Anda di halaman 1dari 5

NAMA : MUHAMMAD HAFIZ

NIM : 220501110081
KELAS : E

1. a. Turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur ini dijelaskan dalam salah satu firman-Nya
yang berbunyi.

‫َو ُقْر ٰا ًنا اَفَر ْقٰن ُه ِلَتْقَر َاٗه َع َلى الَّناِس َع ٰل ى ُم ْك ٍث َّو َنَّز ْلٰن ُه َتْنِزْيًل‬

Artinya: "Al-Qur'an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad)


membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya
secara bertahap." (QS Al Isra: 106)

b. Hikmah dari turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur adalah:


- Menguatkan Hati Nabi Muhammad SAW dalam Menyampaikan Dakwah
- Menantang Orang-orang Kafir yang Mendustakan Al-Qur’an
- Menyesuaikan dengan Peristiwa-peristiwa dalam Penetapan Hukum
- Memperkuat Bukti dan Keyakinan Bahwa Al-Qur’an Adalah Benar Dari Allah SWT
- Mempermudah dalam Menghafal Serta Memahami Al-Qur’an

2. Bagaimana pengumpulan al-Quran pada masa Nabi saw.?


a. Zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada jenjang ini penyandaran pada
hafalan lebih banyak daripada penyandaran pada tulisan karena hafalan para Sahabat
Radhiyallahu ‘anhum sangat kuat dan cepat di samping sedikitnya orang yang bisa baca tulis dan
sarananya. Oleh karena itu siapa saja dari kalangan mereka yang mendengar satu ayat, dia akan
langsung menghafalnya atau menuliskannya dengan sarana seadanya di pelepah kurma,
potongan kulit, permukaan batu cadas atau tulang belikat unta. Jumlah para penghapal Al-
Qur’an sangat banyak.

b. Pada zaman khalifah Abu Bakar, pengumpulan al-quran dilakukan karena banyaknya huffazd yang
gugur di medan perang sehingga dikhawatirkan akan terjadi terus menerus hingga berdampak pada
punahnya huffadz dan al-quran. Pengumpulan al-quran dilakukan dengan cara mengumpulkan
tulisan/catatan- catatan al-quran para sahabat untuk dijadikan satu hingga menjadi mushaf. Sedang pada
zaman khalifah Utsman bin Affan, pengumpulan al-quran dilakukan dengan menyalin (copying) dari
mushaf Abu Bakar pada satu mushaf dengan satu dialek (jenis bacaaa, yaitu Quraisy). Hal ini dilakukan
karena banyaknya dialek yang ada menimbulkan konflik dan pertikaian.

c. Agar tidak terjadi ragam qiraat yang menyebabkan perselisihan dan tidak ingin ada perbedaan dalam
membaca serta huruf di Alquran, maka utsman berpesan apabila ditemukan perbedaan pendapat tentang
ragam dialek, maka sebaiknya ditulis dalam dialek Quraisy karena Al Quran diturunkan dalam bahasa
mereka
3. a. Jelaskan metode dan corak tafsir al-Quran!

- Tafsir Tahlili
Kata tahlili berasal dari bahasa Arab halalla-yuhalillu-tahlilan yang berarti mengurai atau
menganalisa. Dengan metode ini, seorang mufasir akan mengungkap makna setiap kata dan
susunan kata secara rinci dalam setiap ayat yang dilaluinya dalam rangka memahami ayat
tersebut dalam secara koheren dengan rangkaian ayat di sekitarnya tanpa beralih pada ayat-ayat
lain yang berkaitan dengannya kecuali sebatas untuk memberikan pemahaman yang lebih baik
terhadap ayat tersebut .

- Tafsir Ijmali
Mufasir menyebutkan rangkaian ayat al-Qur’an yang panjang, atau sekelompok ayat al-Qur’an
yang pendek, kemudian menyebutkan maknanya secara umum tanpa panjang lebar maupun
terlalu singkat.

- Tafsir Muqarin
Tafsir Muqarin adalah upaya yang dilakukan oleh mufasir dalam memahami satu ayat atau lebih
kemudian membandingkan dengan ayat lain yang memiliki kedekatan atau kemiripan tema tapi
redaksinya berbeda, atau memiliki kemiripan redaksi tapi maknanya berbeda, atau
membandingkannya dengan teks hadis Nabi, perkataan sahabat, dan tabi’in.

