Anda di halaman 1dari 3

Yohanes Karuniawan

2006573733
Trip Generation Model
Growth Factor Model

Dalam memperkirakan suatu distribusi perjalanan tentu diperlukan data data dasar serta
pendukung untuk menentukannya. Ketika membahas mengenai distribusi perjalanan tentu
karakteristik dari wilayah yang ditinjau perlulah diketahui terlebih dahulu agar growth factor
model yang ditentukan dapat merepresentasikan kondisi yang sebenarnya. Hal ini juga berkaitan
dengan waktu perjalanan, distribusi perjalanan yang terjadi di setiap wilayah juga dipengaruhi
oleh kapan perjalanan di suatu daerah paling banyak atau sedikit berlangsung. Maka dari itu
perjalanan yang dilakukan tentu akan meninjau dari segi zona wilayah yang dipengaruhi oleh
intensitas dari perjalan serta waktu yang diperlukan untuk menempuh wilayah satu ke wilayah
lainnya. Untuk dapat memberikan perkiraan akan bagaimana distribusi perjalanan suatu wilayah,
perlu ditentukan besarnya faktor pertumbuhan suatu wilayah sesuai dengan karakteristik wilayah
yang ditinjau. Dalam pemodelan faktor pertumbuhan ini, terus mengalami pembaruan serta
perkembangan metode yang dipakai dengan tujuan penyesuaian kebutuhan dengan realitas
kondisi yang ada.
Jika dilihat dari sejarah, model awal dari model faktor pertumbuhan ini dimulai dengan
metode uniform atau seragam dengan bentuk umumnya, yaitu Tij = tij . E dengan keterangan
sebagai berikut:
Tij = total pergerakan pada masa mendatang dalam daerah studi dari asal zona i ke zona tujuan j
Tij = total pergerakan pada masa sekarang di daerah studi dari zona asal i ke zona tujuan j
E = T/t , yaitu faktor pertumbuhan (growth factor)
Sesuai dengan namanya, yaitu seragam yang berarti pada model ini semua daerah
dianggap memiliki tingkat bangkitan perjalanan atau tarikan yang seragam, yang berarti total
bangkitan sama dengan total tarikan. Hal ini justru menjadi kelemahan dari model ini, sebab
semua daerah memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda beda satu sama lain sehingga kurang
dapat menggambarkan kondisi realita yang terjadi. Selain itu, model ini kurang bisa dipakai di
Indonesia sebab pertumbuhan yang terjadi di setiap daerahnya cukup beragam. Selain itu, jika
model ini dipakai dalam waktu yang panjang maka perubahan yang terjadi di setiap daerahnya
tidak dapat ditolerir oleh model ini.
Setelah model uniform dipakai, kemudian disempurnakan kembali oleh model average

atau rata rata dengan model persamaan T ij =t ij ¿)  E adalah faktor pertumbuhan total

1
Yohanes Karuniawan
2006573733
Pada umumnya setiap daerah umumnya memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda satu sama
lain, hal tersebut dapat dinetralisir dengan membuatnya menjadi nilai rata-rata. Pada model ini,
tentu dilakukan iterasi sampai mendapatkan nilai faktor pertumbuhan yang mendekati angka 1.
Model sebelumnya di kembangkan kembali dan juga coba diatasi kekurangan yang ada
pada model average dengan model Fratar. Pada model ini, distribusi perjalanan dari suatu zona
pada masa yang akan datang memiliki proporsi yang sama dengan distribusi perjalanan pada
masa sekarang. Selain itu, growth factor yang ditentukan telah dimodifikasi sehingga
mempertimbangkan terkait zon dari perjalanan tersebut berakhir. Maka dari itu, model ini dapat
dikatakan cukup representatif akan kondisi yang terjadi setiap daerahnya sebab
mempertimbangkan banyak faktor dalam suatu zona yang ditinjau growth factornya. Berikut
bentuk model untuk Fratar:

Dengan Keterangan:

Tij = jumlah perjalanan diperkirakan dari zona i ke zona j


ti = menyajikan bangkitan perjalanan di zona i
Gx = faktor pertumbuhan zona x
Ti = tiGi = generasi perjalanan masa depan di zona i
tix = jumlah perjalanan antara zona i dan zona lain x
tij = menyajikan perjalanan antara zona i dan zona j
Gj = faktor pertumbuhan zona j

Model selanjutnya yang berkembang adalah model Detroit dengan model persamaan sebagai
berikut:
Tij = tij . Ei . Ej/E —> E yang dimaksud adalah faktor pertumbuhan total

2
Yohanes Karuniawan
2006573733
Kemudian dikembangkan model terbaru lagi, yaitu Furness dengan persamaan sebagai berikut:
Tij = tij . Ei. Pada model ini iterasi yang dilakukan cenderung lebih sedikit serta dilakukan 1 set
perkalian. Selain itu, dalam memperkirakan distribusi perjalanan hanya membutuhkan data
eksisting dengan perkiraan pertumbuhan di masa yang akan datang. Dalam pengumpulan data
tentu memiliki harga yang cukup mahal dalam mendapatkannya. Hal ini berlaku juga pada data
eksisting yang diperlukan pada model ini dimana memerlukan biasa yang mahal untuk
mendapatkan data eksisting. Selain itu penggunaan model ini memperhatikan mengenai konstan
atau tidaknya zona yang ditinjau, jika terdapat zona baru kembali maka model ini tidak dapat
dipakai secara maksimal. Kemudian model ini juga tidak dapat dipakai pada suatu daerah yang
memiliki pertumbuhan yang sangat tinggi sebab diperlukan banyak pembaruan data eksisting
yang dapat dikatakan akan memakan banyak biaya dalam penggunaan model ini.

Sumber Referensi:

Garber, N. J., & Lester, A. H. (2009). Traffic and Highway Engineering. Canada: University of
Virginia.
Idrus, I. (2015, February). TRIP DISTRIBUTION METODE FAKTOR PERTUMBUHAN
(Growth Factor Method). From Researchgate.net:
https://www.researchgate.net/publication/339446466_TRIP_DISTRIBUTION_METOD
E_FAKTOR_PERTUMBUHAN_Growth_Factor_Method

KEVIN E. HEANUE and CLYDE E. PYERS, Highway Engineers, Urban Planning Division,
U.S. Bureau of Public Roads, https://onlinepubs.trb.org/Onlinepubs/hrr/1966/114/114-003.pdf

Anda mungkin juga menyukai