Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara yang dilintasi garis


khatulistiwa, memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak
berpenghuni, yang menyebar di sekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca tropis.
Nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Wilayah Indonesia dari Sabang
(barat) sampai Merauke (timur), dan dari Miangas (utara) sampai Rote (selatan),
terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama/kepercayaan. Di negara kita,
terkhusus Agama di Indonesia terdiri atas berbagai macam agama. Dalam sensus resmi
yang dirilis pada tahun 2020, oleh Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2018,
86,7% penduduk Indonesia beragama Islam, 10,72% Kristen, 1,74% Hindu,
0,77% Buddha, 0,03% Konghucu, dan 0,04% aliran kepercayaan atau agama lainnya.1

Persentase Agama di Indonesia

10%
2% %
11% Agama Islam
Kristen
Hindu
Budha
konghucu
Aliran Lain

87%

Table 01. Persentase Pemeluk Agama di Indonesia

Dalam pelaksanaan Pendidikan di Indonesia, harus didasari dengan landasan,


aturan dan norma yang berhubungan langsung dengan sumber acuan pembelajaran
dalam Pendidikan agama islam, dalam merumuskan mekanisme yang bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka perlu diterapkannya kebijakan yang
membantu untuk memberikan arah serta petunjuk dalam berjalannya proses
Pendidikan, yaitu kebijakan. Istilah kebijakan merupakan salah satu istilah yang sudah
1
"Statistik Umat Menurut Agama di Indonesia". Ministry of Religious Affairs. Diakses tanggal 08
Oktober 2023.

1
2

tidak asing lagi ditelinga setiap orang terlebih orang-orang yang notabenenya berada
didalam intasni perusahaan, institusi dan lembaga pendidikan. Banyak para Ahli dan
Akademisi turut mengemukakan hasil pemikiran mereka terkait dengan Kebijakan.
Kebijakan itu serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang di
ikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna
memecahkan suatu masalah tertentu.2
Kebijakan dan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, pendidikan akan selalu ada kaitanya dengan kebijakn-kebijkan baik yang
dikeluarkan oleh pimpinan. Dan seorang pemimpin haruslah memiliki prinsip
profesionalisme.
Istilah kebijakan (policy) seringkali diterjemahkan dengan politik, aturan,
program, keputusan, undang-undang, peraturan, konvensi, ketentuan,kesepahaman,
dan rencana strategis lainnya.
Kebijakan sebagai pedoman untuk bertindak, bisa berwujud sederhana atau
rumit, sifatnya umum atau terperinci, kualitatif atau kuantatif, publik atau privat.
Kebijakan dalam konteks ini bisa berupa deklarasi suatu dasar, atau pedoman
bertindak, arah tindakan atau program aktivitas tertentu atau suatu rencana.
Institusi pendidikan digunakan untuk membantu pelajar mewujudkan potensi
penuh mereka. Perubahan strategi persekolahan di Indonesia mengalami pasang surut
oleh pertemuan-pertemuan tertentu. Pendidikan Indonesia perlu segera ditingkatkan
jika ingin menghasilkan generasi-generasi individu yang tangguh yang mampu
bersaing dengan bangsa lain dan tidak ketinggalan tren global. Salah satu tantangan
yang dihadapi pendidikan saat ini ialah perubahan kebijakan ini. Pelaksanaan
pembelajaran di sekolah tentunya nantinya sangat dipengaruhi oleh perubahan
kebijakan. Suka atau tidak suka guru dan siswa, mereka harus bisa beradaptasi dengan
kebijakan pendidikan yang baru.
Maka dengan demikian, perlulah penulis menganalisis tentang definisi
kebijakan, hakikat kebijakan, latar belakang mengapa perlu suatu kebijakan
ditetapkan, proses dan ruang lingkup kebijakan secara lebih lanjut.

2
Solichin, A. W, Analisis kebijaksanaan, dari Formulasi Ke implementasi kebijaksanaan Negara (Ke
Dua). Bumi Aksara, 1997, Hal.05
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hakikat Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan adalah kebijakan publik bidang pendidikan. Kebijakan


pendidikan berkenaan dengan kumpulan hukum atau aturan yang mengatur pelaksanaan
sistem pendidikan, yang tercakup di dalamnya tujuan pendidikan dan bagaimana
mencapai tujuan tersebut. Kebijakan pendidikan harus sejalan dengan kebijakan publik. 3
Kebijakan pendidikan merupakan kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi bagi
negara-negara dalam persaingan global, sehingga kebijakan pendidikan perlu
mendapatkan prioritas utama dalam era globalisasi.
Kebijakan pendidikan berkenaan dengan efisiensi dan efektivitas anggaran
pendidikan. Isu ini menjadi penting dengan meningkatnya kritisi publik terhadap biaya
pendidikan. Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan yang ditujukan untuk mencapai
tujuan pembangunan negara di bidang pendidikan, sebagai salah satu bagian dari tujuan
pembangunan secara keseluruhan.4
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan memiliki
arti cara atau strategi yang dapat menjadi pedoman dalam menunjang pencapaian suatu
tujuan dengan berupaya memperhatikan dan memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan
masyarakat terkait tujuan tersebut.

B. Latar Belakang Perlunya Kebijakan Pendidikan

Dalam kehidupan, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia
baik dari kalangan anak-anak, remaja, maupun dewasa, sebab pendidikan merupakan
tolok ukur yang akan membawa manusia kearah masa depan.
Dalam dunia pendidikan setiap Negara memiliki visi misi serta tujuan masing-
masing. Dimana kedua harapan tersebut akan dapat berjalan dengan baik atau dapat
dikatakan berhasil manakala setiap perwujudan diselenggarakan sesuai sistem ataupun
aturan pendidikan dengan baik. Yang nantinya akan berpengaruh pada peserta didik yang

3
Riant Nugroho, H.A.R Tilaar, Kebijakan pendidikan: pengantar untuk memahami kebijakan
Pendidikan dan kebijakan Pendidikan sebagai kebijakan publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, Hal.35

4
Riant Nugroho, H.A.R Tilaar, Kebijakan pendidikan . . . , Hal.37
4

memiliki jiwa memajukan bangsa, baik dari segi karakter bangsa dan kecerdasan bangsa
yang akan menciptakan bangsa mampu bersaing unggul dalam persaingan bangsa.
Berkenaan dengan pendidikan diatur dalam kebijakan pendidikan, yakni salah
satunya adalah kebijakan pengembangan professional guru. Sebab guru merupakan tolak
ukur utama dalam mencetak generasinya. Dimana kebijakan pendidikan itu merupakan
keputusan dan tindakan guna mengatur kepentingan publik, yaitu penduduk, masyarakat
dan warga Negara. Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.5

C. Proses Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan yang dibuat haruslah bersifat bijaksana, dalam arti tidak
menimbulkan problematika pendidikan baru yang lebih besar dan rumit jika dibandingkan
dengan problema yang hendak dipecahkan. Kebijakan pendidikan yang dibuat haruslah
mendorong produktivitas, kualitas, dan perikehidupan bersama dalam bidang pendidikan
secara efektif dan efisien.
Secara umum terdapat pendekatan yang digunakan dalam pembuatan kebijakan
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Empirik (Empirical Approach)
Pendekatan empiris ditekankan terutama pada penjelasan berbagai sebab dan
akibat dari suatu kebijakan tertentu dalam bidang pendidikan yang bersifat faktual
dan macam informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif dan prediktif. Analisa
kebijakan secara empirik diharapkan akan menghasilkan dan memindahkan
informasi penting mengenai nilai-nilai, fakta-fakta, dan tindakan pendidikan.
2. Pendekatan Evaluatif (Evaluatif Approach)
Evaluasi adalah “salah satu aktivitas yang bermaksud mengetahui seberapa
jauh suatu kegiatan itu dapat dilaksanakan ataukah tidak, berhasil sesuai yang
diharapkan atau tidak”. Penekanan pendekatan evaluatif ini terutama pada
penentuan bobot atau manfaatnya (nilai) beberapa kebijakan menghasilkan
informasi yang bersifat evaluatif. Evaluasi terhadap kebijakan membantu
menjawab pertanyaan-pertanyaan evaluatif yaitu bagaimana nilai suatu kebijakan
dan menurut nilai yang mana kebijakan itu ditentukan.
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab
14, Pasal 50, Ayat 2
5

