Anda di halaman 1dari 16

IMPLEMENTASI AKAD WADI’AH (TITIPAN) DALAM INSTITUSI KEUANGAN

Musthofa 1 Arisyah Fitri Andriani 2


musthofahasan@uinsgd.ac.id 1 arisyahfitriandriani01@gmail.com 2
Pascasarjana Ekonomi Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
DOI: 10.15575/as.v23i2.xxxxx

Received: date; Accepted: date; Published: date

Abstrak
Al-wadi’ah ialah sejumlah harta ataupun lainnya yang dititipkn atau ditinggalkan pada seseorang
penjaganya yang berkewajibn untuk menjagabaliknya kepada pihak yang menitipkan, kapan saja
dia memintanya. Landasan syariah dan ketentuan tentang sertifikat wadiah bank Indonesia diatur
dalam fatwa dewan syariah nasional nomor 36/DSN-MUI/X/2002 tentang sertifikat wadiah bank
Indonesia tanggal 23 oktober 2002. Wadi’ah dapat diimplementasikan dalam transaksi perbankan
dengan produk giro atau tabungan.
Kata Kunci : Akad Wadi’ah dan Institusi keuangan.

Abstract
Al-wadi'ah is a number of assets or other things that are entrusted or left to a guardian who is
obliged to take care of them back to the party who entrusts them, whenever he asks for it. The
sharia foundation and provisions regarding bank Indonesia wadiah certificates are regulated in the
fatwa of the national sharia council number 36/DSN-MUI/X/2002 concerning bank Indonesia wadiah
certificates dated 23 October 2002. Wadi'ah can be implemented in banking transactions with
current accounts or savings products.
Keywords: Wadi'ah contract and financial institutions
1 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

Pendahuluan
Muamalah merupakan suatu kegiatan yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan
tata cara hidup sesama umat manusia untuk memenuhi keperluannya sehari-hari yang bertujuan
untuk memberikan kemudahan dalam melengkapi kebutuhan hidup, untuk saling memahami
antara penjual dan pembeli, untuk saling tolong menolong (ta’awul), serta untuk mempererat
silaturahmi karena merupakan proses ta’aruf (perkenalan). Namun dari beberapa tujuan
muamalat tersebut, tidak sepenuhnya terlaksana. Masih banyak masalah-masalah yang terjadi
karena proses muamalat tersebut. Diantaranya masih banyak orang yang dirugikan dalam suatu
proses muamalat tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pedoman dan tatanannya
pun perlu dipelajari dan diketahui dengan baik, sehingga tidak terjadi penyimpangan dan
pelanggaran yang merusak kehidupan ekonomi dan hubungan sesama manusia.
Pengetahuan tentang seluk-beluk muamalah memiliki maksud yaitu bahwa kita selaku umat
muslim hendaknya mengetahui apa-apa yang bersangkutan dengan muamalah. Seperti dalam
rukun muamalat-jual beli harus ada akad (ijab dan qabul). Dalam akad muamalat terdapat
beberapa transaksi atau akad yang ada, diantarannya adalah akad Al-Wadi’ah, akad Al-Wakalah,
dan Al-Kafalah, dsb. Akad Wadi’ah terdapat pada kehidupan kita sehari-hari dan menjadi produk
pada lembaga keuangan bank.
Lembaga keuangan bank secara umum melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima
simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Bank merupakan
lembaga keuangan yang dipercaya oleh masyarakat dari berbagai macam kalangan dalam
menyimpan atau menempatkan dananya secara aman. Masyarakat menganggap bank merupakan
lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan yaitu
aktivitas penyimpanan dan penyaluran.
Produk-produk pendanaan bank syariah ditujukan untuk mobilisasi dan investasi tabungan
untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil dapat
dijamin bagi semua pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal penting karena Islam secara
tegas mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif
dalam rangka mencapai tujuan sosial-ekonomi Islam. Dalam hal ini, bank syariah melakukannya
tidak dengan prinsip bunga (riba), melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat
Islam, terutama wadi’ah (titipan), qardh (pinjaman) mudharabah (bagi hasil), dan ijarah.1 Wadi’ah
dipraktekkan pada bank-bank yang menggunakan sistem syariah.

Metode Penelitian

Artikel ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kepustakaan. Dimana didalam


metode ini memberikan gambaran kepada masyarakat akad wadi’ah pada lembaga keuangan.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana konsep wadi’ah dan
penerapannya pada lembaga keuangan syari’ah.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek penelitian yaitu: Akad Wadi’ah. Observasi
1
Bank Indonesia, “Akad dan Produk Bank Syariah : Konsep dan Praktek di Beberapa Negara”,
(Jakarta : ascarya, 2006), 113.
2 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

dilakukan melalui kajian literatur berupa sumber-sumber yang terkait dengan objek penelitian
menggunakan jenis literatur jurnal penelitian dan kejadian masa kini. Jenis data pada penelitian ini
menggunakan jenis data kualitatif. Data kualitatif merupakan data berbentuk deskriptif mengenai
suatu objek penelitian yang menjelaskan secara rinci terhadap fenomena yang terjadi.

Hasil dan Pembahasan


Pengertian Wadi’ah
Secara etimologi wadi’ah ( ‫ ) الودعة‬berartikan titipan (amanah). Kata Al-wadi’ah berasal dari
kata wada’a (wada’a – yada’u – wad’aan) juga berarti membiarkan atau meninggalkan sesuatu.
Sehingga secara sederhana wadi’ah adalah sesuatu yang dititipkan. Dalam literatur fiqh, para
ulama berbeda-beda dalam mendefinisikannya, disebabkan perbedaan mereka dalam beberapa
hukum yang berkenaan dengan wadi’ah tersebut yaitu perbedaan mereka dalam pemberian upah
bagi pihak penerima titipan, transaksi ini dikatagorikan taukil atau sekedar menitip, barang titipan
tersebut harus berupa harta atau tidak.2
Pengertian wadi’ah menurut ulama fiqih , pertama Ulama Hanafiyah mengatakan bahwa
wadi’ah adalah “mengikutsertakan orang lain dalam memelihara harta, (baik dengan ungkapan
yang jelas, melalui tindakan, maupun melalui isyarat)”. Kedua menurut Ulama Malikiyah, Syafi’iyah,
dan Hanabilah (Jumhur Ulama) yaitu “mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu
dengan cara tertentu.”3 Dari dua definisi yang dikemukakan oleh ulama fikih di atas dapat
dipahami, bahwa wadiah (titipan), adalah perjanjian seseorang untuk menitipkan barangnya
kepada orang lain supaya dijaga sebagaimana yang berlaku menurut Islam. Bila di kemudian hari
ada kerusakan atau cacat pada barang yang dititipkan bukan karena kelalaiannya, maka dia tidak
harus menggantikannya, sebaliknya bila kerusakan atau cacatnya barang tersebut disebabkan
kelalainnya, maka dia harus menggantinya.4
Secara harfiah, Al wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepihak yang
lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendakinya.5

Dasar Hukum Wadi’ah


Ulama fiqh sependapat, bahwa wadi’ah adalah sebagai salah satu akad dalam rangka tolong
menolong antara sesama manusia. Sebagai landasannya firman Allah Swt. dan Hadist Rasulullah
Saw, serta peraturan hukum wadi’ah di Indonesia.

Berdasarkan Al-quran

2
Umi hani, “Fiqih Muamalah”(Banjarmasin : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-
Banjary
Banjarmasin, 2021), cet.1., , 116.
3
Ibid.,
4
Abu Azam Al Hadi, “Fikih Muamalah Kontenporer”, (Depok: Rajawali Pers, 2017), ed.1, cet.1, 108.
5
Hulwati, “ekonomi islam”, (ciputat press, Jakarta:2006), 106.
3 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

۞ ‫ِإَّن ٱَهَّلل َي ْأُمُر ُك ْم َأن ُتَؤ ُّد و۟ا ٱَأْلَٰم َٰن ِت ِإَلٰٓى َأْه ِلَه ا َو ِإَذ ا َح َك ْم ُتم َب ْي َن ٱلَّن اِس َأن َت ْح ُك ُمو۟ا ِبٱْلَع ْد ِل ۚ ِإَّن ٱَهَّلل‬
‫ِنِعَّما َيِع ُظ ُك م ِبِهٓۦۗ ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن َس ِميًۢع ا َبِص يًر ا‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(Q.S An-Nisa Ayat 58)

Tafsir Q.S An-Nisa ayat 58 menurut Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an
di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an
Universitas Islam Madinah. Setelah Allah menyebutkan kabar gembira bagi orang-orang yang
beriman dan beramal shalih, kemudian Allah mengarahkan mereka untuk berbuat dua jenis
amalan Shalih, yaitu menunaikan amanat dan memberi keputusan bagi orang lain dengan adil.
Firman ini ditujukan bagi setiap orang yang diberi amanat, baik itu yang berhubungan dengan
hak Allah ataupun yang berhubungan dengan hak manusia, baik itu berupa jabatan, harta, dan
lain sebagainya. kemudian Allah memuji perintah perintah dan larangan larangan yang telah
ditetapkan-Nya karena mengandung kemaslahatan di dunia dan di akhirat dan menjauhkan dari
mudharatnya, sebab yang menetapkan adalah Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Melihat,
tidak ada yang tersembunyi darinya, dan Maha Mengetahui kemaslahatan bagi hamba-hamba-
Nya.6
Menurut para mufasir, ayat ini berkaitan dengan penitipan kunci Ka’bah kepada Usman bin
Talhah (seorang sahabat Nabi) sebagai amanat dari Allah SWT. Dalam ayat lain disebutkan:
.... ‫َف ْلُيَؤ ِّد ٱَّلِذى ٱْؤ ُتِمَن َأَٰم َنَت ُهۥ‬....
“..... Hendaklah orang dipercayai itu menunaikan amanat .... (al-Baqarah: 283). 7
Berdasarkan Hadist
“Hendaklah amanat orang yang mempercayai anda dan janganlah anda menghianati orang
yang menghianati anda.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Hakim).8
Berdasarkan DSN-MUI
Kemudian berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No: 01/DSNcMUI/IV/2000,
menetapkan bahwa Giro yang dibenarkan secara syari’ah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip
Mudharabah dan Wadi’ah. Demikian juga tabungan dengan produk Wadi’ah, dapat dibenarkan
berdasarkan fatwa DSN No: 02//DSN-MUI/IV/2000, menyatakan bahwa tabungan yang
dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi’ah. 9
Hukum Menerima Barang Titipan Tidak semua orang atau jasa penitipan bisa dipercaya
untuk menerima barang titipan, kecuali orang atau jasa penitipan yang memiliki komitmen dan
6
Tafsirweb,”Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 58”, diakses melalui link https://tafsirweb.com/1590-surat-an-
nisa-ayat-58.html, pada 03/04/2023, pukul 08 : 38 WIB.
7
Umi Hani, Op.Cit., 117
8
Ibid.,
9
Direktori Keputusan Mahkama Agung Indonesia, “Peraturan dan Perundang-Undangan”, diakses
melalui link
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/peraturan/detail/11eae902a2281240bc5d313434363530.html, pada 04
April 2023, pukul 08 : 36 WIB.
4 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

