Anda di halaman 1dari 44

EFEKTIVITAS PENYELIDIKAN OLEH SATINTELKAM

POLRES KEDIRI GUNA MENCEGAH TERJADINYA TINDAK


PIDANA CURANMOR

RENCANA PENELITIAN

OLEH :
RACHMAD GIRI RAHARJA
BRIGADIR TARUNA
20.033

AKADEMI KEPOLISIAN
SEMARANG
2023
EFEKTIVITAS PENYELIDIKAN OLEH SATINTELKAM
POLRES KEDIRI GUNA MENCEGAH TERJADINYA TINDAK
PIDANA CURANMOR

RENCANA PENELITIAN

OLEH :
RACHMAD GIRI RAHARJA
BRIGADIR TARUNA
20.033

AKADEMI KEPOLISIAN
SEMARANG
2023

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN......................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................4
1.2 Identifikasi Masalah.........................................................10
1.3 Perumusan Masalah .......................................................10
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................11
1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................11
1.5.1 Manfaat Teoritis............................................................12
1.5.2 Manfaat Praktis.............................................................12
1.6 Sistematika......................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................14
2.1 Kepustakaan Penelitian ..................................................14
2.2 Kepustakaan Konseptual ................................................18
2.2.1 Teori.......................................................................19
2.2.1.1 Teori SWOT................................................19
2.2.1.2 Teori Manajemen........................................20
2.2.1.3 Teori Pencegahan Kejahatan......................22
2.2.2.1.3.1 Indikator Pencegahan Kejahatan
Situasional...............................23
2.2.2 Konsep...................................................................25
2.2.2.1 Konsep Efektivitas ......................................25
2.2.2.2 Konsep Penyelidikan...................................26
2.2.2.3 Konsep Pencurian Kendaraan Bermotor.............27
2.3 Kerangka Berpikir.............................................................28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................29
3.1 Pedekatan dan Jenis Penelitian.......................................29
3.1.1 Pendekatan Penelitian ...........................................29
3.1.2 Jenis Penelitian.......................................................30
3.2 Fokus Penelitian .............................................................31
3.3 Lokasi Penelitian..............................................................32

iii
3.4 Sumber Data....................................................................32
3.4.1 Sumber Data Primer ..............................................33
3.4.2 Sumber Data Sekunder..........................................33
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..............................................34
3.5.1 Observasi................................................................34
3.5.2 Wawancara ............................................................35
3.5.3 Telaah Dokumen ...................................................36
3.6 Validitas dan Realibilitas Data.........................................37
3.7 Teknik Analisis Data .......................................................38
3.7.1 Reduksi Data..........................................................39
3.7.2 Sajian Data.............................................................39
3.7.3 Penarikan Kesimpulan ...........................................40
3.8 Jadwal Penelitian ............................................................40
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................41

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Negara Indonesia merupakan negara hukum, seperti yang tercantum
dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Secara
umum, pengertian negara hukum adalah negara yang melaksanakan
seluruh aspek dalam kekuasaan pemerintahannya sesuai dengan asas
hukum berupa konstitusi yang berlaku. Hal ini berarti bahwa kekuasaan
negara dijalankan dengan dasar hukum yang adil. Setiap tindakan yang
dilakukan negara bertujuan untuk menegakkan kepastian hukum.Hukum
disini memiliki arti penting bagi masyarakat Indonesia sebagai pedoman
dalam bertingkah laku dan hubunganya dengan masyarakat lain dalam
kehidupan sosial. Hukum menjadi dasar utama dalam menggerakkan
sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hukum juga
menjadi sarana kontrol sosial. Hal ini berarti bahwa hukum tidak hanya
mempertahankan apa yang ada di dalam masyarakat tersebut tetapi juga
hukum juga dapat mengadakan perubahan perubahan di masyarakat.
Sehingga masyarakat masih berada dalam pola pola tingkah lagu yang
diterima secara universal. Meskipun hukum telah mengatur seluruh pola
tingkah laku masyarakatnya di dalam peraturan perundang undangan,
akan tetapi tindak kejahatan masih ada di tengah masyarakat, salah
satunya tindak kejahatan adalah pencurian.

Pencurian secara sosiologis merupakan perilaku menyimpang dalam


situasi anomi berupa bentuk adaptasi yang melibatkan penggunaan cara-
cara yang tidak sah yang secara normatif adalah suatu pelanggaran dari
suatu norma sosial (Suyanto, 2010: 112). Secara hukum pencurian
menurut pasal 362 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) yang
berbunyi:

4
“Barang siapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki
secara melawan hukum, diancam, dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun, atau pidana denda paling banyak 900.000.00,-”
(Umbara, 2008: 325).

Salah satu pencurian yang menggangu keamanan dan ketertiban


masyarakat yaitu pencurian kendaraan bermotor. Pencurian kendaraan
bermotor atau yang sering disebut dengan curanmor yang marak terjadi di
setiap daerah, tidak hanya di daerah perkotaan saja, bahkan di desa
terpencil sekalipun. Begitu juga di wilayah hukum polres Kediri.
Kendaraan bermotor cukup sering menjadi target dalam kasus tindak
pidana pencurian. Tindak pidana curanmor di wilayah polres Kediri
termasuk cukup sering terjadi dalam beberapa waktu terakhir dengan
penyelesaian kasus yang tergolong rendah.

Dari (databoks.katadata.co.id) Sarana transportasi berupa kendaraan


bermotor sudah merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat, bahkan
dapat dikatakan bahwa hampir seluruh rumah tangga di Indonesia
khususnya di perkotaan memiliki satu unit atau lebih kendaraan bermotor
sebagai alat transportasi perorangan maupun keluarga. Kepolisian
Republik Indonesia (Polri) mencatat jumlah kendaraan bermotor di
Indonesia mencapai 152,51 juta unit hingga 31 Desember 2022. Dari
jumlah tersebut sebanyak 24,27 juta unit atau 15,91% kendaraan terletak
di Jawa Timur. Jumlah data kendaraan Polda Jawa Timur
(rc.korlantas.polri.go.id) per tanggal 18 September 2023 tercatat sebanyak
24,930 juta unit. Data ini membuktikan terjadinya peningkatan jumlah
kendaraan bermotor di Provinsi Jawa Timur. Jawa Timur menepati urutan
pertama dengan total kendaraan bermotor paling banyak di Indonesia.

Dilansir dari situs republika.co.id, tren tindak pidana atau aksi


kejahatan berupa pencurian kendaraan bermotor tergolong masih tetap
tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pola-pola kejahatan pencurian

5
kendaraan bermotor telah berkembang menyesuaikan dengan situasi,
misalnya dengan sarana pencurian yang digunakan. Jika sebelumnya
pelaku curanmor menggunakan kunci leter ‘T’ untuk menjebol kunci
pengaman, sekarang pelaku juga menggunakan kunci magnet. Selain itu,
pola waktu dalam melakukan curanmor tidak melulu pada malam hari atau
saat waktu istirahat, namun saat pemilik kendaraan bermotor lengah maka
pelaku akan melaksanakan aksi curanmor walaupun dalam waktu yang
sangat singkat.

Dilansir dari detikjatim.com telah terjadi aksi kejahatan pencurian


kendaraan bermotor pada tanggal 30 Juli 2023 di Desa Purwokerto,
Kecamatan Ngaduluwih Kabpuaten Kediri . Pelaku yang sebelumnya
sudah pernah ditangkap dan dipenjara dengan kasus yang sama
(residivis) yaitu tindak pidana curanmor telah diamankan oleh anggota
Polsek Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Tindakan pelaku kejahatan tersebut
terhenti karena terekam oleh CCTV yang ada yang ada di sekitar lokasi.
Dari rekaman CCTV itu diketahui bahwa sebelum mencuri motor pelaku
terlihat menitipkan motornya sendiri di tempat penitipan yang tidak jauh
dari TKP. Pelaku mengaku kepada polisi bahwa motor yang ia curi
selanjutnya dijual dengan cara memasarkannya di media sosial. Pelaku
dijerat dengan pasal 362 KUHP dengan pindana penjara paling lama 5
tahun atau pidana denda paling banyak 900.000,-.

