Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum

Perlindungan dan Pengamanan Hutan

PENGENALAN MORFOLOGI SERANGGA

Nama : Devi Damayanti


Nim : M011221129
Kelas : PPH C
Kelompok : 3C
Asisten : 1. Jaenar Adelia Nadi, S.Hut
2. Nafsiyatul Mutmainnah

LABORATORIUM PERLINDUNGAN DAN SERANGGA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3


2.1 Morfologi Seraangga .......................................................................... 3
2.2 Metamorfosis Serangga ...................................................................... 5
2.3 Karakteristik Serangga ....................................................................... 7
2.4 Klasifikasi Insecta atau Serangga ....................................................... 9

BAB III METODE PRAKTIKUM ................................................................... 11


3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 11
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 11
3.3 Prosedur Praktikum ........................................................................... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 13


4.1 Hasil .................................................................................................. 13
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 15

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 16


5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 16
5.2 Saran .................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17

LAMPIRAN ........................................................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman


hayati yang cukup tinggi. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas dapat
dikatakan sebagai suatu sistem penting dalam kehidupan. Keanekaragaman hayati
ini meliputi berbagai jenis kehidupan yang ada di bumi secara keseluruhan yang
saling bergantung satu sama lain. Ketersediaan inang pada habitatnya dapat
mempengaruhi peningkatan jumlah spesies serangga. Indonesia memiliki iklim
tropik sehingga flora dan fauna dapat berkembang biak dengan sangat baik.
Keanekaragaman hayati adalah hal paling penting bagi kehidupan, di mana
keanekaragaman hayati ini berperan sebagai sarana untuk mengetahui jika terjadi
perubahan spesies dan indikator sistem ekologi (Rahayu et al., 2021).
Serangga memiliki peranan yang cukup penting dalam ekosistem. Peranan
serangga dalam ekosistem di antaranya adalah sebagai polinator, dekomposer,
predator dan parasitoid. Hama adalah hewan yang merusak secara langsung pada
tanaman dan kerusakan tersebut menyebabkan kerugian ekonomi karena dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Hama terdapat beberapa
jenis, di antaranya adalah insecta (serangga), molusca (bekicot, keong), rodenta
(tikus), mamalia (babi), nematoda, dll. Serangan hama sangat terlihat dan dapat
memberikan kerugian yang besar apabila terjadi secara massive. Namun serangan
hama umumnya tidak memberikan efek menular, terkecuali apabila hama tersebut
sebagai vektor penyakit (Marmaini, 2020).
Ciri khusus serangga adalah dibaginya tubuh menjadi tiga daerah yaitu,
kepala, dada (thoraks) dan perut (abdomen). Kepala mempunyai sepasang antena,
dada mempunyai tiga pasang kaki dan sepasang (2 sayap). Serangga memiliki
jumlah terbesar dari seluruh spesies yang ada di bumi ini, mempunyai berbagai
macam peranan dan keberadaannya ada di mana-mana, sehingga menjadikan
serangga sangat penting di ekosistem dan kehidupan manusia. Belalang dan
kerabatnya merupakan salah satu jenis serangga yang bisa hidup sendiri namun

1
terkadang pada saat jumlahnya cukup banyak dapat hidup berkelompok. Serangga
ini dapat hidup di berbagai lingkungan di antaranya di lahan pertanian, semak, di
lingkungan tempat tinggal, di lahan perkebunan dan lain sebagainya (Falahudin et
al., 2015).
Belalang adalah serangga herbivor yang termasuk dalam Ordo Orthoptera
dengan jumlah spesies 20.000. Belalang dapat ditemukan hampir di semua
ekosistem terestrial. Sebagian besar spesies belalang berada di ekosistem hutan.
Mereka makan hampir setiap tanaman yang liar ataupun yang dibudidayakan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman belalang lebih
stabil pada ekosistem yang tidak terganggu. menambahkan bahwa keanekaragaman
dan kelimpahan spesies (Acrididae: Ordo Orthoptera) di ekosistem yang tidak
terganggu lebih tinggi dibandingkan ekosistem yang terganggu. Keragaman
belalang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologis di antaranya adalah pola curah
hujan, suhu atmosfer, kelembaban relatif, jenis tanah, perlindungan dari musuh-
musuh eksternal dan struktur vegetasi (Prakoso, 2017).
Oleh karena itu, praktikum ini penting dilakukan untuk mengetahui dan
memahami bagian-bagian penting dari tubuh serangga yang terbagi menjadi 3 (tiga)
bagian (caput, thoraks dan abdomen), juga agar kita mampu mengurai atau merinci
masing-masing dari bagian serangga tersebut secara mendetail. Hal ini perlu
dilakukan mengingat serangga merupakan ancaman yang dapat menjadi musuh
bagi tanaman Kehutanan, sehingga kita perlu untuk mengenali jenis-jenis serta
bagian-bagian tubuhnya.