tanggung jawab yang tinggi. Oleh sebab itu, hukum menerima titipan dapat dikategorikan sebagai
berikut:10
a. Sunah, disunahkan menerima titipan bagi orang yang percaya kepada dirinya bahwa dia
sanggup menjaga benda-benda yang dititipkan kepadanya. Wadiah adalah salah satu bentuk
tolong-menolong yang diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an, tolong-menolong secara
umum hukumnya sunnah. Hal ini dianggap sunah menerima benda titipan ketika ada orang lain
yang pantas pula untuk menerima titipan.
b. Wajib, diwajibkan menerima barang-barang titipan bagi seseorang yang percaya bahwa dirinya
sanggup menerima dan menjaga barang- barang tersebut, sementara orang lain tidak ada
seorang pun yang dapat dipercaya untuk memelihara barang-barang tersebut.
c. Haram, apabila seseorang tidak kuasa/mampu dan tidak sanggup memelihara barang-barang
titipan, sebab dengan menerima barang- barang titipan, berarti memberikan kesempatan
(peluang) kepada kerusakan atau hilangnya barang-barang titipan sehingga akan menyulitkan
pihak yang menitipkan.11
d. Makruh, bagi orang yang percaya kepada dirinya sendiri bahwa dia mampu menjaga barang-
barang titipan, tetapi dia kurang yakin (ragu) pada kemampuannya, maka bagi orang yang
seperti ini dimakruhkan menerima barang-barang titipan sebab dikhawatirkan dia akan
berkhianat terhadap yang menitipkan dengan cara merusak barang- barang titipan atau
menghilangkannya.

Rukun dan Syarat


Rukun Wadi’ah
Rukun wadi‘ah adalah hal-hal yang terkait atau yang harus ada didalamnya yang
menyebabkan terjadinya Akad Wadi‘ah yaitu :12
1. Muwaddi ( orang yang menitipkan ).
2. Wadi’I ( orang yang dititipi barang ).
3. Wadi’ah ( barang yang dititipkan ).
4. Shigot ( Ijab dan qobul ).
Menurut ulama ahli fiqh imam abu hanafi mengatakan bahwa rukun wadi’ah hanyalah ijab
dan qobul. Namun menurut jumhur ulama mengemukakan bahwa rukun wadi’ah ada tiga yaitu: 13
1. Orang yang berakad
2. Barang titipan
3. Sighah, ijab dan qabul

Syarat Wadi’ah

10
Abu Azam Al Hadi, Op.Cit., 190
11
Ismail Nawawi, “Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer”, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 207.
12
Ibid.,
13
Umi Hani, Op.Cit., 118.
5 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

Yang dimaksud dengan syarat rukun di sini adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh
rukun wadiah. Dalam hal ini persyaratan itu mengikat kepada Muwaddi’, wadii’ dan wadi’ah. 14
Berikut ini adalah syarat dari rukun wadi’ah :15
1. Orang yang berakad (Muwaddi). Orang yang berakad hendaklah orang yang sehat (tidak gila)
diantaranya yaitu:
a. Baligh
b. Berakal
c. Kemauan sendiri, tidak dipaksa
Dalam mazhab Hanafi baliqh dan berakal tidak dijadikan syarat dari orang yang sedang
berakad, jadi anak kecil yang dizinkan oleh walinya boleh untuk melakukan akad wadi’ah ini.
2. Barang yang dititipkan (Wadi’ah dan Wadi’)
Syarat syarat benda yang dititipkan
a. Benda yang dititipkan diisyaratkan harus benda yang bisa disimpan. Apabila benda
tersebut tidak bisa disimpan, seperti burung diudara atau benda yang jatuh kedalam air,
maka wadiah tidak sah apabila hilang, sehingga tidak wajib diganti. Syarat ini dikemukakan
oleh ulama-ulama hanafiah.
b. Syafi’iah dan hanabilah mensyaratkan benda yang dititipkan harus benda yang mempunyai
nilai atau qimah dan dipandang sebagai maal, walaupun najis. Seperti anjing yang bisa
dimanfaatkan untuk berburu atau menjaga keamanan. Apabila benda tersebut tidak
memiliki nilai, seperti anjing yang tidak ada manfaatnya, maka wadi’ah tidak sah.
3. Sighat (Aqad)
Sighah (akad). Syarat sighah yaitu kedua belah pihak melafazkan akad yaitu orang yang
menitipkan (mudi’) dan orang yang diberi titipan (wadi’). Dalam perbankan biasanya ditandai
dengan penanda tanganan surat/buku tanda bukti penyimpanan.

Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimana nasabah bertindak sebagai
yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai yang peminjam. Prinsip ini dikembangkan
berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :16
1. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank,
sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank
dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif.
2. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana
yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah.
3. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi untuk
sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.

14
Fithriana Syarqawie,”Fiqih Muamalah”, (Banjarmasin : IAIN ANTASARI PRESS, 2015), cet.1.,
123.
15
Umi Hano., Op.Cit.,
16
Muhamad, “Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah”, (Yogyakarta: UII Press, 2016), 6.
6 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

4. Ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak
bertentangan dengan prinsip syari’ah.
Jenis-Jenis Wadi’ah
Al-wadi’ah yang dapat diartikan titipan atau simpanan, yaitu titipan sebagai titipan murni
dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Dalam konsepnya wadi’ah terbagi dua yaitu
wadi’ah yad al-amanah dan wadi’ah yad ad-dhamanah. 17
Wadi’ah yad-amanah, (tangan amanah) pihak yang menerima tidak boleh menggunakan dan
memanfaatkan harta yang dititip-kan akan tetapi dapat membebankan biaya kepada pihak yang
menitip sebagai biaya penitipan.18 Ulama fiqh sepakat, bahwa status wadi’ah bersifat amanat, bukan
dhamaan, sehingga semua kerusakan penitipan tidak menjadi tangggung jawab pihak yang menitipi,
berbeda sekiranya kerusakan itu disengaja oleh orang yang dititipi, sebagai alasannya adalah sabda
Rasulullah: 19
“orang yang dititipi barang, apabila tidak melakukan pengkhianatan tidak dikenakan ganti rugi.”
(HR. Baihaqi dan Daru-Quthni)
Dalam riwayat lain dikatakan: “tidak ada ganti rugi terhadap orang yang dipercaya memegang
amanat.” (HR. Daru-Quthni”).
Ciri-ciri Wadiah Yad Amanah adalah sebagai berikut:20
1. Penerima titipan (costudian) adalah memperoleh kepercayaan (trustee)
2. Harta/modal/barang yang berada dalam titipan harus dipisahkan
3. Harta dalam titipan tidak dapat digunakan
4. Penerima titipan tidak mempunyai hak untuk memanfaatkan simpanan
Penerima titipan tidak diharuskan mengganti segala resiko kehilangan atau kerusakan harta
yang dititipkan kecuali bila kehilangan atau kerusakan itu karena kelalaian penerima titipan atau bila
status titipan telah berubah menjadi Wadiah Yad Dhamanah.
Skema Wadi’ah yad-amanah

Wadiah Yad Dhamanah (simpanan yang dijamin)


17
Nurul Ichsan,”Perbankan Syariah (Sebuah Pengantar)”,(Ciputat : Referensi (GP Press Group),
2014), cet.1, 202.
18
Ibid.,
19
Umi Hani, Op.Cit., 119.
20
Tri Indah, “Perbankan Syariah 1”, ( Sumatra Utara : Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019), 66.
7 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

Wadiah Yad Dhamanah (simpanan yang dijamin) dimana titipan yang selama belum
dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil
pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan maka seluruhnya menjadi hak penerima titipan.
Biasanya bank syariah menggunakan prinsip wadiah yad dhamanah untuk produk tabungan dan
giro.21
Ciri-ciri Wadiah Yad Dhamanah
1. Penerima titipan adalah dipercaya dan penjamin barang yang dititipkan
2. Harta dalam titipan tidak harus dipisahkan
3. Harta/modal/barang dalam titipan dapat digunakan untuk perdagangan
4. Penerima titipan berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan dalam
perdagangan
5. Pemilik harta/modal/ barang dapat menarik kembali titipannya sewaktu-waktu.
Skema akad wadi’ah yad dhamanah

