Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Manahij Al Bahts Siti Mufclihah, M.Ag,


Al-Tarbawy Wa Al-Lughawy M. Ed, Ph. D

Body of Knowladge

Oleh Kelompok I :

Nuril Ashabil Jannah : 210101020464


Muhammad Khaidir : 210101020410
Reza Imani Sholeha : 210101020468

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

ANTASARI FAKULTAS TARBIYAH DAN

KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN

BAHASA ARAB BANJARMASIN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
taufiq dan hidayahnya kepada kami sehingga bisa menyelesaikan makalah
ini yang berjudul Body of Knowledge. Sholawat serta salam selalu kita hatur
kan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW,serta sahabat dan
para pengikut beliau yang selalu setia sampai akhir zaman.
Terimkasih kami sampaikan kepada ibu Siti Mufclihah, M.Ag, M.Ed,
Ph. D sebagai dosen pembimbing mata kuliah Manahij Al-Bahts Al-
Tarbawy Wa Al-Lughawy yang telah membimbing kami dalam penulisan
makalah ini,
Makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun
penulisan,oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari semua
pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin,10 September 2023

Kelompok I
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dinamika perkembangan bahasa dari waktu ke waktu telah mengalami proses


pasang surut yang berjalan beriringan dengan perkembangan kebudayaan manusia dari
berbagai belahan dunia. Interaksi sosial yang terjadi antara manusia yang memiliki latar
budaya tersebut telah memengaruhi corak bahasa-bahasa yang dipakai oleh penutur
dengan latar budaya yang berbeda-beda tersebut. Sebagai contoh, masyarakat primitif
akan selalu berbudaya primitif selama tidak ada kontak dengan dunia luar (masyarakat
yang ebih maju), sebaliknya, bila ada kontak dengan dunia luar maka budaya
merekapun akan berubah menjadi lebih baik.
Menurut Koentjaraningrat dalam Robert Sibarani, kontak dengan dunia luar
yang dimaksud adalah belajar, yang mengandung juga proses transmisi dan komunikasi.
Kedua proses ini memungkinkan untuk dilakukan melalui bahasa, baik lisan maupun
tulisan. Benang merah yang dapat ditarik dalam kasus ini menghubungkan antara
kebudayaan dan bahasa1
Pengkajian ilmu bahasa (linguistik) berarti menngembangkan ilmu tersebut.
Mengembangkan ilmu bahasa berarti mengolah dan menggeluti objek sasarannya, yaitu
bahasa alamiah manusia. Oleh karena itu, cara pengembangan atau metode pengkajian yang
tepat mutlak diperlukan. Metode yang tepat sangat penting bukan hanya untuk ilmu bahasa,
tetapi berlaku juga bagi disiplin ilmu pengetahuan empiris. Menurut Karl Pearson bahwa
keutuhan semua ilmu pengetahuan dapat dicapai hanya karena metode dan bukan karena
bahannya. Hal ini sejalan dengan ciri ilmu pengetahuan yaitu harus memiliki metode. 2
Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan metode ilmiah merupakan pengetahuan yang
memenuhi syarat-syarat keilmuan. Dengan demikian dapat disebut pengetahuan atau ilmu.
Dalam artikel ini akan menjelaskan tentang Langue, Langage, dan Parole menurut
Ferdinan de Saussure

1
Robert Sibarani, Hakikat Bahasa (Bandung: Citra Aditya, 1992),h 100.
2
Sudaryanto, Metode Linguistik;ke arah Memahami Metode Linguistik (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1992), h. 1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Body of Knowledge, Langue, Langage, Parole ?
2. Apa yang dimaksud dengan Manhaj Al-Istiqra’i Al-Wasfi ?
3. Siapa saja tokoh-tokoh Manhaj Al-Istiqra’i Al-Wasfi ?