1.2 Tujuan

Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:


1) Menjelaskan bagian penting dari caput, thoraks dan abdomen serangga
2) Mengurai masing-masing bagian penting dari caput, thoraks dan
abdomen serangga secara mendetail

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Serangga

Serangga (Insekta) adalah jenis (spesies) makhluk hidup yang sering di


jumpai diatas permukaan bumi (darat, laut, udara) dan dominan dalam filum
Arthrophoda. Kehidupan mereka untuk memakan binatang-binatang (serangga)
yang lain dan tumbuhan, sebagian hewan ini juga menghisap darah manusia dan
mamalia. Dengan tingkatan adaptasinya yang sangat tinggi, serangga ini juga
tergolong hewan beruas dan telah ditemukan fosilnya dari masa ke masa. Termasuk
lalat atau nyamuk (anggota Diptera) yang ditemukan dalam perangkap getah.
Serangga ini juga mampu hidup dalam kondisi di manapun bahkan tanpa udara
(oksigen). Dikarenakan serangga mampu membuat variasi dengan caranya sendiri
dari segala kondisi untuk beradaptasi dengan lingkungan (Haryono et al., 2021).
Serangga disebut juga insecta, dibaca insekta berasal dari bahasa latin
insectum, sebuah kata serapan dari bahasa Yunani (entomon), yang artinya
terpotong menjadi beberapa bagian adalah salah satu kelas avertebrata di dalam
filum arthropoda yang memiliki eksoskeleton berkitin. Serangga termasuk salah
satu kelompok hewan yang paling beragam, mencakup lebih dari satu juta spesies
dan menggambarkan lebih dari setengah organisme hidup yang telah diketahui
(Darlyne dan Nancy, 2018).
Serangga termasuk dalam filum Arthropoda. Spesies dalam filum ini
mempunyai ciri tubuh beruas dan memiliki kerangka luar (eksoskeleton) yang
mengandung kitin. Super kelas heksapoda terdiri dari kelas Parainsekta, Diplura,
dan Insecta. Kelas parainsekta terdiri dari Ordo Collembola dan Protura. Terdapat
sekitar 900.000 spesies anggota Insecta yang teridentifikasi. Berdasarkan ada atau
tidaknya sayap, Insekta dibagi menjadi beberapa sub kelas, antara lain Apterygota
(Zygentoma) dan Pterygota. Kelas Insecta dan Arachnida merupakan spesies
dengan jumlah terbesar dalam Kingdom Animalia (Dwi, 2015).

3
Serangga memiliki karakteristik atau morfologi seperti tipe-tipe kepala dan
mulut yang dapat disesuaikan dengan habitatnya sehingga serangga dapat hidup di
berbagai tipe habitat, salah satu habitat ialah perkebunan kelapa. Tanaman kelapa
merupakan tanaman yang cukup disukai oleh serangga untuk dijadikan sebagai
habitatnya, baik serangga yang bersifat menguntungkan ataupun serangga yang
bersifat merugikan. Salah satu serangga yang bersifat merugikan di antaranya
adalah tungau, kumbang, serta jenis-jenis serangga lainnya, serangga yang
menguntungkan adalah belalang sembah sebagai predator atau pemangsa serangga
yang merusak tanaman kelapa, seperti ngengat, kupu-kupu, kutu daun, lalat dan
belalang (Erawati at al., 2014).
Serangga secara umum merupakan kelompok hewan yang memiliki kaki
enam (hexapoda), badannya tersusun atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut.
Serangga merupakan kelompok hewan dengan ciri-ciri kaki enam atau 3 pasang
(hexapoda). Kepala memiliki 1 pasang antena, thorax memiliki 3 pasang kaki dan
biasanya terdapat 1 atau 2 pasang sayap pada tingkat dewasa. Serangga berperan
bagi manusia yaitu sebagai penyerbuk, pengontrol hama, pemakan bahan organik
yang membusuk, dan sebagai penghasil produk perdagangan. Serangga juga
berperan dapat merugikan manusia secara langsung maupun tidak langsung.
Kerugian secara langsung dialami oleh manusia yaitu serangga secara langsung
memanfaatkan tubuh manusia sebagai makanan, tempat tinggal dan reproduksi.
Kerugian secara tidak langsung disebabkan jika serangga menyerang tanaman yang
dibudidayakan oleh manusia, merusak produk pakaian dan makanan (Valinta et al.,
2021).
Serangga atau insecta merupakan salah satu kelas Arthropoda yang memiliki
tubuh yang terdiri dari bagian kepala, dada, dan perut, serta dadanya memiliki tiga
pasang kaki jalan dan biasanya ada 1-2 pasang sayap, kemudian daur hidupnya
mengalami metamorfosis. Jenis insekta mencapai kurang lebih 650 jenis, dan
sebagian besar insekta berperan sebagai pemakan atau hama tumbuhan. Nama lain
Insecta adalah serangga atau Hexapoda, karena memiliki enam kaki atau tiga
pasang kaki (Arina dan Marlina, 2022).
Kelompok serangga dapat dibedakan berdasarkan keanekaragaman dan
fungsinya di agroekosistem padi sawah yaitu meliputi musuh alami, serangga netral

4
seperti penyerbuk tanaman, dan serangga hama. Musuh alami adalah komponen
biotik yang dapat mengatur populasi serangga hama pada agroekosistem.
Arthropoda yang berperan sebagai musuh di agroekosistem padi sawah yaitu
predator dan parasitoid. Kurangnya data dan informasi bagi para petani dan
masyarakat ilmiah terkait nama jenis dan potensi suatu serangga, sehingga menjadi
salah satu masalah dalam mengenali, memahami, dan memanfaatkan
keanekaragaman serangga bagi kelangsungan hidup manusia dan keberlanjutan
keseimbangan arus trofik dalam agroekosistem (Valint et al., 2021).
Sesungguhnya serangga terdiri dari tidak kurang dari 20 segmen. 6 Ruas
terkonsolidasi membentuk kepala, 3 ruas membentuk thoraks, dan 11 ruas
membentuk abdomen, serangga dapat dibedakan dari anggota Arthropoda lainnya
karena adanya 3 pasang kaki (sepasang pada setiap segmen thoraks). Pada serangga
terjadi tiga pengelompokan segmen, yaitu kepala, dada, dan perut, secara umum
satu daerah kesatuan ini disebut tagma. Prostomium (suatu bagian terdepan yang
tidak bersegmen) bersatu dengan kepala sedangkan periprok (bagian terakhir tubuh
yang tidak bersegmen) bersatu dengan perut (Purwantiningsih, 2014).

2.2 Metamorfosis Serangga

Metamorfosis merupakan salah satu materi dari mata pelajaran biologi yang
menjelaskan tentang bagaimana berkembangnya serangga dari telur sampai
menjadi serangga dewasa. Metamorfosis serangga adalah perkembangan serangga
dari larva atau nimfa menjadi imago yang umumnya mengalami beberapa tahap
perubahan bentuk dan ukuran, yang disebut metamorfosis. Metamorfosis serangga
bermacam-macam, mulai dari sederhana hingga yang kompleks. (Maulana, 2018).
Serangga juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga
mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap
melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini sering kali sangat
dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses “pergantian kulit” yang biasa
disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo serangga
seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya (Rohmat, 2019).

5
Pada umumnya morfologi serangga kurang lebih memanjang dan memiliki
bentuk seperti tabung dan setangkup bilateral. Ukuran panjang serangga berkisar
0,25 sampai 330 mm dan bentangan sayap 0,5 sampai 300 mm. Tubuh pada
serangga dewasa terbagi atas satu rentetan ruas, yaitu metamer, dan ruas-ruas ini di
kelompokkan atas tiga bagian utama atau tagmata (tunggal tagma) yaitu kepala
(caput), dada (thorax), dan perut (abdomen) perpaduan syaraf, dan mengumpulkan
makanan. Tagma yang dapat bergerak dan terdapat tungkai serta sayap itu disebut
thorax. Di dalam abdomen itu sendiri terdapat organ-organ dalam seperti sistem
saluran pencernaan, ekskretoris, dan reproduksi (Rahmat, 2018).
Pada Insecta dikenal dua macam metamorfosis, yaitu metamorfosis sempurna
(daur hidupnya; telur-larva-kepompong-dewasa) dan metamorfosis tidak sempurna
(telur-nimfa-dewasa). Insecta yang metamorfosis tidak sempurna adalah yang tidak
pernah mengalami masa larva dan kepompong (pupa). Larva kupu-kupu disebut
juga ulat, yaitu suatu bentuk yang sangat berbeda dengan bentuk dewasanya, baik
tipe mulutnya, makanannya, jumlah kakinya, maupun sayapnya. Ulat memiliki
jumlah kaki yang banyak pasangnya, sedangkan kupu-kupu hanya ada tiga pasang
kaki. Ulat memiliki tipe mulut menggigit untuk mengunyah daun-daunan,
sedangkan kupu-kupu memiliki tipe mulut isap serupa belalai untuk mengisap
madu bunga (Arina dan Marlina, 2022).

