Anda di halaman 1dari 15

Penalaran Hukum

Kuliah kedua
CARA BERPIKIR
Berpikir Reflektif adalah kegiatan akal budi
dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan berusaha memecahkan masalah tersebut
secara terarah dan sistematik.
Berpikir Praktikal adalah cara berpikir untuk
mengubah keadaan.
Berpikir Teoritikal – adalah cara berpikir untuk
mengubah pengetahuan, memperoleh,
menambah atau memperbaiki pengetahuan.
Obyek Formal Logika
• Obyek formal logika adalah bentuk atau struktur berpikir untuk
menentukan tepat atau tidak tepatnya suatu alur pemikiran.
• Misalnya Metode Sylogisme :
Premis Mayor – Perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang beritikad
baik berlaku sebagai undang-undang ( Pasal 1320
KUHPerdata)
Premis Minor (Fakta hukum)
Tuan A dan B telah membuat perjanjian di bawah
tangan sewa menyewa atas sebuah bangunan yang
dibuat

Conclusi : Perjanjian yang dibuat oleh Tuan A dan B berlaku


sebagai Undang-undang
PENALARAN
• Penalaran adalah Bentuk atau stuktur berpikir
dalam bentuk kalimat yang tepat, jujur dan
jernih.
• ARGUMEN yang VALID adalah Penalaran yang
jujur dan jernih, obyektif.
(Straight thinking or correct argument)
JENIS ARGUMEN
Jenis argumen yang didasarkan pada hubungan antara
premis dan kesimpulan.
1. ARGUMEN DEDUKTIF
2. ARGUMEN INDUKTIF
Ad1. Argumen Deduktif adalah argumen yang di dalam
dirinya sudah tersirat kesimpulan, artinya kesimpulan
itu tersirat secara implisit. Karena ada hubungan
implikatif antara premis dan kesimpulan, maka
disebut HUBUNGAN IMPLIKATIF.
SIFAT PEMBUKTIAN – KONCLUSIF atau menyakinkan.
Contoh Argumen Deduktif
• Premis – Pasal 1320 Perjanjian yang dibuat dengan itikad baik
berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
• Fakta Hukum : Tuan A dan Tuan B tadi membuat Perjanjian Sewa
Menyewa atas sebuah Bangunan untuk waktu 5 tahun, dengan
ketentuan :
- Bangunan tersebut dipergunakan sebagai gudang ;
-Harga sewa Rp. 50 juta /tahun
-Pembayaran dilakukan setiap tahun
Ternyata Bangunan tersebut digunakan untuk kos-kosan
Pembayaran sewa terlambat
Bagaimana menyelesaiannya ?
Argumen Induktif
• Argumen Induktif – adalah argumen yang
kesimpulannya belum atau tidak tersirat dalam premis-
premisnya. Artinya premis-premisnya tidak
mengimplikasikan kesimpulannya.
• Premis-premisnya cukup kuat untuk menerima
kesimpulan .
• Hubungan antara premis-premis dan kesimpulan
disebut HUBUNGAN PROBABILITAS (Kemungkinan)
• Sifat atau Kekuatan Pembuktian disebut INKONLUSIF
( kurang atau tidak berkepastian)
Contoh Argumen Induktif
Pada hari Sabtu, saya melakukan penelitian
mengenai kesadaran hukum menggunakan HELM
pengguna jalan di lampu merah Jalan Soekarno-
Hatta dengan menyebarkan kuisioner kepada
pengguna jalan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan.
1. Identitas singkat :
2. Mengapa Bapak/Ibu/Sdr tidak menggunakan
helm ?
Untuk mengukur Kesadaran Hukum
• LAURA NELSEN mendefinisikan : Kesadaran Hukum
adalah bagaimana orang berpikir tentang hukum,
tentang norma-norma umum dari hukum, tantang
praktik setiap hari, tentang cara yang umum yang
digunakan dalam hubungannya dengan hukum dan
permasalahan hukum ( Legal conciusness – how
people abaout the law, its prevailing norms,
everyday practice and common ways of dealing with
the law or legal problems)
• (Ahmad Ali, Menguak Teori Hukum, 2009, 337-338)
3 Indikasi Kesadaran Hukum
The Common Sense Of Law)
1. Before the law (dihadapan hukum)
2. Againt the law ( melawan hukum) ; dan
3. With the Law ( menggunakan hukum)
Before the Law
Salah satu asas Negara Hukum adalah EQUALITY
BEFORE THE LAW – Kesamaan – kesetaraan di
hadapan Hukum, artinya hukum membedakan
subyek hukum dari status, golongan dan agama
dan identitas lainnya.
Hukum harus memandang manusia sebagai
subyek hukum sama.
Againt the Law
• Melawan Hukum – Bentuk perlawanan
terhadap hukum bisa bervariasi sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi.
• Perlawanan secara prosedural – melalui proses
beracara di Peradilan dalam semua tingkatan –
disebut proses LITIGASI
• Perlawan di luar pengadilan – disebut NON
LITIGASI- biasanya dengan PERDAMAIAN –
RESTORATIEVE JUSTICE
WITH the LAW
• Bersama hukum, artinya orang yang taat
hukum, menjalankan hukum – dengan
memenuhi hak dan kewajiban, baik sebagai
individu maupun sebagai warga negara.
• Sebagai individu apabila berjanji ditepati,
apabila berutang dibayar
• Sebagai warga negara, apabila dibebani
kewajiban ditaati, haknya diambil atau dituntut.
HASIL PENELITIAN INDUKTIF
• Dari hasil penelitian di Lampu Merah Jalan Soekarno-Hatta selama 1 jam dengan penyebarkan quisioner
kepada 100 responden, diperoleh jawaban dari responden, dengan pertanyaan “ Mengapa Bapak/Ibu/Sdr
tidak menggunakan helm dalam berkendaraan ?
• Jawabannya :
- 50 responden menjawab karena jarak perjalanan dekat ;
- 30 responden menjawab lupa
- 20 responden menjawab terburu-buru
Dari jawaban tersebut dengan menggunakan pendekatan normatif yuridis UU No. 22 Tahun 2099 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan pasal 291 ayat (1) dan (2) dan teori kesadaran hukum tersebut di atas, responden
masih belum memahami norma hukum kewajiban menggunakan helm dan akibatnya againt of Law (melawan
hukum).
Jawab jarak dekat, terburu-buru bukan alasan untuk bebas dari sanksi hukum, kecuali lupa memang menjadi
alasan hukum.
JAWABAN PROBALITITAS

Anda mungkin juga menyukai