Pengungkapan kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di


wilayah Polres Kediri belum optimal. Itu bila dibandingkan dengan perkara
pencurian yang lain selama triwulan pertama tahun ini. Dari total 31
kejadian yang terungkap hanya 12 kasus (radarkediri.jawapos.com). Tidak
sampai setengah atau 50 persen kasus curanmor yang dapat dituntaskan,
hanya 38,71 persen yang baru terungkap. Kanitpidum Satreskrim Polres
Kediri Ipda Dandy Fitra Ramadhan mengakui pengungkapan kasus
curanmor tidak mudah. Terlebih jika tidak ada saksi dan tidak disertai
dengan barang bukti rekaman CCTV. Himbauan kepada masyrakat untuk

6
selalu waspada terutama demi mengamankan kendaraannya sendiri
dengan menggunakan kunci ganda dan memarkir motor di tempat yang
mudah atau terpantau CCTV ujar Dandy.

Catatan kasus pencurian kendaraan bermotor di Kabupaten Kediri per


tahunnya mengalami fluktuasi data. Hal ini terindikasi karena
meningkatnya kepemilikan sepeda motor dan minimnya kewaspadaan
dari masyarakat. Berdasarkan data yang bersumber dari laporan satuan
Polres Kediri, tindak pidana pencurian kendaraan bermotor menjadi tindak
kriminal yang cukup sering terjadi. Polres Kediri juga tercatat belum
optimal dalam menangani kasus tindak pindan curanmor karena menurut
data yang diperoleh dari satuan Polres kediri, penyelesaian kasus ini
tergolong rendah.

Tabel 1.1

Data CT/CC Tindak Pidana Curanmor Satreskrim Polres Kediri dan


Jajarannya Periode 2020-2023

CC
JENIS CT
NO (Crime %
KEJAHATAN (Crime Total)
Clearance

2020 Curanmor 38 15 39,5%


2021 Curanmor 62 25 40%
2022 Curanmor 60 19 31%
2023
Curanmor 50 20 40%
(Januari-Juli)

Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa tindak kriminal


pencurian kendaraan bermotor menjadi kasus yang mengalami kenaikan
tertinggi dilihat dari persentase kasus tersebut. Hal ini berdampak kepada
munculnya potensi gangguan lain yang diakibatkan oleh kasus ini, seperti
adanya tindakan kekerasan yang dialami korban maupun pelaku apabila

7
tertangkap dan dihakimi oleh masyarakat. Sehingga dengan dampak
tersebut tentu akan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.

Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat merupakan


salah satu tugas kepolisian sebagai aparatur penegak hukum yang
memiliki peran aktif dalam mengurangi tindak pidanan curanmor tersebut.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 30
ayat 4 menegaskan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) bertugas
dalam menjaga keamanan serta ketertiban masyarakat, Polri bertugas
dalam melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, dan juga bertugas
dalam penegakan hukum. Sesuai dengan tugas pokok Kepolisian Negara
Republik Indonesia Pasal 13 Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 yaitu:

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;


2. Menegakkan hukum; dan
3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat.

Dalam rangka memenuhi tugas pokok kepolisian yang sudah diatur


dalam undang undang nomor 2 tahun 2002, Kepolisian Negara Republik
Indonesia (POLRI) mengemban pelaksanaan tugas dan fungsi teknis
kepolisian yang saling terkait dan terpadu, diantaranya : Binmas, Sabhara,
Intel, Reserse, dan Lantas.Fungsi teknis intel merupakan salah satu fungsi
kepolisian yang mengemban tugas dalam memberikan langkah-langkah
preemtif dan preventif terhadap suatu permasalahan yang merupakan
acuan bagi pimpinan dalam mengambil suatu keputusan dikarenakan
fungsi teknis intel bertugas dalam memberikan masukan-masukan kepada
pimpinan terkait permasalahan yang sedang terjadi dan yang akan terjadi
di wilayah hukum Institusi Polri tersebut.

Intelkam merupakan fungsi Intelijen yang diterapkan pada


pelaksanaan tugas kepolisian. Menurut (Saronto, 2001), tugas pokok
Intelkam dapat dirumuskan dalam empat kegiatan sebagai berikut:

8
1. Melakukan deteksi terhadap segala perubahan kehidupan sosial
dalam masyarakat serta perkembangannya dibidang ideologi,
politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan untuk dapat
menandai kemungkinan adanya aspek-aspek kriminogen,
selanjutnya mengadakan identifikasi hakikat ancaman terhadap
kamtibmas;
2. Menyelenggarakan fungsi intelijen yang diarahkan ke dalam
tubuh Polri sendiri dengan sasaran pengamanan material,
personil dan bahan keterangan serta kegiatan badan/kesatuan,
teradap kemungkinan adanya tantangan yang bersumber dari
luar maupun dari dalam tubuh Polri agar Polri tidak terhalang
atau terganggu dalam melaksanakan tugas pokoknya;
3. Melakukan penggalangan dalam rangka menciptakan kondisi
tertentu dalam masyarakat yang menguntungkan bagi
pelaksanaan tugas pokok Polri;
4. Melakukan pengamanan terhadap sasaran-sasaran tertentu
dalam rangka mencegah kemungkinan adanya pihak-pihak
tertentu memperoleh peluang dan dapat memanfaatkan
kelemahan-kelemahan dalam bidang Ipoleksosbud Hankam,
sebagai sarana eksploitasi untuk menciptakan suasana
pertentangan pasif menjadi aktif, sehingga menimbulkan
ancaman atau gangguan di bidang Kamtibmas.

Menjaga kamtibmas merupakan salah satu tugas Intelkam Polri.


Dalam pelaksanaan tugas, Intelkam Polri bertugas melakukan
penyelidikan, pengamanan dan penggalangan intelijen. Pada kasus
pencurian kendaraan bermotor ini lebih mengedepankan pelaksanaan
tugas penyelidikan guna mengidentifikasi pelaku tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor. Penyelidikan intelijen adalah segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan secara terencana dan terarah
dalam rangka mencari dan mengumpulkan bahan keterangan di bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan

9
(Ipoleksosbudkam), selanjutnya diolah dan disajikan kepada pimpinan
guna menentukan kebijakan. Intelkam memiliki beban tanggung jawab
yang besar dalam mencegah terjadinya curanmor tersebut, sebagai mata
dan telinga di tengah masyarakat.

Dari uraian latar belakang tersebut, penelitian ini ditujukan untuk


menganalisis peran Satintelkam dalam proses penyelidikan guna
pencegahan pencurian kendaraan bermotor di wilayah hukum Polres
Kediri. Alasan pengambilan permasalahan tersebut karena kasus
pencurian kendaraan bermotor yang ditangani oleh satuan Polres Kediri
belum maksimal. Atas dasar inilah penelitian ini dilakukan untuk penelitian
tugas akhir yang berjudul, “Efektivitas Penyelidikan oleh Satintelkam
Polres Kediri guna mencegah Tindak Pidana Curanmor”.

1.2 Identifikasi Masalah

Mengacu pada permasalahan yang ada fokus penelitian harus dibatasi


untuk menghindari adanya penyimpangan maupun pelebaran pokok
masalah agar penelitian ini lebih terarah dan memudahkan dalam
pembahasan sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Berdasarkan latar
belakang masalah yang dijelaskan di atas, peneliti mengidentifikasi
beberapa permasalahan yang akan digunakan sebagai dasar dalam
pelaksanaan penelitian, yaitu:

1. Terjadi peningkatan kasus curanmor di wilayah hukum Polres


Kediri dalam 3 tahun terakhir.
2. Pengungkapan kasus tindak pidana curanmor di Polres Kediri
masih rendah.

1.3 Perumusan Masalah

10
Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangat penting agar
maksud dan tujuan penelitian lebih mendalam, peneliti merumuskan
permasalah yaitu “Bagaimana proses penyelidikan oleh satintelkam Polres
Kediri guna mencegah tindak pidana curanmor”. Dengan adanya
penegasan permasalahan tersebut, diharapkan dalam penelitian tugas
akhir lebih terfokus dan terarah. Berdasarkan perumusan masalah diatas
ditemukan beberapa persoalan yang harus segera diselesaikan guna
mengurangi serta mengungkap kasus curanmor di wilayah hukum Polres
Kediri sebagai berikut :

1. Bagaimana peran penyelidikan oleh satintelkam Polres Kediri


dalam mencegah terjadinya tindak pidana curanmor?
2. Bagaimana upaya satintelkam dalam mengefektifkan
penyelidikan terhadap tindak pindana curanmor?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan


dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk berusaha mengetahui peran
Satuan Intelkam melalui penyelidikan untuk melakukan pencegahan
terjadinya tindak pidana pencurian kendaraan bermotor. Adapun tujuan
secara rinci dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan peran satintelkam Polres Kediri dalam upaya


penyelidikan guna mencegah terjadinya tindak pidana curanmor.
2. Menemukan cara efektif dalam upaya penyelidikan satintelkam
Polres Kediri guna mencegah terjadinya tindak pidana curanmor.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan mencermati tujuan penelitian yang telah dirumuskan,


diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi institusi Polri ke

11
depannya dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul, baik
secara teoritis maupun secara praktis, diantaranya:

1.5.1 Secara Teoritis


1) Bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Institusi
Polri dengan memberikan pemikiran baru dan memperkaya
informasi khususnya di bidang intelijen dalam pencegahan
pencurian kendaraan bermotor di wilayah hukum Polres Kediri.
2) Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pedoman guna
penyempurnaan dalam pencegahan pencurian kendaraan bermotor
oleh satintelkam di wilayah hukum Polres Kediri sehingga dalam
pelaksanaan tugas kedepannya dapat dilaksanakan dengan
optimal.

