Anda di halaman 1dari 7

HUKUM TENTANG ORANG

Hukum dihubungkan dengan hak dan kewajiban


Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan/kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan
bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

Hukum mengatur hubungan hukum, dimana hubungan hukum itu terdiri dari ikatan-ikatan antara
individu dan masyarakat dan antara individu itu sendiri.
Ikatan-ikatan itu tercermin pada hak dan kewajiban.
Dalam usahanya mengatur hukum menyesuaikan :
- Kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat sebaik-baiknya.
- Berusaha mencari keseimbangan antara memberi kebebasan kepada individu dan
melindungi masyarakat terhadap kebebasan individu.

Hukum mempunyai isi yang bersifat :


a) Umum, karena berlaku bagi setiap orang.
b) Normatif, karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh
dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan
kepatuhan pada kaidah-kaidah.

Dalam literatur hukum Belanda “hukum” disebut objektiefrecht, objektif karena sifatnya umum,
mengikat setiap hak dan kewajiban.
Hukum objektif (objetiefrecht) : ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban.
Ynag diatur oleh hukum objektif adalah hukum subjektif.
Dikatakan diatas hukum mengatur hubungan hukum.
Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu mempunyai 2 segi yang isinya di
satu pihak hak sedangkan dipihak lain kewajiban.
Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya tak ada kewajiban tanpa hak.
Hak itu memberi kenikmatan dan keleluasaan kepada individu dalam melaksanakannya,
sedangkan kewajiban merupakan pembatasan dan beban.
Hak dan kewajiban merupakan kewenangan yang diberikan kepada seseorang oleh hukum.
Kalau hak itu sifatnya umum karena berlaku untuk setiap orang, maka hak dan kewajiban itu
sifatnya individual melekat pada individu.

Hukum memerlukan terjadinya peristiwa, barulah hukum itu memberi hak atau membebani
kewajiban apabila peristiwa itu terjadi (1365 perb. melawan hukum).
Kepentingan adalah tuntutan perorangan/kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi.
Dalam setiap hak terdapat 4 unsur, yaitu :
- Subyek Hukum
- Obyek Hukum
- Hubungan hukum yang mengikat pihak lain dengan kewajiban
- Perlindungan
Contoh :
1 Hak Milik →
- Ada suyeknya yaitu pemilik
- Setiap orang terikat oleh kewajiban untuk menghormati hubungan antara pemilik dan
obyeknya yang dimilikinya.
2 Seseorang yang membeli suatu barang dari orang lain berhak atas barang yang telah
dibelinya dan penjual berkewajiban untuk menyerahkan barang yang dijualnya.

Pada hakekatnya hak merupakan hubungan antara sebyek hukum dengan obyek hukum atau
subyek hukum dengan subyek hukum lain yang dilindungi oleh hukum dan menimbulkan
kewajiban.
Hukum sebagai kumpulan peraturan bersifat abstrak dan tatanan yang diciptakan oleh hukum itu
baru menjadi kenyataan apabila subyek hukum diberi hak dan dibebani kewajiban, jadi hak dan
kewajiban itu timbul karena hukum.
Hukum hanya mempunyai arti yang pasif bila tidak diterapkan pada peristiwa konkrit.
Konterorisasi hukum menjadi hak dan kewajiban itu terjadi dengan perantaraan peristiwa hukum,
yaitu peristiwa yang mempunyai akibat hukum, jadi untuk adanya akibat hukum perlu terjadinya
peristiwa hukum.
Contoh :
Saya membeli buku, akibat yang dikaitkan oleh hukum adalah saya wajib membayar dan
berhak atas buku itu.
Peristiwa hukum pada hakekatnya adalah :
- Kejadian
- Keadaan
- Perbuatan orang
yang oleh hukum dihubungkan dengan akibat hukum.
Contoh :
Tidur → bukan peristiwa hukum, tetapi kalau dilakukan oleh ronda yang seharusnya keliling
kemudian terjadi pencurian itu merupakan peristiwa hukum.
Merokok → bukan peristiwa hukum.

Perbuatan hukum : Perbuatan subyek hukum yang ditujukan untuk menimbulkan akibat hukum
yang sengaja dikehendaki oleh subyek hukum.

Hak :
- Absolut
- Relatif
Hak absolut adalah hubungan hukum antara subyek hukum dengan obyek hukum yang
menimbulkan kewajiban pada setiap orang lain untuk menghormati hubungan hukum itu.
Hak absolut pada dasarnya dapat dilaksanakan terhadap siapa saja dan melibatkan setiap orang.
Jika ada hak absolut pada seseorang, maka ada kewajiban bagi setiap orang untuk menghormati
dan tidak mengganggunya.
Contoh hak absolut/mutlak :
1. – Hak-hak pribadi
misal : atas namanya baik hak atas hidup, hak atas kehormatan.
- Hak-hak kebendaan. Misal : hak milik, HGU, HGB.
- Hak-hak perdata yang bersumber pada hukum publik. misal kewarganegaraan.
Hak Absolut :
2. Hak yang bersifat kebendaan. misal : hak milik, HGU, HGB
3. Hak absolut yang tidak bersifat kebendaan. misal : HKI
4. Hak-hak yang bersumber pada hukum publik. misal : kewarganegaraan.

Hak relatif adalah hak yang berisi wewenang untuk menuntut hak yang hanya dimiliki seseorang
terhadap orang-orang tertentu.
Jadi, hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, seperti kreditur tertentu, debitur tertentu. Contoh :
harta kekayaan.
Hak relatif tidak berlaku bagi mereka yang tidak terlibat dalam perikatan tertentu, jadi hanya
berlaku bagi mereka yang mengadakan perjanjian.
Antara kedua pihak terjadi hubungan hukum yang menyebabkan pihak yang satu berhak atas
suatu prestasi dan yang lain wajib memenuhi prestasi.

Bagaimana cara memperoleh hak?


Cara memperoleh hak :
1. Menciptakan sendiri (originnair), yaitu :
memperoleh hak dimana hak tersebut sebelumnya tidak ada.
Contoh : membuka hutan, hak hipotik hak tagihan.
2. Mengambil alih dari orang lain / derivatiep, yaitu :
memperoleh hak dari orang lain, jadi hak itu telah ada sebelumnya, jadi harus ada
penyerahan (levering).
Contoh : hak atas tanah.

Azas nemo plus : azas bagi levering adalah bahwa si penerima hak itu tidak memperoleh lebih
besar daripada hak yang telah dipunyai oleh pemegang semula.
Memperoleh hak dengan titel umum adalah memperoleh seluruh harta kekayaan di dalam arti
hak dan kewajiban.
Contoh ; pembagian waris, pembubaran harta bersama, firma.
Memperoleh hak dengan titel khusus yaitu khusus hak tertentu yang diberikan.
Contoh : jika seseorang diberi hadiah mobil, maka orang itu hanya memperoleh hak atas
mobilnya saja tidak disertai hutang-hutang mengenai mobil itu.

SUBJEK HUKUM

Dalam hukum perkataan orang (persoon) berarti pembawa hak (subyek) di dalam hukum.
Subyek hukum : Pendukung hak dan kewajiban (mempunyai hak dan kewajiban).
Subyek hukum :
1. Manusia (natuurlijk persoon)
2. Badan Hukum ( rehts persoon)
Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak mulai dari saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat
ia meninggal, malahan jika perlu untuk kepentingannya dapat dihitung surut hingga mulai orang
itu berada di dalam kandungan, asal ia dilahirkan hidup → Pasal 2 BW.
Pasal 2 BW :
“ Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap telah dilahirkan bila
kepentingan anak menghendakinya.”
Contoh : dalam hukum waris
Meskipun menurut hukum sekarang ini tiap orang tidak terkecuali dapat memiliki hak-hak ,
tetapi dalam hukum tidak semua orang diperbolehkan bertindak sendiri dalam melaksanakan
hak-haknya.
Undang-undang telah menyatakan golongan orang yang tidak cakap melakukan perbuatan-
perbuatan hukum . Yaitu (Pasal 1330 BW) :
1) Orang-orang yang belum dewasa → diwakili orang tua/wali
2) Orang-orang yang berada dibawah pengampuan → curator
3) Wanita bersuami → dengan adanya surat edaran Mahkamah Agung no. 3/1963 (tgl
5/4/63) dan UU no.1/1994 wanita bersuami cakap melakukan perbuatan hukum.
(Pasal 108, 109 & 110 BW)
Alasan adanya onbekwaam : untuk melindungi subyek hukum sendiri / karena perbedaan antara
kecakapan (bekwaamheid) dan kewenangan (bevoegdheid):
 Seorang anak dibawah umur berhak memperoleh hibahan, tetapi untuk menandatangani
akta hibah di hadapan notaris ia tidak memenuhi syarat hukum (onbekwaam), sehingga
perlu diwakili oleh orang tuanya.
 Notaris yang berpraktek di Jabar tidak berwenang mereka dianggap oleh hukum tidak
dapat melakukan sendiri (onbevoegd) untuk membuat akta di Jawa Tengah.
BW : orang dikatakan dibawah umur bila belum mencapai usia 21 tahun.