C. Tujuan Penulis

1. Mengetahui dan memahami tentang pengertian Body of


knowledge, Langue, Langage, dan Parole
2. Mengetahui dan memahami Manhaj Al-Istiqra’i Al-Wasfi
3. Mengetahui dan mengenal tokoh-tokoh Manhaj Al-Istiqra’i Al-
Wasfi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Body of Knowledge, Langue, Langage, dan Parole.
Kerangka Keilmuan (Body of Knowledge) adalah seperangkat konsep, istilah, dan
aktivitas lengkap yang membentuk kumpulan pengetahuan dalam ranah disiplin ilmu
tertentu.3
Body of Knowledge juga dapat dipahami sebagai pengetahuan terstruktur yang
digunakan oleh anggota suatu disiplin ilmu untuk dijadikan acuan atau landasan dalam
teori maupun prakteknya, dalam ranah ini adalah ilmu Bahasa. 4
Secara ontologis, ilmu bahasa mengkaji berbagai gejala bahasa dan tali temali
bahasa dengan gejala lain. Bidang kajian ini dilandasi oleh konsep tentang hakikat bahasa
yang secara konvensional meliputi tiga bagian, yaitu langue, langage, dan parole.
Bahasa juga bisa dikaitkan dengan gejala khas manusia yang lain. Gejala ini akan
melahirkan kajian lintas disiplin (Interdisciplinary Study) yang masuk dalam wilayah
kajian makro linguistik, seperti hubungan antara bahasa dan masyarakat yang melahirkan
kajian sosiolinguistik (Sociolinguistics) dan sosiologi bahasa (Sociology of Language);
hubungan bahasa dengan jiwa yang melahirkan disiplin ilmu psikolinguistik
(Psycholinguistics); hubungan bahasa dengan bidang-bidang seperti pendidikan,
penerjemahan, jurnalistik, kepariwisataan, dan lainnya yang melahirkan bidang kajian
linguistik terapan (Applied Linguistics); hubungan bahasa dengan antropologi yang
melahirkan ilmu antropolinguistik (Anthtropolinguistics); hubungan bahasa dengan ilmu
neurologi yang dikaji oleh neurolinguistik (Neurolinguistics); dan lain-lain.
Secara epistemologi, ilmu bahasa dapat dikaji melalui beragam pilihan pendekatan
(Approach), metode (Method), dan teknik (Technique) ataupun cara dan piranti (Ways and
Instruments). Namun terlebih dahulu perlu diungkapkan cara pandang yang digunakan

3
GR (2012). Landasan Badan Pengetahuan Operasi dan Strategi Bisnis yang Diasumsikan (BOSBOK):
Garis Besar Pengetahuan yang Dapat Dibagikan , hal. 3.
4
Institut Riset Operasi dan Ilmu Manajemen. Pertemuan Nasional (2009) INFORMS Conference
Program, hal. 65.
dalam mengkaji bahasa, yag lazim disebut sebagai paradigma. Paradigma adalah
pandangan mendasar mengenai pokok persoalan, tujuan dan sifat dasar bahan kajian.
Dalam sejumlah paradigma akan terkandung sejumlah pendekatan, dalam satu pendekatan
terkandung sejumlah metode, dalam satu metode terkandung sejumlah teknik, sedangkan
dalam teknik terkandung sejumlah cara dan piranti.
Dalam ilmu bahasa, terdapat tiga paradigma utama yang biasa digunakan, yaitu
positivistik (kuantitatif), interpretif (kualitatif), dan reflektif (kritik). Adapun untuk karya
sastra biasanya dapat dikaji dengan beberapa yang lebih beragam, seperti pendekatan
historis, pendekatan formal, pendekatan sosio-kultural, pendekatan psikologis, dan lain-
lain.
Langage, Langue, dan Parole
Langage, langue, dan parole merupakan istilah yang terdapat dalam bahasa
Perancis yang digunakan oleh Saussure. Ketiga istilah tersebut sulit diterjemahkan ke
dalam bahasa lain. Langage mengacu pada pengertian fenomena bahasa secara umum.
Langage terdiri atas 2 bagian, yaitu: langue dan parole. Langue mengacu pada pengertian
bahasa sejauh merupakan milik bersama dari suatu golongan bahasa tertentu. Sedangkan
pengertian parole mengacu pada pemakaian bahasa yang individual, yang dalam bahasa
Inggris diterjemahkan dengan speech atau language use (percakapan atau penggunaan
bahasa). Dalam linguistik yang menyelidiki bahasa, yang menjadi obyek penyelidikan
adalah langue, yaitu: bahasa sebagai milik bersama dari suatu kelompok yang
menggunakannya.
Ilmu bahasa (Linguistik) tidak hanya mempelajari satu langue, tetapi juga tempat
langue tersebut dalam khazanah language. Dalam setiap bahasa, ada ciri tertentu yang
juga ditemukan dalam bahasa-bahasa lain. Karena itu, akan lebih baik jika seorang
sarjana bahasa juga menguasai satu atau lebih bahasa selain bahasanya sendiri, agar bisa
mengungkap ciri yang sama maupun yang berbeda antara satu langue dengan langue
yang lain, menuju penemuan kaidah-kaidah umum langage. Secara sederhana, ada lima
wujud gejala langage yang selanjutnya disebut dengan mikro linguistik, yaitu:5
1. Bunyi (Speech Sound, Phone). Bunyi yang dipresentasikan dalam bentuk
huruf. Gejala ini dipelajari oleh cabang kajian fonetik atau fonologi