Evaluasi kebijakan organisasi merupakan aktivitas untuk mengetahui seberapa


jauh kebijakan benar-benar dapat diterapkan dan dilaksanakan serta seberapa besar
dapat memberikan dampak nyata memenuhi harapan terhadap khalayak sesuai yang
direncanakan.
Proses pembuatan kebijakan (policy making process) merupakan proses politik yang
berlangsung dalam tahap-tahap pembuatan kebijakan politik, dimana aktivitas politis ini
dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan, dan divisualisasikan sebagai serangkaian
tahap yang saling bergantung sama lainnya diatur menurut urutan waktu, seperti: penyusunan
agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian
kebijakan. Sebuah kebijakan akan mudah dipahami apabila dikaji tahap demi tahap tersebut
dan menjadikan kebijakan yang bersifat publik akan selalu penuh warna serta kajiannya
sangat dinamis.
Tahap dalam proses pembuatan kebijakan adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan agenda (Agenda Setting)
Penyusunan agenda kebijakan adalah langkah pertama yang sangat penting
dalam pembuatan kebijakan. Tahapan ini merupakan langkah kunci yang harus dilalui
sebelum isu kebijakan diangkat dalam agenda kebijakan pemerintah dan akhirnya
menjadi suatu kebijakan.
2. Formulasi kebijakan
Tahapan formulasi kebijakan merupakan mekanisme sesungguhnya untuk
memecahkan masalah publik yang telah menjadi agenda pemerintah. Tahapan ini lebih
bersifat teknis, dibandingkan dengan tahapan penyusunan agenda yang lebih bersifat
politis, dengan menerapkan berbagai teknik analisis untuk membuat keputusan yang
baik.
Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan dalam membuat kebijakan yang baik,
yaitu: (1) Rumusan kebijakan pendidikan tidak mendiktekan keputusan spesifik atau
hanya menciptakan lingkungan tertentu, (2) Rumusan kebijakan dapat dipergunakan
menghadapi masalah atau situasi yang timbul secara berulang.

D. Ruang Lingkup Kebijakan Pendidikan


Pendidikan di Indonesia menganut konsep pendidikan seumur hidup yang mengacu
dari suatu pandangan bahwa pendidikan merupakan unsur yang penting dalam sepanjang
6

umur seseorang. Adapun ruang lingkup pendidikan di Indonesia meliputi: pendidikan


informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal.6
1. Pendidikan informal
Pendidikan informal merupakan pendidikan yang diperoleh dari keluarga dan
lingkungan sekitar.7
2. Pendidikan formal
Dalam pendidikan formal terdapat jenjang pendidikan yang berkelanjutan, yang telah
ditetapkan berdasarkan perkembangan peserta didik serta tingkat kesulitan pada bahan
pelajaran, adapun jenjang pada Pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Pendidikan Tinggi.8
Kebijakan juga didefenisikan sebagai: 1) Undang-undang, 2) Peraturan Pemerintah, 3)
Keputusan Presiden, 4) Keputusan Menteri, 5) Peraturan Daerah, 6) Keputusan Bupati,
dan 7) Keputusan Direktur dan lainnya.9

BAB III
6
Departemen Pendidikan Nasional , Undang-Undang Sistem Pendidikan ( Jakarta: Depdikbud, 2003)
Hal.04
7
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain sistem Pembelajaran (Jakarta: Permada Mediagrup, 2009),
Hal.123-124

8
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain sistem . . . . , Hal.125

9
: Dr. Arwildayanto, M.Pd, dkk, Analisis kebijakan Pendidikan, Bandung: CV. Cendekia Press, 2018,
Hal.05
7

PENUTUP

Kebijakan pendidikan didapat dari penemuan empiris dengan menggunakan


prosedur dan tenik ilmiah. Kriteria, alat atau prosedur yang menjadi tolok ukur dalam
menganalisis kebijakan pendidikan yang bersifat relatif di setiap jalur, model dan
jenjang. Implementasi kebijakan pendidikan diharuskan dapat tercipta produk ataupun
dampak yang bernilai bagi masyarakat.
Nilai yang baik di setiap keadaan implementasi kebijakan pendidikan terletak
pada keaktifan atau ketekunan dalam proses implementasi kebijakan pendidikan
tersebut. Sikap yang baik adalah meyakini bahwa keadaan implementasi kebijakan
pendidikan pada suatu saat akan memiliki nilai yang baik maupun buruk, tergantung
apa yang telah, sedang dan akan direncanakan.
Dari beragamnya pemahaman tentang kebijakan dari berbagai pakar dan tokoh
manajemen di atas, dapat ditarik benang merah konsepsi kebijakan sebagai aturan atau
ketentuan tertulis dari keputusan formal lembaga atau organisasi, sifatnya mengikat,
mengatur perilaku orang guna mencapai tujuan, menciptakan tata nilai baru dalam
institusi atau organisasi. Kebijakan juga jadi referensi para anggota organisasi atau
institusi dalam berperilaku (behavior). Kebijakan bersifat problem solving dan
proaktif, beda dengan peraturan (regulation) dan hukum (law) serta kebijakan bisa
lebih adaptif dan interpretatif, mengatur apa yang boleh dan tidak boleh.

Anda mungkin juga menyukai