1.5.2 Secara Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan


ilmu bagi aparatur negara khususnya Kepolisian dalam
pengembangan ilmu intelijen guna pengoptimal pelaksanaan tugas.
2) Penelitian ini diahrapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi
pipmpinan dalam pengambilan kebijakan dan evaluasi terhadap
peran satuan intelkam dalam mencegah terjadinya pencurian
kendaraan bermotor di wilayah hukum Polres Kediri.

1.6 Sistematika

Dalam penelitian proposal rencana penelitian dengan Judul


“EFEKTIFITAS PENYELIDIKAN OLEH SATINTELKAM POLRES KEDIRI

12
GUNA MENCEGAH TERJADINYA TINDAK PIDANA CURANMOR”
memiliki sistematika penelitian sebagai berikut:

a. Bab I Pendahuluan
Pada bab pendahuluan ini dijelaskan tentang latar belakang
permasalahan yang menjadi dasar dari penelitian ini, pada bab ini
juga terdapat tujuan penelitian, manfaat penelitian ,dan sistematika
penelitian tugas akhir ini.
b. Bab II Tinjauan Kepustakaan
Bab ini menjelaskan tentang kepustakaan penelitian yang menjadi
dasar literatur dalam penelitian ini. Kemudian terdapat kepustakaan
konseptual yang membahas tentang konsep-konsep serta teori
yang relevan dengan unsur permasalahan yang akan dibahas serta
terdapat kerangka berpikir sebagai alur berpikir peneliti dalam
mengkaji permasalahan.
c. Bab III Metode Penelitian
Pada bab III dijelaskan tentang bagaimana metode serta
pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti. Selain itu,
dalam bab III ini juga dijelaskan tentang Teknik pengumpulan data,
sumber data dan informasi, jadwal penelitian, serta Teknik Analisa
Data yang akan dilaksanakan oleh peneliti.

13
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kepustakaan Penelitian

Kepustakaan penelitian yaitu literatur yang menyajikan data tentang


hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian empiris lebih berarti sebagai
rujukan dibandingkan dengan hasil pengkajian yang bersifat konsepsional.
Kepustakaan penelitian merupakan informasi mengenai topik dan
permasalahan yang akan diteliti, sebagai bahan acuan penelitian ini,
dengan merujuk pada hasil penelitian sejenis terdahulu. Kepustakaan
penelitian menjelaskan keterkaitan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian sekarang. Peneliti melihat adanya 3 hasil penelitian terdahulu
yang relevan dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini, yaitu:

Penelitian Pertama

Penelitian terdahulu yang mendekati penelitian ini adalah penelitian


yang dilakukan oleh Prakoso, G. R. (2017) yang melakukan penelitian
dengan judul “ Optimalisasi Penyelidikan Intelijen dalam Penanggulangan
Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan di Wilayah Hukum Polsek
Purwokerto Timur”. Penelitian Prakoso, G. R. (2017) memberikan
gambaran mengenai kegiatan pada peran satuan intelkam polsek
purwokerto dalam melaksanakan upaya preventif dalam mencegah
kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Dengan judul penelitian
mengenai optimalisasi sebagai upaya preventif untuk mencegah

14
kejahatan pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh satuan
intelkam polsek purwokerto serta menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan optimalisasi yang dilakukan.

Penelitian Prakoso, G. R. (2017) memiliki persamaan dari segi


pendekatan dengan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan
kualitatif dan juga membahas upaya pencegahan kejahatan pencurian
kendaraan bermotor. Berfokus dalam upaya pencegahan kejahatan
pencurian bermotor melalui penyelidikan intelijen. Selain itu peneliti
melaksanakan penelitian di Polres Kediri sementara Prakoso, G. R. (2017)
melakukan penelitian di wilayah hukum Polsek Purwokerto.

Penelitian Kedua

Tugas Akhir Yusuf Aprian (2022) dengan judul “Upaya Satintelkam


melalui Giat Deteksi Dini guna Mencegah Tindak Pidana Curanmor Roda
Dua di Polres Grobogan”. Penelitian ini bermaksud melakukan identifikasi
yang berkaitan dengan upaya Satuan Intelkam melalui giat deteksi dini
guna mencegah tindak pidana pencurian kendaraan bermotor roda dua di
Polres Grobogan. Upaya deteksi dini oleh Satuan Intelkam Polres
Grobogan dilakukan apabila telah terjadi isu yang berkembang ataupun
dalam kegiatanpencegahan suatu tindak kejahatan. Deteksi dini dilakukan
kepada masyarakat di Grobogan mulai dari para tokoh masyarakat hingga
ke kalangan masyarakat biasa. Deteksi dini juga bisa berupa kegiatan
pengumpulan bahan keterangan di daerah-daerah rawan kejahatan atau
rawan konflik lainnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan yusuf aprian, ditemui Fakta


bahwa pelaksanaannya masih banyak ditemukan permasalahan yang
tidak sesuai dan menimbulkan hasil yang tidak diharapkan.Giat deteksi
dini dimana ditemukan masalah pada tahap perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Ditemukan juga
beberapa permasalahan dalam upaya deteksi dini guna mencegah tindak

15
pidana curanmor roda dua seperti saran dari deteksi dini dan penyuluhan
yang belum merata dan belum ada kerja sama dengan Satuan Reserse
setelah penyidikan selesai.

Upaya yang dilakukan oleh untuk mengurangi kekurangan dalam


penelitian yang dilakukan yusuf aprian adalah melaksanakan pulbaket
secara rutin di seluruh wilayah Grobogan sehingga mendapatkan kirka
dan bahan deteksi dini terbaru dan terfaktual. Memperluas jaringan
kepada karang taruna guna meningkatkan kesadaran kepada remaja
untuk menjaga kepemilikan barang pribadi yaitu kendaraan bermotor roda
dua. Serta Meningkatkan kerja sama dengan Satuan Reserse terkait hasil
penyidikan kepada tersangka curanmor roda dua supaya mengetahui
modus pelaku sehingga dapat dijadikan bahan keterangan untuk
mencegah tindak pidana curanmor roda dua.

Keterkaitan penelitian Yusuf Aprian mengenai “Upaya Satintelkam


melalui Giat Deteksi Dini guna Mencegah Tindak Pidana Curanmor Roda
Dua di Polres Grobogan” dengan penelitian yang akan peneliti teliti yaitu
pada objek penelitian satuan intelkam yaitu curanmor, dengan perbedaan
waktu, tempat pelaksanaan penelitian dan kegiatan intelijen. Pada
penelitian Yusuf Aprian memiliki tempat di wilayah hukum grobogan,
dilakukan pada tahun 2021 dan melalui kegiatan deteksi dini. Sedangkan
tempat penelitian yang akan peneliti teliti di wilayah hukum Polres Kediri
pada tahun 2023 melalui kegiatan penyelidikan.

Penelitian Ketiga

Jurnal Edi Budi Wibowo Saputra (2020); Magister ilmu hukum


Universitas Airlangga dengan judul “Penggunaan Informan Dalam
Penyelidikan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Roda Dua di
Wilayah Polrestabes Surabaya”. Penelitian ini menjelaskan tentang
pentingnya kebutuhan informan non polisi dalam perannya membantu

16
kepolisian memberantas tindak pidana pencurian kendaraan bermotor
roda dua di wilayah hukum Polrestabes Surabaya.