5
(Phonetics / Phonology)
2. Morfem (Morpheme) dan kata (Words). Serba-serbi kata dipelajari oleh
morfologi (Morphology), perbendaharaan kata ini dipelajari oleh
leksikologi (Lexicology), sedangkan kata sebagai tanda dikaji oleh
semiotika (Semiotics) atau semiology
3. Kelompok kata yang berupa frasa (Phrase) maupun kalimat (Sentence).
Gejala ini oleh cabang ilmu kajian sintaksis (Syntax)
4. Makna (Meaning). Gejala bahasa ini dipelajari oleh cabang kajian
semantika (Semantics)
5. Percakapan dan/atau wacana (Conversation and/or Discourse). Gejala ini
dipelajari baik oleh cabang kajian pragmatika(Pragmatics), hermeneutika
(Hermeneutics), analisis isi (Content Analysis), maupun analisis wacana
(Discourse Analysis).
Bahasa sebagai suatu sistem (langue) yang merupakan aspek sosial dari ucapan,
keseluruhan bayangan kata yang dijadikan satu dalam pikiran beberapa orang yang
berbicara dalam bahasa yang sama, tidak dapat melepaskan pengaruhnya dari parole,
yaitu aktualisasi bahasa yang muncul dari pemakai bahasa bersangkutan. Kegiatan
berbicara atau dapat juga disebut dengan bahasa lisan biasanya muncul lebih dahulu dari
bahasa tulisan yang biasanya sangat terikat oleh sistem. Oleh karena itu bahasa lisan
(parole) sering mengubah bahasa tulisan (langue), dan bahasa itu akan mengalami
perkembangan yang terus-menerus.6

B. Manhaj Al- Istiqra’I al-Wasfi


Manhaj al-wasfi al-Istiqrai atau metode deskriptif adalah cara pengkajian bahasa
secara ilmiah dengan mendeskripsikan sebuah bahasa atau sebuah dialek yang ada pada
masa dan tempat tertentu.14 Manhaj al-wasfi al-Istiqra dianggap sebagai manhaj yang
urgensinya lebih banyak bersifat tematik serta lebih menarik untuk diteliti pada masa
sekarang. Metode ini muncul sebagai reaksi terhadap manhaj altarikhi al-ta‘lili al-mi’yari
6
Misnal Munir,”Sistem Kekerabatan Dalam Kebudayaan Minangkabau: Perspektif Aliran Filsafat Strukturalisme
Jean Claude Levi-Strauss” ,Jurnal Filsafat, Vol. 25, No. 1, Februari 2015, Hal. 6-8
al-qadim yang telah menguasai penelitian bahasa Arab dan Erofah.
Penggunaan istilah al-wasfi (‫( الوصفى‬dalam penelitian bahasa terjadi karena hasil
dari metode sejarah (‫( التاریخي‬yang mengarahkan karya-karya bahasa orang-orang Eropah.
Sejak Sir W. Jones mengumumkan pendapatnya tentang bahasa Sansekerta tahun 1786
M. mulailah penelitian bahasa menempuh cara sejarah dan perbandingan (‫( المقارنة‬yang
telah menguasai penelitian bahasa sepanjang abad 17 dan lebih khusus bagi mazhab
Jerman.
Manhaj al-wasfi al-Istiqra muncul di Barat pada permulaan abad tersebut, dan
mulai tumbuh dan berkembang pesat pada tahuntahun terakhir. Di dalamnya terdapat
penelitian terapan yang bercabang-cabang tentang bahasa. Ketika para peneliti telah
mengerti metode ini, mereka mulai menulis dan berusaha menerapkannya berdasarkan
penelitian bahasa Arab. Hal tersebut menuntut untuk mereviu kembali data-data
kebahasaan khususnya pemahaman yang mendasar yang ditujukan pada penelitian bahasa
yang meliputi pemahaman terhadap kata, kalimat, sarf dan tarkib dan lain-lain. 7
Metodologi Manhaj Al-Istiqra’I Al-Wasfi
Tokoh-tokoh linguistik modern atau penelitian deskriptif dalam penelitiannya
berangkat dari catatan-catatan sampai pada asumsi atau hipotesa seperti contoh berikut:
a) Catatan kejadian-kejadian dan data- data bahasa
b) Memformulasi sebagian pengajaran-pengajaran terhadap kejadian-kejadian yang
serupa,
c) Memformulasi hipotesa- hipotesa yang menafsirkan kejadian-kejadian tersebut
berdasarkan penjelasan pengajaran yang lalu.
d) Memberi penguatan terhadap kesesuaian hipotesa-hipotesa tersebut dengan fakta
bahasa,
e) Pembentukan teori berdasarkan hipotesa-hipotesa tersebut.
f) Bersandar pada teori yang lalu untuk mendeskripsikan masalah- masalah bahasa
dan penafsirannya.
Ciri khas dari pada penelitian deskriptif adalah:
1. Berdasar pada satu stndar dalam menganalisis susunan bahasa.
2. Berdasarkan pada qawaid sebagai penjelasan dan penyederhanaan
7
Beti Mulu, "Manahij al-Bahsi al-Lughawi (Metode Penelitian Ilmu Bahasa)", Shautut Tarbiyah, Vol. 19, No. 1,
2013, h. 56
dalam menjelaskan, mendeskripsikan dan menafsirkan unsur-
unsur bahasa.
3. Mencakup standar-standar bahasa (fonologi, morpologi, sintaksis dan semantik)
4. Berdasarkan pada tema untuk memastikan hipotesa-hipotesa
bahasa.
5. Bahasa sebagai salah satu tema deskriptif. Seperti membedah,
bukan kumpulan kaidah-kaidah serperti undang-undang..
6. Memilih fase tersebut dengan mendeskripsikan secara deduktif.8

C. Tokoh-tokoh Manhaj Al-Istiqra’i Al-Wasfi

1. Ferdinande saussare

Terlahir di Jenewa pada tahun 1857, Saussure adalah anak lelaki dari seorang naturalis ter-
pandang dan anggota keluarga dengan tradisi keberhasilan yang kuat dalam bidang ilmu alam. Ia
diperkenalkan ke penelitian linguistik pada awal-awal usianya oleh seorang ahli filologi dan
teman keluarganya, yakni Adolf Pictet. Pada usia limabelas tahun ia mempelajari bahasa Yunani,
Perancis, Jerman, Inggris, dan latin.
Ferdinand de Saussure adalah Bapak ilmu linguistik modern, yakni orang yang
mereorganisasikan kajian yang sistematik terhadap bahasa sehingga memungkinkan tercapainya
prestasi dalam ilmu linguistik abad kedua puluh. Hal ini telah menjadikannya sebagai penguasa
yang modern: yakni penguasa suatu disiplin ilmu yang dimodernkan
Adapun teori-teori Ferdinand De Saussure adalah:9
a) Bahasa adalah materi kajian linguistik.
De Saussure telah menegaskan bahwa satu-satunya tujuan penelitian kebahasaan adalah
meneliti bahasa seperti kenyataan bahasa itu sendiri, dan memungkinkan untuk
melakukan penelitian tersebut dari beberapa segi yaitu: fungsi, syarat-syarat, keindahan,
sistem dan cakupan-cakupannya dan lain-lain.
b) Perbedaan antara penelitian sejarah dan penelitian wasfi atau dekriptif.
Saussure berpendapat bahwa tujuan penelitian sejarah yang menguasai penelitian bahasa
pada masanya itu tidak ilmiah, karena dia mencampurkan antara dimensi sejarah bahasa
dan sistemnya, menurutnya bahasa itu terjadi dengan sendirinya pada setiap kesempatan
dari satu sisi dan perkembangan sejarah pada sisi lain. Penelitian sejarah (diachronique)
mempelajari fenomena bahasa dalam perkembangannya sepanjang masa, sedangkan
penelitian deskriptif (syncronique) mempelajari fenomena bahasa pada waktu tertentu.
Para ahli bahasa modern menemukannya sebagai metode yang tepat untuk penelitian