- Tafsir Mawdhu’i
Salah satu model penelitian al-Qur’an adalah model penelitian tematik, bahkan kajian tematik ini
menjadi tren dalam perkembangan tafsir era modern-kontemporer. Sebagai konsekuensinya,
seorang peneliti akan mengambil tema (mawdhu’) tertentu dalam al-Qur’an. Hal ini berangkat
dari asumsi bahwa dalam al-Qur’an terdapat berbagai tema atau topik, baik terkait persoalan
teologi, gender, fiqih, etika, sosial, pendidikan, politik, filsafat, seni, budaya dan lain sebagainya.
Namun, tema-tema ini tersebar di berbagai ayat dan surat.

Adapun corak-corak tafsir yang berkembang dan populer hingga masa modern ini adalah sebagai
berikut:

- Corak Lughawi
Corak lughawi adalah penafsiran yang dilakukan dengan kecenderungan atau pendekatan melalui
analisa kebahasaan. Tafsir model seperti ini biasanya banyak diwarnai dengan kupasan kata per
kata (tahlil al-lafz), mulai dari asal dan bentuk kosa kata (mufradat), sampai pada kajian terkait
gramatika (ilmu alat), seperti tinjauan aspek nah}wu, s}arf, kemudian dilanjutkan dengan qira’at

- Corak Filsafat
Di antara pemicu munculnya keragaman penafsiran adalah perkembangan kebudayaan dan
pengetahuan umat Islam. Bersamaan dengan itu pada masa Khila>fah ‘Abba>siyah banyak
digalakkan penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa arab. Di antara buku-buku yang
diterjemahkan tersebut adalah buku-buku filsafat, yang pada gilirannya dikonsumsi oleh umat
Islam.
- Corak Ilmiah
Corak ini muncul akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu muncul
usaha-usaha penafsiran al-Qur’an yang sejalan dengan perkembangan ilmu yang terjadi.

- Corak Fikih
Sebagaimana corak-corak lain yang mengalami perkembangan dan kemajuan dengan berbagai
macam kritik dan pro kontranya, corak fiqhi merupakan corak yang berkembang. Tafsir fiqhi
lebih popular disebut tafsir ayat al-Ahkam atau tafsir ahkam karena lebih berorientasi pada ayat-
ayat hukum dalam al-Qur’an.

- Corak Tasawuf
Menurut Quraish Shihab, corak ini muncul akibat munculnya gerakan- gerakan sufi sebagai
reaksi dari kecenderungan berbagai pihak terhadap materi, atau sebagai kompensasi terhadap
kelemahan yang dirasakan

- Corak al-Adabi wa al-Ijtima’i

al-Adabi wa al-Ijtima’i terdiri dari dua kata, yaitu al-Adabi dan al-Ijtima’i. Corak tafsir yang
memadukan filologi dan sastra (tafsir adabi), dan corak tafsir kemasyarakatan. Corak tafsir
kemasyarakatan ini sering dinamakan juga ijtima>’i. Kata al-Adabi dilihat dari bentuknya
termasuk mas}dar (infinitif) dari kata kerja (mad}i) aduba, yang berarti sopan santun, tata krama
dan sastra.
4. Jelaskan pembagian hadis jika ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya dengan
menggambarkan mind mapnya

arkan dalam diagram mindmap!

5. a. Jelaskan alasan penting dilakukan tafsir al-Qur’an?

Sebagai ilmu, tafsir merupakan perangkat pengetahuan untuk mengungkap kandungan makna al-
Qur'an, baik petunjuk-petunjuk, hukum-hukum maupun hikmah di dalamnya. Sementara sebagai
produk, tafsir berupa penjelasan petunjuk-petunjuk, hukum- hukum maupun hikmah yang
dikandung al-Qur'an.

b. Apa saja ketentuan untuk melakukan tafsir al-Qur’an?

- Menafsirkan Al-Qur’an boleh dilakukan secara individu dengan syarat; beragama Islam, hafal
Al-Qur’an, ahli hadits, ahli bahasa (balagoh), ahli sejarah serta keilmuan pendukung lainnya.

- Menafsirkan Al-Qur’an boleh dilakukan secara berkelompok (berdasarkan ijma’) seperti


lembaga fatwa atau organisasi keagamaan dengan cara mendatangkan para pakar (ahli), seperti
ahli al-Qur’an, ahli hadits, ahli bahasa (balagoh), ahli sejarah serta keilmuan pendukung lainnya.

Anda mungkin juga menyukai