Anda di halaman 1dari 9

KEDUDUKAN KARYAWAN SEBAGAI KREDITUR

PREFEREN AKIBAT PENETAPAN PENUNDAAN

KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG SUATU

PERUSAHAAN

Skripsi

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademik guna memperoleh gelar sarjana

strata satu (S-1) Ilmu Hukum

Disusun Oleh :

Nama : Siti Putri Juwita

NIM : 2018330050100

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JAYABAYA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) adalah salah satu upaya yang

diberikan pengadilan kepada debitur untuk mengatasi utang piutangnya dengan cara

mencapai perdamaian dengan para krediturnya yang meliputi pembayaran sebagian ataupun

seluruh utangnya. Upaya PKPU dilakukan melalui proses dan tahapan yang ditentukan oleh

aturan Undang-Undang dan ketentuan-ketentuan lain termasuk yang ditetapkan oleh

pengadilan. Pada Pasal 222 UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang disebutkan bahwa Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

diajukan oleh Debitor yang mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditor dengan maksud untuk

mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh

utang kepada kreditor.

Permohonan PKPU memiliki kekuatan untuk mencegah Kepailitan karena dapat

diajukan setiap saat sebelum adanya Pernyataan Pailit yang diputuskan oleh Pengadilan

(yaitu sebelum adanya permohonan Pernyataan Pailit diajukan, maupun setelah permohonan

Pernyataan Pailit diajukan namun belum ada putusan Pengadilan). Apabila permohonan

Pernyataan Pailit dan permohonan PKPU diperiksa pada saat yang bersamaan, permohonan

PKPU harus diputuskan terlebih dahulu jika diajukan pada sidang pertama pemeriksaan

permohonan Pernyataan Pailit.

Terdapat 2 (dua) periode PKPU, yaitu: PKPU Sementara (PKPU-S) yang

berlangsung paling lama 45 hari dan PKPU Tetap (PKPU-T) yang berlangsung paling lama
270 hari jika disetujui oleh Kreditor melalui pemungutan suara. Rencana Perdamaian dapat

diajukan oleh Debitor sejak permohonan PKPU diajukan kepada pengadilan sampai masa

PKPU berakhir. Rencana Perdamaian tersebut dapat berisikan restrukturisasi utang, baik

sebagian maupun seluruhnya. Jika dalam periode PKPU Rencana Perdamaian telah

mencapai persetujuan melalui pemungutan suara dalam rapat, Pengadilan wajib memberikan

putusan mengenai pengesahan perdamaian disertai alasan-alasannya pada sidang.

Dalam hal pengabulan PKPU Sementara (PKPU-S), pada dasarnya Hakim harus

mengabulkan permohonan PKPU tersebut selama syarat administratif dan bukti telah

lengkap diserahkan oleh pemohon. Bahwa terhadap putusan permohonan PKPU tidak dapat

diajukan upaya hukum apapun sehingga dapat dilihat efektivitas PKPU dalam mencegah

kepailitan bergantung pada adanya itikad baik dan rasa kooperatif baik dari pihak Debitor

dan Kreditor agar Rencana Perdamaian dapat dinegosiasikan, ditetapkan, dan dilaksanakan

dengan baik sampai pemenuhan seluruh utang dicapai.

Dalam PKPU, Kreditor memiliki kekuasaan yang besar dalam menentukan apakah

Debitor harus dinyatakan pailit oleh Pengadilan,Contohnya, apabila Kreditor belum

menyetujui/menolak Rencana Perdamaian yang diajukan pada periode PKPU-S, Debitor

terancam akan dinyatakan pailit kecuali jika PKPU-T dikabulkan Pengadilan. Akan tetapi,

jika PKPU-T tidak dapat ditetapkan oleh Pengadilan karena kurangnya persetujuan dari

Kreditor, Debitor tetap akan dinyatakan pailit. Kalaupun PKPU-T disetujui, namun sampai

masa berakhirnya PKPU-T belum juga tercapai persetujuan terhadap Rencana Perdamaian

dari Kreditor (atau bahkan ditolak oleh Kreditor), Debitor akan dinyatakan pailit. Pernyataan

pailit terhadap Debitor oleh Pengadilan juga dilakukan sangat cepat, yaitu hanya dalam 1

hari.
Seperti yang diketahui akibat pandemi covid-19 sangat mempengaruhi

perekonomian segala sektor yang menyebabkan banyak perusahaan yang tidak dapat

menjalankan transaksi perusahaan secara normal dan akibat krisis ini juga berdampak pada

karyawan-karyawan sehingga mereka tidak memperoleh haknya untuk mendapatkan gaji

seperti biasanya. Keadaan tersebut membawa para karyawan untuk menempuh PKPU agar

mendapatkan kepastian dari hak mereka yang belum di peroleh dari perusahaan akibat pihak

perusahaan juga tidak memberikan solusi atau jalan keluar dari keadaan tersebut.

Berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul

“KEPASTIAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN PT. KARYA UTAMA SEHAT

SEJAHTERA SEBAGAI KREDITUR PREFEREN DALAM PENUNDAAN

KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) (STUDI KASUS PUTUSAN Nomor

4/Pdt.Sus-PKPU/2022/Pn Niaga Mdn).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam

skripsi ini adalah :

1. Bagaimanakah akibat hukum yang timbul antara debitur dan kreditur dalam

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)?

2. Bagaimanakah kepastian hukum pada kreditur preferen terhadap utang yang

ditagihkan kepada debitur?


C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah :

1. Memahami akibat hukum yang timbul antara debitur dan kreditur dalam Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

2. Memahami kepastian hukum yang didapatkan kreditur preferen terhadap utang yang

ditagihkan kepada debitur.

D. Kerangka Konseptual

Dalam poin ini penulis ingin memberi batasan mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan penulisan skripsi ini. Dengan penjabaran pada kerangkaKonseptual, penulis

ingin pembaca dapat memahami pandangan dari penulis dalam uraian-uraian dan

kemudian selanjutnya untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran antara penulis

dan pembaca. Berikut adalah istilah-istilah yang berkaitan dengan penulisan skripsi

ini, yaitu sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum merupakan suatu perlindungan kepada subyek hukum yang

bentuk perangkat hukum. Dapat bersifat preventif maupun bersifat represif, ada

yang tertulis maupun tidak tertulis. Konsep hukum itu sendiri diharapkan dapat

memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

2. Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah

uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara

langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul

karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan
bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya

dari harta kekayaan Debitor.

3. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) adalah masa musyawarah antara

Debitor dan Kreditor yang disupervisi oleh Pengadilan untuk memungkinkan

Debitor memperbaiki posisi keuangannya dan mengajukan rencana perdamaian

yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada

Kreditornya.

4. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena per-janjian atau Undang-

Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.

5. Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-

undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan secara kualitatif hukum dimana

salah satu tahap yang penting dalam sebuah penelitian ilmiah yaitu metodologinya

yang sesuai sebagai acuan dalam menangkap dan mengembangkan hubungan antar

teori yang menerangkan suatu fenomena sosial tertentu dengan gambaran realitas

yang nyata. Jenis penelitian sosiologis - yuridis pada paradigma critical yaitu sebuah

penelitian yang menggunakan kerangka pemikiran mengkritik kebijakan yang sudah

ada juga sekaligus memberi solusi dengan penelitian yang ada.


2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, yaitu pendekatan Undang-

Undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis

(historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach, dan

pendekatan conceptual (conceptual approach). Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode pendekatan perundang - undangan (statue approach), dan

pendekatan kasus (case approach). Undang - undang yang digunakan yaitu Undang-

Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang. Kemudian untuk pendekatan kasus, peneliti menganalisis

Putusan Pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap. Dalam hal ini penulis

menganalisis Putusan Pengadilan Nomor 4/Pdt.Sus-PKPU/2022/Pn Niaga Mdn.

3. Data yang digunakan

Berdasarkan jenis penelitian ini, maka dapat diketahui data yang dikumpulkan yaitu

data sekunder, antara lain:

a. Bahan hukum premier, adalah bahan hukum yang terdiri atas peraturan

perundang-undangan yang diurut berdasarkan hirarki Undang - Undang Dasar

Negara Republik indonesia Tahun 1945. Dalam hal ini peraturan perundang-

undangan yang berhubungan dengan Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang, serta Putusan Pengadilan yang digunakan untuk dijadikan

bahan penelitian.

b. Bahan hukum sekunder, didapatkan dengan melakukan penelitian kepustakaan

(library research) berbentuk literatur yang terdiri dari dokumen-dokumen resmi,


buku-buku, dan hasil penelitian yang mempunyai hubungan erat terhadap

permasalahan yang berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang relevan dan dapat digunakan untuk

melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan, bahan yang dimaksud dapat

berupa majalah, kamus dan beberapa bahan lain di luar bidang hukum.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini yang digunakan yaitu metode analisis kualitatif. Penulis

menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumen dengan mengumpulkan

dan mencari data yang berhubungan dengan Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang. Data yang didapatkan melalui studi kepustakaan dan

kasus/peristiwa hukum yang terjadi dijadikan objek penelitian. Kemudian dari

penelitian dan analisis yang dilakukan dapat dibuat kesimpulan atas jawaban

permasalahan yang ada.

5. Metode Analisis Data

Penulis menganalisis data dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu

menarik kesimpulan dengan cara mengumpulkan data, yang kemudian dikaitkan

dengan teori dan konsep, serta dapat menjawab permasalahan yang dijabarkan

dalam perumusan masalah dalam tulisan ini.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :


BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENUNDAAN KEWAJIBAN

PEMBAYARAN UTANG

Berisikan teori - teori yang didapatkan dari hasil studi literatur sebagai

acuan dasar penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisikan jenis penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, objek

penelitian juga kerangka pemikiran yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah penelitian secara sistematis.

BAB IV KEPASTIAN HUKUM BAGI KREDITUR SEBAGAI PEMOHON

DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

Berisikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai hasil dari

penelitian.

BAB V PENUTUP

Berisikan kesimpulan penulis dari penelitian dan saran penulis dalam

mengembangkan sistem dalam penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai