septik……………….……………………………….. 21
Gambar 3.20 Belum ada mobile toilet di sekitar lokasi pekerjaan……….……………. 22

iv
Gambar 3.21 Contoh mobile toilet………………………………………….…………….. 22
Gambar 3.22 Pekerjaan di pesisir danau yang akan mengakibatkan peningkatan air
run off di SC 4………………………………..……………………………… 23
Gambar 3.23 Contoh penghijauan di sekitar jalan………………….…………………... 23
Gambar 3.24 Gudang limbah B3……………………………………………….…………….. 24
Gambar 3.25 Contoh TPS Limbah B3………………………………………….…….………. 24
Gambar 3.26 Layout Batching Plant di SC 4……………………………………….……. 26
Gambar 3.27 Dinding rawan erosi di SC 4………………………………………….….… 27
Gambar 3.28 Contoh Implementasi teknologi hydroseeding…………………….………... 27
Gambar 3.29 Sisa galian dan timbunan yang bisa mengakibatkan penurunan
kualitas air permukaan………………………………………………….….. 28
Gambar 3.30 Pekerjaan di pesisir danau yang bisa mengganggu habitat biota air
permukaan…………………………………………………………………... 28
Gambar 3.31 Sisa galian dan timbunan yang bisa mengakibatkan penurunan
kualitas air permukaan…………………………………………………….. 29
Gambar 3.32 Contoh Penanaman hutan kembali……………………….……………… 29
Gambar 3.33 Penyimpanan Material semen tidak sesuai dengan ketentuan…….…. 31
Gambar 3.34 Contoh cara penyimpanan material semen sebaiknya disusun dan
menggunakan Palet sebagai alas………………………………………… 31
Gambar 3.35 Penyimpanan Material besi beton tidak terlindungi dan tidak diberi
alas…………………………………………………………………………… 32
Gambar 3.36 Contoh Penyimpanan Material geogrid disusun,diberi alas dan
terlindung dari hujan……………………………………………………….. 32
Gambar 3.37 Material hasil pabrikasi ditempatkan dijalan umum dan tidak diberi.
Pembatas……………………………………………………………………. 33
Gambar 3.38 Contoh cone sebagai penanda terutama pada malam hari……….…… 33
Gambar 3.39 Basecamp untuk pekerja belum memadai……………………….……… 34
Gambar 3.40 Contoh Basecamp untuk pekerja yang baik sirkulasi udara dan
penerangannya……………………………………………………………… 34
Gambar 3.41 Pekerja tidak dilengkapi APD sarung tangan……….…………………… 35
Gambar 3.42 Contoh penggunaan APD standar pekerjaan…………….……………... 35
Gambar 3.43 Lubang hasil galian…………………………………………………………. 36
Gambar 3.44 Contoh penggunaan barikade pengaman untuk lubang….……………. 36

v
Gambar 3.45 Belum tersedia papan statistik kinerja K3 pada basecamp/kantor
proyek………………………………………………………………………... 37
Gambar 3.46 Contoh Papan Statistik Kinerja K3 di Lokasi Pekerjaan…………..……. 37
Gambar 3.47 Contoh PapanTanggap Darurat…………………………………….….…. 38
Gambar 3.48 Contoh Papan Nomor Telepon Penting……………………………….…. 38
Gambar 3.49 Contoh Tempat Titik Kumpul………………………………………….…... 39
Gambar 3.50 Contoh Denah Jalur Evakuasi Proyek………………………………….... 39
Gambar 3.51 Contoh Penerapan Rencana Tanggap Darurat di Lokasi…………….... 39
Gambar 3.52 Pemasangan panel listrik outdoor ditempelkan pada pohon…………... 40
Gambar 3.53 Contoh penempatan tersendiri panel listrik outdoor………………….… 40
Gambar 3.54 Pekerja tidak dilengkapi APD earplug/earmuff di area dengan tingkat
kebisingan tinggi……………………………………………………………. 41
Gambar 3.55 Contoh penggunaan APD standar pekerjaan…………………….……... 41
Gambar 3.56 Kondisi tebing yang mudah longsor dan belum terdapat saluran air…. 42
Gambar 3.57 Contoh saluran sementara dengan menggunakan geotekstil……….… 42
Gambar 3.58 Contoh penanaman rumput vetiver untuk perlindungan tebing…….…. 42
Gambar 3.59 Keretakan pada badan jalan yang berpotensi terjadi longsor…….…… 43
Gambar 3.60 Contoh penggunaan rambu dan warning tape untuk pengamanan…... 43
Gambar 3.61 Contoh penggunaan geomembrane untuk menjaga keseimbangan air 43
Gambar 3.62 Dokumen RKK belum mengikuti format sesuai peraturan yang
ditentukan……………………………………………………………………. 44
Gambar 3.63 Contoh dokumen RKK mengikuti format sesuai dengan ketentuan
yang berlaku………………………………………………………………… 44
Gambar 3.64 Penempatan tabung gas bertekanan masih belum memenuhi standar
keamanan……………………………………………………………..…….. 45
Gambar 3.65 Contoh penyimpanan tabung gas bertekanan secara berdiri tegak
dan diberikan rak……………………………………………………………. 45

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Teknis Jalan Shortcut 3 dan 4…….…………………………………... 5


Tabel 3.1 Permasalahan dan Rekomendasi terhadap Aspek Lingkungan pada
Kegiatan Pembangunan Jalan Shortcut 3………………………………….. 12
Tabel 3.2 Permasalahan dan Rekomendasi terhadap Aspek Lingkungan pada
Kegiatan Pembangunan Jalan Shortcut 4………………………………….. 19
Tabel 3.3 Permasalahan dan Rekomendasi terhadap Aspek Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada Kegiatan Pembangunan Jalan Shortcut 3 31
Tabel 3.4 Permasalahan dan Rekomendasi terhadap Aspek Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada Kegiatan Pembangunan Jalan Shortcut 4 40

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-undang Republik Indonesia


Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dan pelaksanaan Pengamanan Lingkungan Hidup serta Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), sebagaimana diatur dalam Seksi 1.17 dan Seksi 1.19
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018, maka kegiatan pembangunan dan/atau
peningkatan jalan harus dilaksanakan berdasarkan prinsip pembangunan
berkeselamatan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.

Pulau Bali sebagai salah satu tujuan wisata dalam dan luar negeri
seyogyanya didukung dengan infrastruktur jalan yang baik dan memadai untuk
menunjang sektor pariwisata serta memudahkan pergerakan antar daerah. Salah
satu jalur yang cukup sering dilalui untuk tujuan wisata pulau Bali adalah Ruas
Jalan Bts Kota Singaraja-Mengwitani yang merupakan ruas jalan nasional yang
berada di jalur tengah Pulau Bali yang menghubungkan Kawasan Bali Utara
dengan Bali Selatan.

Kawasan Bali Utara terdapat 3 (tiga) Kawasan Strategis Pariwisata


Nasional (KSPN). Pelabuhan Gilimanuk, Taman Nasional Bali Barat, dan
Singaraja merupakan ketiga daerah KSPN di Kawasan Bali Utara. Ditambah
potensi Pantai Lovina, Bali Utara merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi
wisatawan. Yang menjadi permasalahan adalah bahwa infrastruktur penghubung
dari Kawasan Bali Selatan dan Bali Utara hanya memiliki satu jalan poros. Hal ini
mengakibatkan keterbatasan akses serta seringkali dibutuhkan waktu tempuh
yang cukup lama.

Panjang Ruas Jalan Bts. Kota Singaraja-Mengwitani adalah 60,45 km. Saat
ini ruas jalan tersebut menjadi satu-satunya jalan poros antara kawasan Bali Utara
dan Bali Selatan dengan waktu tempuh perjalanan kurang lebih 1,5 jam pada saat
arus lalu lintas lancar. Kondisi jalan bervariasi dengan fungsi jalan adalah Kolektor
Primer.

1
Untuk memperlancar arus lalu lintas pada jalur tersebut Direktorat Jenderal
Bina Marga bermaksud memperbaiki jalur jalan tersebut agar tetap dalam kondisi
baik, salah satunya melalui pembangunan shortcut ruas Bts. Kota Singaraja-
Mengwitani. Pembangunan shortcut ini diharapkan dapat mempercepat waktu
tempuh dari Bali Selatan terutama Denpasar sebagai Ibukota Provinsi Bali dan
daerah destinasi pariwisata Bali menuju Singaraja ataupun sebaliknya, sehingga
secara tidak langsung dapat mempercepat perkembangan perekonomian di
kawasan Bali Utara.

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan dilaksanakannya Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan dan


Pemantauan Lingkungan Hidup (Tahap Konstruksi) pada Kegiatan Pembangunan
shortcut 3 dan 4, Ruas Singaraja-Mengwitani, Provinsi Bali, meliputi:

• Mengidentifikasi potensi permasalahan pengelolaan lingkungan hidup serta


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan pembangunan shortcut
3 dan 4, Ruas Singaraja-Mengwitani, Provinsi Bali;

• Memberikan rekomendasi terhadap permasalahan pengelolaan lingkungan


hidup serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan
pembangunan shortcut 3 dan 4, Ruas Singaraja-Mengwitani, Provinsi Bali.

Adapun manfaat dilaksanakannya Monitoring Evaluasi Pelaksanaan


Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (Tahap Konstruksi) pada
Kegiatan Pembangunan Shortcut 3 dan 4, Ruas Singaraja-Mengwitani, Provinsi
Bali, adalah untuk:

• Memitigasi dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan shortcut 3 dan


4, Ruas Singaraja-Mengwitani, Provinsi Bali;

• Mencegah terjadinya permasalahan hukum terkait aspek lingkungan serta


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan pembangunan shortcut
3 dan 4, Ruas Singaraja-Mengwitani, Provinsi Bali, di masa mendatang.

2
BAB 2

GAMBARAN LOKASI

2.1. LOKASI KEGIATAN

Secara administratif trase pembangunan Shortcut 3 dan 4, Ruas Singaraja-


Mengwitani, terletak di dua desa yaitu Desa Candikuning dan Desa Batunya,
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Peta Lokasi Kegiatan
dapat dilihat pada gambar 2.1 dan 2.2 berikut:

Gambar 2.1 Lokasi Pembangunan Shortcut 3 Ruas Singaraja-Mengwitani

Gambar 2.2 Lokasi Pembangunan Shortcut 4 Ruas Singaraja-Mengwitani


3
2.2. DESKRIPSI KEGIATAN

Pembangunan shortcut 3 dan 4, Ruas Bts. Kota Singaraja-Mengwitani


dilaksanakan untuk memperpendek jarak dan waktu tempuh dari Denpasar
menuju Singaraja dan Danau Beratan serta tempat wisata yang berada
disekitarnya, atau sebaliknya dari Singaraja serta Danau Beratan dan tempat
wisata sekitar ke Denpasar. Titik awal pembangunan shortcut 3 berada pada KM
47+550 dan memotong ke KM 48+025. Sedangkan titik awal pembangunan
shortcut 4 berada pada KM 48+150 keluar dari jalan eksisting (Jalan Singaraja-
Mengwitani) dan masuk kembali ke jalan eksisting pada KM 49+950 (akhir shortcut
4). Secara ringkas data teknis pembangunan shortcut 3 dan 4 dapat dilihat pada
tabel 2.1.

Tabel 2.1 Data Teknis Pembangunan Shortcut 3 dan 4

No Uraian Shortcut 3 (SC 3) Shortcut 4 (SC 4)


1 Lokasi Desa Batunya, Kec. Desa Candikuning dan
Baturiti, Kab. Tabanan Desa Batunya, Kec.
Baturiti, Kab. Tabanan
2 Fungsi jalan Kolektor primer Kolektor primer
3 Kelas jalan Kelas I Kelas II
4 Tipe jalan 2/2 (2 lajur 2 arah) 2/2 (2 lajur 2 arah)
5 Lebar jalur lalu lintas 7,00 m (2 x 3,5 m) 7,00 m (2 x 3,5 m)
6 Bahu jalan (minimum) 2 x 0,50 m 2 x 1,50 m
7 Drainase 2 x 1,00 m 2 x 1,00 m
8 Kecepatan rencana 60 km/jam 60 km/jam
9 Panjang trase 352 m 1.126,50 m
10 Koordinat awal X = 298242,860; X = 298108.50;
Y = 9083274,580 Y = 9083450.80
11 Koordinat akhir X = 298323,430; X = 297848.17;
Y = 9053558,380 Y = 9084163.10
Sumber: Satuan Kerja P2JN Provinsi Bali, 2016

Berdasarkan tabel 2.1., dapat diketahui rencana pembangunan shortcut 3


dan 4, Ruas Bts. Kota Singaraja-Mengwitani yang akan dilaksanakan adalah

4
sepanjang 1.478,50 m yang terdiri dari 352 m pada rencana pembangunan
shortcut 3, dan 1.126,50 m pada rencana pembangunan shortcut 4. Trase
pembangunan shortcut 3 dan 4, Ruas Bts. Kota Singaraja-Mengwitani dapat dilihat
pada gambar 2.3 dan 2.4

Gambar 2.3 Trase Pembangunan Shortcut 3 Ruas Singaraja-Mengwitani

Gambar 2.4 Trase Pembangunan Shortcut 4 Ruas Singaraja-Mengwitani

5
BAB 3
HASIL TINJAUAN LAPANGAN

3.1. KONDISI UMUM


Secara umum hasil Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup (Tahap Konstruksi) pada Kegiatan Pembangunan
shortcut 3 dan 4, Ruas Singaraja-Mengwitani, Provinsi Bali, dapat disampaikan
sebagai berikut:

A. Aspek Lingkungan
Kegiatan Pembangunan Shortcut 3 Ruas Singaraja-Mengwitani

1. Pengelolaan sampah domestik


Tidak terdapat tempat sampah di basecamp. Banyak sampah yang
berserakan di sekitar lokasi basecamp serta sampah dibuang ke lahan di
samping basecamp.

2. Pengelolaan limbah domestik


Bangunan tangki septik yang belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(lubang kontrol tangki septik tidak jelas, pipa lubang hawa tidak tinggi dan
bentuk pipa lubang hawa tidak sesuai (tidak berbentuk T)), belum ada
pemisahan penggunaan toilet pria dan toilet wanita, serta tidak tersedia
tempat sampah di toilet wanita.

3. Air larian (run off)


Peningkatan air larian (run off) pada kegiatan penyiapan lahan dan
perkerasan jalan di lokasi pekerjaan.

4. Erosi dan sedimentasi


Peningkatan erosi dan sedimentasi pada pekerjaan galian dan timbunan
(di sekitar lokasi kegiatan).

5. Pelaporan Pelaksanaan Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan


Lingkungan (RKPPL)
Laporan pelaksanaan RKPPL masih menyatu dengan dokumen RKPPL
dan belum dilaporkan terpisah setiap bulan (yang dilaporkan secara
kumulatif dari bulan Maret 2019 sampai dengan Juni 2019).
6
6. Sosial dan gender

Tidak ada permasalahan sosial maupun permasalahan terkait pengadaan


lahan di lokasi kegiatan. Kegiatan pembangunan jalan shortcut 3 telah
disepakati oleh seluruh masyarakat termasuk ganti rugi lahan pada lokasi
terdampak. Masyarakat menyambut dengan positif kegiatan pembangunan
jalan shortcut 3, selain untuk memperpendek jarak dan waktu tempuh dari
Denpasar ke Singaraja serta tempat wisata sekitar, juga untuk
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat baik laki-laki
maupun wanita. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa
pekerja, dapat diketahui bahwa masih terdapat perbedaan sistem
pengupahan pada pekerja laki-laki dan pekerja wanita meskipun dengan
kondisi beban kerja dan jam kerja yang sama. Hal ini berarti adanya suatu
penilaian atau anggapan bahwa laki-laki dan wanita tidak setara.

Kegiatan Pembangunan Shortcut 4 Ruas Singaraja-Mengwitani

1. Pengelolaan sampah domestik

Sampah masih belum dikelola dengan baik. Tempat sampah yang


digunakan belum sesuai dengan kriteria sebagaimana diatur dalam
peraturan perundangan, serta masih menggunakan karung atau plastik
sebagai tempat pembuangan sampah.

2. Pengelolaan limbah domestik

Letak lubang kontrol tangki septik yang tidak jelas, serta belum terlihat
mobile toilet pada lokasi kegiatan.

3. Air larian (run off)

Peningkatan air larian (run off) pada kegiatan penyiapan lahan dan
perkerasan jalan di lokasi pekerjaan.

4. Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Belum terlihat lokasi Tempat Pembuangan Sementara Limbah B3 (TPS


LB3) dalam layout batching plant.

7
5. Pengolahan air limbah Batching Plant dan bak penampungan lumpur
residu

Batching Plant belum dibangun, peta layout batching plant tidak detail
menunjukkan kontur elevasi dan dimensi. Belum ada perencanaan yang
jelas mengenai pengolahan limbah batching plant (baru terdapat
perencanaan lokasi kolam limbah).

6. Erosi dan sedimentasi

Peningkatan erosi dan sedimentasi pada pekerjaan galian dan timbunan


(di sekitar lokasi kegiatan).

7. Kualitas air permukaan

Indikasi penurunan kualitas air permukaan (Danau Beratan) pada saat


pekerjaan galian dan timbunan (cut & fill) dan jembatan dikarenakan
naiknya air permukaan danau ke lokasi pekerjaan pada saat hujan.

8. Biota air

Indikasi terganggunya biota air pada air permukaan (danau) pada


pekerjaan galian dan timbunan (cut & fill).

9. Terganggunya flora dan fauna

Terganggunya flora dan fauna pada tapak proyek dan sekitarnya pada
kegiatan penyiapan lahan.

10. Pelaporan Pelaksanaan Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan


Lingkungan (RKPPL)

Belum terdapat dokumen RKPPL pada pembangunan jalan di shortcut 4.

11. Sosial

Tidak ada permasalahan sosial maupun permasalahan terkait pengadaan


lahan di lokasi kegiatan. Kegiatan pembangunan jalan shortcut telah
disepakati oleh seluruh masyarakat termasuk ganti rugi lahan pada lokasi
terdampak. Masyarakat menyambut dengan positif kegiatan pembangunan
shortcut 4 untuk memperpendek jarak dan waktu tempuh dari Denpasar ke
Singaraja serta tempat wisata sekitar, serta arah sebaliknya.

8
B. Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kegiatan Pembangunan Shortcut 3 Ruas Singaraja-Mengwitani

1. Housekeeping penempatan material dan alat


Penempatan material dan alat yang belum terpusat, baik yang akan
digunakan maupun setelah digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.
Material dan alat harus ditempatkan dengan tetap menjalankan 5R
(Ringkas, Resik, Rapih, Rawat, Rajin).
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) personil dilapangan
Secara umum masih didapati pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD), khususnya pekerja pengangkut material batu yang belum
menggunakan sarung tangan. Hal ini berpotensi menimbulkan kecelakaan
akibat kerja.
3. Penggunaan rambu keselamatan
Terdapat lubang galian dalam yang tidak diberikan barikade dan tanda
bahaya untuk mencegah orang atau kendaraan terperosok.
4. Dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Dokumen RKK belum mengikuti format sesuai Permen PU No.
05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan
peraturan perubahannya sebagaimana diatur dalam Permen PUPR No.
02/PRT/M/2018.
5. Penempatan bahan mudah terbakar
Tidak tersedia tempat khusus di lapangan guna melakukan pengisian
bahan bakar untuk kendaraan proyek.
6. Monitoring pencatatan kinerja K3
Tidak tersedia monitor pencatatan/papan statistik kinerja K3 di lokasi
pekerjaan (diantaranya untuk pencatatan jumlah tenaga kerja, jumlah jam
kerja, jumlah kecelakaan kerja, dll).
7. Rencana tanggap darurat
Tidak tersedia rencana tanggap darurat yang sesuai dengan kriteria,
meliputi: struktur tim tanggap darurat, nomor-nomor penting, rambu arah
jalur evakuasi, sinyal alarm, serta penetapan muster point (tempat
berkumpul).
9
8. Media sosialisasi K3
Tidak tersedianya spanduk/media sosialisasi yang berkaitan dengan
keselamatan selama pekerjaan baik dilokasi terbuka maupun tertutup,
sebagai upaya pencegahan dalam memitigasi potensi kecelakaan kerja
yang mungkin terjadi.

Kegiatan Pembangunan Shortcut 4 Ruas Singaraja-Mengwitani

1. Housekeeping penempatan material


Penempatan material dan alat yang belum terpusat, baik yang akan
digunakan maupun setelah digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.
Material dan alat harus ditempatkan dengan dengan tetap menjalankan 5R
(Ringkas, Resik, Rapih, Rawat, Rajin).
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) personil dilapangan
Secara umum masih didapati pekerja borepile tidak mengenakan APD
yang sesuai berupa earplug/earmuff di area pekerjaan dengan tingkat
kebisingan tinggi.
3. Penggunaan rambu keselamatan
Rambu-rambu K3 dan informasi pekerjaan konstruksi telah disiapkan,
namun masih terdapat beberapa rambu yang dibutuhkan belum terpasang
pada area pekerjaan konstruksi.
4. Penempatan bahan mudah terbakar
Penempatan tabung gas bertekanan tidak ditempatkan dengan benar.
5. Pencatatan kinerja K3
Monitor pencatatan/papan statistik kinerja K3 sudah tersedia di lokasi
pekerjaan (diantaranya pencatatan jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja,
jumlah kecelakaan kerja, dll).
6. Rencana tanggap darurat
Rencana tanggap darurat yang meliputi struktur tim tanggap darurat,
nomor-nomor penting, rambu-arah jalur evakuasi, sinyal alarm, serta
penetapan muster point (tempat berkumpul) belum lengkap.

7. Media sosialisasi K3
Spanduk/media sosialisasi yang berkaitan dengan keselamatan selama
pekerjaan baik dilokasi terbuka maupun tertutup, sebagai upaya

10
pencegahan dalam memitigasi potensi-potensi yang mungkin terjadi sudah
tersedia.

3.2. PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan dan


Pemantauan Lingkungan Hidup (Tahap Konstruksi) pada Kegiatan Pembangunan
shortcut 3 dan 4, Ruas Singaraja-Mengwitani, Provinsi Bali, terdapat beberapa
permasalahan serta rekomendasi dari aspek lingkungan, sosial gender, dan K3,
sebagaimana disampaikan pada tabel berikut:

11
Tabel 3.1. Permasalahan dan Rekomendasi terhadap Aspek Lingkungan pada Kegiatan Pembangunan Shortcut 3
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
1. Pengelolaan Sampah Domestik Pengadaan tempat sampah di basecamp Kondisi Eksisting
Tidak terdapat tempat sampah di dengan lokasi dan penempatan wadah
basecamp. sampah diletakkan sedekat mungkin dengan
sumber sampah, tidak mengganggu pemakai
jalan atau sarana umum lainnya dan
memperhatikan jarak antar wadah. 1)
Kegiatan menggelompokkan sampah paling
sedikit terdiri atas:2) Gambar 3.1.
Tidak terdapat tempat sampah di basecamp
• Sampah yang mudah terurai (Organik)
• Sampah yang dapat digunakan kembali Penerapan Rekomendasi
(Non organik)
• Sampah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun serta limbah
bahan berbahaya dan beracun (Limbah
B3)
Sumber :
1) SNI N19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional
Gambar 3.2.
pengelolaan sampah perkotaan
Contoh wadah sampah yang kedap air dan
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
udara, mudah dibersihkan,mudah diangkat,
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah memiliki penutup, dan terpilah (Organik, Non
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga organik, Limbah B3)
12
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
2. Pengelolaan limbah domestik Menyediakan bangunan tangka septik sesuai Kondisi Eksisting
a Bangunan tangki septik yang dengan ketentuan yang berlaku. Beberapa
belum sesuai dengan ketentuan kriteria tangki septik yang harus dipenuhi
yang berlaku (lubang kontrol tangki adalah sebagai berikut :
septik tidak jelas, pipa lubang • Tangki septik diberi lubang kontrol
hawa tidak tinggi serta tidak sebagai titik lokasi pengurasan pada
berbentuk T). saat lumpur tinja sudah saatnya dikuras.
• Pipa lubang hawa berbentuk T untuk
menghindari air hujan masuk ke tangki
Gambar 3.3.
septik, pipa lubang hawa harus memiliki Kondisi tangki septik di SC 3
ketinggian di atas tinggi orang pada
Penerapan Rekomendasi
umumnya untuk mengurangi bau tercium
langsung oleh orang yang berada di
lokasi tersebut.

Gambar 3.4.
Contoh lubang hawa pada tangki septik
13
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
b Belum ada pemisahan Penyediaan toilet khusus pria dan toilet Kondisi Eksisting
penggunaan toilet pria dan toilet khusus wanita, serta menyediakan tempat
wanita. Dan tidak tersedia tempat sampah di toilet wanita (jika penyedia jasa
sampah di toilet wanita. memperkerjakan wanita) 1)

Gambar 3.5.
Kondisi toilet di SC 3

Penerapan Rekomendasi

Gambar
Lay out WC
Sumber :

1) Spesifikasi Umum Bina Marga Seksi 1.19

Gambar 3.6.
Contoh pemisahan toilet khusus pria dan
toilet khusus wanita

14
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
3. Air larian (run off) Pengendalian air larian (run off) untuk Kondisi Eksisting
Peningkatan air larian (run off) mencegah genangan air di sekitar lokasi
pada kegiatan penyiapan lahan kegiatan (dilakukan setiap hari selama
dan perkerasan jalan di lokasi kegiatan konstruksi terutama pada saat
pekerjaan. hujan). Bentuk pengendalian air larian adalah
sebagai berikut :
• Membuat kolam penampung sementara
sehingga air dari tapak kegiatan tidak
Gambar 3.7.
langsung membebani badan air Penyiapan lahan pada pembangunan
penerima. shortcut 3

• Melakukan penghijauan/ penanaman


Penerapan Rekomendasi
pohon/ tanaman lain di sekitar
pembangunan shortcut 3 agar pada saat
operasional dapat berfungsi sebagai
penyerap air ke dalam tanah.

Gambar 3.8.
Contoh penghijauan di sekitar jalan

15
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
4. Erosi dan Sedimentasi Untuk mencegah longsor dan erosi selama Kondisi Eksisting
Peningkatan potensi erosi dan penggalian untuk bahan timbunan, tepi dari
sedimentasi pada pekerjaan galian galian untuk bahan timbunan tidak boleh
dan timbunan (disekitar lokasi kurang dari 2 meter dari bawah timbunan,
kegiatan). atau ketinggian 10 meter dari puncak
galian.1)
Pengendalian erosi permukaan dengan
metode vegetatif (teknologi hydroseeding). 2) Gambar 3.9.
Dinding yang rawan erosi pada
Sumber : pembangunan shortcut 3
1) Spesifikasi Umum 2018 Bina Marga seksi 1.17.2
2) 02/SE/M/2018 Pedoman penerapan teknologi
Penerapan Rekomendasi
hydroseeding untuk pengendalian erosi permukaan lereng
jalan

Gambar 3.10.
Contoh implementasi teknologi hydroseeding

16
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
5. Pelaporan Pelaksanaan • Pelaporan internal RKPPL dilakukan Kondisi Eksisting
Rencana Kerja Pengelolaan dan setiap bulan dan harus diberi tanggal
Pemantauan Lingkungan pada akhir bulan kalender (Spesifikasi
(RKPPL) Umum 2018 Bina Marga Seksi 1.17.4).
Laporan pelaksanaan RKPPL • Setiap kejadian dan/atau kelalaian akibat
masih menyatu dengan dokumen tidak dilaksanakannya ketentuan dalam
RKPPL dan belum dilaporkan RKPPL maka pemotongan pembayaran
terpisah setiap bulan (yang akan diterapkan (Spesifikasi Umum 2018
dilaporkan secara kumulatif dari Bina Marga Seksi 1.17.5).
Gambar 3.11.
bulan Maret 2019 sampai dengan
Laporan pelaksanaan RKPPL masih
Juni 2019). menyatu dengan dokumen RKPPL

6. Gender Melakukan penyesuaian sistem pengupahan


Dari hasil pengamatan dan antara pekerja laki-laki dan pekerja wanita
wawancara dengan beberapa berdasarkan beban kerja sesuai dengan UU
pekerja, dapat diketahui bahwa no. 13 Tahun 2003 pasal 6 yang
masih terdapat perbedaan sistem menyebutkan bahwa: “Setiap pekerja/buruh
pengupahan pada pekerja laki-laki berhak memperoleh perlakuan yang sama
dan pekerja wanita meskipun tanpa diskriminasi dari pengusaha”.
dengan kondisi beban kerja dan Gambar 3.12.
jam kerja yang sama. Pekerja wanita yang sedang mempersiapkan
17
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
Upah untuk pekerja laki-laki material pasir untuk adukan beton
sejumlah Rp700.000/minggu
sedangkan pekerja perempuan
sejumlah Rp70.000/hari dengan
jumlah hari kerja selama 6
hari/minggu dan jam kerja 8
jam/hari.
Hal ini berarti adanya suatu
penilaian atau anggapan bahwa
laki-laki dan wanita tidak setara. Gambar 3.13.
Pekerja wanita yang sedang mengangkut
batu untuk pekerjaan beton cyclop

18
Tabel 3.2. Permasalahan dan Rekomendasi terhadap Aspek Lingkungan pada Kegiatan Pembangunan Shortcut 4
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
1. Pengelolaan sampah domestik Melaksanakan pengelolaan sampah domestic Kondisi Eksisting
Sampah masih belum dikelola dengan baik. Setiap orang dalam pengelolaan
dengan baik. Tempat sampah yang sampah wajib mengurangi dan menangani
digunakan belum sesuai dengan sampah dengan cara yang berwawasan
kriteria dan masih menggunakan lingkungan (sampah yang dihasilkan seminimal
karung atau plastik untuk tempat mungkin dan dapat digunakan kembali, 3R
pembuangan sampah. Reduce, Reuse, Recycle). 1)
Lokasi dan penempatan wadah sampah
Gambar 3.14.
ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber
Sampah di tepi danau
sampah, tidak mengganggu pemakai jalan atau
sarana umum lainnya dan memperhatikan jarak Kondisi Eksisting
antar wadah. 2)
Adanya pemilahan (kegiatan pengelompokan
sampah) paling sedikit terdiri atas:
• Sampah yang mudah terurai (Organik)
• Sampah yang tidak mudah terurai/dapat
digunakan kembali (Non organik)
• Sampah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun serta limbah bahan Gambar 3.15
Sampah di basecamp pembangunan SC4
19
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
berbahaya dan beracun (Limbah B3) Penerapan Rekomendasi
Kriteria tempat sampah yang disediakan harus
kedap air dan udara, mudah dibersihkan, mudah
diangkat, memiliki penutup. 3)

Sumber :
1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Gambar 3.16.
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Contoh rambu-rambu peringatan jangan
Sampah Rumah Tangga membuang sampah
2) SNI N19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional
pengelolaan sampah perkotaan
Penerapan Rekomendasi
3) Permen PU No. 3 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan

Gambar 3.17.
Contoh wadah sampah yang kedap air dan
udara, mudah dibersihkan,mudah diangkat,
memiliki penutup, dan terpilah (Organik, Non
organik, Limbah B3)

20
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
2. Pengelolaan limbah domestik Memperjelas letak lubang kontrol tangki septik Kondisi Eksisting
a Letak lubang kontrol tangki septik untuk titik pengurasan lumpur tinja.
yang tidak jelas. Pengurasan lumpur tinja pada tangki septik
harus dilakukan pada periode tertentu untuk
menjamin effluent air limbah yang keluar dari
tangki septik sesuai dengan baku mutu.

Gambar 3.18.
Kondisi tangki septik di SC 4

Penerapan Rekomendasi

Gambar 3.19.
Contoh posisi tangki septik

21
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
b Belum terlihat mobile toilet pada Penyedia jasa wajib menyediakan toilet bagi Kondisi Eksisting
lokasi proyek. pekerja dengan kriteria:
• Toilet harus mudah diakses, mempunyai
penerangan yang cukup dan terlindung dari
cuaca. 1)
• Jika toilet berada di luar (mobile toilet),
harus disediakan jalur jalan kaki yang baik
dengan penerangan yang memadai di
Gambar 3.20.
sepanjang jalur tersebut. 1) Belum ada mobile toilet di sekitar lokasi
• Toilet harus dibuat dan ditempatkan pekerjaan
sedemikian rupa sehingga dapat menjaga
Penerapan Rekomendasi
privasi orang yang menggunakannya dan
terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan.1)

Sumber ;

1) Spesifikasi Umum Seksi 1.19.23 point 2.d tentang Fasilitas Sanitasi.

Gambar 3.21.
Contoh mobile toilet

22
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
3. Air larian (run off) Pengendalian air larian untuk mencegah Kondisi Eksisting
Peningkatan air larian (run off) pada genangan air di sekitar lokasi kegiatan (dilakukan
kegiatan penyiapan lahan dan setiap hari selama kegiatan konstruksi terutama
perkerasan jalan di lokasi pekerjaan. pada saat hujan). Bentuk pengendalian air larian
adalah sebagai berikut:
• Membuat kolam penampung sementara
sehingga air dari tapak kegiatan tidak
langsung membebani badan air penerima Gambar 3.22.
(danau). Pekerjaan di pesisir danau yang akan
mengakibatkan peningkatan air run off di
• Melakukan penghijauan/ penanaman pohon/
pembangunan SC 4
tanaman lain di sekitar pembangunan SC 4
agar pada saat operasional dapat berfungsi Penerapan Rekomendasi
sebagai penyerap air ke dalam tanah.

Gambar 3.23.
Contoh penghijauan di sekitar jalan

23
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
4. Pengelolaan limbah Bahan Menyediakan lokasi TPS LB3 sesuai dengan Kondisi Eksisting
Berbahaya dan Beracun (B3) ketentuan yang berlaku. Ketentuan-ketentuan
Belum terlihat lokasi Tempat pada pengelolaan limbah B3, meliputi:
Pembuangan Sementara Limbah B3 • Tidak diperkenankan membuang B3, seperti
(TPS LB3) dalam layout batching cairan kimia, minyak atau thinner cat ke
plant. dalam saluran atau sanitasi yang ada. 1)
• Limbah B3 yang digunakan dan/atau
dihasilkan dari kegiatan (minyak hidrolik
Gambar 3.24.
atau minyak pelumas/oli yang jatuh atau
Gudang limbah B3
tumpah di lokasi pekerjaan dan sekitarnya),
harus segera dibersihkan agar dapat Penerapan Rekomendasi
menghindari terjadinya pencemaran air dan
tanah. 2)
• Pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan dari
kegiatan konstruksi (misalnya oli bekas, kain
majun bekas/terkontaminasi B3, lampu
bekas, baterai bekas, dan sebagainya)
harus sesuai dengan ketentuan dan
perizinan terkait pengelolaan limbah B3. 2) Gambar 3.25.
Contoh TPS Limbah B3
• Limbah B3 yang dihasilkan selama kegiatan

24
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
konstruksi harus disimpan dalam Tempat
Penyimpanan Sementara (TPS) LB3 dengan
spesifikasi yang memenuhi persyaratan
perizinan terkait LB3 yang berlaku dan
dikeluarkan oleh instansi lingkungan hidup
yang berwenang. 2)
• Tempat sampah harus disediakan terpisah
terdiri dari tempat sampah organik, non
organik dan limbah B3, dikosongkan dan
dibersihkan secara periodik 2)
• Material mengandung B3 pada pekerjaan
jalan dan/atau jembatan wajib menyusun
dokumen pengelolaan, termasuk di
dalamnya adalah pengangkutan,
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan,
dan/atau pengolahan material 2)
Sumber :

1) Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan

Jembatan Seksi 1.16 Pekerjaan Pembersihan,

2) Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan

Jembatan Seksi 1.17 Pengamanan Lingkungan Hidup

25
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
5. Pengolahan Air Limbah Batching Peta layout agar dibuat detail dengan Kondisi Eksisting
Plant dan Bak Penampungan menunjukkan kontur elevasi dan dimensi.
Lumpur Residu Pengolahan limbah batching plant agar
Batching Plant belum dibangun, memperhatikan:
peta layout tidak detail menunjukkan • Penggunaan kembali air limbah pencucian
kontur elevasi dan dimensi. Belum batching plant sebagai air baku pembuatan
ada perencanaan yang jelas beton 1), 2), 5), 6)
mengenai pengolahan limbah • Penggunaan air hasil sedimentasi dari
batching plant (baru ada aktivitas produksi, pencucian alat
perencanaan lokasi kolam limbah di operasional, dan pembersihan lahan 3) Gambar 3.26.
batching plant). Layout Batching Plant di pembangunan SC 4
Berdasarkan penelitian, COD Sumber Pustaka :
1) Stamatis Tsimas and Monika Zervaki, Reuse of waste water from
terhadap air hasil penyaringan air
ready-mixed concrete plants, Management of Environmental
limbah batching dapat disimpulkan Quality: An International Journal Vol. 22 No. 1, 2011 pp. 7-17

bahwa air ini memenuhi baku mutu 2) Alaa El-Din Sharkawi1, Olfat AbdAllah2, Eman Sherif
Mohameed3, Recycling Ready Mix Concrete Batch Plant Was, ing
kelas IV, akan tetapi berdasarkan Water For Construction Applications, International Conference on
nilai pH tidak memenuhi baku Advances in Structural and Geotechnical Engineering, 2017
3) Wina Asterina, Kajian sistem pengelolaan air limbah pada operasi
mutu.4)
concrete batching plant menggunakan kolam sedimentasi sebagai
Baku mutu air kelas empat, air yang upaya efisiensi penggunaan air studi kasus pt Adhimix Precast
Indonesia
peruntukannya dapat digunakan
4) Ayub Benny Kristianto1, Pengolahan Limbah Cair Pabrik Beton

26
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
untuk mengairi pertanaman dan/ Ready Mix Menjadi Air Bersih, Jurnal Ilmiah Elektronik
Infrastruktur Teknik Sipil
atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
(PP NO. 82 2001 ttg. Pengelolaan Kualitas Air Dan

Pengendalian Pencemaran Air)

6. Erosi dan sedimentasi Mitigasi terhadap potensi dampak berupa erosi Kondisi Eksisting
Peningkatan erosi dan sedimentasi dan sedimentasi adalah sebagai berikut :
pada pekerjaan galian dan • Untuk mencegah longsor dan erosi selama
timbunan. penggalian untuk bahan timbunan, tepi dari
galian untuk bahan timbunan tidak boleh
kurang dari 2 meter dari bawah timbunan Gambar 3.27.
atau ketinggian 10 meter dari puncak galian. Dinding rawan erosi di SC 4
1)
Penerapan Rekomendasi
• Pengendalian erosi permukaan dengan
metode vegetatif (teknologi hydroseeding).2)

Sumber :
1) Spesifikasi Umum 2018 Bina Marga seksi 1.17.2
2) 02/SE/M/2018 Pedoman penerapan teknologi hydroseeding
untuk pengendalian erosi permukaan lereng jalan1, 2011 pp. 7- Gambar 3.28.
17 Contoh Implementasi teknologi hydroseeding

27
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
7. Kualitas air permukaan Untuk menghindari penurunan kualitas air Kondisi Eksisting
Indikasi penurunan kualitas air permukaan dilakukan langkah-langkah sebagai
permukaan (Danau Beratan) pada berikut:
pekerjaan galian dan timbunan (cut • Menghindari terjadinya ceceran material ke
& fill) dan jembatan dikarenakan dalam badan air (danau) dengan pembuatan
naiknya air permukaan danau ke tanggul penghalang air yang berpotensi
lokasi pekerjaan pada saat hujan. meluap ke daratan pada saat hujan.
• Menempatkan material tidak berdekatan Gambar 3.29.
Sisa galian dan timbunan yang bisa
dengan badan air (danau).
mengakibatkan penurunan kualitas air
permukaan

8 Biota air Cara mencegah agar biota air tidak terganggu: Kondisi Eksisting
Indikasi terganggunya biota air pada • Menghindari terjadinya ceceran material ke
air permukaan (danau) pada dalam badan air (danau).
pekerjaan galian dan timbunan (cut • Menempatkan material tidak berdekatan
& fill). dengan badan air (danau)
• Melaksanakan pemantauan terhadap biota
air di danau setiap 3 bulan sekali selama
kegiatan konstruksi berlangsung. Gambar 3.30.
Pekerjaan di pesisir danau yang bisa
mengganggu habitat biota air permukaan
28
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
9. Terganggunya flora dan fauna Langkah-langkah mitigasi terganggunya flora Kondisi Eksisting
Terganggunya flora dan fauna pada dan fauna diantaranya:
lokasi kegiatan dan sekitarnya pada • Menghindari terjadinya fragmentasi habitat
saat pekerjaan pembersihan lahan. dengan membuat batas kegiatan (pagar
pembatas) antara kegiatan pembangunan
(lokasi pekerjaan dan basecamp) dengan
kawasan hutan.
• Melakukan penanaman kembali berbagai Gambar 3.31.
Sisa galian dan timbunan yang bisa
jenis tanaman di sekitar lokasi kegiatan
mengakibatkan penurunan kualitas air
terutama jenis tanaman lokal / habitat hutan permukaan

Penerapan Rekomendasi

Gambar 3.32.
Contoh Penanaman hutan kembali

29
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO DOKUMENTASI
10. Pelaporan Pelaksanaan Rencana Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan
Kerja Pengelolaan dan Lingkungan (RKPPL) disiapkan oleh penyedia
Pemantauan Lingkungan jasa yang bertujuan untuk memastikan bahwa
(RKPPL) pengelolaan lingkungan telah dilaksanakan
Belum terdapat dokumen RKPPL sesuai ketentuan dan meningkatkan kesadaran
pada pembangunan jalan di shorcut para pemrakarsa kegiatan untuk mengetahui
4. berbagai kendala dan permasalahan terhadap
efektfitas dalam pelaksanaan pengelolaan
lingkungan.
Pelaporan internal RKPPL dilakukan setiap bulan
dan diberi tanggal pada akhir bulan kalender.
(Spesifikasi Umum 2018 Bina Marga Seksi
1.17.4).

30
Tabel 3.3. Permasalahan dan Rekomendasi terhadap Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Kegiatan Pembangunan
Jalan Shortcut 3
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
1a House Keeping/Penempatan Tempat Penyimpanan dibedakan menjadi 2, Kondisi Eksisting
Material dan Alat yaitu:
Penempatan material dan alat 1. Gudang, dipergunakan untuk
yang belum terpusat, baik yang menyimpan material yang tidak tahan
akan digunakan maupun setelah terhadap perubahan cuaca, bernilai
digunakan untuk pekerjaan ekonomis tinggi seperti semen, keramik,
konstruksi. peralatan tukang dan perlengkapan K3
Tempat penyimpanan material dan perlengkapan Mechanical/Electrical Gambar 3.33
Penyimpanan Material semen tidak sesuai
semen dan geogrid tidak tertata (M/E). Ukuran gudang dibuat secara
dengan ketentuan
dan tidak tertutup/terlindungi dan proporsional dan bentuknya adalah
Penerapan Rekomendasi
langsung ke tanah. bangunan tertutup dengan satu pintu
dan dapat dikunci.

Gambar 3.34
Contoh cara penyimpanan material semen
sebaiknya disusun dan menggunakan Palet
sebagai alas
31
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
2. Tempat Penyimpanan/Penimbunan Kondisi Eksisting
Material, dipergunakan untuk material
yang cukup tahan terhadap cuaca,
sehingga bangunan hanya memiliki atap
tanpa dinding, bahan atap dapat berupa
seng. Material yang disimpan disini
seperti: tulangan, kayu, perancah, pipa,
pvc dll.
Gambar 3.35
Penempatan Material yang akan digunakan Penyimpanan Material besi beton tidak
terlindungi dan tidak diberi alas
harus disimpan untuk menjaga kualitas
supaya sesuai dengan pekerjaan yang Penerapan Rekomendasi
dikerjakan. Material yang sudah digunakan
baiknya di pusatkan dan tertata rapih pada
lokasi yang sudah tersedia.
Penempatan material yang pembuatannya di
lokasi sebaiknya di tempatkan masih dalam
lokasi pabrikasi. Apabila diterapkan diluar
lokasi pabrikasi, maka harus diberi garis
cone, pembatas atau reflektif tape sebagai Gambar 3.36
Contoh Penyimpanan Material geogrid
penanda terutama pada malam hari. disusun,diberi alas dan terlindung dari hujan
32
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
Kondisi Eksisting

Gambar 3.37
Material hasil pabrikasi ditempatkan dijalan
umum dan tidak diberi pembatas

Penerapan Rekomendasi

Gambar 3.38
Contoh cone sebagai penanda terutama
pada malam hari

33
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
b Basecamp untuk pekerja Penyedia jasa harus menyediakan tempat Kondisi Eksisting
Basecamp untuk pekerja belum hunian sementara yang layak selama terjalin
memadai. Tidak tersedianya kontrak kerja dengan fasilitas sanitasi yang
sanitasi dan kurangnya sirkulasi memadai, seperti tersedianya sirkulasi
serta penerangan. udara yang baik dan penerangan yang
cukup.

Gambar 3.39
Basecamp untuk pekerja belum memadai

Penerapan Rekomendasi

Gambar 3.40
Contoh Basecamp untuk pekerja yang baik
sirkulasi udara dan penerangannya

34
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri Perlu adanya petunjuk dan petugas yang Kondisi Eksisting
(APD) Personil di Lapangan memastikan penggunaan APD sebelum
Penerapan tata tertib dan pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan seperti
peraturan penyedia jasa terhadap sarung tangan, baju pelindung, dan sepatu
pemakaian APD belum konsisten. safety.
Masih terlihat beberapa pekerja Penyedia Jasa wajib menyediakan APD
yang mengangkut material belum yang sesuai bagi pekerja di tempat kerja,
mengenakan sarung tangan. dan mengganti jika APD rusak.
Penerapan sistem manajemen K3 di Gambar 3.41
Pekerja tidak dilengkapi APD sarung tangan
lapangan harus dilakukan secara konsisten,
hanya pekerja yang lengkap mengenakan Penerapan Rekomendasi

APD yang diperkenankan berada di area


berbahaya (lokasi pekerjaan).
Bagi pihak-pihak yang tidak mengenakan
APD sesuai ketentuan agar berada di luar
area yang berbahaya.

Gambar 3.42
Contoh penggunaan APD standar pekerjaan

35
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
3. Penggunaan Rambu Pasang barikade atau perlindungan lainnya Kondisi Eksisting
Keselamatan untuk mencegah pekerja atau alat kerja
Belum ada rambu pengaman pada terperosok ke dalam lubang.
lubang hasil galian yang Pasang rambu tanda bahaya atau tanda
berpotensi terjadi bahaya pembatas atau barikade agar setiap pekerja
terperosok. terhindar dari bahaya terperosok.

Gambar 3.43
Lubang hasil galian

Penerapan Rekomendasi

Gambar 3.44
Contoh penggunaan barikade pengaman
untuk lubang
36
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
4. Monitor Pencatatan Kinerja K3 Menyediakan monitor pencatatan K3 atau Kondisi Eksisting
Tidak tersedia monitor papan statistik di basecamp/kantor proyek
pencatatan/papan statistik kinerja yang memuat informasi secara lengkap,
K3 di lokasi pekerjaan (seperti: seperti: pencatatan jumlah tenaga kerja,
pencatatan jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja, jumlah kecelakaan,dll .
jumlah jam kerja, jumlah
kecelakaan,dll).

Gambar 3.45
Belum tersedia papan statistik kinerja K3
pada basecamp/kantor proyek

Penerapan Rekomendasi

Gambar 3.46
Contoh Papan Statistik Kinerja K3 di Lokasi
Pekerjaan

37
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
5. Rencana Tanggap Darurat Membuat dan mengesahkan prosedur dan Penerapan Rekomendasi
Tidak tersedia rencana tanggap rencana tanggap darurat.
darurat yang benar meliputi: Prosedur tanggap darurat harus
struktur tim tanggap darurat, disosialisasikan melalui simulasi tanggap
nomor-nomor penting, rambu-arah darurat kepada seluruh pekerja.
jalur evakuasi, sinyal alarm, serta Perangkat tanggap darurat harus tersedia di
penetapan muster point (lokasi lapangan, meliputi:
berkumpul). • Papan informasi tempat menempatkan
struktur tim tanggap darurat;
• Nomor telepon penting;
Gambar 3.47
• Lokasi titik kumpul; Contoh PapanTanggap Darurat
• Jalur evakuasi;
• Alarm atau penanda kondisi darurat;
• Kotak P3K dan alat pemadam api ringan
(APAR);
• Tandu dan jika mungkin ruang klinik di
basecamp.
Catatan:
• Evaluasi simulasi tanggap darurat harus Gambar 3.48
Contoh Papan Nomor Telepon Penting
38
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
dipelihara.
• Petugas paramedik dan pemadam
Kebakaran harus terlatih/ bersertifikat.