BADAN HUKUM

Disamping manusia, juga ada subyek hukum lain yaitu badan hukum (rechtspersoon) yang jugan
memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti manusia, juga badan-badan
hukum ini mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantaraan
pengurusnya, dapat digugat dan dapat juga menggugat di muka Hakim.
Badan Hukum (rechts persoon) yaitu badan hukum yang mempunyai kecakapan (bekwaamheid)
dan kewenangan (bevoegdheid) untuk melakukan tindakan-tindakan hukum, disamping
orang/pribadi itu.
Berdasarkan Pasal 1653 BW kita mengambil 4 jenis Badan Hukum yang dapat dikategorikan
sebadai Badan Hukum yang boleh melakukan tindakan-tindakan hukum, yaitu :
1) Badan Hukum yang didirikan oleh Pemerintah
2) Badan Hukum yang diakui oleh Pemerintah
3) Badan Hukum yang diijinkan/terdaftar
4) Badan Hukum yang didirikan oleh partikelir
*Berdasarkan Stb 1870-64 harus mendapat pengakuan pemerintah.
Dari keempat macam Badan Hukum tadi, dikenal pula penggolongan, yaitu :
1) Badan Hukum yang termasuk ke dalam Hukum Publik
Contoh :
 Sekolah Negeri
 Perusahaan Negara
 Rumah Sakit Negara
 Kabupaten
2) Bdan Hukum keperdataan
Fokusnya tergantung di tujuan yang dikejar oleh badan hukum tersebut.
a) Suatu perserikatan yang mempunyai tujuan yang tidak materil dimana para
pengurusnya bertindak atas nama perserikatan tadi.
b) Badan Hukum yang mempunyai tujuan materil untuk mengejar keuntungan/laba.
Contoh : CV, Firma.
c) Badan Hukum yang bertujuan kepentingan materil para anggotanya.
Contoh : Koperasi.
d) Badan Hukum yang harta benda tersendiri yang terpisah dari harta benda
anggotanya dan lebih mengejar non materil.
Contoh : Yayasan.
Syarat mutlak untuk dapat diakui sebagai Badan Hukum adalah mendapat ijin dari Menteri
Kehakiman, yaitu berupa penegasan anggaran dasar.
Ad 1 :
Pasal 330 BW :
- Seseorang dikatakan belum dewasa bila belum mencapai umur genap 21 tahun dan belum
kawin.
- Bila telah kawintetapi belum 21 tahun, tetap dikatakan telah dewasa walaupun
perkawinan itu kemudian bubar.
- Orang yang beum dewasa berada dibawah kekuasaan orang tua, bila tidak berada
dibawah kekuasaan orang tua, maka mereka berada dibawah perwalian.
UUP : Pasal 47 : anak yang belum mencapai 18 tahun/belum kawin, ada dibawah kekuasaan
orang tua.
Perwalian adalah pengurusan dan pengawasan atas diri dan harta kekayaan anak yang belum
dewasa yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua.
Perwalian ada 3 macam :
1. Perwalian menurut Undang-undang (wettelijk voogdij)
Pasal 345 BW adalah perwalian yang dilakukan oleh suami/isteri yang hidup terlama.
2. Perwalian mmenurut wasiat (testamentair voogdij) adalah perwalian yang ditunjuk oleh
ibu/bapak si anak dengan surat wasiat / akta notaris.
3. Perwalian yang diangkat oleh hakim (dotieve voogdij) → dilakukan terhadap anak dibawah
umur yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua, juga tidak punya wali.
Perwalian dalam UUP : Pasal 50-54.
 Pasal 50 : Anak yang belum mencapai umur 18 tahun / belum kawin yang tidak berada di
bawah kekuasaan orang tua berada dibawah perwalian.
Usia dewasa di Indonesia secara hukum 18 tahun.

Ada suatu lembaga yang khusus untuk mendewasakan/mencakapkan anak dibawah umur, yaitu
Lembaga Handlichting (Pasal 419-432 BW), terbagi atas :
1. Handlichting sempurna :
 Anak dibawah umur memperoleh kedudukan/cakap dalam segala hal.
 Diberikan oleh Presiden melalui nasihat M.A
 Anak itu harus sudah berumur 20 tahun.
 Tidak dapat ditarik kembali.
 Jika melakukan perkawinan tetapi harus mendapat ijin orang tua.
2. Handlichting terbatas ;
- Anak dibawah umur dianggap cakap untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu
saja, tidak dalam segala hal.
- Dimintakan untuk anak yang sudah berumur 28 tahun.
- Dapat ditarik kembali.
- Diberikan oleh ketua PN.

Ad 2 : Orang yang berada dibawah pengampuan :


Contoh :
- Orang dungu
- Gila
- Mata gelap
- Boros
- Pemabuk
Orangnya disebut curandus.
Pengampunya disebut curator.
Kedudukan / status orang dibawah pengampuan sama dengan orang di bawah umur, jadi tidak
cakap melakukan perbuatan hukum.
Pengampuan berakhir bila hal-hal / sebab-sebab yang mengakibatkan pengampuan itu
hilang/sembuh

DOMISILI (Pasal 17-25 BW)

Domisili (tempat kediaman) adalah tempat kediaman secara hukum, arinya tempat seseorang
dimana ia dianggap selalu hadir dalam melaksanakan hak-haknya.
Menurut BW secara hukum ada 2 macam domisili, yaitu :
1. Tempat kediaman (domisili) yang sesungguhnya, yaitu :
Tempat yang bertalian dimana seseorang melakukan wewenang pdtnya/perbuatan
hukumnya di kediaman sehari-hari.
Contoh :
 Istri harus mempunyai tempat kediaman di tempat kediaman suami.
 Anak-anak yang belum dewasa mengikuti tempat tempat tinggal salah satu dari
kedua orang tua yang melakukan kekuasaan orang tua/wali.
 Orang yang dibawah pengampuan di tempat tinggal pengampu.
 Para pekerja buruh di rumah majikan mereka jika mereka ikut diam disitu.
 Rumah kematian (sterfnuis) orang yang telah meninggal adalah tempat tinggalnya
terakhir.
Pasal 32 (1) UU no. 1/74 : Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang
tetap.
Pasal 32 (2) UU no. 1/74 : Tempat kediaman tersebut ditetapkan bersama oleh suami
isteri.
2. Tempat kediaman (domisili) yang dipilih, yaitu :
Tempat kediaman yang ditunjuk oleh salah satu pihak di dalam melakukan perbuatan
hukumnya.
Contoh :
Para pihak dalam kontrak memilih domisili di kantor kepaniteraan suatu Pengadilan
Negeri.
CATAN SIPIL
( Pasal 4-12 BW)

Catatan sipil ini sangat penting, karena catatan sipil bertujuan untuk memberikan keterangan
yang pasti dan jelas tentang kejadian-kejadian penting yang menyangkut kehidupan manusia.
Dulu catatan sipil hanya ada di dalam hukum perdata yang berlaku bagi golongan Eropa, untuk
orang Indonesia asli dulu ada ketentuan bagi pegawai negeri dan keturunan pegewai negeri harus
dicatatkan di catatan sipil, juga kematian.
Jadi, dulu catatan sipil hanya diharuskan bagi mereka yang tunduk pada BW, sedangkan bagi
mereka yang tidak tunduk pada BW tidak diharuskan.
Dengan instruksi Presidium Kabinet no. 32/U/I In/12/66 dinyatakan bahwa sambil menunggu
catatan sipil yang sifatnya nasional, maka seluruh kantor catatan sipildi seluruh Indonesia
dinyatakan terbuka untuk seluruh penduduk Indonesia.
Pada perkembangan selanjutnya keluar peraturan tetapi bukan UU, yaitu Keppres RI no.12/1983
tentang Penataan & Peningkatan pembinaan penyelenggaraan Catatan Sipil.
Kewenangan catatan sipil diberikan pada Menteri Dalam Negeri.
Kewenangan catatan sipil, yaitu :
1. Menyelenggarakan pencatatan serta penerbitan kutipan akta kelahiran.
2. Menyelenggarakan pencatatan dan penerbitan kutipan akta kematian.
3. Menyelenggarakan pencatatan dan penerbitan kutipan akta perkawinan dan akta
perceraian bagi mereka yang tidak beragama Islam.
4. Menyelenggarakan pencatatan dan penerbitan kutipan akta pengakuan dan pengesahan
anak.
Semuanya (1,2,3,4) berlaku untuk semua WNI.

Anda mungkin juga menyukai