Dalam penelitian ini pentingnya informan non polisi disebabkan


karna beberapa faktor , yang pertama karena sulitnya menembus masuk
lebih dalam ke wilayah jaringan curanmor. Peran informan dibutuhkan
dikarenakan pelaku dalam menjalankan aksinya dilakukan dengan sangat
tertutup dan selektif dalam memilih teman dikarenakan transaksi dilakukan
secara online menggunakan grup facebook, sehingga diperlukan informan
yang benar-benar bisa masuk ke dalam grup tersebut dan tidak
menimbulkan kecurigaan dari yang bersangkutan.Kedua, dikarenakan
minimnya informasi mengenai identitas yang diduga pelaku curanmor
sehingga dibutuhkan seseorang yang menguasai medan target. Ketiga,
perlunya membangun kemitraan antara kepolisian dan masyarakat
sebagai basis deteksi dini. Anggota kepolisian dan anggota masyarakat
harus bisa membangun hubungan yang sifatnya adalah timbal balik
(mutual dependence and exchange) serta sikap mempercayai dan
menghormati (mutual trust and respect). Dengan jalinan hubungan dan
sikap tersebut maka masyarakat akan bisa dijadikan sebagai basis deteksi
dini terutama mengenai siapa-siapa saja di lingkungannya yang
berpotensi atau dicurigai sebagai pelaku curanmor.

Penelitian Edi Wibowo Saputra (2020) memiliki keterekatian


dengan penelitian peneliti yakni membahas tentang pencegahan tindak
pidana curanmor dengan upaya penyelidikan. Dalam penelitian Edi
Wibowo Saputra (2020) subjek penelitian lebih difokuskan terhadap
penggunaan informan dalam upaya penyelidikan. Sedangkan
perbedaannya terdapat pada waktu dan tempat penelitian, Edi Wibowo
Saputra meneliti di wilayah hukum Polrestabes Surabaya pada tahun
2020 dan peneliti melakukan penelitian di wilayah hukum Polres Kediri
pada tahun 2023.

17
Tabel 2.1

Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Saat ini

No Peneliti/Judul Perbedaan Persamaan Kebaruan


1. Prakoso G.R./ 1. Wilayah dan 1. Pendekatan Pembaruan
Optimalisasi waktu yang saran dan
Penyelidikan Intelijen penelitian digunakan prasarana
dalam berbeda. yaitu yang
Penanggulangan 2. Permasalahan pendekatan mendukung
Tindak Pidana yang kualitatif; pelaksanaan
Pencurian dengan mengganggu 2. Fokus pada deteksi dini
Pemberatan di kamtibmas. pelaksanaan serta alokasi
Wilayah Hukum Polsek 3. Perbedaan penyelidikan dan distribusi
Purwokerto Timur teori dan satintelkam anggran yang
konsep yang tepat waktu.
digunakan
2. Yusuf Aprian/ Upaya 1. Wilayah dan 1. Menggunakan Alat bantu
Satintelkam melalui waktu metode khusu (alsus)
Giat Deteksi Dini guna penelitian penelitian yang dimiliki
Mencegah Tindak berbeda kualitatig oleh satuan
Pidana Curanmor 2. Perbedaan 2. Objek intelkam Polres
Roda Dua di Polres teori dan penelitian Grobogan
Grobogan konsep yang yaitu perlu di
digunakan curanmor perbarui ke
3. Fokus alsus yang
penelitian lebih modern
deteksi dini guna
menunjang
pelaksanaan
tugas di
lapangan.
3. Edi Wibowo Saputa/ 1. Wilayah dan 1. Menggunakan Menggunakan
Penggunaan Informan waktu metode informan
Dalam Penyelidikan penelitian penelitian dalam
Tindak Pidana berbeda. kualitatif. mengumpulkan
Pencurian Kendaraan 2. Perbedaan 2. Pokok baket guna
Bermotor Roda Dua di teori dan pembahasan mengungkap
Wilayah Polrestabes konsep yang penyelidikan kasus tindak
Surabaya digunakan. 3. Tindak pidana pidana
yang diselidiki curanmor.
sama.
Sumber : Penelitian Terdahulu (Data diolah peneliti)

2.2 Kepustkaan Konseptual

Kepustakaan konseptual merupakan pembahasan mengenai teori,


konsep, prinsip, pendapat, atau gagasan pemikiran para pakar dan disiplin
ilmu pengetahuan yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.

18
Teori dan konsep dalam kepustakaan konseptual dipergunakan sebagai
pisau analisis dalam memecahkan permasalahan-permasalahan dalam
penelitian ini. Oleh karenanya kepustakaan konseptual merupakan dasar
serta pedoman berpikir sehingga penelitian dilaksanakan secara
sistematis dan terarah.

Penelitian ini diharapkan dapat melakukan identifikasi, analisa dan


mencari alternatif solusi (problem solving) terhadap permasalahan
efektivitas penyelidikan oleh satintelkam Polres Kediri guna mencegah
terjadinya tindak pidana curanmor.

2.2.1 Teori

Teori merupakan prinsip umum dan kredibel secara ilmiah yang


menjelaskan suatu fenomena. Peneliti mengidentifikasi teori yang
dipergunakan sebagai landasan berfikir dan kerangka referensi untuk
mengkaji permasalahan dalam penelitian ini yaitu teori analisis SWOT,
teori manajemen, dan teori pencegahan kejahatan.

2.2.1.1 Teori SWOT

Analisis SWOT dapat mendeskripsikan mengenai kekuatan,


kelemahan, peluang dan ancaman yang terdapat pada sebuah organisasi.
Menurut Rangkuti (2015:19), “Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strength), kelemahan (weakness), Peluang (Opportunity), dan ancaman
(threat)”. Analisis SWOT memperhatikan faktor lingkungan eksternal
peluang dan ancaman yang dihadapi serta lingkungan internal kekuatan
dan kelemahan dari sebuah organisasi. Pada hakikatnya analisis SWOT

19
adalah instrumen pengidentifikasian berbagai faktor yang terbentuk
secara sistematis serta digunakan untuk merumuskan strategi organisasi.

a. Strength, merupakan faktor internal yang mendukung sebuah


organisasi untuk mencapai tujuannya. Faktor ini bisa bersumber
dari SDM manusia seperti keahlian atau kelebihan, keuangan
organisasi, serta mempunyai koordinasi yang baik dengan
lingkungan sekitarnya.
b. Weakness, merupakan faktor internal yang menghambat sebuah
organisasi untuk mencapai tujuannya. Faktor penghambat ini
berupa pengorganisasian yang tidak matang, kurangnya sarana
dan prasarana untuk menunjang kegiatan, kurangnya sumber daya
manusia yang berkompeten, tidak adanya dana atau keuangan
untuk memenuhi kebutuhan anggaran.
c. Opportunity, merupakan faktor eksternal yang bisa mendukung
organisasi dalam mencapai tujuannya. Faktor eksternal ini bisa
berupa adanya kebijakan baru oleh pimpinan, perubahan teknologi,
dan kerja sama dengan organisasi lain.
d. Threat, merupakan faktor eksternal yang menghambat organisasi
dalam mencapai tujuannya. Faktor ini berupa perubahan teknologi,
perubahan kebijakan, kultur atau kepercayaan masyarakat.

Dalam hal ini analisis SWOT digunakan untuk mengetahui faktor


internal dan eksternal yang mempengaruhi optimalisasi pelayanan surat
keterangan catatan kepolisian (SKCK) dengan sistem Online oleh Satuan
Intelkam Polres Kudus, baik dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
oleh Satuan Intelkam Polres Kudus maupun peluang dan ancaman yang
berasal dari luar Satuan Intelkam Polres Kudus.

2.2.1.2 Teori Manajemen

20
Dalam buku Prinsip-prinsip Manajemen George R. Terry
mendefinisikan “Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan,
yang dilaksanakan oleh individu-individu yang menyalurkan upayanya
yang terbaik menggunakan tindakan-tindakan yang telah ditetapkan
sebelumnya.” Proses manajemen meliputi planning, organizing, actualling,
controlling atau yang lebih dikenal dengan P.O.A.C. Berikut ini merupakan
fungsi manajemen menurut George R. Terry:

a. Planning (Perencanaan)

Perencanaan adalah perbuatan dalam memilih tujuan dan arah


tindakan yang akan diambil. Menginventarisasi dan mengevaluasi dalam
meningkatkan pelayanan, penentuan peningkatan pelayanan yang
diharapkan, penentuan dalam pemecahan suatu masalah, penyusunan
rencana kegiatan serta program. Perencanaan meliputi kegiatan
penetapan keputusan. Sehingga diperlukan kompetensi untuk
melaksanakan pembayangan dan melihat ke depan untuk merumuskan
suatu pola di masa mendatang.

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah tahapan dalam mendistribusikan pekerjaan


antara kelompok yang tersedia dan melakukan penentuan secara detail
proses hubungan yang dibutuhkan. Pengorganisasian berkaitan erat
dengan manusia, sehingga dalam melakukan pekerjaan dan
penugasannya dimasukkan ke dalam unit-unit organisasi sebagai
komponen dari unsur organizing. Penetapan kebijakan terletak pada
pimpinan dalam suatu organisasi tersebut.

c. Actuating (Pelaksanaan)

Pelaksanaan adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh manajer guna


mengawali dan meneruskan suatu kegiatan yang telah tentukan oleh

21
unsur perencanaan dan pengorganisasian. Pelaksanaan perlu dilakukan
dengan maksud agar setiap tujuan dapat tercapai. Pelaksanaan dilakukan
dengan menggerakkan setiap anggota dalam suatu kelompok organisasi
untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya yang telah diberikan
kepada mereka yang disertai dengan kemauan dan tanggung jawab yang
baik dan melakukannya secara antusias. Sehingga diperlukan pula arahan
dan petunjuk serta bimbingan dari pimpinan pada kelompok organisasi
tersebut untuk pelaksanaan tugasnya.

d. Controlling (Pengawasan)

Pengawasan adalah kegiatan dalam mengawasi segala aktivitas agar


dapat sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Kemudian dalam
pelaksanaan pengawasan, dilakukan kegiatan evaluasi terhadap segala
bentuk penyimpangan yang mungkin terjadi dan tidak diinginkan. Maka
dapat dilakukan perbaikan terhadap apa yang belum sesuai dengan yang
direncanakan. Sehingga apa yang dilaksanakan oleh kelompok organisasi
dapat memberikan sesuai dengan yang diharapkan guna memperoleh
tujuan yang diinginkan.

Dengan adanya fungsi manajemen yang dikemukakan oleh George R.


Terry tersebut, pimpinan dapat menggunakannya untuk memperoleh
suatu tujuannya. Dalam suatu organisasi bisa saja terdapat permasalahan
atau kendala yang menghambat terlaksananya suatu kegiatan. Apabila
peran seorang pimpinan dalam melakukan manajemen tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Bahkan hal tersebut bisa
mengakibatkan organisasinya itu tidak mengalami perkembangan atau
bahkan dapat terjadinya penurunan kualitas organisasi. Sehingga
manajemen perencanaan mesti dilaksanakan semaksimal mungkin agar
dalam proses pelaksanaannya dapat terlaksana dengan efektif dan efisien

22
serta setiap kekurangan yang terdapat dalam organisasi tersebut bisa
teratasi.

2.2.1.3 Teori Pencegahan Kejahatan

Satu hal yang mendasar yang harus dipahami bahwa pencegahan


kejahatan memiliki pemaknaan yang tidak sama dengan pengendalian
kejahatan. Pemeliharaan kuantitas pelaku saat melakukan kejahatan akan
selaras dengan pengendalian kejahatan. Sedangkan menurut Steven
P.Lab (2017:31) mengatakan bahwa pencegahan kejahatan merupakan
sebuah perilaku yang dilakukan untuk menekan atau meniadakan segala
bentuk kejahatan atau mencegah agar kejahatan tidak berkembang.
Pencegahan kejahatan membutuhkan serangkaian upaya yang tersusun
sehingga usaha untuk pencegahan dapat berjalan dengan maksimal dan
dapat menekan tingkat kejahatan dan ketakutan masyarakat akan
kejahatan (fear of crime). Ketakutan akan kejahatan memiliki makna
sebagai sebuah perasaan yang menjadi dampak atas kejahatan dimana
rasa takut untuk menjadi korban menjadi lebih tinggi dibandingkan taraf
viktimisasi yang sesungguhnya. (Lab, 2017:25)

2.2.1.3.1 Indikator Pencegahan Kejahatan Situasional

Dalam kemajuannya, ada 3 pendekatan yang diketahui dalam startegi


penangkalan kejahatan. Tiga pendekatan itu yakni pendekatan dengan
cara sosial (social crime prevention), pendekatan situasional (situational
crime prevention), serta penangkalan kejahatan bersumber pada
komunitas atau warga (community based crime prevention).

a. Social Crime Prevention

Pendekatan pencegahan kejahatan yang menitikberatkan pada


pangkal permasalahan dari kejahatan, paling utama faktor-faktor yang

23
berkontribusi pada penyimpangan. Berangkat dari suatu adagium bahwa
kejahatan diakibatkan oleh tidak berjalannya sistem sosial begitu juga
mestinya, pencegahan kejahatan dengan pendekatan sosial berpusat
pada pengembangan program serta kebijaksanaan untuk meningkatkan
derajat kesehatan, kehidupan, pembelajaran, pemukiman, peluang
kegiatan serta aktivitas area dari orang yang berpotensi melaksanakan
kejahatan. (Rosenbaum, Lurigio, Davis, 1998:201).

b. Situational Based Crime Prevention

Pencegahan kejahatan yang berfokus untuk mengurangi kesempatan


kategori kejahatan tertentu dengan meningkatkan risiko (bagi pelaku)
yang terkait, meningkatkan kesulitan dan mengurangi penghargaan.
(Clarke, 1997).

c. Community Based Crime Prevention

Pencegahan kejahatan yang dilaksanakan dengan memberdayakan


golongan ataupun komunitas dalam masyarakat untuk proaktif Bersama
dengan lembaga pemerintahan setempat untuk menanggulangi kasus
yang berpotensi menyebabkan kejahatan. Pencegahan kejahatan
situasional (situational crime prevention) ialah sesuatu strategi untuk
mengurangi meningkatnya risiko kejahatan. (Clark, 1995). Pendekatan ini
didasarkan atas filosofi pemicu kejahatan yang berasumsi bahwa
pelanggar hukum membuat opsi logis untung rugi dalam melakakukan
kejahatan. Oleh karena itu, dengan melakukan analisis terhadap pola
kejahatan di dalam masyarakat dan dalam konteks sosial kejadian
kejahatan, suatu desain situasi dapat diubah dan diperbaiki agar
mengurangi niat seseorang melakukan kejahatan. Steven P. Lab (2013)
berpendapat bahwa ada tiga model pendekatan pencegahan kejahatan
diantaranya adalah pendekatan pencegahan primer, pencegahan
sekunder, dan pencegahan tersier.

1) Pencegahan kejahatan primer

24
Usaha pencegahan kejahatan yang berkaitan dengan penyingkiran
pengaruh lingkungan fisik dan sosial yang memudahkan terjadinya
perilaku menyimpang. Pendekatan pencegahan primer tidak menyasar
pada orang yang berpotensi melakukan kejahatan namun justru
mengupayakan kondisi fisik dan sosial sehingga mempersempit peluang
pelaku untuk berbuat jahat. Kondisi fisik dan sosial yang terkait dalam
pendekatan ini adalah mengenai tata ruang lingkungan, pengawasan
lingkungan oleh masyarakat, pencegahan umum, pendidikan masyarakat
akan pencegahan kejahatan, dan standarkeamanan pribadi. Kesuksesan
pendekatan pencegahan kejahatan primer ini sangatlah tergantung pada
partisipasi masyarakat.

2) Pencegahan kejahatan sekunder

Upaya pencegahan kejahatan yang dilakukan oleh masyarakat dan


aparat penegak hukum dengan fokus mengidentifikasi potensi
penyimpangan dan sumber perilaku menyimpang serta identifikasi situasi
dan tendensi seseorang yang berhubungan dengan perilaku menyimpang.
Berdasarkan hasil identifikasi tersebut dilakukanlah upaya intervensi
kepada situasi dan kelompok rentan sehingga pada akhirnya kejahatan
tidak akan terjadi. Beberapa program pencegahan kejahatan sekunder ini
berhubungan dengan program pengalihan dan penjauhan kelompok
rentan dari kemungkinan melakukan kejahatan. Contoh dari pendekatan
ini adalah upaya sekolah memberikan program edukasi tanam lahan
kosong, olahraga dan ekstrakurikuler untuk menjauhkan remaja dari
keinginan berbuat jahat.

3) Pencegahan kejahatan tersier

Usaha penangkalan kejahatan yang berkaitan dengan petugas sistem


peradilan kejahatan. Aktivitas petugas penegak hukum dalam system
peradilan pidana kejahatan lewat aksi penahanan, penuntutan,

25
penangkapan, serta rehabilitasi tercantum ke dalam penangkalan
kejahatan pokok. Prinsip pendekatan ini merupakan menjauhkan para
pelaku kejahatan dari warga, alhasil pelaku tidak bisa melaksanakan aksi
kejahatan kembali.

2.2.2 Konsep

2.2.2.1 Konsep Efektivitas

Mahsun (2016:182) mengatakan “Efektivitas adalah ukuran berhasil


tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi
berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah
berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa
efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa
yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atau bahkan tiga
kali lebih besar daripada yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya
melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang
telah ditetapkan”.

2.2.2.2 Konsep Penyelidikan

Berdasarkan bunyi pasal 1 ayat 5 Kitab Undang- Undang Hukum


Pidana, penyelidikan adalah:

“serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan


suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut
yang diatur dalam Undang- undang ini”

26
Sehingga berdasarkan pada bunyi pasal tersebut, maka penyelidikan
adalah serangkaian cara atau tindakan yang dilakukan aparat penegak
hukum yakni Kepolisian yang memiliki tugas sebagai penyelidik untuk
mengumpulkan berbagai informasi guna menentukan dapat atau tidaknya
suatu perkara dilanjutkan dalam proses penyidikan.

M. Yahya Harahap dalam bukunya “Pembahasan Permasalahan dan


Penerapan KUHAP” menjelaskan bahwa sebelum diberlakukan KUHP,
terdapat suatu istilah “opsporningh” yang jika diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris memiliki berarti “investigation” , hal ini menunjukkan suatu
penanda dimulainya proses penyelidikan yang berarti dimulainya
pencarian berbagai informasi dan keterangan dari suatu kejadian yang
diduga sebagai tindak pidana. Namun ketika memasuki masa HIR
terdapat ketidakjelasan batas antara penyelidikan dengan penyidikan.
Adapun proses penyelidikan juga dilakukan berdasarkan pada informasi,
keterangan atau laporan yang diterima maupun diketahui sendiri secara
langsung oleh penyelidik atau penyidik dari Kepolisian, adanya laporan
polisi, berita acara pemeriksaan pada tempat kejadian perkara, dan juga
berita acara pemeriksaan saksi atau tersangka.

2.2.2.3. Konsep Pencurian Kendaraan Bermotor

Pencurian merupakan suatu bentuk tindak pidana yang mana dalam


perundang-undangan lama disebut dengan “Straafbaarfeit” yang mana
terdapat istilah yang maksudnya sama yaitu perbuatan pidana. Bagi
siapapun yang melakukan pencurian / mengambil barang milik orang lain
secara melawan hukum harus dikenai sanksi pidana sesuai dengan pasal
yang mengaturnya. Pencurian dengan pemberatan ini diatur dalam pasal
363 ayat ke 5 KUHP yang menyatakan :

“Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau


untuk sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan

27
merusak, memotong, memanjat, dengan memakai anak kunci
palsu, perintah palsu atau jabatan palsu”.

Namun keterkaitannya dengan apa yang diteliti adalah bahwa kata


pencuri yang terdapat dalam pasal 363 KUHP dan pasal 362 KUHP
memiliki beda apabila dalam pasal 363 KUHP sudah ditentukan bentuk
dan cara perbuatannya. Namun dalam halnya, curanmor memiliki objek
khusus yaitu kendaraan bermotor. Yang mana Tindakan ini sangat
merugikan karena objek sasarannya adalah kendaraan bermotor yang
mempunyai mobilitas tinggi dan nilai ekonomis yang tinggi.

Adapun unsur-unsur dalam Pasal 362 KUHP, yaitu : perbuatan


“mengambil”, yang diambil adalah suatu barang. Barang itu sebagian atau
seluruhnya milik orang lain, pengmbilan itu harus dilakukan dengan
maksud hendak memiliki barang itu dengan melawan hukum.

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam melakukan suatu penelitian dibutuhkan suatu penghubung


antar konsep dan teori. Oleh karena itu peneliti memberikan penghubung
dengan menggunakan kerangka berpikir agar dalam penelitian karya
ilmiah ini terdapat batasan yang jelas untuk membahas permasalahan
yang dibahas. Pembuatan kerangka berpikir ini bertujuan agar tidak ada
kesalahan dalam menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

28
1. UU No. 2 Tahun 2002
Tentang Kepolisian
Republik Indonesia
2. UU No.17 Tahun 2011
Meningkatnya kasus
curanmor wilayah
Tentang Intelijen Negara
hukum Polres Kediri 3. PERKABIK No.1 Tahun
2013 Tentang
Penyelidikan Intelijen
Kepolisian Republik
Indonesia
4. PERKAP No.1 Tahun
2019 Tentang Sistem,
Manajemen dan Standar
Keberhasilan
Efektivitas
Operasional Polri
penyelidikan oleh
Satintelkam Polres
Faktor factor yang Kediri guna
Konsep Efektivitas
mempengaruhi mencegah
penyelidikan terjadinya tindak Konsep Penyelidikan
satintelkam pidana curanmor
Konsep curanmor

Teori SWOT

Teori Manajemen

Teori Pencegahan
Kejahatan
Penyelidikan Intelijen

Curanmor di Wilayah
Hukum Polres Kediri
dapat dicegah
BAB III

Efektivitas
penyelidikan oleh
Satintelkam Polres
Faktor factor yang Kediri guna
mempengaruhi Konsep Efektivitas
mencegah
penyelidikan terjadinya tindak Konsep Penyelidikan
satintelkam pidana curanmor
Konsep curanmor

Teori SWOT

Teori Manajemen
29
Teori Pencegahan
Kejahatan
Penyelidikan Intelijen
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian menjadi sebuah sudut pandang yang


digunakan Oleh peneliti untuk menjawab persoalan dari permasalahan
tersebut. Pemilihan pendekatan penelitian yang tepat merupakan langkah
awal terhadap suksesnya penelitian. Menurut Sugiyono (2017:11), macam
metode penelitian berdasarkan tingkat kealamiahan tempat penelitian
dibagi menjadi 3, yaitu : penelitian eksperimen, penelitian survey, dan
penelitian naturalistik. Metode penelitian eksperimen merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment)
tertentu. Metode survey digunakan untuk memperoleh data yang alamiah
dari tempat tertentu. Metode penelitian kualitatif/naturalistik digunakan
untuk meneliti tempat yang alamiah dan tidak membuat perlakuan pada
penelitian.
Penelitian kualitatif menurut Krik dan Miller (Moleong, 2017:4)
merupakan tradisi tertentu ilmu pengetahua sosial yang secara
fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya. Penggunaan metode
kualitatif didasari pada permasalahan yang akan dihadapi yaitu peredaran
narkoba yang membutuhkan kajian secara mendalam yang tidak bisa
didapatkan dari hasil penelitian melalui pendekatan kuantitatif. Menurut
Moleong (2017), Penelitian kualitatif ialah penelitian yang memiliki maksud
untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitiannya
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
holistik (utuh) dengan deskripsi kata-kata dan bahasa, dalam konteks
khusus yang alami dan memanfaatkan berbagai metode alami. Dalam
buku Pedoman Penelitian Ilmiah Taruna Akpol (2021) dikatakan bahwa :

30
“Penelitian kualitatif dimaksudkan guna mengungkap gejala secara
holistik-kontekstual melalui pengumpulan data secara natural
dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen
kunci.Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif. Laporan penelitian kualitatif
disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam
serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh keotentikan.”

Pemilihan metode kualitatif didasari bahwa pada pengumpulan data,


pengamatan terhadap sasaran bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai
situasi dan kondisi. Pengumpulan data menyesuaikan dengan kondisi di
lapangan, hal tersebut disampaikan berdasarkan pendapat Sugiyono
(2016) yang mengatakan bahwa “Permasalahan dalam penelitian kualitatif
bersifat sementara, tentatif, dan akan berkembang atau berganti setelah
peneliti berada di lapangan”. Kelebihan penggunaan metode kualitatif
yaitu memiliki sifat eksploratif, teori yang digunakan menyesuaikan
dengan kondisi yang berada di lapangan dengan terus berkembang pada
proses yang berulang-ulang, pembahasan bersifat lebih spesifik, dan
dalam pengumpulan data difokuskan kepada keadaan sebenarnya yang
terjadi di lapangan tanpa menitikberatkan kepada hasil. Metode kualitatif
banyak digunakan oleh penelitian terdahulu dalam menelaah sesuatu latar
belakang seperti yang berhubungan dengan motivasi, peranan, nilai,
sikap, dan persepsi.

3.1.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang sesuai dengan metode kualitatif dalam
penelitian ini yaitu menggunakan deskriptif analisis dalam mengolah data
yang didapat dan menggunakan penelitian lapangan (Field Research)
guna mendapatkan data langsung dengan pengamatan-berperan serta,
penggunaan deskriptif analisis didukung oleh pendapat Bogdan dan
Taylor (dalam Moleong 2017:4) yang menyatakan bahwa metode kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

31
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Deskriptif analisis menjelaskan secara sistematis terhadap
kenyataan tentang objek dan permasalahannya yang didukung oleh data
data dan fakta yang didapat di lapangan. Deskriptif analisis menurut
Cholid Narbuko dan Achmadi dalam bukunya Metodologi Penelitian
(2008:44) yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis
dan menginterpretasi. Tujuan dari penelitian deskriptif analisis yaitu untuk
memecahkan permasalahan secara sistematis dan faktual. Setelah
dilakukannya penelitian deskriptif analisis ini, maka akan diperoleh
gambaran atau deskripsi mengenai hal-hal yang bersifat umum terkait
keadaan sebenarnya objek yang diteliti.
Selanjutnya dalam pengumpulan data secara langsung terjun ke
lapangan dalam melaksanakan penyelidikan, dibutuhkan penelitian
lapangan (field research). Penelitian lapangan diperlukan dalam
mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan terhadap suatu
fenomena dalam suatu keadaan ilmiah. Penelitian lapangan akan
membuat catatan lapangan secara ekstensif (luas) lalu dibuatkan kodenya
dan dianalisis dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan
menggunakan metode deskriptif analisis. (Moleong 2017:26)

3.2 Fokus Penelitian


Fokus peneltian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan
penelitian yang dilakukan. Dalam pelaksanaan penelitian, fokus penelitian
harus diungkap secara eksplisit guna mempermudah peneliti sebelum
melaksanakan pengamatan atau observasi. Fokus penelitian merupakan
garis besar dalam penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan
lebih terarah.Penelitian ini akan mengambil fokus penelitian mengenai
peran satintellkam dalam mencegah terjadinya pencurian kendaraan
bermotor di wilayah hukum Polres Demak.
Curanmor di wilayah hukum Polres Demak menghawatirkan

32
dikarenakan semakin bertambah dari tahun ke tahun, oleh sebab itu
peneliti ingin melihat peran satintelkam dalam mencegah terjadinya
curanmor, apakah dalam pelaksanaannya sudah baik sesuai dengan SOP
yang ada atau malah sebaliknya mengalami banyak hambatan yang
mempengaruhi peranan satintelkam tersebut dalam pelaksanaan tugas.

3.3 Lokasi Penelitian


Lokasi (place) merupakan salah satu dari tiga komponen penting
dalam penelitian kualitatif. Tiga komponen penting tersebut yaitu place
(tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas). Ketiga komponen
tersebut merupakan obyek penelitian yang diobservasi dalam penelitian
kualitatif yang dinamakan situasi sosial. (Spradley dalam Sugiyono
2016:229) Pemilihan lokasi penelitian berada di Kabupaten Kediri yang
berada di wilayah hukum Polres Kediri dengan actor (pelaku) dalam
penelitian ini yaitu Satintelkam Polres Kediri dengan activities (aktivitas)
berupa pencegahan terjadinya pencurian kendaraan bermotor sehingga
dapat menurunkan angka curanmor di wilayah hukum Polres Kediri.

3.4 Sumber Data


Sumber data dalam penelitian kualitatif lebih banyak mengunakan
kata-kata, bukan didominasi oleh penggunaan angka. Data yang diteliti
berupa gejala, peristiwa, kejadian, tindakan, perbuatan serta kata-kata,
selain data yang disebutkan diatas termasuk dalam data tambahan seperti
dokumen dan lain lain. Pendapat tersebut didukung oleh Lofland dan
Lofland (dalam Moleong 2017:157) yang mengatakan bahwa “Sumber
data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya
merupakan data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Berdasarkan
pernyataan diatas, didapat informasi bahwa sumber data dalam penelitian
ini terbagi 2 (dua) yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dan sumber data sekunder merupakan sumber

33
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
melalui orang lain atau dokumen. (Sugiyono 2016:137)

3.4.1 Sumber Data Primer


Sumber data primer merupakan sumber data berupa kata-kata dan
tindakan. Dalam penelitian ini setiap tindakan, perbuatan, dan kata-kata
yang diamati dari orang yang akan kita wawancarai dapat dilakukan
perekaman suara maupun perekaman video pada saat pelaksanaan
wawancara guna meningkatkan keaslian data yang diperoleh, termasuk
sumber data primer. Yang merupakan sumber data primer dalam
penelitian ini yaitu:
a. Kapolres Kediri,
b. Kasat Intelkam Polres Kediri,
c. Ka Unit Keamanan Negara Satintelkam Polres Kediri
d. Anggota Satintelkam Polres Kediri

3.4.2 Sumber Data Sekunder


Data sekunder merupakan sumber data di luar kata-kata dan
tindakan dari sumber utama. Data sekunder didapatkan dari sumber
tertulis seperti sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip,
dokumen pribadi, dan dokumen resmi. (Moleong 2017:159) Data
sekunder bisa didapatkan melalui penelitian kepustakaan dengan
mengkaji dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian. Sumber data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Undang No. 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik
Indonesia
b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2011 Tentang Intelijen Negara
c. Peraturan Kabaintelkam Polri No. 1 Tahun 2013 Tentang
Penyelidikan Intelijen Polri
d. Hanjar FT Intelkam Akpol 2021

34
e. Intel Dasar Polres Kediri tahun 2021

Selain mengkaji sumber data diatas, data sekunder dapat juga


dilakukan dengan mengumpulkan Laporan Harian Khusus Intelijen,
Laporan Informasi, Nota Intelijen, Perkiraan Khusus, Perkiraan Cepat, dan
Data curanmor di wilayah Polres Demak yangdiharapkan dapat
memberikan informasi dan keterangan yang berhubungan dengan
pelaksanaan penyelidikan oleh satintelkam melalui deteksi dini guna
mencegah terjadinya curanmor wilayah hukum polres Demak.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Ketepatan dalam teknik pengumpulan data yang dilakukan sangat
berpengaruh dalam menentukan kevalidan dan reliabilitas data yang
didapat. Kualitas pengumpulan data berhubungan dengan ketepatan cara
cara yang digunakan dalam mengumpulkan data. (Sugiyono, 2016:137)
Dalam penelitian ini, akan digunakan beberapa teknik atau metode guna
mengumpulkan data.

3.5.1 Observasi
Dalam pengumpulan data, teknik pengumpulan data menggunakan
observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang
tidak terbatas hanya pada orang, teptai juga pada objek-objek alam yang
lain. (Sugiyono 2016:145) Pengertian observasi menurut Sutrisno Hadi
(dalam Sugiyono 2016:145) merupakan proses yang komplek, suatu
proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis yang
dua diantaranya yang terpenting yaitu proses-proses pengamatan dan
ingatan.
Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya “Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D” (2016:145) Pengumpulan data dengan
teknik observasi digunakan jika yang diteliti berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan responden yang diamati

35
tidak terlalu besar. Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat setiap gejala atau fenomena yang terjadi dengan teliti dan
sistematis guna mendapatkan data yang sesuai dengan keadaan
sebenarnya di lapangan.
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan observasi terhadap
peranan satintelkam melalui deteksi dini dalam mencegah terjadinya
curanmor di wilayah hukum Polres Kediri, peneliti akan melakukan
observasi secara lebih mendalam terhadap kegiatan yang dilakukan
satintelkam khususnya unit keamanan negara dalam melakukan deteksi
dini guna mencegah terjadinya curanmor, peranan dari satintelkam dalam
memberikan informasi sekecil apapun selaku penindak dalam
pemberantasan curanmor sehingga tindak pidana curanmor di wilayah
hukum Polres Kediri dapat dicegah.

3.5.2 Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan percakapan antara dua pihak berupa sejumlah pertanyaan secara
lisan yang akan ditanyakan oleh pewawancara kepada terwawancara
yang akan menjawab sejumlah pertanyaan tersebut, dilakukan tanpa
paksaan oleh pihak manapun. Maksud dilakukannya wawancara seperti
yang diungkapkan Lincoln dan Guba (dalam Moleong 2017:186) yaitu:
mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan: merekonstruksi kebulatan-
kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan
kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa
yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperlias informasi
yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia
(triangulasi); dan memberifikasi, mengubah dan memeperluas konstruksi
yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
Dalam pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti akan
menggunakan wawancara tak terstruktur. Dalam wawancara tak

36
terstruktur pewawancara akan menanyakan pertanyaan yang akan
disesuaikan dengan keadaan dan ciri unik dari responden. Pelaksanaan
wawancara tak terstruktur dilakukan kepada responden yang memiliki
pengetahuan dan mendalami situasi terhadap informasi yang diperlukan,
teknik wawancara tak terstruktur dapat mendalami permasalahan pada
bagian tertentu yang tak normal, serta wawancara tak terstruktur efektif
dalam mengungkap permasalahan terkait motivasi, maksud, kelemahan
atau penjelasan lain yang tidak dapat dijangkau dengan menggunakan
teknik wawancara terstruktur. Dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan wawancara kepada:
a. Kapolres Kediri
b. Kasat Intelkam Polres Kediri
c. Ka Unit Keamanan Negara SatIntelkam Polres Kediri
d. Anggota Satintelkam Polres Kediri

3.5.3 Telaah Dokumen


Merupakan teknik pengumpulan data dengan mempelajari
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Sumber data dari dokumen sudah lama digunakan dalam
penelitian karena dalam banyak hal dimanfaatkan untuk pengujian,
penafsirkan, dan dapat digunakan untuk peramalan. (Moleong 2017:217)
Adapun alasan-alasan digunakannya telaah dokumen karena siatnya
yang dapat dipertanggung-jawabkan menurut Guba dan Lincoln (dalam
Moleong 2017:217) adalah dokumen termasuk sumber data yang stabil,
kaya, dan mendorong, dapat digunakan sebagai bukti suatu pengujian,
sumber data bersifat alamiah,sesuai dengan konteks, relatif mudah untuk
dicari dan didapatkan. Adapun dokumen yang diperlukan yang
berhubungan dengan penelitian ini yaitu:
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian
Republik Indonesia

37
b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2011 Tentang Intelijen Negara
c. Peraturan Kabaintelkam Polri No. 1 Tahun 2013 Tentang
Penyelidikan Intelijen Polri
d. Hanjar FT Intelkam Akpol 2022
e. Intel Dasar Polres Demak tahun 2021

Selain dokumen yang telah disebutkan diatas, produk yang


dihasilkan oleh satuan Intelijen maupun satres narkoba berupa laporan
harian khusus intelijen, laporan informasi, nota intelijen, perkiraan
khusus,perkiraan cepat, dan data curanmor di wilayah Polres Kediri, dapat
digunakan sebagai sumber data dokumen terkait permasalahan yang
akan diteliti.

3.6 Validitas Data


Menurut Sugiyono (2016:267), validitas data merupakan derajat
ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data
yang didapatkan oleh peneliti secara langsung, data dapat dikatakan valid
apabila tidak terjadi perbedaan antara data yang dilaporkan oleh peneliti
dengan data sebenarnya dari objek penelitian. Data dikatakan tidak valid
apabila terjadinya ketidakcocokan antara data hasil pelaporan peneliti
dengan data sesungguhnya di lapangan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas data atau teknik
pemeriksaan yaitu teknik triangulasi data, penggunaan teknik ini dapat
membandingkan data yang diperoleh dari sumber dengan data yang
diperoleh dari sumber lain. Wiersma (dalam Sugiyono 2016:273)
menyatakan bahwa Teknik triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu. Terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan triangulasi waktu.

a. Triangulasi Sumber

38
Dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan
melakukan pengecekan data yang diperoleh melalui beberapa sumber.

b. Triangulasi Teknik

Dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan mengecek data


kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi Waktu

Dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan cara melakukan


pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain pada waktu
atau situasi yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi


teknik. Pemilihan kedua triangulasi tersebut berdasarkan fakta bahwa
dalam menentukan validitas data, narasumber dan teknik atau metode
dalam pengumpulan data sangat berpengaruh. Penggunaan tiangulasi
sumber dengan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa
sumber seperti dari Kapolres Kediri sebagai pimpinan tertinggi di Polres
Kediri, data dari Kasat Intelkam selaku yang bertanggungjawab
melaksanakan penyelidikan melalui deteksi dini dalam mencegah
curanmor sehingga dapat ditarik kesimpulan dari beberapa sumber data
selanjutnya dimintakan kesepatakan (member check) dengan beberapa
sumber data tersebut. Menggunakan triangulasi teknik berupa observasi,
wawancara, dan telaah dokumen dengan melakukan pengecekan kepada
sumber data yang sama, tetapi menggunakan teknik-teknik yang berbeda
sehingga dapat dicapai kesimpulan. Peneliti dapat memastikan jika data
yang didapat benar, dan jika ditemukan data yang berbeda kemungkinan
hanya perbedaan sudut pandang dari sumber data tersebut.

3.7 Teknik Analisis Data


Pengertian analisis data menurut Bogdan (dalam Sugiyono
2016:244) merupakan proses mencari dan menyusun data secara
sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

39
bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengumpulkan data, menyusun pola yang terbentuk, memilih data
penting untuk dipelajari, dan membuat kesimpulan yang mudah dipahami
baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Dalam penelitian ini akan digunakan analisis data kualitatif, Miles
and Huberman (dalam Sugiyono 2016:246) menyatakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara berkesinambungan hingga tuntas sehingga datanya jenuh. Dalam
analisis data, dibagi kedalam tiga kegiatan yaitu (1) data reduction
(reduksi data);
(2) data display (penyajian data); dan (3) conclusion drawing/verifying
(penarikan kesimpulan).

3.7.1 Reduksi Data


Dalam melaksanakan penelitian di lapangan akan diperoleh data
dalam jumlah yang cukup banyak dan rumit. Untuk mengolah data yang
cukup banyak tersebut dibutuhkan reduksi data. Reduksi data berarti
merangkum, meringkas, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-
hal penting, dicari tema serta pola yang terbentuk dalam data tersebut.
(Sugiyono 2016:247) Data akan dipilah, mana yang tidak diperlukan
dalam penelitian tersebut agar semakin jelas gambaran mengenai
permasalahan yang sedang dihadapi dan mempermudah peneliti dalam
mengumpulkan data selanjutnya.

3.7.2 Sajian Data


Setelah melakukan reduksi data, peneliti selanjutnya melakukan
menyajian data. Menurut Suiyono (2016:249) Penyajian data dalam
penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Penyajian data dalam

40
penelitian kualitatif yang paling sering digunakan yaitu dengan teks yang
bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka dapat mempermudah
peneliti dalam memahami peristiwa yang terjadi dan dapat merencanakan
pekerjaan selanjutnya berdasarkan data yang diperloleh.

3.7.3 Penarikan Kesimpulan


Langkah ketiga dalam melakukan analisis data kualitatif menurut
Miles dan Huberman yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Miles and
Huberman (dalam Sigiyono 2016:253) mengatakan bahwa kesimpulan
awal dalam analisis data kualitatif yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan masih akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah dilakukan
penelitian akan menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis, atau teori. (Sugiyono 2016:253)

3.8 Jadwal Penelitian

Table 3.1
Jadwal Penelitian
kegiatan Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Wawancara x x x x x x

Observasi x x x x

Studi pustaka x x x x x x

Evaluasi x x

41
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Akpol. (2021). Pedoman Penelitian Ilmiah Taruna Akademi Kepolisian.

Semarang: Lemdiklat Polri


Moleong, L. J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi, Cetakan
ke-36 (P. R. Rosdakarya (ed.)).

Narbuko, C. dan A. A. (2008). Metodologi Penelitian. Bumi Aksara.


Spencer, L. & S. M. S. (1993). Competence at Work, Models For
Superior Performance. John Wiley & Sons, Inc.

Sugiyono, S. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan


Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Sutrisno, E. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Kencana. Terry,


G. R. 2009. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara

B. PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

Peraturan Kepala Badan Intelijen Kepolisian Nomor 1 Tahun 2013


Tentang Penyelidikan Intelijen Kepolisian Negara Republik
Indonesia

Peraturan Kepala Kepolisian No. 1 Tahun 2019 Tentang Sistem,


Manajemen dan Standar Keberhasilan Operasional Kepolisian
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Intelijen Negara

42
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana

C. JURNAL

G.R, Prakoso. 2022. Optimalisasi Penyelidikan Intelijen dalam


Penanggulangan Tindak Pidana Pencruian dengan Pemberatan di
Wilayah Hukum Polsek Purwokerto Timur. Skripsi. Semarang:
Akademi Kepolisian.
Wibowo, Edi Saputra. 2021. Penggunaan Informan Dalam Penyelidikan
Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Roda Dua di
Wilayah Polrestabes Surabaya. Jurnal : unair.
Aprian, Yusuf. 2022. Peran Satuan Intelkam dalam Deteksi Dini Terhadap
Tindak Pidana Curanmor di Polres grobogan. Skripsi. Semarang:
Akademi Kepolisian.

43

Anda mungkin juga menyukai