Implementasi Akad Wadiah Pada Perbankan-Arisyah Fitri Andriani
Implementasi Akad Wadiah Pada Perbankan-Arisyah Fitri Andriani
Abstrak
Al-wadi’ah ialah sejumlah harta ataupun lainnya yang dititipkn atau ditinggalkan pada seseorang
penjaganya yang berkewajibn untuk menjagabaliknya kepada pihak yang menitipkan, kapan saja
dia memintanya. Landasan syariah dan ketentuan tentang sertifikat wadiah bank Indonesia diatur
dalam fatwa dewan syariah nasional nomor 36/DSN-MUI/X/2002 tentang sertifikat wadiah bank
Indonesia tanggal 23 oktober 2002. Wadi’ah dapat diimplementasikan dalam transaksi perbankan
dengan produk giro atau tabungan.
Kata Kunci : Akad Wadi’ah dan Institusi keuangan.
Abstract
Al-wadi'ah is a number of assets or other things that are entrusted or left to a guardian who is
obliged to take care of them back to the party who entrusts them, whenever he asks for it. The
sharia foundation and provisions regarding bank Indonesia wadiah certificates are regulated in the
fatwa of the national sharia council number 36/DSN-MUI/X/2002 concerning bank Indonesia wadiah
certificates dated 23 October 2002. Wadi'ah can be implemented in banking transactions with
current accounts or savings products.
Keywords: Wadi'ah contract and financial institutions
1 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023
Pendahuluan
Muamalah merupakan suatu kegiatan yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan
tata cara hidup sesama umat manusia untuk memenuhi keperluannya sehari-hari yang bertujuan
untuk memberikan kemudahan dalam melengkapi kebutuhan hidup, untuk saling memahami
antara penjual dan pembeli, untuk saling tolong menolong (ta’awul), serta untuk mempererat
silaturahmi karena merupakan proses ta’aruf (perkenalan). Namun dari beberapa tujuan
muamalat tersebut, tidak sepenuhnya terlaksana. Masih banyak masalah-masalah yang terjadi
karena proses muamalat tersebut. Diantaranya masih banyak orang yang dirugikan dalam suatu
proses muamalat tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pedoman dan tatanannya
pun perlu dipelajari dan diketahui dengan baik, sehingga tidak terjadi penyimpangan dan
pelanggaran yang merusak kehidupan ekonomi dan hubungan sesama manusia.
Pengetahuan tentang seluk-beluk muamalah memiliki maksud yaitu bahwa kita selaku umat
muslim hendaknya mengetahui apa-apa yang bersangkutan dengan muamalah. Seperti dalam
rukun muamalat-jual beli harus ada akad (ijab dan qabul). Dalam akad muamalat terdapat
beberapa transaksi atau akad yang ada, diantarannya adalah akad Al-Wadi’ah, akad Al-Wakalah,
dan Al-Kafalah, dsb. Akad Wadi’ah terdapat pada kehidupan kita sehari-hari dan menjadi produk
pada lembaga keuangan bank.
Lembaga keuangan bank secara umum melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima
simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Bank merupakan
lembaga keuangan yang dipercaya oleh masyarakat dari berbagai macam kalangan dalam
menyimpan atau menempatkan dananya secara aman. Masyarakat menganggap bank merupakan
lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan yaitu
aktivitas penyimpanan dan penyaluran.
Produk-produk pendanaan bank syariah ditujukan untuk mobilisasi dan investasi tabungan
untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil dapat
dijamin bagi semua pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal penting karena Islam secara
tegas mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif
dalam rangka mencapai tujuan sosial-ekonomi Islam. Dalam hal ini, bank syariah melakukannya
tidak dengan prinsip bunga (riba), melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat
Islam, terutama wadi’ah (titipan), qardh (pinjaman) mudharabah (bagi hasil), dan ijarah.1 Wadi’ah
dipraktekkan pada bank-bank yang menggunakan sistem syariah.
Metode Penelitian
dilakukan melalui kajian literatur berupa sumber-sumber yang terkait dengan objek penelitian
menggunakan jenis literatur jurnal penelitian dan kejadian masa kini. Jenis data pada penelitian ini
menggunakan jenis data kualitatif. Data kualitatif merupakan data berbentuk deskriptif mengenai
suatu objek penelitian yang menjelaskan secara rinci terhadap fenomena yang terjadi.
Berdasarkan Al-quran
2
Umi hani, “Fiqih Muamalah”(Banjarmasin : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-
Banjary
Banjarmasin, 2021), cet.1., , 116.
3
Ibid.,
4
Abu Azam Al Hadi, “Fikih Muamalah Kontenporer”, (Depok: Rajawali Pers, 2017), ed.1, cet.1, 108.
5
Hulwati, “ekonomi islam”, (ciputat press, Jakarta:2006), 106.
3 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023
۞ ِإَّن ٱَهَّلل َي ْأُمُر ُك ْم َأن ُتَؤ ُّد و۟ا ٱَأْلَٰم َٰن ِت ِإَلٰٓى َأْه ِلَه ا َو ِإَذ ا َح َك ْم ُتم َب ْي َن ٱلَّن اِس َأن َت ْح ُك ُمو۟ا ِبٱْلَع ْد ِل ۚ ِإَّن ٱَهَّلل
ِنِعَّما َيِع ُظ ُك م ِبِهٓۦۗ ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن َس ِميًۢع ا َبِص يًر ا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(Q.S An-Nisa Ayat 58)
Tafsir Q.S An-Nisa ayat 58 menurut Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an
di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an
Universitas Islam Madinah. Setelah Allah menyebutkan kabar gembira bagi orang-orang yang
beriman dan beramal shalih, kemudian Allah mengarahkan mereka untuk berbuat dua jenis
amalan Shalih, yaitu menunaikan amanat dan memberi keputusan bagi orang lain dengan adil.
Firman ini ditujukan bagi setiap orang yang diberi amanat, baik itu yang berhubungan dengan
hak Allah ataupun yang berhubungan dengan hak manusia, baik itu berupa jabatan, harta, dan
lain sebagainya. kemudian Allah memuji perintah perintah dan larangan larangan yang telah
ditetapkan-Nya karena mengandung kemaslahatan di dunia dan di akhirat dan menjauhkan dari
mudharatnya, sebab yang menetapkan adalah Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Melihat,
tidak ada yang tersembunyi darinya, dan Maha Mengetahui kemaslahatan bagi hamba-hamba-
Nya.6
Menurut para mufasir, ayat ini berkaitan dengan penitipan kunci Ka’bah kepada Usman bin
Talhah (seorang sahabat Nabi) sebagai amanat dari Allah SWT. Dalam ayat lain disebutkan:
.... َف ْلُيَؤ ِّد ٱَّلِذى ٱْؤ ُتِمَن َأَٰم َنَت ُهۥ....
“..... Hendaklah orang dipercayai itu menunaikan amanat .... (al-Baqarah: 283). 7
Berdasarkan Hadist
“Hendaklah amanat orang yang mempercayai anda dan janganlah anda menghianati orang
yang menghianati anda.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Hakim).8
Berdasarkan DSN-MUI
Kemudian berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No: 01/DSNcMUI/IV/2000,
menetapkan bahwa Giro yang dibenarkan secara syari’ah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip
Mudharabah dan Wadi’ah. Demikian juga tabungan dengan produk Wadi’ah, dapat dibenarkan
berdasarkan fatwa DSN No: 02//DSN-MUI/IV/2000, menyatakan bahwa tabungan yang
dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi’ah. 9
Hukum Menerima Barang Titipan Tidak semua orang atau jasa penitipan bisa dipercaya
untuk menerima barang titipan, kecuali orang atau jasa penitipan yang memiliki komitmen dan
6
Tafsirweb,”Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 58”, diakses melalui link https://tafsirweb.com/1590-surat-an-
nisa-ayat-58.html, pada 03/04/2023, pukul 08 : 38 WIB.
7
Umi Hani, Op.Cit., 117
8
Ibid.,
9
Direktori Keputusan Mahkama Agung Indonesia, “Peraturan dan Perundang-Undangan”, diakses
melalui link
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/peraturan/detail/11eae902a2281240bc5d313434363530.html, pada 04
April 2023, pukul 08 : 36 WIB.
4 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023
tanggung jawab yang tinggi. Oleh sebab itu, hukum menerima titipan dapat dikategorikan sebagai
berikut:10
a. Sunah, disunahkan menerima titipan bagi orang yang percaya kepada dirinya bahwa dia
sanggup menjaga benda-benda yang dititipkan kepadanya. Wadiah adalah salah satu bentuk
tolong-menolong yang diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an, tolong-menolong secara
umum hukumnya sunnah. Hal ini dianggap sunah menerima benda titipan ketika ada orang lain
yang pantas pula untuk menerima titipan.
b. Wajib, diwajibkan menerima barang-barang titipan bagi seseorang yang percaya bahwa dirinya
sanggup menerima dan menjaga barang- barang tersebut, sementara orang lain tidak ada
seorang pun yang dapat dipercaya untuk memelihara barang-barang tersebut.
c. Haram, apabila seseorang tidak kuasa/mampu dan tidak sanggup memelihara barang-barang
titipan, sebab dengan menerima barang- barang titipan, berarti memberikan kesempatan
(peluang) kepada kerusakan atau hilangnya barang-barang titipan sehingga akan menyulitkan
pihak yang menitipkan.11
d. Makruh, bagi orang yang percaya kepada dirinya sendiri bahwa dia mampu menjaga barang-
barang titipan, tetapi dia kurang yakin (ragu) pada kemampuannya, maka bagi orang yang
seperti ini dimakruhkan menerima barang-barang titipan sebab dikhawatirkan dia akan
berkhianat terhadap yang menitipkan dengan cara merusak barang- barang titipan atau
menghilangkannya.
Syarat Wadi’ah
10
Abu Azam Al Hadi, Op.Cit., 190
11
Ismail Nawawi, “Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer”, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 207.
12
Ibid.,
13
Umi Hani, Op.Cit., 118.
5 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023
Yang dimaksud dengan syarat rukun di sini adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh
rukun wadiah. Dalam hal ini persyaratan itu mengikat kepada Muwaddi’, wadii’ dan wadi’ah. 14
Berikut ini adalah syarat dari rukun wadi’ah :15
1. Orang yang berakad (Muwaddi). Orang yang berakad hendaklah orang yang sehat (tidak gila)
diantaranya yaitu:
a. Baligh
b. Berakal
c. Kemauan sendiri, tidak dipaksa
Dalam mazhab Hanafi baliqh dan berakal tidak dijadikan syarat dari orang yang sedang
berakad, jadi anak kecil yang dizinkan oleh walinya boleh untuk melakukan akad wadi’ah ini.
2. Barang yang dititipkan (Wadi’ah dan Wadi’)
Syarat syarat benda yang dititipkan
a. Benda yang dititipkan diisyaratkan harus benda yang bisa disimpan. Apabila benda
tersebut tidak bisa disimpan, seperti burung diudara atau benda yang jatuh kedalam air,
maka wadiah tidak sah apabila hilang, sehingga tidak wajib diganti. Syarat ini dikemukakan
oleh ulama-ulama hanafiah.
b. Syafi’iah dan hanabilah mensyaratkan benda yang dititipkan harus benda yang mempunyai
nilai atau qimah dan dipandang sebagai maal, walaupun najis. Seperti anjing yang bisa
dimanfaatkan untuk berburu atau menjaga keamanan. Apabila benda tersebut tidak
memiliki nilai, seperti anjing yang tidak ada manfaatnya, maka wadi’ah tidak sah.
3. Sighat (Aqad)
Sighah (akad). Syarat sighah yaitu kedua belah pihak melafazkan akad yaitu orang yang
menitipkan (mudi’) dan orang yang diberi titipan (wadi’). Dalam perbankan biasanya ditandai
dengan penanda tanganan surat/buku tanda bukti penyimpanan.
Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimana nasabah bertindak sebagai
yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai yang peminjam. Prinsip ini dikembangkan
berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :16
1. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank,
sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank
dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif.
2. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana
yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah.
3. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi untuk
sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.
14
Fithriana Syarqawie,”Fiqih Muamalah”, (Banjarmasin : IAIN ANTASARI PRESS, 2015), cet.1.,
123.
15
Umi Hano., Op.Cit.,
16
Muhamad, “Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah”, (Yogyakarta: UII Press, 2016), 6.
6 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023
4. Ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak
bertentangan dengan prinsip syari’ah.