2.2.1 Metamorfosis Sempurna

Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu siklus hidup


dengan beberapa tahapan yang berbeda: telur, larva, pupa dan imago. Beberapa
ordo yang mengalami metamorfosis sempurna adalah Lepidoptera, Diptera,
Coleoptera, dan Hymenoptera. Metamorfosis tidak sempurna merupakan siklus
hidup dengan tahapan : telur, nimfa, dan imago. Peristiwa larva meninggalkan telur
disebut dengan eclosion. Setelah eclosion, serangga yang baru ini dapat serupa atau
beberapa sama dengan induknya. Tahapan belum dewasa ini biasanya mempunyai
ciri perilaku makan yang banyak (Muliani et al., 2015).
Metamorfosa sempurna mempunyai empat bentuk mulai dari telur menjadi
larva, kemudian kepompong (pupa) baru dewasa. Pada tipe ini serangga pra dewasa
(larva dan pupa) biasanya memiliki bentuk yang sangat berbeda dengan serangga

6
dewasa (imago). Larva merupakan fase yang sangat aktif makan sedangkan pupa
merupakan bentuk peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan dan
penyusunan kembali alat-alat tubuh bagian dalam dan luar contohnya serangga dari
ordo Coleoptera, Diptera, Lepidoptera, Hymenoptera dan lain-lain (Rahmat,
2018).

2.2.2 Metamorfosis Tidak Sempurna

Pada Hemimetabola, bentuk nimfa mirip dewasa hanya saja sayap belum
berkembang dan habitat (tempat tinggal dan makanan) nimfa biasanya sama dengan
habitat stadium dewasanya. Metamorfosa tidak sempurna mempunyai tiga bentuk:
mulai dari telur, menjadi nimfa, kemudian dewasa. Dengan demikian metamorfosa
tidak sempurna tidak terdapat bentuk kepompong, contohnya adalah pada ordo
Odonata, Ephimeroptera dan Plecoptera (Rahmat, 2021).

2.3 Karakteristik Serangga

Karakteristik umum serangga dewasa (imago) adalah mempunyai tiga pasang


tungkai, dua pasang sayap dan tubuhnya dibagi menjadi kepala, toraks dan
abdomen. Serangga memiliki hubungan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari
dan mempunyai banyak manfaat di antaranya sebagai organisme pengurai, berperan
dalam proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami bagi hama, beberapa
spesies serangga dikenal sebagai perusak tanaman dan produk di tempat
penyimpanan, atau mengganggu kesehatan manusia dan hewan ternak (Dwi, 2015).
Serangga merupakan hewan berpuas dengan tingkat adaptasi yang sangat
tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.
Struktur peredaran darah serangga adalah sistem peredaran darah terbuka dan
semua serangga itu bertelur (ovipar) (Darlyne dan Nancy, 2018).
Ciri-ciri dari Insecta atau serangga, yaitu (Darlyne dan Nancy, 2018):
1) Tubuhnya dibedakan menjadi 3 yaitu kepala, dada dan juga perut.
2) Alat mulutnya digunakan untuk menggigit, mengunyah, menghisap dan
menjilat.
3) Bentuk kakinya berubah sesuai dengan fungsinya.

7
4) Pada kepalanya terdapat satu pasang mata faset (majemuk), mata tunggal
(ocellus) dan satu pasang antena yang digunakan sebagai alat peraba.
5) Tempat hidupnya di darat dan air tawar.
6) Sistem peredaran darah terbuka.
7) Alat kelaminnya terpisah (jantan dan betina)
8) Alat pencernaannya terdiri dari mulut, kerongkongan, tembolok, lambung,
usus, rektum serta anus.
9) Pada bagian mulut terdiri dari rahang belakang (mandibular), rahang depan
(maksila), serta bibir atas (labrum), dan bibir bawah (labium)
10) Sistem pernapasannya dengan sistem trakea.