Gambar 3.49
Contoh Tempat Titik Kumpul

Gambar 3.50
Contoh Denah Jalur Evakuasi Proyek

Gambar 3.51
Contoh Penerapan Rencana Tanggap
Darurat di Lokasi
39
Tabel 3.4. Permasalahan dan Rekomendasi terhadap Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Kegiatan Pembangunan
Jalan Shortcut 4
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
1 House Keeping/Penempatan • Panel listrik outdoor ditempatkan Kondisi Eksisting
Material dan Alat tersendiri dan diberikan penguncian.
Penempatan material dan alat Berikan rambu petunjuk bahaya listrik.
yang belum terpusat, baik yang • Kabel listrik dihubungkan melalui tiang-
akan digunakan maupun setelah tiang sebagai kabel udara atau kabel
digunakan untuk pekerjaan ditanam di dalam tanah dengan jenis
konstruksi. kabel yang sesuai.
Gambar 3.52
Pemasangan panel listrik outdoor • Tata cara pemasangan agar mengikuti Pemasangan panel listrik outdoor
ditempelkan pada pohon. ditempelkan pada pohon
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
Penerapan Rekomendasi

Gambar 3.53
Contoh penempatan tersendiri panel listrik
outdoor

40
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
2. Penggunaan APD (Personil di Perlu adanya petunjuk dan petugas yang Kondisi Esisting
Lapangan) memastikan penggunaan APD sebelum
Penerapan tata tertib dan pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan seperti
peraturan penyedia jasa terhadap sarung tangan, baju pelindung, sepatu
pemakaian APD belum konsisten. safety, dan earplug/earmuff.
Masih terlihat beberapa pekerja Penyedia jasa wajib menyediakan APD yang
borepile tidak mengenakan APD sesuai bagi pekerja di tempat kerja dan
yang sesuai (earplug/earmuff) di mengganti jika APD rusak. Gambar 3.54
area dengan tingkat kebisingan Penerapan sistem manajemen K3 di Pekerja tidak dilengkapi APD
earplug/earmuff di area dengan tingkat
tinggi. lapangan harus dilakukan secara konsisten, kebisingan tinggi
hanya pekerja yang lengkap mengenakan
Penerapan Rekomendasi
APD yang diperkenankan berada di area
berbahaya (lokasi pekerjaan).
Bagi pihak-pihak yang tidak mengenakan
APD sesuai ketentuan agar berada di luar
area yang berbahaya.

Gambar 3.55
Contoh penggunaan APD standar pekerjaan
41
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
3. Penggunaan Rambu • Pada kaki galian tebing harus dibuat Kondisi Eksisting
Keselamatan saluran tepi untuk mengarahkan air
a Jalan kerja dibuat dengan pembawa sedimen menuju ke satu titik
memotong tebing. Pemotongan penampungan (kolam).
bukit tidak diberikan penanganan • Jika kemiringan saluran terlalu curam,
Gambar 3.56
segera, sementara jenis tanah agar dibuat penahan arus di sepanjang Kondisi tebing yang mudah longsor dan
bersifat tanah lunak yang mudah saluran untuk mengurang kecepatan air. belum terdapat saluran air
longsor. Kondisi saat ini tidak • Konstruksi saluran dibuat bersifat Penerapan Rekomendasi
tersedia saluran pada bagian kaki sementara jika tidak menjadi kesatuan
tebing maupun pada sisi lainnya. dalam kontrak, jika diperlukan saluran
dapat dibuat dari pasangan batu atau
beton. Gambar 3.57
• Dinding tebing galian agar segera Contoh saluran sementara dengan
menggunakan geotekstil
dilakukan penanganan (misalnya dengan
penanaman rumput vetiver) untuk
memberikan perlindungan tebing jangka
panjang.

Gambar 3.58
Contoh penanaman rumput vetiver untuk
perlindungan tebing
42
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
b Terdapat keretakan pada badan Pada lokasi badan jalan kerja sementara Kondisi Eksisting
jalan yang berpotensi terjadi yang telah terjadi keretakan agar dilakukan
longsor dan menimbun lokasi kerja tindakan preventif dengan:
di bagian bawah. • Memasang rambu larangan yang sesuai.
• Memasang barikade penanda lokasi Gambar 3.59
berbahaya. Keretakan pada badan jalan yang berpotensi
terjadi longsor
• Menutup dengan terpal/plastik/
geomembrane agar air tidak merembes Penerapan Rekomendasi
masuk ke celah retakan.
• Melarang pekerja atau alat berdiri di
lokasi retakan.
• Memberitahukan tim pekerja di bawah
Gambar 3.60
tebing yang terdampak akibat retakan Contoh penggunaan rambu dan warning
tape untuk pengamanan
tanah untuk menjauh dari lokasi area
yang berpotensi terjadi keruntuhan.
• Memberikan upaya perkuatan di bagian
bawah tebing.
• Mengurangi pergerakan kendaraan di
Gambar 3.61
lokasi retakan tanah.
Contoh penggunaan geomembrane untuk
menjaga keseimbangan air
43
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
4. Dokumen Rencana Keselamatan Penyesuaian dokumen RKK mengikuti Kondisi Eksisting
dan Kesehatan Kerja Konstruksi format sesuai dengan ketentuan yang
(RK3K)/ Dokumen Rencana berlaku.
Keselamatan Konstruksi (RKK)
Dokumen RK3K/RKK belum
mengikuti format sesuai ketentuan
yang berlaku.

Gambar 3.62
Dokumen RKK belum mengikuti format
sesuai ketentuan yang berlaku

Penerapan Rekomendasi

Gambar 3.63
Contoh dokumen RKK mengikuti format
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
44
NO PERMASALAHAN REKOMENDASI FOTO
5 Penempatan Bahan Mudah Menempatkan tabung gas bertekanan Kondisi Eksisting
Terbakar sesuai standar keamanan, dengan
Penempatan tabung gas memperhatikan:
bertekanan masih belum • Penyimpanan tabung gas bertekanan
memenuhi standar keamanan. secara berdiri tegak dan diberikan rak.
• Menyediakan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR).

Gambar 3.64
Penempatan tabung gas bertekanan masih
belum memenuhi standar keamanan

Penerapan Rekomendasi

Gambar 3.65
Contoh penyimpanan tabung gas bertekanan
secara berdiri tegak dan diberikan rak

45

Anda mungkin juga menyukai