Rusak dan Hilangnya Barang Wadi’ah


Jika orang yang menerima titipan mengaku bahwa benda-benda titipan telah rusak tanpa
adanya unsur kesengajaan darinya, maka ucapannya harus disertai dengan sumpah supaya
perkataannya itu kuat kedudukannya menurut hukum, namun Ibn al-Mundhir berpendapat bahwa
orang tersebut di atas sudah dapat diterima ucapannya secara hukum tanpa dibutuhkan adanya
sumpah. Menurut Ibn Taimiyah apabila seseorang yang memelihara benda- benda titipan
mengaku bahwa benda-benda titipan ada yang mencuri, sementara hartanya yang ia kelola tidak
ada yang mencuri, maka orang yang menerima benda-benda titipan tersebut wajib menggantinya.
Pendapat Ibn Taimiyah ini berdasarkan asar (ucapan sahabat) bahwa Umar r.a pernah meminta
jaminan dari Anas bin Malik r.a ketika barang titipannya yang ada pada Anas r.a dinyatakan hilang,
sedangkan harta Anas r.a sendiri masih ada.22
Orang yang meninggal dunia dan terbukti padanya terdapat benda- benda titipan milik
orang lain, ternyata barang-barang titipan tersebut tidak dapat ditemukan, maka ini merupakan
utang bagi yang menerima titipan dan wajib dibayar oleh para ahli warisnya. Jika terdapat surat
dengan tulisannya sendiri, yang berisi adanya pengakuan benda-benda titipan, maka surat
21
Ibid.,
22
Hendi Suhendi, “Fiqh Muamalah”, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), 185.
8 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

tersebut dijadikan pegangan karena tulisan dianggap sama dengan perkataan apabila tulisan
tersebut ditulis oleh dirinya sendiri. Bila seseorang menerima benda-benda titipan, sudah sangat
lama waktunya sehingga ia tidak lagi mengetahui di mana atau siapa pemilik benda-benda titipan
tersebut dan sudah berusaha mencarinya dengan cara yang wajar, namun tidak dapat diperoleh
keterangan yang jelas, maka benda-benda titipan tersebut dapat digunakan untuk kepentingan
agama Islam, dengan mendahulukan hal-hal yang paling penting di antara masalah-masalah yang
penting.23

Perkara yang membatalkan akad wadi’ah


Akad yang sah adalah akad yang disepakati dalam perjanjian, tidak mengandung unsur
ghalath atau hilaf, dilakukan dibwah ikrah atau paksaan, taghrir atau tipuan, dan ghubn atau
penyamaran.24

Implementasi Akad Wadi’ah pada Perbankan syariah.


Wadiah dalam perbankan syariah, wadi’ah diwujudkan dalam bentuk giro dan tabungan
pada proses penghimpunan dana bank.25
Giro Wadi’ah
Giro wadiah merupakan bentuk simpanan yang penarikannya dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan yang didasarkan pada prinsip titipan. Bank syariah menerapkan prinsip wadiah
yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada Bank
Syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan Bank
Syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi yang disertai hak untuk mengelola dana titipan
dengan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan pengelolaan dana
tersebut. Namun demikian, Bank Syariah diperkenankan memberikan insentif berupa bonus
dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya. 26
Ketentuan umum Giro berdasarkan prinsip wadiah yang diatur dalam Fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 01/DSN-MUI/IV/2000 adalah sebagai berikut: 27
1. Bersifat titipan
Dalam hal titipan, maka orang yang dititipi berkewajiban untuk memelihara dan menjaga
barang titipan tersebut. Ia tidak dibenarkan menggunakan dana yang dititipkan, kecuali atas
izin pemiliknya.
2. Bisa diambil kapan saja (on call).
Hal ini disebabkan sifatnya titipan, maka pemilik dana dapat menarik dananya sewaktu-
waktu dan pihak yang dititipi harus selalu siap mengembalikan dana yang dititipkan.
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya), yang bersifat
sukarela dari pihak bank.

23
Abu Azam Al-Hadi, Op.Cit., 191.
24
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 29 Bagian ketiga Buku II.
25
Nurul Ichsan, Op.Cit.,
26
Tri Indah Fadhila, Op.Cit., 72.
27
Yuhelson, “Hukum Perbankan Syariah”, (Yogyakarta : Zahir Publishing, 2018), 90.
9 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) no. 10/14/DPbs tertanggal 17 Maret 2008
bahwa persyaratan kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro atas dasar akad wadiah
berlaku sebagai berikut:28
1. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai penitip dana,
2. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk, serta hak dan
kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
transparansi informasi produk Bank dan pengguanaan data pribadi nasabah,
3. Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah
4. Bank nasabah wajib menuangkan kesepakatan atas pembukaan dan penggunaan produk giro
atau tabungan atas dasar akad wadiah, dalam bentuk penrjanjian tertulis,
5. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biayabiaya yang terkait
langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain biaya kartu ATM, buku/cek/bilyet giro,
biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan
rekening,
6. Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah,dan
7. Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.
Fasilitas yang diperoleh dari Giro Wadiah :29
1. Kepada pemegang rekening diberikan buku cek untuk mengoperasikan rekening
2. Ada minimum setoran awal, dan diperlukan referensi bagi pemegang rekening
3. Calon pemegang rekening tidak terdaftar dalam daftar hitam dari BI
4. Penarikan dana dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek atauinstruksi
tertulis lainnya
5. Tipe rekening :
 Rekening perorangan
 Rekening bersama atau rekening kelompok/perkumpulan
 Rekening perusahaan (Badan hukum)
6. Servis lainnya :
 Cek khusus
 Instruksi siaga (standing instruction)
 ransfer dana secara otomatis
7. Pemegang rekening menerima salinan rekening (account statement) setiap bulan dengan
rincian transaksi selama bulan yang bersangkutan.
8. Bank dapat mengirim konfirmasi saldo kepada pemegang rekening setiap akhir tahun atau
setiap periode tertentu (yang lebih pendek) bila dianggap perlu oleh bank atau atas
permintaan pemegang rekening.