Karakteristik morfologi kepala (Caput) belalang kayu memiliki tipe kepala


hypognatus. Pada kepala terdapat mata tunggal, pronotum tidak memanjang ke
belakang. Serangga ini memiliki tipe mulut menggigit- mengunyah. Belalang kayu
memiliki panjang antena 1 cm dengan 16 ruas, memiliki tipe antenna filiform.
Bagian depan sayap berupa perkamen, pelindung sayap belakang disebut tegmina,
bentuknya membulat, dan memiliki rangka sayap serta berwarna kecoklatan.
Serangga ini memiliki tipe sayap lurus. Serangga ini memiliki tipe tungkai
Saltatorial, tipe tungkai ini berfungsi untuk meloncat ditandai dengan pembesaran
femur pada tungkai belalang kayu (Kartika et al., 2020).
Serangga memanfaatkan tumbuhan hidup atau mati, binatang hidup atau mati
termasuk manusia untuk mendapatkan energi dan bahan guna mempertahankan
hidupnya. Itu semua menunjukkan satu aspek keberhasilan hidup serangga di dunia.
Beberapa ciri dan sifat lain mendukung kehidupan serangga di permukaan bumi
sehingga mampu berkembang dalam jumlah yang sangat besar, baik dari aspek
populasi maupun spesies. Serangga merupakan arthropoda yang memanfaatkan
keuntungan mekanis kerangka luar dan digunakan sebagai dasar untuk
menambahkan spesialisasi sehingga mereka mendapatkan keuntungan hidup
daripada pesaingnya. Keuntungan utama dari kerangka luar adalah (Hidayat, 2015):
1) Adanya area yang luas untuk tempat bertaut otot-otot
2) Sangat baik guna pengendalian penguapan air tubuh, khususnya bagi
serangga berukuran kecil

8
3) Hampir secara sempurna melindungi organ-organ vital dari perusakan oleh
faktor luar

Cara hidup serangga cukup beragam, ada yang hidup di permukaan tanaman,
dan ada juga yang hidup di dalam jaringan tanaman dengan cara mengorok atau
mengorek. Selain itu ada juga yang hidup di dalam 7 tanah seperti perakaran.
Seperti kumbang yang membuat lubang pada batang kelapa lalu meletakkan telur-
telurnya di dalam lubang tersebut, larva kumbang akan hidup di dalam lubang
batang kelapa tersebut. Kumbang dewasa akan hidup dengan memakan pucuk daun
dan pangkal daun kelapa. Serangga ini memiliki tipe mulut menggigit-mengunyah,
memiliki 3 pasang kaki beruas dan tipe sayap keras (Hidayat, 2015).
Reproduksi insekta terdiri dari reproduksi seksual dan aseksual. Reproduksi
seksual terdiri dari ovipar (terjadi proses pembentukan telur, fertilisasi dan
peletakan telur), ovovivipar (telur dibentuk dan difertilisasi, tetapi tetap berada
dalam tubuh induk betina. Terdapat kuning telur yang cukup untuk perkembangan
embrio, larva akan keluar setelah telur diletakkan, contohnya pada ordo
Lepidoptera, ordo Coleoptera, dan ordo Thysanoptera), vivipar (embrio
berkembang di dalam tubuh induk betina, dilahirkan dalam bentuk nimpha atau
larva) (Rohmat, 2019).
Sedangkan reproduksi aseksual terdiri dari parteogenesis (serangga betina
yang mampu menghasilkan keturunan tanpa melibatkan pejantan atau adanya
fertilisasi), paedogenesis (reproduksi yang dilakukan oleh serangga yang belum
dewasa (larva) secara aseksual, di mana reproduksi ini terjadi karena adanya proses
56 neotoni yaitu kematangan seksual pada stadium pra dewasa) (Rohmat, 2019).

2.4 Klasifikasi Serangga (Insecta)

Berdasarkan ada atau tidak adanya sayap insect sendiri terbagi dalam
beberapa sub kelas antara lain yaitu (Deasylawati, 2017):
1) Apterygota
Apterygota adalah kelompok serangga yang tidak mempunyai sayap, sedikit
atau tidak mengalami proses metamorfosis, mempunyai appendage pada bagian
ventral abdomen, serta pada umumnya mempunyai ukuran kurang dari lima mm.