Jenis-Jenis Wadi’ah
Al-wadi’ah yang dapat diartikan titipan atau simpanan, yaitu titipan sebagai titipan murni
dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Dalam konsepnya wadi’ah terbagi dua yaitu
wadi’ah yad al-amanah dan wadi’ah yad ad-dhamanah. 17
Wadi’ah yad-amanah, (tangan amanah) pihak yang menerima tidak boleh menggunakan dan
memanfaatkan harta yang dititip-kan akan tetapi dapat membebankan biaya kepada pihak yang
menitip sebagai biaya penitipan.18 Ulama fiqh sepakat, bahwa status wadi’ah bersifat amanat, bukan
dhamaan, sehingga semua kerusakan penitipan tidak menjadi tangggung jawab pihak yang menitipi,
berbeda sekiranya kerusakan itu disengaja oleh orang yang dititipi, sebagai alasannya adalah sabda
Rasulullah: 19
“orang yang dititipi barang, apabila tidak melakukan pengkhianatan tidak dikenakan ganti rugi.”
(HR. Baihaqi dan Daru-Quthni)
Dalam riwayat lain dikatakan: “tidak ada ganti rugi terhadap orang yang dipercaya memegang
amanat.” (HR. Daru-Quthni”).
Ciri-ciri Wadiah Yad Amanah adalah sebagai berikut:20
1. Penerima titipan (costudian) adalah memperoleh kepercayaan (trustee)
2. Harta/modal/barang yang berada dalam titipan harus dipisahkan
3. Harta dalam titipan tidak dapat digunakan
4. Penerima titipan tidak mempunyai hak untuk memanfaatkan simpanan
Penerima titipan tidak diharuskan mengganti segala resiko kehilangan atau kerusakan harta
yang dititipkan kecuali bila kehilangan atau kerusakan itu karena kelalaian penerima titipan atau bila
status titipan telah berubah menjadi Wadiah Yad Dhamanah.
Skema Wadi’ah yad-amanah
Wadiah Yad Dhamanah (simpanan yang dijamin) dimana titipan yang selama belum
dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil
pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan maka seluruhnya menjadi hak penerima titipan.
Biasanya bank syariah menggunakan prinsip wadiah yad dhamanah untuk produk tabungan dan
giro.21
Ciri-ciri Wadiah Yad Dhamanah
1. Penerima titipan adalah dipercaya dan penjamin barang yang dititipkan
2. Harta dalam titipan tidak harus dipisahkan
3. Harta/modal/barang dalam titipan dapat digunakan untuk perdagangan
4. Penerima titipan berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan dalam
perdagangan
5. Pemilik harta/modal/ barang dapat menarik kembali titipannya sewaktu-waktu.
Skema akad wadi’ah yad dhamanah
tersebut dijadikan pegangan karena tulisan dianggap sama dengan perkataan apabila tulisan
tersebut ditulis oleh dirinya sendiri. Bila seseorang menerima benda-benda titipan, sudah sangat
lama waktunya sehingga ia tidak lagi mengetahui di mana atau siapa pemilik benda-benda titipan
tersebut dan sudah berusaha mencarinya dengan cara yang wajar, namun tidak dapat diperoleh
keterangan yang jelas, maka benda-benda titipan tersebut dapat digunakan untuk kepentingan
agama Islam, dengan mendahulukan hal-hal yang paling penting di antara masalah-masalah yang
penting.23
23
Abu Azam Al-Hadi, Op.Cit., 191.
24
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 29 Bagian ketiga Buku II.
25
Nurul Ichsan, Op.Cit.,
26
Tri Indah Fadhila, Op.Cit., 72.
27
Yuhelson, “Hukum Perbankan Syariah”, (Yogyakarta : Zahir Publishing, 2018), 90.
9 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) no. 10/14/DPbs tertanggal 17 Maret 2008
bahwa persyaratan kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro atas dasar akad wadiah
berlaku sebagai berikut:28
1. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai penitip dana,
2. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk, serta hak dan
kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
transparansi informasi produk Bank dan pengguanaan data pribadi nasabah,
3. Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah
4. Bank nasabah wajib menuangkan kesepakatan atas pembukaan dan penggunaan produk giro
atau tabungan atas dasar akad wadiah, dalam bentuk penrjanjian tertulis,
5. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biayabiaya yang terkait
langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain biaya kartu ATM, buku/cek/bilyet giro,
biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan
rekening,
6. Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah,dan
7. Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.
Fasilitas yang diperoleh dari Giro Wadiah :29
1. Kepada pemegang rekening diberikan buku cek untuk mengoperasikan rekening
2. Ada minimum setoran awal, dan diperlukan referensi bagi pemegang rekening
3. Calon pemegang rekening tidak terdaftar dalam daftar hitam dari BI
4. Penarikan dana dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek atauinstruksi
tertulis lainnya
5. Tipe rekening :
Rekening perorangan
Rekening bersama atau rekening kelompok/perkumpulan
Rekening perusahaan (Badan hukum)
6. Servis lainnya :
Cek khusus
Instruksi siaga (standing instruction)
ransfer dana secara otomatis
7. Pemegang rekening menerima salinan rekening (account statement) setiap bulan dengan
rincian transaksi selama bulan yang bersangkutan.
8. Bank dapat mengirim konfirmasi saldo kepada pemegang rekening setiap akhir tahun atau
setiap periode tertentu (yang lebih pendek) bila dianggap perlu oleh bank atau atas
permintaan pemegang rekening.
Tabungan Wadi’ah
28
Tri Indah Fadhila, Op.Cit.,
29
Ibid.,
10 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023
Tabungan wadi’ah adalah tabungan dalam bentuk menyimpan uang seorang nasabah
dengan prinsip wadiah yad dhamanah dimana uang yang disimpan dapat di tarik dan disetor
setiap saat.
Karakteristik Umum Tabungan berdasarkan akad Wadi‟ah adalah sebagai berikut:30
1. Bersifat titipan
Dalam hal titipan, maka orang yang dititipi berkewajiban untuk memelihara dan menjaga
barang titipan tersebut. Ia tidak dibenarkan menggunakan dana yang dititipkan, kecuali atas
izin pemiliknya.
2. Bisa diambil kapan saja (on call).
Hal ini disebabkan sifatnya titipan, maka pemilik dana dapat menarik dananya sewaktu-
waktu dan pihak yang dititipi harus selalu siap mengembalikan dana yang dititipkan.
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya), yang bersifat
sukarela dari pihak bank.
Karena bersifat titipan pula, maka tidak ada kewajiban bagi pihak yang menitipkan
(nasabah) untuk memberikan imbalan apapun kepada bank, dan bank tidak berkewajiban
memberikan imbalan apapun kepada nasabah sekalipun dananya sudah dikelola secara komersial.
Namun pihak bank boleh memberikan athaya (bonus) kepada nasabah dengan catatan tidak
diperjanjikan di depan atau dituangkan dalam akad. Jadi, athaya ini murni adalah hak bank, maka
nasabah tidak dapat menuntut untuk diberikan. 31
Sedangkan konsep Bonus pada tabungan wadi‟ah adalah sebagai berikut:32
1) Penerima titipan (bank) tidak boleh menyatakan atau menjanjikan imbalan atau keutungan
apapun kepada pemegang rekening wadiah
2) Pemilik harta titipan tidak boleh mengharapkan atau meminta imbalan atau keuntungan atas
rekening wadiah
3) Setiap imbalan atau keuntungan yang dijanjikan sebelumnya dapat dianggap riba, baik dalam
bentuk uang maupun dalam bentuk lain.
4) Penerima titipan (bank) atas kehendaknya sendiri dapat memberikan imbalan kepada pemilik
harta titipan (pemegang rekening wadiah).
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia disebut SWBI adalah bukti penitipan dana wadiah. 33
Persyaratan kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro atas dasar akad wadiah berlaku
menurut Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) no. 10/14/DPbs tertanggal 17 Maret 2008 adalah
sebagai berikut:34
1. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai penitip dana,
30
Ibid., 67.
31
Ibid.,
32
Tri Indah Fadhila, Op.Cit., 67.
33
Zulkifli Rusbi, “Manajemen Perbankan Syariah”, (Pekanbaru : Perpustakaan Nasional: Catalog dalam
Terbitan (KDT), 2017), 28.
34
Tri Indah Fadhila, Op.Cit., 68.
11 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023
2. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk, serta hak dan
kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
transparansi informasi produk Bank dan pengguanaan data pribadi nasabah,
3. Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah,
4. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan atas pembukaan dan penggunaan produk
giro atau tabungan atas dasar akad wadiah, dalam bentuk penrjanjian tertulis,
5. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya-biaya yang terkait
langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain biaya kartu ATM, buku/cek/bilyet giro,
biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan
rekening,
6. Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah,dan dana titipan dapat diambil setiap saat
oleh nasabah.
