Anda di halaman 1dari 4

Nama: Peri Gunawan Silaban

Tugas: Hukum Peradilan Internasional


No.Pokok: 2016330050116
Fakultas : Hukum Peradilan Internasional
Angkatan: 2016

1. Apa itu sistem Hukum Internasional


2. Apa saja asas-asas hukum Hukum Internasional
3. Apa saja subjek Hukum Internasional
4. Sebutkan sumber-sumber formal Hukum Internasional
5. Apa itu peradilan Internasional dan jelaskan peradilan sengketa Internasional
6. Bagaimana cara penyelesaian sengketa Internasional melalui Mahkamah Internasional
7. Sebutkan 3 contoh kasus pidana Internasional
8. Jelaskan keputusan Mahkamah Internasional atas putusan sengketa Pulau Sipadan dan
Ligitan

Jawaban:
1. Sistem Hukum Internasional adalah adalah kesatuan dari keseluruhan kaidah dan asas yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara antara A.)Negarara
dengan negara, dan B.)Negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum
bukan negara satu sama lain
2. Asas-asas Hukum Internasional adalah prinsip-prinsip pokok yang terkandung dalam Hukum
Internasional. Berlakunya Hukum Internasional memperhatikan asas-asas sebagai berikut:
A).Asas Teritorial
Asas Teritorial bersifat nasional, yaitu didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya.
Negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya.
B).Asas Kebangsaan
Asas ini merupakan asas kekuasaan negara terhadap warga negaranya. Setiap warga negara, di
mana saja berada, tetap mendapat perlakuan hukum dari negaranya. Jadi, asas kebangsaan
bersifat extraterritorial.
C).Asas Kepentingan umum
Asas ini merupakan asas yang didasarkan pada kewenangan negara untuk melindungi dan
mengatur kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat
3. Subjek hukum Internasional adalah badan atau pribadi yang dapat menjadi pihak dalam
Hukum Internasional yaitu
A). Negara yang merdeka dan berdaulat,
B). Gabungan atau perserikatan negara-negara,
C). Organisasi internasional seperti PBB yang bertindak dengan perantaraan Sidang Umum,
Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial , dan Mahkamah Internasional,
D). Tahta suci, yaitu Gereja Katholik Rhoma yang diwakili Paus, dan
E). Manusia sebagai pribadi.

4. Sumber-sumber formal hukum internasional adalah sumber-sumber yang dipergunakan oleh


Mahkamah Internasional dalam memutuskan masalah-masalah hubungan internasional yang
tercantum dalam Piagam Mahkamah Internasional Pasal 38  dalam 4 butir berikut
-. Perjanjian-perjanjian Internasional
-. Kebiasaan-kebiasaan Internasional
-. Asas-asas atau prinsip-prinsip hukum umum yang telah diterima sebagai hukum
-. Keputusan Pengadilan dan ajaran-ajaran para ahli hukum yang paling terkemuka dari
berbagai negara sebagai sumber tambahan dalam menetapkan kaidah-kaidah hukum.
Sumber hukum sebagaimana tertulis dalam butir 1,2, dan 3 tersebut di atas merupakan sumber
hukum utama atau primer dalam Hukum Internasional. Sedangkan, butir ke-4 adalah sumber
hukum tambahan atau subsider

5. Peradilan Internasional merupakan proses penyelesaian hukum pertikaian internasional


secara adil menurut hukum yaitu melalui kesepakatan maupun perjanjian tertentu Sedangkan
Peradilan Sengketa Internasional dapat dilakukan melalui arbitrase internasional dan
pengadilan internasional
-. Arbitrase Internasional
Adalah penyelesaian konflik internasional dengan cara penunjukan arbitrator/wasit oleh pihak-
pihak yang bersengketa tanpa harus memperhatikan ketentuan hukum secara ketat.
-. Pengadilan Internasional
Merupakan proses penyelesaian hukum atas sengketa atau konflik internasional secara formal/
acara peradilan

6. Cara penyelesaian sengketa internasional secara umum mengikuti jenis perselisihan itu
sendiri. Perselisihan Internasional dapat dibagi atas 2 macam , yaitu perselisihan hukum dan
perselisihan politik, Penyelesaian sengketa atau konflik internasional dalam Hukum
Internasional ada enam macam sebagai berikut:
1) Perundingan
2) Pengadilan
3) Arbitrase
4) Jasa-jasa baik
5) Perantaraan
6) Rukun

Adapun peranan dan cara Mahkamah Internasional dalam penyelesaian sengketa internasional
tercakup dalam wewenang mahkamah. Ada tiga wewenang mahkamah yaitu:
1) Wewenang Ratione Personae
2) Wewenang Ratione Materiae
3) Wewenang Wajib / Compulsory Jurisdiction

7. Contoh kasus Pidana Internasional


-. Holocaust Nazi Jerman Peristiwa ini terjadi pada Perang Dunia II atau sekitar tahun 1939
hingga 1945. Peristiwa pembantaian oleh Nazi kepada bangsa Yahudi tersebut dilakukan secara
sistematis atas arahan dari Ketua Partai Nazi, yakni Adolf Hitler. Israel dan para sekutu
menyebut korban dari genosida ini menewaskan hingga 6 juta orang
-. Genosida Khmer merah Kamboja
Saat kelompok Khmer Merah mengambil alih pemerintahan Kamboja pada tahun 1975, mereka
mengadakan kampanye “pendidikan ulang” yang menargetkan para pembangkang politik.
Golongan tersebut meliputi dokter, guru, dan siswa yang dicurigai mengenyam pendidikan.
Orang-orang tersebut kemudian disiksa di penjara Tuol Sleng yang dikenal dengan
kekejamannya. Selama 4 tahun kelompok tersebut berkuasa, 1,7-2 juta warga Kamboja tewas
di “Killing Fields” atau ladang pembantaian Khmer Merah
-. Perang Saudara Sudan
Pemerintah Sudan melakukan genosida terhadap warga sipili Darfuri sebanyak 300 ribu orang.
dan mengakibatkan sekitar 2 juta penduduk mengungsi lebih dari satu dekade yang lalu. Selain
krisis tersebut, pasukan yang dikomandoi oleh Presiden Sudan, Omar al-Bashir pun melakukan
serangan terhadap warga sipil di daerah Abyei yang menjadi sengketa

8. Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ, kemudian pada hari
Selasa 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan
Pulau Sipadan-Ligitan antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu,
Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada
Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim tetap dari MI, sementara satu hakim
merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh Indonesia. Kemenangan Malaysia, oleh
karena berdasarkan pertimbangan effectivity (tanpa memutuskan pada pertanyaan dari
perairan teritorial dan batas-batas maritim), yaitu pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah
melakukan tindakan administratif secara nyata berupa penerbitan ordonansi perlindungan
satwa burung, pungutan pajak terhadap pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan
operasi Mercu Suar sejak 1960-an. Sementara itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia
tidak menjadi pertimbangan, serta penolakan berdasarkan chain of title (rangkaian kepemilikan
dari Sultan Sulu akan tetapi gagal dalam menentukan batas di perbatasan laut antara Malaysia
dan Indonesia di selat Makassar

Anda mungkin juga menyukai