9
Appendage sendiri yaitu bagian tubuh yang menonjol, bisa digerakkan dan
berfungsi sebagai alat gerak, untuk makan, alat Indra.
Apterygota hidup di tempat lembab di mana mengandung humus atau sampah
organik, dan ada juga yang memakan buku atau pakaian. Serangga yang termasuk
ke dalam Apterygota yaitu ordo Thysanura (lepisma saccharina – kutu buku) dan
Archaeognatha (petrobius Martinus).
Ciri-ciri apterygota, yaitu:
a) Tidak mempunyai sayap
b) Tidak mengalami metamorfosis (ametabola). Contohnya dari spesiesnya
yaitu kutu buku (lepisma saccharina)
c) Tipe mulutnya menggigit
d) Batas dari kepala, dada dan juga perutnya tidak jelas.
e) Mempunyai sayap dan ada juga yang tidak mempunyai sayap
f) Mengalami metamorphosis
2) Pterygota
Pterygota merupakan sub class dari serangga yang merupakan serangga
bersayap. Pterygota juga mencakup ordo serangga yang secara sekunder tidak
bersayap, yaitu merupakan kelompok serangga yang terdahulunya memiliki
sayap. Akan tetapi telah kehilangan mereka dalam hasil dari evolusi berikutnya.
Kelompok pterygota terdiri dari hampir semua serangga. Ordo hexapoda
tidak termasuk Archaeognatha atau melompat Bristletails dan Thysanura atau
gegat dan firebrats. Dua ordo primitif tak bersayap serangga. Dan juga tidak
termasuk yang tiga ordo tidak lagi dianggap serangga: Protura,
Collembola dan Diplura.
Ciri-ciri Pterygota, yaitu:
1) Mempunyai sayap
2) Mengalami metamorphosis
3) Memiliki tipe mulut yang bervariasi

10
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini pada hari Kamis, pada tanggal 14
September 2023 pukul 13.10–14.40 WITA. Praktikum pengenalan morfologi
serangga ini dilaksanakan di Laboratorium Perlindungan dan Serangga Hutan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada saat melakukan praktikum ialah :


1) Papan sterofoam, berfungsi sebagai alas spesimen saat diawetkan
2) Jarum pentul, berfungsi sebagai alat untuk menancapkan spesimen pada
papan sterofoam
3) Pinset, berfungsi sebagai alat penjepit serangga ketika diberikan alkohol
4) Buku gambar A4, berfungsi sebagai alat untuk menggambar hasil spesimen
5) Penggaris, berfungsi sebagai alat pengukur dan alat bantu menggambar garis
lurus
6) Pensil, berfungsi sebagai alat untuk menggambar
7) Pensil warna, berfungsi sebagai alat untuk mewarnai gambar
8) Penghapus, berfungsi sebagai alat untuk menghapus kesalahan saat
menggambar
9) Peraut pensil, berfungsi sebagai peruncing ujung pensil

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada saat melakukan praktikum ialah :


1) Belalang dewasa (hidup atau utuh), berfungsi sebagai bahan atau spesimen
yang akan dilihat morfologinya
2) Alkohol 70%, berfungsi untuk menghilangkan kesadaran spesimen

11
3.3 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur kerja pada praktikum ialah :


1) Menyiapkan alat dan bahan praktikum
2) Kemudian menyiapkan serangga preparat fase imago (dewasa) dari belalang
dewasa Valanga sp. yang masih lengkap bagian-bagian tubuhnya
3) Rendamlah belalang Valanga sp. ke dalam wadah berisi alkohol 70%
4) Posisikan belalang Valanga sp di atas sterofoam dan menusukkan jarum
pentul pada bagian-bagian belalang, seperti dada, sayap dan kaki
5) Mengamati bagian-bagian belalang Valanga sp.
6) Lalu menggambar bagian-bagian:
a) Caput dan antena
b) Thoraks, tungkai dan sayap
c) Abdomen dan bagian lain
7) Setelah menggambar bagian-bagian morfologi selanjutnya mewarnai
bagian-bagian tersebut
8) Menganalisis belalang Valanga sp sebagai hasil dalam praktikum

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum serangga yang dilakukan maka diperoleh hasil


praktikum sebagai berikut. Dalam praktikum pengenalan morfologi serangga yang
dihasilkan berupa gambaran morfologi belalang Valanga sp. yang terdiri atas 3
bagian utama yaitu:
1) Caput (kepala)
2) Thoraks (dada)
3) Abdomen (perut)

