Anda di halaman 1dari 10

‫‪KHUTBAH PERTAMA‬‬

‫َّن اْلَح ْم َد ِهَّلِل ْحَن َم ُد ُه َو َنْس َتِع ْي ُنُه‬


‫ِم‬ ‫ِهلل‬ ‫ُذ‬ ‫ِف‬ ‫َن‬ ‫ِإ‬
‫َو ْس َتْغ ُر ْه َو َنُع و اِب ْن ُرُش ْو ِر‬
‫َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َس ِّيَئاِت َأَمْع اِلَنا‪َ ،‬مْن ْهَيِد ِه‬
‫ُهللا َفَال ُم ِض َّل ُهَل َو َمْن ُيْض ِلْل َفَال‬
‫َه اِد َي ُهَل‪َ .‬أْش َهُد َأْن َال َهَل َّال ُهللا‬
‫َال َك َأْشِإ َأِإ‬
‫َو ْح َد ُه ِرَش ْي ُهَل َو َهُد َّن ُم َح َّم ًد ا‬
‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُهُل َالَّلُهَّم َص ِّل َو َس ْمِّل َعىَل‬
‫َس ِّي ِد اَن َو َنِب ِّيَنا ُم َح َّم ٍد َو َعىَل َٓاِهِل‬
‫َو َأَحْص اِبِه َأَمْجِع َنْي ‪َ .‬أَّم ا َبْع ُد َفَيا َأَهُّيا‬
‫الَّناُس اَّتُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُمْو ُتَّن‬
‫اَّل َو َأْنْمُت ُم ْس ِلُمْو َن‬
‫ِإ‬
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Suatu hari, seorang sahabat yang baru


ditinggal wafat oleh orang tuanya, datang
bertanya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, tentang cara
berbakti kepadanya :

‫اَي َر ُس وَل اِهَّلل َه ْل َبِقَى ِم ْن ِبِّر َأَبَو َّى ْىَش ٌء َأَبُّر َمُها ِبِه َبْع َد َم ْو ِهِت َم ا‬
“Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk
berbakti kepada kedua orang tuaku ketika
mereka telah meninggal dunia?”

Setelah mendengar pertanyaannya, Rasul


‫ ﷺ‬menjawab:

‫ الَّص َالُة َعَلِهْي َم ا َو اِالْس ِتْغَفاُر َلُهَم ا َو ْنَفاُذ َعْهِد َمِها ِم ْن َبْع ِد َمِها‬، ‫َنَع ْم‬
‫َو ِص ُةَل الَّر ِح ِم اَّلىِت َال ُتوَص ُل َّال ِهِب َم ا َو ِإ ْك َر اُم َص ِد يِقِهَم ا‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Iya, masih tetap ada bentuk berbakti pada
keduanya. (Bentuknya adalah) mendoakan
keduanya, meminta ampun untuk keduanya,
memenuhi janji mereka setelah meninggal
dunia, menjalin hubungan silaturahim
(kekerabatan) dengan keluarga kedua orang
tua, dan memuliakan teman dekat keduanya.”
(HR: Abu Daud)
Berdasarkan hadits di atas, ada beberapa
amalan yang dapat kita kerjakan untuk tetap
bisa berbakti kepada orang tua kita yang telah
meninggal.

Pertama, mendoakannya. Setiap anak wajib


mendoakan kedua orang tuanya, apalagi yang
telah wafat. Mendoakannya dapat dilakukan
dengan menziarahi kuburnya. Dengan
mendoakannya, kita bisa menjadi anak yang
tetap bakti kepada mereka meski telah wafat.
Ada banyak doa yang bisa kita ulukkan, seperti
:

‫َر ِّب اْغِفْر يِل َو ِلَو اَدِل َّي َو ِلَم ْن َدَخ َل َبْيَيِت ُمْؤ ِم ًنا َو ِلْلُم ْؤ ِمِنَني‬
‫َو اْلُم ْؤ ِم َناِت‬
“Ampunilah untukku dan untuk kedua orang
tuaku, serta bagi orang yang masuk ke rumahku
dalam keadaan beriman. (Begitu pula
ampunilah) untuk orang-orang beriman laki-
laki dan orang-orang beriman
perempuan.” (QS: Nuh : 28)

Doa anak kepada orang tua merupakan salah


satu amalan jariyah yang tidak akan pernah
putus ketika orang tua telah tiada. Ini lebih baik
daripada selalu memperingati hari ayah maupun
hari ibu, tetapi lupa berbakti dan lupa
mendoakannya. Dengan doa kita, orang tua
yang wafat akan menjadi bahagia di alam
kuburnya karena semakin tinggi derajatnya.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

: ‫إ َّن اَهَّلل عَّز وجَّل لريَفُع اَّدل رجَة للعبِد الَّص اِحل يف اجلَّنِة فيقوُل‬
‫ ابسِتغفاِر وِدل َك َكَل‬: ‫ أىَّن يل هِذِه ؟ ! فيقوُل‬، ‫اي رِّب‬
“Sesungguhnya Allah SWT benar-benar akan
mengangkat derajat seorang hamba yang salih
di surga. Lalu dia berkata: ‘Wahai Rabb-ku,
dari mana aku mendapatkan hal ini?’ Allah
menjawab: ‘Dengan sebab istighfar anakmu
untukmu’.” (HR: Ahmad)

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Kedua, menunaikan janjinya. Apabila ada


janji yang pernah terucap sebelum kemangkatan
orang tua, maka seorang anak berkewajiban
untuk melaksanakannya agar tidak menjadi
utang yang ditagih di akhirat. Begitu pula
halnya jika orang tua pernah berwasiat tentang
suatu perkara, maka inilah kesempatan bagi kita
untuk bakti kepadanya dengan melaksanakan
semua yang diwasiatkannya.
Allah SWT berfirman :
‫َٰٓيَأَهُّيا ٱِذَّل يَن َء اَمُنٓو ۟ا َأْو ُفو۟ا ِبٱْلُع ُقوِد‬
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
akad-akad itu.” (QS: Al-Ma’idah : 01)

Janji orang tua yang harus dibayar, misalnya


melunasi utang-utangnya yang belum dilunasi.
Jangan sampai kita menjadi anak yang durhaka
karena kita abai atau masa bodoh terhadap utang
yang membelit diri orang tua. Bisa jadi ia
terpaksa berutang itu untuk kehidupan dan
kemapanan diri kita sendiri. Ketika kita sudah
mandiri, hidup mapan, lalu kita lupakan
kesulitan yang dialami orang tua.

Maka dari itu, sangat bagus tradisi yang


berlaku di tengah-tengah kita selama ini, dimana
saat ada yang meninggal, diumumkan kepada
para peziarah atau petakziyah soal utang piutang
dengan orang lain sehingga yang mendengar
dan mengetahui dapat menagih maupun
mengembalikan kepada ahli waris. Dengan
begitu orang tua yang wafat tidak mempunyai
tanggungan di alam kuburnya.

Jika orang tua yang wafat memiliki harta


waris, wajib dibayarkan dengan harta warisnya.
Namun, jika ia tidak memiliki harta waris,
seyogyanya anak-anaknya yang melunasi
dengan uang mereka sendiri. Sikap ini termasuk
sikap bakti anak kepada orang tua, sebab utang
merupakan batu sandungan yang mencegah
kebaikan yang seharusnya bisa ia dapatkan
sejak ia dikuburkan.

Ketiga, memperkuat silaturahmi. Dari sekian


cara bakti kepada orang tua yang wafat adalah
bersilaturahmi dan menyambung tali
kekerabatan. Betapa senangnya orang tua kita di
alam kuburnya, saat mengetahui bahwa anak-
anak mereka tetap menjalin hubungan baik
dengan keluarga. Hubungan dengan sesama
harus selalu kita jalin dengan baik, utamanya
hubungan dengan sesama anggota keluarga kita
sendiri yang disebut hubungan nasab.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ َو ِص ُلوا‬، ‫ َو َأْط ِع ُم وا الَّط َع اَم‬، ‫اَي َأَهُّيا الَّناُس َأْفُش وا الَّس الَم‬
‫ َتْد ُخ ُلوا اْلَج َّنَة ِبَس الٍم‬،‫ َو َص ُّلوا اِب لَّلْي ِل َو الَّناُس ِنَياٌم‬، ‫اَألْر َح اَم‬
“Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam,
berikan makan, sambunglah silaturrahim,
salatlah di waktu malam ketika orang-orang
tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga
dengan selamat.’” (HR: at-Tirmidzi).
Karena itu, ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya
kepada pada sahabat tentang, “Maukah aku
beritahukan kepada kalian tentang orang yang
akan menjadi penghuni Surga?” Diantaranya
beliau menjawab:

‫َالَّر ُج ُل َيُز ْو ُر َأَخ اُه ىِف اَن ِح َيِة اْلِم ِرْص َال َيُز ْو ُر ُه إ َّال ِهَّلِل َع َّز َو َج َّل‬
“Seorang laki-laki yang mengunjungi
saudaranya di penjuru kota dengan ikhlas
karena Allah (HR: Nasa’i).
Jangan sampai kita menjadi pemicu putusnya
hubungan silaturahmi yang dulu sudah diikat
oleh ayah dan ibu kita sendiri. Ancamannya
tidak main-main: tidak akan masuk Surga.

Keempat, menghormati temannya. Teman


yang baik dari orang tua kita, harus kita hormati
dan muliakan. Hubungan yang sudah terjalin
dengan baik dengan mereka tidak boleh kendor
apalagi sampai putus karena ketidakmampuan
diri kita dalam menjaga sikap dan perasaan.
Dari pergaulan dengan teman-teman yang baik,
dimana orang tua kita menjadi sahabat mereka,
sedikit atau banyak, kita berbaik sangka bahwa
ada manfaat kebaikan yang kita peroleh. Entah
itu berupa nasihat, motivasi, materi yang
memberi pengaruh positif dalam mendidik dan
membesarkan kita. Jika kita betul-betul
mengetahui, tentu lebih wajib lagi untuk
menghormatinya.

Demikian sejumlah cara berbakti kepada


orang tua yang wafat. Kita tetap wajib bakti di
saat mereka masih hidup maupun telah
meninggal dunia. Kewajiban ini tidak pernah
selesai dan berhenti selama kita masih
menghembuskan nafas di dunia. Dengan
berbakti kepada orang tua, akan sempurna iman
dan Islam kita, kita telah melaksanakan sebaik-
baik amal, dan kita telah mendapatkan ridhanya.

‫اَب َر َك ُهللا ْيِل َو َلْمُك يِف اْلُقْر آِن اْلَع ِظ ِمْي َو َنَفَع ْيِن‬
‫َو اَّي ْمُك ِبِتاَل َو ِتِه ِإ َّنُه َتَع اىَل ُه َو الَّس ِم ْي ُع اْلَع ِلُمْي‬
‫ِإ‬
‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬

‫َاْلَح ْم ُد ِهلل َعَىل ِا ْح َس اِنِه َو الُّش ْكُر ُهَل َعَىل‬


‫َتْو ِف ْيِقِه َو اْم ِتَناِنِه ‪َ .‬اْش َهُد َاْن َال ِاَهَل ِاَّال ُهللا َو ُهللا‬
‫َو ْح َد ُه َال ِرَش ْيَك ُهَل َو َاْش َهُد َاَّن َس ِّيَد اَن ُم َح َّم ًد ا‬
‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُهُل اَّدل اِع ى ِاَىل ِر ْض َو اِنِه ‪ ،‬اللُهَّم‬
‫َص ِّل َعىَل َس ِّي ِد اَن ُم َح َّم ٍد ِوَعىَل َاِهِل َو َاَحْص اِبِه‬
‫َو َس ْمِّل َتْس ِلْيًم ا ِكثًرْي ا‪َ .‬اَّم ا َبْع ُد َفيَا َاَهُّيا الَّناُس‬
‫ِاَّتُقواَهللا ِف ْيَم ا َاَم ر‪َ ،‬و اْنُهَتْو ا َّمَعا َهَنى َع ْنُه‬
‫‪َ.‬و َز َج ر‬
‫َاللُهَّم اْغِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنَنْي َو ْا ُملْؤ ِم َناِت َو ْا ُملْس ِلِم َنْي‬
‫َو ْا ُملْس ِلَم اِت َاَالْح يآء ِم ُهْنْم َو ْا َالْم َو اِت ‪ ،‬اللُهَّم‬
‫َأِع َّز ْا ْس َالَم َو ْا ُملْس ِلِم َنْي َو َأِذ َّل الْرِّش َك‬
‫ِإل‬
‫َو ْا ُملِرْش ِكَنْي َو اْنْرُص ِع َباَدَك ْا ُملَو ِّحِد ْين‪َ ،‬و اْنْرُص‬
‫َمْن َنَرَص اِّدل ْيَن َو اْخ ُذ ْل َمْن َخ َذ َل ْاُملْس ِلِم َنْي‬
‫َأْعَد اَء اِّدل ْيِن َو َأْعِل ِلَك َم اِتَك ىَل َيْو َم‬ ‫َو َد ِّم ْر‬
‫ِإ‬
‫‪.‬اِّدل ْيِن‬
‫اللُهَّم اْد َفْع َع َّنا ْا لَبَالَء َو ْا لَو اَب َء َو الَّز َالِز َل َو ُس ْو َء‬
‫ْالِفنَت َو ْا ِملَحَن َم ا َظ َهَر ِم َهْنا َو َم ا َبَط َن َع ْن َبِدَل اَن‬
‫ْنُد وِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُبَدْل اِن ْاُملْس ِلِم َنْي‬
‫ِإ‬
‫‪.‬عآَّم ًة اَي َر َّب ْا لَع اَلِم َنْي‬
‫ِع َباَد ِهللا ! َّن َهللا َيْأُم ُر ْاِب لَع ْد ِل َو ْا ْح َس اِن‬
‫َو ْيتآِء ِذ ِإي ْا لُقْر َىب َو َيَهْنى َع ِن ْالَفْحِإلشآِء‬
‫َو ِإْا ُملْنَكِر َو ْا لَبْغي َيِع ُظ ْمُك َلَع َّلْمُك َتَذ َّكُر ْو َن‬
‫َو اْذ ُكُر وا َهللا ْالَع ِظ َمْي َيْذ ُكْر ْمُك َو اْش ُكُر ْو ُه َعَىل‬
‫ِنَع ِم ِه َيِز ْد ْمُك َو ِذَل ْكُر ِهللا َأْكُرَب‬

Anda mungkin juga menyukai