Tabungan Wadi’ah

28
Tri Indah Fadhila, Op.Cit.,
29
Ibid.,
10 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

Tabungan wadi’ah adalah tabungan dalam bentuk menyimpan uang seorang nasabah
dengan prinsip wadiah yad dhamanah dimana uang yang disimpan dapat di tarik dan disetor
setiap saat.
Karakteristik Umum Tabungan berdasarkan akad Wadi‟ah adalah sebagai berikut:30
1. Bersifat titipan
Dalam hal titipan, maka orang yang dititipi berkewajiban untuk memelihara dan menjaga
barang titipan tersebut. Ia tidak dibenarkan menggunakan dana yang dititipkan, kecuali atas
izin pemiliknya.
2. Bisa diambil kapan saja (on call).
Hal ini disebabkan sifatnya titipan, maka pemilik dana dapat menarik dananya sewaktu-
waktu dan pihak yang dititipi harus selalu siap mengembalikan dana yang dititipkan.
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya), yang bersifat
sukarela dari pihak bank.
Karena bersifat titipan pula, maka tidak ada kewajiban bagi pihak yang menitipkan
(nasabah) untuk memberikan imbalan apapun kepada bank, dan bank tidak berkewajiban
memberikan imbalan apapun kepada nasabah sekalipun dananya sudah dikelola secara komersial.
Namun pihak bank boleh memberikan athaya (bonus) kepada nasabah dengan catatan tidak
diperjanjikan di depan atau dituangkan dalam akad. Jadi, athaya ini murni adalah hak bank, maka
nasabah tidak dapat menuntut untuk diberikan. 31
Sedangkan konsep Bonus pada tabungan wadi‟ah adalah sebagai berikut:32
1) Penerima titipan (bank) tidak boleh menyatakan atau menjanjikan imbalan atau keutungan
apapun kepada pemegang rekening wadiah
2) Pemilik harta titipan tidak boleh mengharapkan atau meminta imbalan atau keuntungan atas
rekening wadiah
3) Setiap imbalan atau keuntungan yang dijanjikan sebelumnya dapat dianggap riba, baik dalam
bentuk uang maupun dalam bentuk lain.
4) Penerima titipan (bank) atas kehendaknya sendiri dapat memberikan imbalan kepada pemilik
harta titipan (pemegang rekening wadiah).
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia disebut SWBI adalah bukti penitipan dana wadiah. 33
Persyaratan kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro atas dasar akad wadiah berlaku
menurut Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) no. 10/14/DPbs tertanggal 17 Maret 2008 adalah
sebagai berikut:34

1. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai penitip dana,

30
Ibid., 67.
31
Ibid.,
32
Tri Indah Fadhila, Op.Cit., 67.
33
Zulkifli Rusbi, “Manajemen Perbankan Syariah”, (Pekanbaru : Perpustakaan Nasional: Catalog dalam
Terbitan (KDT), 2017), 28.
34
Tri Indah Fadhila, Op.Cit., 68.
11 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

2. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk, serta hak dan
kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
transparansi informasi produk Bank dan pengguanaan data pribadi nasabah,
3. Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah,
4. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan atas pembukaan dan penggunaan produk
giro atau tabungan atas dasar akad wadiah, dalam bentuk penrjanjian tertulis,
5. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya-biaya yang terkait
langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain biaya kartu ATM, buku/cek/bilyet giro,
biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan
rekening,
6. Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah,dan dana titipan dapat diambil setiap saat
oleh nasabah.
Fasilitas Yang diperoleh dari Tabungan Wadiah :35
1. Menggunakan buku atau kartu ATM
2. Minimum setoran saldo pertama dan saldo minimum yang harus dipertahankan
3. Tabungan tidak terbatas dapat ditarik sewaktu-waktu
4. Tipe rekening :
 Rekening perorangan
 Rekening bersama atau beberapa individu
 Perkumpulan/kelompok yang tidak berbadan hukum
 Rekening perwalian, yang dioprasikan oleh orang tua wali atau wali atas nama
pemegang rekening (yang belum dewasa)
5. Pembayaran bonus dilakukan dengan mengkredit rekening tabungan

Perbedaan Giro dan Tabungan Wadi’ah.

Perbedaan Giro Tabungan


Media penarikan Kartu ATM, cek, atau bilyet giro Kartu ATM dan buku tabungan
Jumlah penarikan Nilai transaksi lebih besar dari Nilai transaksi masih kalah besar
tabungan dibandingkan giro
Laporan bulanan Dikirimkan rekening koran Cetak buku tabungan di bank
Pengguna Nasabah individu atau korporat Nasabah individu
Tanggal terbit dan Ada aturan tanggal terbit dan Transaksi bisa dilakukan kapan pun
efektif efektif dalam transaksi

Bank Syariah Yang Menyediakan Produk Akad Wadi’ah di Indonesia


Berikut ini adalah beberapa Bank Syariah yang ada di Indonesia yang menyediakan akad
wadi’ah yang mencakup tentang penitipan barang ini dilakukan antara pihak yang ingin
melakukan penitipan kepada pihak yang memiliki kuasa untuk melakukan penitipan serta
mendapatkan kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta
keutuhan barang atau uang.
35
Ibid., 69.
12 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

1. Prakter Tabungan Easy Wadiahdi Bank Syariah Indonesia


Tabungan easywadiahdiartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain baik secara
individu ataupun kelompok dan harus dijaga keamanannya dan dikembalikan kapan saja.
Tujuandari tabungan ini adalah untuk menjaga keselamatan barang yang dititipkan dari
kehilangan, kerusakan, pencurian, dan lain sebagainya. Produk tabungan easywadiahsangat
menarik anggota nasabah karena merupakan salah satu bentuk produk yang memberikan
rasa aman, dan tidak ada biaya administrasi untuk menggunakan produk tersebut. Produk
tabungan easywadiahsangat menarik anggota nasabah karena merupakan salah satu
bentuk produk yang memberikan rasa aman, dan tidak ada biaya administrasi untuk
menggunakan produk tersebut.
Caraatau prosedurmembuka rekening tabungan easy wadiahdi Bank Syariah
IndonesiaCabang Purwakarta bisa dilakukan secaraOnline,dengan mengikuti tahapan-tahapan
dibawah ini:
a. Unduh aplikasi BSI Mobile di perangkat ponsel pintar.
b. Buka aplikasi dan pilih buka rekening.
c. Pilih jenis rekeningnya Easy Wadiahatau Easy Mudharabah.
d. Pilih jenis kartu ATM yang diinginkan.
e. Mengisi informasi kontak seperti Email dan nomor ponsel yang aktif, lalu pilih
selanjutnya.
f. Tunggu beberapa saat hingga muncul SMS yang berisikan kode OTP.
g. Masukan 6 digit kode OTP tersebut sesuai instruksilayar.
h. Mengisi data diri dan mengunggah dokumen yang dibutuhkan, seperti KTP dan foto
Selfie dengan KTP.
i. Mengunggah foto tanda tangan diatas selembar kertas putih.10.Mengisi informasi
mengenai pekerjaan.
j. Memilih lokasi kantor cabang BSI untuk pembukaan rekening.
k. Setelah selesai, selanjutnya akan dihubungi oleh petugas BSI untuk proses verifikasi.
l. Jika verifikasi disetujui, selanjutnya bisa langsung mengunjungi Kantor Cabang BSI
yang telah dipilih sebelumnya untuk melakukan setoran awal dan pengambilan buku
tabungan beserta kartu ATM.

2. Pelaksanaan Akad Wadi’ah (titipan murni) di Bank Muamalat Indonesia


Akad wadi’ah pada produk Giro Wadi’ah di Bank Muamalat Indonesia, bank mengalihkan
akad tabarru’ menjadi akad tijarah. Fenomena riilnya, bahwa akad wadi’ah yang merupakan akad
tabarru’ (tolong-menolong), menjadi akad wadi’ah yad-dhamanah yang merupakan akad tijarah.
Dimana dana Giro Wadi’ah dimanfaatkan oleh bank yang bertujuan mencari keuntungan, dan hasil
nya merupakan milik bank sepenuhnya, dengan alasan karena dana Giro Wadi’ah yang merupakan
simpanan bersifat investasi. Selain itu melihat fungsi utama perbankan salah satunya yaitu sarana
intermediary (penyaluran dana) kepada masyarakat yang membutuhkan.
Bank Muamalat Indonesia menggunakan prinsip titipan pada produk Giro Wadi’ah,
Tabungan Muamalat Dollar, Tabungan Ku, dan Tabungan Haji Arafah. Sebagaimana yang
disebutkan oleh, Rosa Rosalina sebagai Human Resourch Development. Penerapan prinsip
13 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

tersebut bukanlah prinsip titipan wadi’ah murni, melainkan prinsip titipan atau wadi’ah yang
boleh digunakan atas izin pe milik dana. Hal ini dinilai menjadi permasalahan yang komplek
sekaligus kerancuan pada implikasi hukum yang ditimbulkan dari penggunaan akad wadi’ah
dengan prinsip yang berbeda.
Sementara produk perbankan yang merupakan bagian dari penghimpunan dana seperti
Giro dan Tabungan dapat menggunakan prinsip qardh dan mudharabah. Ketika menggunakan
prinsip qardh dana yang diberikan dapat digunakan, sebab melihat dari sifatnya dana yang
diberikan boleh dikuasai secara keseluruhan oleh penerima. Termasuk hasil yang diperoleh dari
pemanfaatan dana tersebut sepenuh nya menjadi milik penerima karena penerima ber tanggung
jawab penuh terhadap dana yang diberikan. Sementara pemberi dana mendapatkan jaminan
keamanan dan keutuhan dana, serta penerima dana boleh memberikan bonus sebagai ujrah atau
rasa terimakasih yang tidak diperjanjikan.

3. Bank BCA Syariah Indonesia


Produk akad wadi’ah di Bank BCA Syariah Indonesia termasuk ke dalam produk tahapan iB.
Tahapan iB adalah rekening tabungan yang menyediakan berbagai fasilitas yang memudahkan
anda dalam transaksi perbankan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah atau mudharabah
muthlaqah.
Manfaat yang diperoleh :
 Mendapat buku Tahapan iB sebagai bukti tabungan sekaligus sebagai catatan transaksi
rekening
 Mendapat kartu ATM/Debit BCA Syariah yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai
macam transaksi di ATM BCA yang tersebar luas di seluruh Indonesia dan ribuan ATM
berlogo Prima dan Alto serta berbelanja di ratusan ribu merchant bertanda Debit BCA di
Indonesia
 Tersedia fasilitas Automatic Transfer
 Tersedia layanan Autodebet Zakat
 Tersedia layanan transaksi di ATM BCA, antara lain:
o Tarik tunai, Transfer antar rekening BCA Syariah, Transfer ke BCA, Transfer ke Bank
lain
o Setor Tunai di ATM BCA dengan kartu ATM/Debit BCA Syariah, lihat caranya di Sini
o Pembayaran Kartu Kredit BCA dengan kartu ATM/Debit BCA Syariah
Persyaratan
 Penabung adalah perorangan atau yayasan
 Pemohon mengisi dan menandatangani formulir permohonan pembukaan rekening
Tahapan iB BCA Syariah
 Pemohon membawa dan menyerahkan fotocopy E-KTP dan NPWP

Kesimpulan
14 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

Al wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepihak yang lain, baik
individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendakinya. Ulama fiqh sependapat, bahwa wadi’ah adalah sebagai salah satu akad dalam
rangka tolong menolong antara sesama manusia. Landsan hukum wadi’ah bersumber dari
al_qur’an terdapat pada Q.S An-Nisa ayat 58 dan Al-baqarah ayat 283, hadist Rasulullah yaitu
“Hendaklah amanat orang yang mempercayai anda dan janganlah anda menghianati orang yang
menghianati anda.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Hakim). Berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah
Nasional (DSN) No: 01/DSNcMUI/IV/2000, menetapkan bahwa Giro yang dibenarkan secara
syari’ah, yaitu giro yangcberdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi’ah. Wadi’ah terbagi atas yad
Amanah dan Yad dhamana. Pengaplikasian wadi’ah pada perbankkan sesuai dengan fatwa Dewan
Syari’ah Nasional (DSN) No: 01/DSNcMUI/IV/2000 sebagai tabungan atau giro.

Referensi
15 | Asy-Syari‘ah Vol. X No. X, Desember 2023

Abu Azam Al Hadi, Fikih Muamalah Kontenporer, Depok: Rajawali Pers, ed.1, cet.1, 2017.
Bank BCA Syariah, https://www.bcasyariah.co.id/tahapan-ib-bcas
Bank Muamalat Indonesia, https://www.bankmuamalat.co.id/
Bank Indonesia, Akad dan Produk Bank Syariah : Konsep dan Praktek di Beberapa Negara, Jakarta :
ascarya, 2006.
Bank Syraiah Indonesia, https://ir.bankbsi.co.id/
Direktori Keputusan Mahkama Agung Indonesia, Peraturan dan Perundang-Undangan, diakses
melalui link
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/peraturan/detail/11eae902a2281240bc5d31343436
3530.html, pada 04 April 2023.
Fithriana Syarqawie,Fiqih Muamalah, Banjarmasin : IAIN ANTASARI PRESS, cet.1., 2015.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010.
Hulwati, Ekonomi Islam, ciputat press, Jakarta:2006.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 29 Bagian ketiga Buku II.
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012.
Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press, 2016.
Nurul Ichsan, Perbankan Syariah (Sebuah Pengantar), Ciputat : Referensi (GP Press Group), cet.1,
2014.
Tafsirweb, Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 58, diakses melalui link https://tafsirweb.com/1590-surat-an-nisa-
ayat-58.html, pada 03/04/2023.
Tri Indah, Perbankan Syariah 1, Sumatra Utara : Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, 2019

Umi hani, Fiqih Muamalah, Banjarmasin : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-
Banjar Banjarmasin, cet.1., 2021.
Yuhelson, Hukum Perbankan Syariah, Yogyakarta : Zahir Publishing, 2018.
Zulkifli Rusbi, Manajemen Perbankan Syariah,Pekanbaru : Perpustakaan Nasional: Catalog dalam
Terbitan (KDT), 2017

Anda mungkin juga menyukai