Tabel 1. Hasil Pengamatan Praktikum Pengenalan Serangga

Serangga Utuh Keterangan


1. Antena
2. Mata Majemuk
3. Sayap Depan
4. Ovipositor
5. Kaki Belakang
6. Sayap Belakang
7. Spirakel
8. Kaki Depan
9. Kaki Tenga
10. Femur
11. Caput
12. Thoraks
13. Abdomen

13
Bagian Caput Keterangan
1. Ocelli
2. Frons
3. Clypeus
4. Labrum
5. Labium
6. Vertex
7. Antena
8. Mata majemuk
9. Gena
10. Mandibula
11. Maxilla

Bagian Thoraks Keterangan


1. Prothoraks
2. Mesothoraks
3. Metathoraks
4. Pronotum
5. Sayap depan
6. Sayap belakang

Bagian Abdomen Keterangan


1. Tergum
2. Epiproct
3. Cercus
4. Paraproct
5. Ovipositor
6. Sternum
7. Pleural membrane

14
4.2 Pembahasan

Ilmu serangga secara umum dikenal dengan nama Entomologi. Entomologi


adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang serangga. Istilah
ini berasal dari dua kata latin, Entonom bermakna serangga dan logos bermakna
ilmu pengetahuan. Secara terbatas, entomologi adalah ilmu yang mempelajari
serangga (insecta). Serangga termasuk filum arthropoda yaitu kelompok hewan
yang mempunyai kaki beruas-ruas, termasuk bilateral simetris dan dilapisi kutikula
yang keras. Serangga digolongkan dalam kelas insecta (hexapoda), karema
memiliki 6 buah (3 pasang) kaki yang terdapat di daerah dada (thoraks),jumlah kaki
menjadi ciri khas serangga yang membedakannya dari yang lain dalam filum
arthropoda seperti laba-laba, kepiting, udang, lipan dan luwing.
Serangga (Insekta) digolongkan dalam philum Arthropoda. Serangga sebagai
salah satu golongan hewan penghuni terbesar di muka bumi. Pada umumnya
belalang berwarna hijau atau cokelat. Belalang terkait erat secara biologis dengan
kecowa dan jangkrik dan masuk dalam kelompok serangga Orthoptera. Tubuh
belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut
(abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2
antena. Bagian caput belalang terdiri atas mata majemuk, antena, mulut (tipe mulut
mengunya dan menggigit). Bagian thorax terdiri atas 3 (tiga) bagian yaitu
prothorax, mesothorax dan metathorax yang masing-masing memiliki kaki
sedangkan sayap berada pada mesothorax untuk sayap depan dan metathorax untuk
sayap belakang. Bagian abdomen terdiri atas alat reproduksi (ovipositor-kopulasi),
bagian pencernaan dan bagian pernapasan (trakea) yang berupa lubang-lubang
kecil pada segmen abdomen belalang.
Belalang memiliki kerangka luar yang berfungsi sebagai pelindung tubuh.
Eksoskeleton belalang bersifat sementara, dan kemudian eksoskeleton terpisah dari
tubuh belalang, memungkinkannya tumbuh menjadi belalang dewasa. Serangga
memiliki karakteristik atau morfologi seperti tipe-tipe kepala dan mulut, yang dapat
disesuaikan dengan habitatnya sehingga serangga dapat hidup di berbagai tipe
habitat (Rahayu, 2021).

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:


1. Morfologi serangga yang terdiri caput, throaks dan abdomen memiliki
bagian-bagian penting yaitu bagian kepala terdapat sepasang mata, mulut dan
antena. Pada caput bagian kepala serangga berfungsi sebagai alat penerima
rangsangan dan memproses informasi. Bagian thoraks tedapat tungkai dan
sayap. Bagian abdomen terdapat alat reproduksi, alat pencernaan dan alat
peredaran darah.
2. Pada belalang terdapat 3 bagian penting, yaitu caput terdiri dari antena
sebagai alat peraba, sepasang mulut untuk mengunyah makanan dan mata
majemuk sebagai pendeteksi gerakan. Pada thorax terdapat 3 pasang kaki,
kaki depan untuk berjalan, kaki tengah untuk menempel, dan kaki belakang
untuk melompat. Pada abdomen, terdapat spirakel yang berfungsi sebagai
tempat masuknya udara dalam tubuh, sayap belakang untuk terbang dan
ovipator sebagai alat peletak telur.