Fasilitas Yang diperoleh dari Tabungan Wadiah :35
1. Menggunakan buku atau kartu ATM
2. Minimum setoran saldo pertama dan saldo minimum yang harus dipertahankan
3. Tabungan tidak terbatas dapat ditarik sewaktu-waktu
4. Tipe rekening :
Rekening perorangan
Rekening bersama atau beberapa individu
Perkumpulan/kelompok yang tidak berbadan hukum
Rekening perwalian, yang dioprasikan oleh orang tua wali atau wali atas nama
pemegang rekening (yang belum dewasa)
5. Pembayaran bonus dilakukan dengan mengkredit rekening tabungan
tersebut bukanlah prinsip titipan wadi’ah murni, melainkan prinsip titipan atau wadi’ah yang
boleh digunakan atas izin pe milik dana. Hal ini dinilai menjadi permasalahan yang komplek
sekaligus kerancuan pada implikasi hukum yang ditimbulkan dari penggunaan akad wadi’ah
dengan prinsip yang berbeda.
Sementara produk perbankan yang merupakan bagian dari penghimpunan dana seperti
Giro dan Tabungan dapat menggunakan prinsip qardh dan mudharabah. Ketika menggunakan
prinsip qardh dana yang diberikan dapat digunakan, sebab melihat dari sifatnya dana yang
diberikan boleh dikuasai secara keseluruhan oleh penerima. Termasuk hasil yang diperoleh dari
pemanfaatan dana tersebut sepenuh nya menjadi milik penerima karena penerima ber tanggung
jawab penuh terhadap dana yang diberikan. Sementara pemberi dana mendapatkan jaminan
keamanan dan keutuhan dana, serta penerima dana boleh memberikan bonus sebagai ujrah atau
rasa terimakasih yang tidak diperjanjikan.
Kesimpulan
14 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023
Al wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepihak yang lain, baik
individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendakinya. Ulama fiqh sependapat, bahwa wadi’ah adalah sebagai salah satu akad dalam
rangka tolong menolong antara sesama manusia. Landsan hukum wadi’ah bersumber dari
al_qur’an terdapat pada Q.S An-Nisa ayat 58 dan Al-baqarah ayat 283, hadist Rasulullah yaitu
“Hendaklah amanat orang yang mempercayai anda dan janganlah anda menghianati orang yang
menghianati anda.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Hakim). Berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah
Nasional (DSN) No: 01/DSNcMUI/IV/2000, menetapkan bahwa Giro yang dibenarkan secara
syari’ah, yaitu giro yangcberdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi’ah. Wadi’ah terbagi atas yad
Amanah dan Yad dhamana. Pengaplikasian wadi’ah pada perbankkan sesuai dengan fatwa Dewan
Syari’ah Nasional (DSN) No: 01/DSNcMUI/IV/2000 sebagai tabungan atau giro.
Referensi
15 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023
Abu Azam Al Hadi, Fikih Muamalah Kontenporer, Depok: Rajawali Pers, ed.1, cet.1, 2017.
Bank BCA Syariah, https://www.bcasyariah.co.id/tahapan-ib-bcas
Bank Muamalat Indonesia, https://www.bankmuamalat.co.id/
Bank Indonesia, Akad dan Produk Bank Syariah : Konsep dan Praktek di Beberapa Negara, Jakarta :
ascarya, 2006.
Bank Syraiah Indonesia, https://ir.bankbsi.co.id/
Direktori Keputusan Mahkama Agung Indonesia, Peraturan dan Perundang-Undangan, diakses
melalui link
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/peraturan/detail/11eae902a2281240bc5d31343436
3530.html, pada 04 April 2023.
Fithriana Syarqawie,Fiqih Muamalah, Banjarmasin : IAIN ANTASARI PRESS, cet.1., 2015.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010.
Hulwati, Ekonomi Islam, ciputat press, Jakarta:2006.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 29 Bagian ketiga Buku II.
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012.
Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press, 2016.
Nurul Ichsan, Perbankan Syariah (Sebuah Pengantar), Ciputat : Referensi (GP Press Group), cet.1,
2014.
Tafsirweb, Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 58, diakses melalui link https://tafsirweb.com/1590-surat-an-nisa-
ayat-58.html, pada 03/04/2023.
Tri Indah, Perbankan Syariah 1, Sumatra Utara : Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, 2019
Umi hani, Fiqih Muamalah, Banjarmasin : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-
Banjar Banjarmasin, cet.1., 2021.
Yuhelson, Hukum Perbankan Syariah, Yogyakarta : Zahir Publishing, 2018.
Zulkifli Rusbi, Manajemen Perbankan Syariah,Pekanbaru : Perpustakaan Nasional: Catalog dalam
Terbitan (KDT), 2017