Teks Anekdot
Teks Anekdot
Struktur teks anekdot terdiri dari lima bagian, yaitu abstrak, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Yuk, simak
masing-masing penjelasan!
Abstrak
Orientasi
Krisis
Merupakan puncak cerita yang berisi konflik atau masalah yang terjadi pada karakter.
Reaksi
Merupakan respon atau reaksi yang dilakukan karakter setelah mengalami krisis.
Koda
teks anekdot tidak hanya dilakukan melalui lisan tetapi juga tulisan. Contohnya seperti yang sudah
dikatakan di awal paragraf, melalui broadcast messages mengenai suatu kejadian lucu. Pesan ini bisa
berupa dialog ataupun narasi. Pesan ini pun biasanya membicarakan topik yang terkini sehingga
terdapat konteks yang berkaitan antara kejadian yang sedang berlangsung dan anekdot yang
diceritakan.
Selain itu, teks anekdot dapat berupa meme atau komik strip pendek yang sekarang banyak diunggah di
media sosial, terutama Instagram, kalian pastinya familier dong. Dengan perkembangan informasi dan
berita yang sangat cepat, para pengguna ini kemudian membuat anekdot-anekdot dari kejadian yang
masih hangat.
Tidak jarang juga teks anekdot digunakan untuk 'senjata' promosi atau bahkan menyindir kejadian-
kejadian yang sedang hangat. Seperti definisi yang diberikan di KBBI, teks anekdot biasanya juga
mengenai orang penting atau orang terkenal. Oleh sebab itu, tidak jarang pula anekdot dijadikan bahan
lelucon yang merujuk ke satu orang yang spesifik.
Merujuk pada Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia kelas X (2020) oleh Indri Anatya Permatasari,
inilah unsur-unsur kaidah kebahasaan teks anekdot yang dapat kamu simak.
1. Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif merupakan kalimat yang bersifat atau memberi perintah atau dapat juga berupa
peringatan atau larangan.
-Contoh:
“Jangan coba-coba melawan atau aku laporkan Bapak kau”
2. Kalimat Seru
Kalimat seru umumnya ditandai dengan tanda seru dan bersifat untuk menegaskan atau sebagai
ungkapan rasa seseorang.
-Contoh:
“Wow, besar sekali kue bolu ini!”
3. Konjungsi Temporal
Konjungsi ini berarti kronologis (temporal), seperti, akhirnya, selanjutnya, kemudian, lalu.
-Contoh:
Kemudian di bawahnya, Roi mengoleskan lem beberapa sentimeter tebalnya.
4. Kalimat Retoris
Kalimat retoris merupakan kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban dan kebanyakan
berupa sindiran.
-Contoh:
Jojo kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil mahkota itu sebagai ganti tanda
tangan Tuan?”
5. Kalimat Langsung
Kalimat-kalimat langsung adalah petikan dari dialog para tokohnya, sementara kalimat tidak langsung
adalah bentuk penceritaan kembali dialog seorang tokoh. Bahkan tidak sedikit anekdot yang semuanya
berupa dialog yang menggunakan kalimat-kalimat langsung.
8. Kata Kiasan
Kata kiasan atau konotasi merupakan kata yang tidak mempunyai makna sebenarnya. Kata ini dapat
berupa ungkapan atau peribahasa.
-Contoh:
Keadaan ini selalu berulang sehingga Jamal menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.Tapi kita tahu
menyogok itu diharamkan.
9. Kalimat Sindiran
Kalimat sindiran yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan, dan lawan kata atau antonim.
-Contoh:
Barno kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil cincin itu sebagai ganti tanda
tangan Tuan?”
“Yah,” jawab Barno, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!”