5.2 Saran

5.1.1 Saran Untuk Laboratorium

Semoga kebersihan dan kerapian serta alat laboratorium terjaga dengan baik
serta mempertahankan kenyamanan lab.
5.1.2 Saran Untuk Asisten
1) Untuk kak Jaenar Adelia Nadi S.Hut., semoga tetap sabar menghadapi
praktikan dan semoga selalu dapat mengayomi praktikan.
2) Untuk kak Nafsiyatul Mutmainnah, semoga tetap sabar menghadapi
praktikan, sabar mengajari praktikan, semoga selalu mengayomi praktikan
dan terus rendah hati.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arina, H., dan Marlina. 2022. Aplikasi Insecta Crochet pada Knee Length Dress.
Jurnal Teknologi Busana dan Boga. 1(1); 46.

Darlyne, M., dan Nancy, H. 2018. National Geographic : Seranggapedia.


Indonesia. Kepustakaan Populer Gramedia

Deasylawati. 2017. Super Amazing!!! Cerita-Cerita dan Fakta Sains Serangga.


Surakarta. Ziyad Books

Dwi, W.O. 2015. Pedoman Mengoleksi, Preservasi serta Kurasi Serangga dan
Arthropoda Lain. Jakarta. Badan Karantina Pertanian. Kementrian
Pertanian.

Erawati, N.V., Kahono, S. 2014. Keanekaragaman Dan Kelimpahan Belalang


(Orthoptera) Dan Kekerabatannya Pada Dua Ekosistem Pegunungan Di
Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Jurnal Entomologi. Indonesia.
7 (2):100-115.

Falahudin, I., Delima, E.M., dan Indah, A. 2015. Diservitas Serangga Ordo
Orthoptera Pada Lahan Gambut Di Kecamatan Lalan Kabupaten Musi
Banyuasin. Biolmi : Jurnal Pendidikan. 1(1): 1-2.

Haryono, Andi, D.R.A., dan M. Rizaldi, J.P. 2021. Identifikasi Serangga Tanah di
Perkebunan Sokemboi Ronting Kecematan Lamba Leda Kabupaten
Manggarai Timur. Jurnal Celebes Biodiversitas. 4(2): 47.

Hidayat, P. 2015. Serangga dalam Kehidupan Manusia: Teman Sekaligus Lawan.


Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Malang.
Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI), Malang.

Kartika, D., Mutiara, D., dan Putri, Y.P. 2020. Morfologi Serangga Pada Tanaman
Kelapa (Cocos Nucifera L.) Di Desa Tabala Jaya Kecamatan Karang
Agung Ilir Kabupaten Banyuasin. Jurnal Indobiosains. 2(2): 51.

Marmaini. 2020. Penggunaan Agens Pengendalian Hayati (APH) Untuk


Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Palembang.
NoerFikri.

Maulana, G.A. 2018. Pembangunan Aplikasi Pembelajaran Metamorfosis Serangga


Berbasis Multimedia. Skripsi. Universitas Pasundan Bandung. Fakultas
Teknik. Program Studi Informatika.

Prakoso, B. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae : Ordo Orthoptera) pada


Agroekosistem (Zea mays L.) dan Ekosistem Hutan Tanaman. Journal
bio Unsoed. 34(2): 80.

17
Purwantiningsih, B. 2014. Serangga Polinator. Malang: Universitas Brawijaya
Press (UB Press).

Rahayu, E., Syamsul, R dan Marmaini. 2021. Karakteristik Morfologi Serangga


Yang Berpotensi Sebagai Hama Pada Perkebunan Kelapa (Cocos
nucifera L.) di Desa Tirta Kencana Kecamatan Makarti Jaya Kabupaten
Banyuasin. Jurnal Universitas PGRI Palembang. 32(2): 40.

Rahmat, P., Zuraidah, dan Elita, A. 2018. Karakteristik Serangga Hama pada
Tanaman Kelapa (Myristica fragrans) di Desa Itam Kabupaten Aceh
Selatan Sebagai Penunjang Praktikum pada Matakuliah Entimologi.
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2018.

Rohmat, K. 2019. Ensiklopedia Dunia Hewan untuk Pelajar dan Umum : Serangga.
Jakarta Barat. PT. Buana Ilmu Populer.

Valinta, S., Syamsul, R dan Dian, M. 2021. Morfologi Jenis-jenis Serangga pada
Tanaman Padi (Oryza sativa) di Desa Perangai Kec.Merapi Selatan Kab.
Lahat. Jurnal Universitas PGRI Palembang.3(1): 26-27.

18
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Praktikum

19
Lampiran 2. Sampul Referensi

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai