Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA MASA BAYI


Tugas ini di buat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah: Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu:

Oleh:
Muhamad Najih : 22ci30004

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL – GHAZALI CILACAP
2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
segala limpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya. Semoga segala kebaikan dan rezeki tetap tercurah
kepada nabi dan keluarga karena mereka yang telah membantu menyampaikan risalah
Tuhan Yang Maha Esa untuk membimbing umat menjadi manusia yang berguna bagi
Agama, nusa, dan bangsa. Makalah yang berjudul “PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
PADA BAYI” ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi
perkembangan. Tentunya tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu terlaksananya tugas ini.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan Yang Maha Esa. Kami
sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, meskipun
Kami telah sangat berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan agar teliti dalam
menyelesaikan tugas makalah ini. Tetapi kami masih merasakan bahwa masih banyak
kekurangan dalam pengerjaan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi bisa menjadi lebih baik kedepannya dan dapat berintropeksi
dimana kesalahan yang kami buat. Semoga apa yang kami kerjakan tidak sia-sia dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, Terimakasih.

Cilacap,06 Mei 2023

Penulis.
Daftar Isi

BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah................................................................................4
B. Rumusan Masaalah.......................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Perkembangan psikososial............................................................................5
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
Daftar Pustaka........................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir
yang mempunyai tujuan tertentu. Perkembangan memiliki beberapa ciri, yaitu :
berkesinambungan, kumulatif, bergerak ke arah yang lebih kompleks dan
holistik. Perkembangan psikososial berarti perkembangan sosial seorang individu
ditinjau dari sudut pandang psikologi.

Perkembangan masa bayi merupakan hal yang menarik untuk dipelajari.


Hubungan antara bayi dan keluarga.

Sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana perkembangan


psikososial dari seorang bayi terutama di zaman seperti sekarang. Dengan
mempelajari perkembangan psikososial bayi, kita dapat membimbing dan
membantu mengoptimalkan proses perkembangan yang akan dialami sang bayi
dengan cara yang tepat. Pengetahuan tentang perkembangan psikososial akan
membantu para orang tua dan guru dalam menghadapi tantangan saat
membesarkanbayi.
B. Rumusan Masaalah
1. Apa pengertian perkembangan emosi dan temperamen pada bayi ?
2. Apa pengertian Perkembangan attachment pada bayi ?
3. Apa Perkembangan rasa percaya diri pada bayi ?
4. Apa Perkembangan tahap otonom pada bayi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian perkembangan emosi dan temperamen pada bayi
2. Mengetahui Perkembangan attachment pada bayi
3. Mengetahui Perkembangan rasa percaya diri pada bayi
4. Mengetahui Perkembangan tahap otonom pada bayi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan psikososial
perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan-perubahan
perasaan atau emosi serta perubahan bagaimana individu berhubungan dengan
orang lain. sebagimana telah dijelaskan diatas, masa bayi adalah masa dimana
anak-anak mulai berjalan, berpikir, berbicara dan merasakan sesuatu.
1. Perkembangan emosi
yaitu respon yang timbul dari stimulus yang menyebabkan perubahan-
perubahan fisiologis disertai dengan perasaan kuat. Bayi mengekspresikan
sebagian emosi jauh lebih awal dibandingkan dengan beberapa emosi lain,
lalu mengekspresikan dengan rinci dua perilaku ekspresif emosional yang
penting. Yaitu menangis dan tersenyum.
Untuk menentukan apakah bayi benar-benar mengekspresikan suatu emosi
tertentu, kita memerlukan beberapa system untuk mengukur emosi. Menurut
Carroll Izard (1982) mengembangkan suatu sistem semacam itu, Maximally
Discriminative Facial Movement Coding Symtem ( Sistem Koding Gerakan
Wajah Diskriminatif Maksimum) disingkat “MAX” ialah system pengkodean
ekspresi wajah bayi yang berkaitan dengan emosi yang dikembangkan oleh
Izard. Dengan menggunakan MAX, pengkode memperhatikan rekaman
gerakan lambat reaksi wajah bayi terhadap rangsangan.
2. Perkembangan temperamen
Temperamen merupakan salah suatu dimensi psikologis yang berhubungan
dengan aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Secara
sederhana,Goleman merumuskan temperamen sebagai “The moods that
typify our emotional life”. Jelasnya temperamen adalah perbedaan kualitas
dan intensitas respons emosional serta pengaturan diri yang memunculkan
perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang relative stabil dan menetap
dari waktu ke waktu dan pada semua situasi, yang dipengaruhi oleh interaksi
antara pembawaan, kematangan, dan pengalaman.
Sejak lahir, bayi memperlihatkan berbagai aktivitas individual yang berbeda-
beda. Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki, dan mulutnya
tanpa henti-hentinya, tetapi bayi yang lain terlihat lebih tenang. Sebagian
bayi merespons dengan hangat kepada orang lain, sementara yang lain
cerewet, rewel dan susah diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan
temperamen seorang bayi.
Kebanyakan peneliti mengakui adanya perbedaan dalam kecenderungan
reaksi utama, seperti kepekaan terhadap rangsangan visual atau verbal,
respons emosional, dan keramahan dari bayi yang baru lahir. Peneliti
Alexander Tomas dan Stella Chess misalnya, memperlihatkan adanya
perbedaan dalam tingkatan aktivitas bayi, keteraturan dari fungsi jasmani
(makan, tidur, dan buang air), pendekatan terhadap stimuli dan situasi baru.
Kemampuan beradaptasi dengan situasi dan orang-orang baru, reaksi
emosional, kepekaan terhadap rangsangan, kualitas suasana hati, dan
jangkauan perhatian.
3. Perkembangan Rasa Percaya diri
Menurut Erik Erikson (1968), pada tahun pertama (bayi usia 1-2 bulan)
kehidupan ditandai dengan adanya tahap perkembangan rasa percaya dan
rasa tidak percaya. Erikson meyakini bayi dapat mempelajari rasa percaya
apabila mereka diasuh dengan cara yang konsisten. Rasa tidak percaya dapat
muncul apabila bayi tidak mendapatkan perlakuan yang baik. Gagasannya
tersebut banyak persamaanya dengan konsep Ainsworth tentang keterikatan
yang aman ( secure attachment).
Rasa percaya dan tidak percaya tidak muncul hanya pada tahun pertama
kehidupan saja.Tetapi rasa tersebut muncul lagi pada tahap perkembangan
selanjutnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat anak-anak
memasuki sekolah dengan rasa percaya dan tidak percaya dapat mempercayai
guru tertentu yang banyak memberikan waktu baginya sehingga membuatnya
sebagai orang yang dapat dipercayai. Pada kesempatan kedua ini , anak
mengatasi rasa tidak percaya sebalumnya. Sebaliknya, anak-anak yang
meninggalkan masa bayi dengan rasa percaya pasti pada tahap selanjutnya
masih dapat memiliki rasa tidak percaya, yang mungkin terjadi karena
adanya konflik atau perceraian kedua orang tuanya. Erikson menekankan
bahwa tahun kedua kehidupan ditandai oleh tahap otonomi versus rasa malu
dan ragu-ragu
4. Perkembangan otonom
Menurut Chaplin (2002), otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk
memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan
menentukan dirinya sendiri. Menurut Erikson,. Pada tahap ini, bayi tidak
hanya dapat berjalan, tetapi mereka juga dapat memanjat, membuka dan
menutup , menjatukan, menolak dan menarik, memegang otonomi atau
kemandirian merupakan tahap ke dua perkembangan psikososial yang
berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Otonomi
dibangun di atas perkembangan kemampuan mental dan kemampuan
motorikdan melepaskan. Bayi merasa bangga dengan prestasi ini dan ingin
melakukan segala sesuatu sendiri. Selanjtnya mereka juga dapat belajar
mengendalikan otot mereka dan dorongan keinginan diri mereka sendiri. 1[9]
Dengan demikian, setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka,
bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri.
Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka. Mereka
menyadari kemauan mereka. Pada tahap ini bila orang tua selalu
memberikan dorongan kepada anak agar dapat berdiri di atas dua kaki

1
mereka sendiri, sambil melatih kemampuan-kemampuan mereka, maka anak
akan mampu mengembangkan pengendalian atas otot, dorongan, lingkungan
dan diri sendiri (otonom). Sebaliknya, jika orang tua cenderung menuntut
terlalu banyak atau terlalu membatasi hak untuk menyelidiki lingkungannya,
maka anak akan mengembangkan suatu rasa malu dan ragu-ragu yang
berlebihan tentang kemampuan mereka untuk mengendalikan diri mereka
sendiri dan dunia mereka.
Erikson yakin tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu memiliki
implikasi yang penting bagi perkembangan kemandirian dan identitas selama
remaja. Perkembangan otonomi selama tahun-tahun balita memberi remaja
dorongan untuk menjadi individu yang mandiri , yang dapat memiliki dan
menentukan masa depa mereka sendiri. Meskipun demikian menurut
Santrock (1995), terlalu banyak otonomi sama bahayanya dengan terlalu
sedikit otonomi. Pada tahap ini jika bayi mempercayai pengasuhnya, mereka
akan menegaskan independensi dan menyadari kehendaknya sendiri. Jika
bayi terlalu banyak dibatasi, mereka akan mengembangkan sikap malu dan
ragu. Tahap ini berlangsung ketika bayi berusia sekitar 1-2 tahun.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa sesungguhnya bayi telah mengembangkan sistem motorik
perseptual yang tinggi.Banyak orang berpendapat bahwa bayi itu idak dapat
mengecap, mencim atau merasakan sakit padahal semua itu tidaklah benar.Para
peneliti telah membuktikan bahwa bayi yang baru lahir mampu atau memiliki
kenmampuan itu semua.
Bayi sebenarya membutuhkan beberapa rangsangan tertentu utuk
mengmbangkan ketrampilan persepsi mereka, tapi ransangan yang diberikan
sebaiknya jangan berlebihan karena dapat mengakibatkan kebingugan pada anak,
ragsagan tersebut dapat berupa rangsagan visual, pedengaran, maupun sentuhan.
Masukan gizi, faktor-faktor prakelahiran dan pascakelahiran, infeksi,
kecelakaan dan bermacam-macam trauma dapat mempengaruhi intelegensi bayi
dan anak. Para orang ua biasanya mulai mengajarkan bayinya berbicara atau
komunikasi ketika sang bayi mulai mengucapka kata pertamaya padahal
sesugguhya aka lebih baik jika ibu berbicara dengan bayi sejak bulan pertama
kelahiranya karena pengajaran bahasa terbaik terjadi ketika percakapan dimulai
sebelum bayi memiliki kemampuan atas pembicaraan pertama yang dapat
dipahaminya.
Daftar Pustaka

Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana Media Group; 2011.

Crain, William. Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Pustaka Pelajar;
2007.

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Edisi V, Jakarta: Erlangga, 1996.

F.J. Monks, dkk. Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2002.

Anda mungkin juga menyukai