Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH INTERAKSI OBAT

“PERTIMBANGAN BIOFARMASETIKA DALAM DESAIN PRODUK


OBAT”

Dosen Pengampu : Apt. Dewi Natalia Sri Harmoni S.Farm., M.Farm

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4:

1. ADAM KARTA SURYA (2008060001)


2. BAIQ CITRA NUSANTARA (1808060034)
3. DIANITA GADIS PRATAMA (2008060009)
4. FINA ALFINAI (2008060013)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
NUSA TENGGARA BARAT
MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pertimbangan Biofarmasetika Dalam Desain Produk Obat ” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Interaksi obat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 03 Juli 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................i

DARTAR ISI..............................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar belakang ...................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...............................................................................1
C. Tujuan .................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................2

A. Aspek Biofarmasetika Dalam Desain Bentuk Obat..............................2


B. Factor Dalam Bioavailabilitas Obat......................................................2
C. Factor Farmasetik Yang Mempengaruhi Bioavailabilitas Obat...........3
D. Kinerja Produk Obat, Invitro................................................................4
E. Pertimbangan Saat Akan Membuat Sediaan obat.................................5

BAB III PENUTUP....................................................................................9

A. Kesimpulan.............................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua produk farrnasetik, mulai dari tablet analgesik generik dalam farmasi
komunitas sampai penggrrnaan iumnoterapi dalam rumah sakit khusus, melalui
penelirian dan pengembangan yang ekstensif sebelum disetujui oleh U.S. Food,
and Dtug Adminktratioa (FDA). Karakteristik fisikokirnia bahan aktif farrlasetik
(actite pharmaceticel ingedients-APl atau senyawa obat) bentuk sediaan atau obat,
dan rute pemakaian merupakan determinarr yang kritis dari performa in vivo,
keamanan dan kemanjuran dari produk obat. Sifat-sifar obat dan bentuk
sediaannya dirancang dan diuji secara hati-hati untuk nrenghasilkan respons
terapetik yang diinginkan pada pasien. Farmasis dan ilmuwan farmasetik harus
memahami hubungan yang kompleks ini untuk memahami penggunaan dan
pengembangan farmasetik yang tepat.

Untuk menjelaskan pentingnya senyawa obat dan formulasi obat pada


absorpsi dan distribusi obat site aksi seseorang harus rnempertimbangkan urutan
kejadian vang mendahului suatu efek terapi obat. Pertarna, obat dalarn bentuk
sediaannya digunklan oleh pasien baik melaluii suatu rute pemakaian oral,
intravena, subkutan, transdermal dan lain lain.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana factor dalam bioavailabilitas obat?


2. Bagaimana factor fisiologik yang berkaitan dengan absrobsi obat ?
3. Bagaimana factor farmasetik yang mempengaruhi bioavailabilitas obat?
4. Bagaimana kinerja produk obat, invitro?
5. Bagaimana pertimbangan saat akan membuat sediaan obat?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui factor dalam bioavailabilitas obat


2. Untuk mengetahui factor fisiologik yang berkaitan dengan absrobsi obat
3. Untuk mengetahui factor farmasetik yang mempengaruhi bioavailabilitas
obat
4. Untuk mengetahui kinerja produk obat invitro
5. Untuk mengetahui pertimbangan saat akan membuat sediaan obat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek Biofarmasi Dalam Desain Produk Obat

Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan sifat fisikokimia

formulasi obat terhadap bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas menyatakan

kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. Biofarmasetik

bertujuan untuk mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke sirkulasi sistemik

agar diperoleh pengobatan yang optimal pada kondisi klinik tertentu.

a. Faktor-faktor dalam bioavailabilitas obat.

a. Proses absorbsi sistemik suatu obat meliputi : Disintegrasi produk obat

yang diikuti pelepasan obat, Pelarutan obat dalam media “aqueous”,

Absorbsi melewati membran sel menuju sirkulasi sistemik.

b. Faktor-faktor fisiologik yang berkaitan dengan absorbsi obat

 Perjalanan obat melewati membran sel

Faktor utamanya adalah kelarutan molekul dalam lipid. Obat-obat yang

lebih larut dala lemak lebih mudah melewati membran sel daripada obat

yang kurang larut dalam lemak (larut air). Obat-obat yang mudah

terion akan larut dalam air sehingga sulit melewati membran daripada

obat yang dalam bentuk molekul (tak terion).

 Difusi Pasif

Merupakan bagian terbesar dari proses transmembran bagi umumnya

obat-obat. Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan

konsentrasi obat pada kedua sisi membran sel.

 Transpor Aktif

3
Adalah proses transmembran yang diperantarai oleh pembawa (carrier)

yang memainkan peran penting dalam sekresi ginjal dan bilier dari

berbagai obat dan metabolit. Karena sifatnya bahwa obat dipindahkan

melawan perbedaan konsentrasi, misal dari konsentrasi rendah ke

tinggi, maka sistem ini memerlukan energi. Molekul pembawa bisa

sangat selektif terhadap molekul obat.

 Difusi yang dipermudah (Fasilitated Diffusion)

Merupakan sistem transport yang diperantarai pembawa, berbeda

dengan transport aktif, obat bergerak oleh karena perbedaan konsentrasi

dan tidak memerlukan energi.

 Pinositosis (Transpor Vesikular)

 Transpor melalui pori (konvektif)

 Waktu transit obat dalam saluran cerna

 Aliran (perfusi) darah dari saluran cerna

c. Faktor-faktor farmasetik yang mempengaruhi bioavailabilitas obat

 Disintegrasi

Proses disintergasi tidak menggambarkan pelarutan sempurna tablet

atau obat. Disintergasi yang sempurna ditakrifkan oleh USP XX

sebagai “keadaan dimana berbagai residu tablet, kecuali fragmen-

fragmen penyalut yang tidak larut, tinggal dalam saringan penguji

sebagai massa yang lunak dan jelas tidak mempunyai inti yang

teraba”.

 Pelarutan (Disolusi)

Merupakan proses di mana suatu bahan kimia atau obat menjadi

4
terlarut dalam suatu pelarut. Suhu media dan kecepatan pengadukkan

juga mempengaruhi laju pelarutan obat. Kenaikkan suhu akan

meningkatkan energi kinetik molekul dan meningkatkan tetapan

difusi, sebaliknya kenaikan pengadukan dari media pelarut akan

menurunkan tebal “stagnant layer”, h, mengakibatkan pelarutan obat

lebih cepat.

 Sifat fisikokimia obat

Makin besar luas permuakaan obat makin cepat laju pelarutan. Luas

permukaan dapat diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel.

Bentuk geometric partikel juga mempengaruhi luas permukaan dan

selama perlarutan permukaan berubah secara konstan. Obat dalam

keadaan anhydrous, maka laju pelarutan biasanya lebih cepat daripada

bentuk garam hidrous. Obat dalam bentuk amorf menunjukkan laju

pelarutan yang lebih cepat daripada obat dalam bentuk kristal.

 Faktor formulasi yang mempengaruhi pelarutan obat

Misalnya bahan penyuspensi, bahan pelincir tablet, surfaktan,

pembentukan garam dan kompleks, perubahan pH dsb.

b. Kinerja Produk obat : pengujian disolusi dan pelepasan obat

Mengukur laju dan jumlah pelarutan obat dalam suatu media “aqueous”

dengan adanya satu atau lebih bahan tambahan yang terkandung dalam produk

obat. Faktor yang harus dipertimbangkan : ukuran dan bentuk wadah dapt

mempengaruhi laju dan tingkat pelarutan, jumlah pengadukan dan sifat

pengadukkan, suhu media pelarutan, kelarutan maupun jumlah obat dalam bentuk

sediaan, rancangan alat pelarutan.

5
Beberapa metode pelarutan (disolusi) : Metode ‘Rotating Basket’, Metode

“Paddle”, Metode Disintegrasi yang Dimodifikasi (jarang digunakan).

Pemenuhan Syarat Pelarutan : Jumlah obat yang larut dalam suatu waktu tetentu,

Q, dinyatakan sebagai suatu prosentase dari kandungan yang tertera dalam label

(USP/FI-IV). Untuk bebrapa produk, dinyatakan lolos uji pelarutan dengan harga

Q ditetapkan 75% dalam waktu 45 menit dan standar ini telah disarankan untuk

semua produk. Untuk suatu produk obat baru penetapan spesifikasi pelarutan

memerlukan suatu pertimbangan yang seksama dari sifat fisika dan kimia obat.

Sebagai tambahan untuk pertimbangan bahwa uji pelarutan memastikan

kemantapan bioavailabilitas produk, uji harus dilengkapi variasi fabrikasi dan dan

variabel-variabel uji sehingga suatu produk tidak ditolak secara tidak tepat.

Metode uji pelarutan lain yang tidak resmi (kurang populer) : Metode “Rotating

bottle”, Metode pelarutan dengan aliran, Metode pelarutan “Intrinsik”, Metode

peristaltik.

Korelasi Pelarutan InVitro – In Vivo

a. Laju Pelarutan vs Laju Absorbsi : Jika pelarutan obat merupakan laju

penentu, maka suatu laju pelarutan yang lebih cepat dapat mengakibatkan laju

keberadaan obat dalam plasma yang lebih cepat, sehingga memungkinkan

untuk menetapkan korelasi antara laju pelarutan dan laju absorpsi obat.

Dalam salah satu studi yang menyangkut tiga produk aspirin, “sustained

release” waktu pelarutan untuk sediaan berkorelasi secara linier dengan waktu

absorpsi untuk berbagai jumlah aspirin yang diabsorpsi. Hasil dari studi ini

menunjukkan bahwa aspirin diabsorpsi secara cepat dan sangat bergantung

pada laju pelarutan.

6
b. Prosen Obat Terlarut vs. Prosen Obat Terabsorpsi : Jika suatu obat diabsorpsi

secara sempurna setelah pelarutan, maka dengan membandingkan prosen obat

terabsorpsi terhadap prosen obat terlarut dapat diperoleh suatu korelasi linier.

Dalam pemilihan metode pelarutan, harus mempertimbangkan media

pelarutan yang tepat dan menggunakan pengadukan pelarutan yang lambat

sehingga mendekati pelarutan in vivo.

c. Konsentrasi Plasma Maksimum vs Prosen Obat Terlarut In Vitro : korelasi

linier antara konsentrasi obat maksimum dalam tubuh dan prosen obat terlarut

in vitro.

d. Konsentrasi Obat dalam Serum vs Prosen Obat Terlarut : Pada studi absorpsi

aspirin, aspirin diabsorpsi cepat dari lambung, maka pelarutan obat

merupakan tahap penentu dan berbagai formulasi dengan laju pelarutan yang

berbeda akan mengakibatkan perbedaan konsentrasi aspirin dalam serum dari

menit ke menit.

e. Kegagalan Korelasi Pelarutan In Vitro ke Absorbsi In Vivo : . Masalah tidak

adanya korelasi antara bioavailabilitas dan pelarutan mungkin disebabkan

oleh kekompleksan absorpsi obat dan kelemahan rancangan pelarutan.

c. Pertimbangan-Pertimbangan Saat akan Membuat Sediaan

a. Pertimbangan dalam Rancangan Bentuk Sediaan : Penderita, dosis,

frekuensi pemberian dosis, terapetik, efek samping pada saluran cerna.

b. Pertimbangan Rute Pemberian : Parenteral, tablet bukal, Aerosol, sediaan

Transdermal, peroral, rektal.

c. Pertimbangan Fisikokimia meliputi:

 pKa dan profil pH

7
 Perlu untuk stabilitas dan kelarutan dari produk akhir.

 Ukuran partikel

 Dapat mempengaruhi kelarutan obat dan selanjutnya laju pelarutan

produk.

 Polimorfisma

 Kemampuan suatu obat untuk berada dalam berbagai bentuk Kristal

dapat mengubah kelarutan obat. Juga stabilitas dari tiap bentuk

merupakan hal yang penting karena polimorf dapat berubah bentuk dari

suatu bentuk ke bentuk lain.

 Higroskopisitas

 Absorpsi uap air dapat mempengaruhi struktur fisika dan juga stabilitas

produk.

 Koefisien partisi

 Dapat memberikan beberapa indikasi afinitas relative obat terhadap

minyak dan air. Suatu obat yang mempunyai afinitas tinggi terhadap

minyak dapat mempunyai pelepasan dan pelarutan dari formulasi yang

jelek.

 Interaksi bahan pengisi

 Kesesuaian bahan pengisi dengan obat dan kadang – kadang elemen-

sisa dalam bahan tambahan dapat mempengaruhi stabilitas produk.

Penting untuk mempunyai spesifikasi dari semua bahan baku.

 Profil stabilitas pH

 Stabilitas larutan sering dipengaruhi oleh pH pembawa, lebih lanjut

karena pH lambung dan usus berbeda., pengetahuan profil stabilitas

8
akan membantu menghindarkan atau mencegah kerusakan produk

selama penyimpnan atau setelah pemberian.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan sifat fisikokimia

formulasi obat terhadap bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas menyatakan

kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik.

Biofarmasetik bertujuan untuk mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke

sirkulasi sistemik agar diperoleh pengobatan yang optimal pada kondisi klinik

tertentu.

d.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ed€r AF, Bryan WA: Thcophylline: Recent conscnsus and current conr(o\ersy.
Am Asso. Chn Clwm TDX Tox, 17:Jan. p 1051. 1996
Jones AW: Disappearance rate of ethanol from the blood of human subjects:
Implicarions in ; forensic toxicology.The Mathenrltird Al4toaA b
Plrysialngirrl Prablhns. Baltimore, Williams & Wilkins, 1965, p 5l
Marcel Dekker, 1984 Randolph LK, CumineraJL: Slatistics. Dalam Gennaro AR
(ed), Renrngun\ Plnmtra ml S.iclks, ITth ed. Easton, PA, Mack, 1985, pp
104-139

10
SOAL
A. PILIHAN GANDA
1. Manakah metode pelarutan (disolusi) yang benar adalah….
a. Metode rotating
b. Metode ekstraksi
c. Metode destilasi
d. Metode disentgrasi
e. Semua benar
2. Bagian terbesar dari proses transmembran bagi umumnya obat-obat
adalah… .
a. Perjalanan obat melewati membrane sel
b. Difusi pasif
c. Transpor aktif
d. Difusi yang dipermudah
e. Transport melalui pori
3. Proses transmembran yang diperantarai oleh pembawa (carrier) yang
memainkan peran penting dalam sekresi ginjal dan bilier dari berbagai
obat dan metabolit merupakan pengertian dari …
a. Difusi aktif
b. Difusi yang dipermudah
c. Transport melalui pori
d. Transpor aktif
e. Perjalanan obat yang melewati membran sel
4.Pertimbangan-pertimbangan yg termasuk pada pertimbangan saat akan
membuat sediaan adalah..
a. Pertimbangan larutan
b. Pertimbangan sediaan
c. Pertimbangan rute pemberian
d. Pertimbangan dosis
5. Yang termasuk dalam faktor fisilogik yg berkaitan dengan absorbsi obat
adalah..
a. Faktor disintegrasi

1
b. Faktor pelarutan
c. Faktor sifat fisik kimia
d. Faktor perjalan obat melewati membran sel
6. hubungan sifat fisikokimia formulasi obat terhadap bioavailabilitas obat.
Bioavailabilitas menyatakan kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai
sirkulasi sistemik. Adalah pengertian dari..
a. Farmasetik
b. Biofamasitika
c. Bioafailabilitas
d. Farmakodinami
7. Beberapa pertimbangan dalam rute pemberian kecuali
a. Oral
b. Parenteral
c. Aerosol
d. Tablet
e. Dosis
8. Penyebab kegagalan dalam korelasi pelarut adalah
a. Sesuai
b tepat waktu
c. kelemahan rancangan pelarutan.
d. Mudah larut
e. Semua salah
9.Apa yang menjadi peran penting transport aktif dalam sekresi ginjal dan bilier
obat?
a. Memindahkan obat melawan perbedaan konsentrasi
b. Memindahkan obat melalui perbedaan tekanan osmotik
c. Memindahkan obat melalui perbedaan pH pada kedua sisi membran sel
d. Memindahkan obat melalui energi pembawa (carrier)
e. Semua benar
10.Apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas obat?
a. Kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik
b. Kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai absorpsi obat

2
c. Kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai distribusi obat
d. Kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai metabolisme obat
e. Semua salah

Esay
1. Sebutkan faktor-faktor fisiologik dalam absorbsi obat
 Faktor Perjalanan obat melewati membran sel
 Faktor difusi pasif
 Faktor tarnsfor aktif
 Faktor difusi yg dipermudah
 Faktor Pinositosis (Transpor Vesikular)
 Transpor melalui pori (konvektif)
 Waktu transit obat dalam saluran cerna
 Aliran (perfusi) darah dari saluran cerna
2. Sebutkan faktor apa saja yg mempengaruhi bioavailabilitas obat
 Disintegrasi
 Pelarutan (Disolusi)
 Sifat fisikokimia obat
 Faktor dformulasi yang mempengaruhi pelarutan obat
3. Sebutkan metode dari pelarutan ( disolusi )
Metode ‘Rotating Basket’, Metode “Paddle”, Metode Disintegrasi yang Dimodifikasi
(jarang digunakan).
4. Ada beberapa pertimbangan yg harus di perhatikan dalam pembuatan
sediaan, sebutkan.
Pertimbangan-Pertimbangan Saat akan Membuat Sediaan
a. Pertimbangan dalam Rancangan Bentuk Sediaan : Penderita, dosis, frekuensi
pemberian dosis, terapetik, efek samping pada saluran cerna.
b. Pertimbangan Rute Pemberian : Parenteral, tablet bukal, Aerosol, sediaan
Transdermal, peroral, rektal.
c. Pertimbangan Fisikokimia
5. Apa itu biofarmasetika
Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan sifat fisikokimia formulasi obat
terhadap bioavailabilitas obat.

3
4

Anda mungkin juga menyukai