8
Ibid. Hal. 59-60
9
‘Abduh al-Maragi, al-Nahwu al-‘Arabi wa al-Dars al-Hadith; Bahthu fi alManhaj (Iskandariyah: Dar al-Ma‘rifah
al-Jami’iyyah, 1988), h. 24.
bahasa berdasarkan ilmiah.
c) Al-lugah dan al-kalam.
De Saussure membedakan antara kedua istilah tersebut. Al-lugah (bahasa) sama dengan
La langue dan al- kalam (percakapan) sama dengan La parole. Al-lugah menurutnya
adalah pengaturan yang potensial bagi manusia yang bercakap dengan satu bahasa.
Adapun al-kalam adalah sesuatu yang digambarkan oleh kalimat individu karena al-
kalam bukan fakta sosial, ia muncul dari kesadaran dan produk individu yang sempurna,
sementara fakta sosial seharusnya dipraktekkan secara umum terhadap masyarakat tidak
seperti kebebasan individu yang sifatnya pilihan bebas. Sedangkan al-lugah sekalipun
keluar dari kekuatan individu ia tetap bertabi’at al-lugah, sementara al-kalam bersifat
individu berdasar atas unsur pilihan dan tidak dapat diprediksi sehingga tidak dapat
diteliti secara ilmiah sebaliknya al-lugah merupakan kenyataan sosial yang mempunyai
sifat umum.
d) Bahasa adalah sistim simbol-simbol yang terpisah.
Menurut De Saussure bahasa (al-lugah) adalah signes distinets sedangkan simbol (al-
isyarah) adalah le significant atau le signifie atau sesuatu yang tertentu atau kumpulan ide
yang berkaitan dengan le significant, yaitu al-isyarah tidak menyambung sesuatu dengan
lafaz sebagaimana yang digambarkan ulama pada masanya, bahkan lafaz dengan
menggambarkan atau memperagakan peradaban yang disandarkan pada manusia terhadap
sesuatu atau ide. Dalam manhaj ‘ilmi wasfi atau metode ilmiah dekriptif mencakup hal
yang dapat membedakannya seperti jumlah, ungkapan-ungkapan, kata-kata dan les
morphemes.

2. Edward Sapir
Sapir adalah seorang generasi tokoh mazhab al-wasfi di Universitas Amerika. Dia menerima
ilmunya di Universitas Kolombia di New York. Dia mengambil takhassus bahasa Jerman. Dan
mempeoleh doktornya pada bidang antroplogi pada tahun 1909. Dia mementingkan penelitian
bahasa Hindu-Eropa. Dia memiliki satu kitab yaitu al-lugah (language) dan artikel-artikel, riset-
riset dalam jurnal-jurnal periode Amerika.
Edward Sapir, seperti halnya dengan De Saussure membedakan penelitian sejarah tradisional dan
penelitian standar atau deskkriptif. Menurutnya bentuk yang lebih penting disandarkan pada ilmu
bahasa modern adalah La forme linguitique atau struktur-struktur bentuk bagi bahasa. Dia
berpendapat bahwa metode ilmiah berpusat pada penelitian struktur-struktur atau ciri-ciri
khasnya yaitu al-asuat, al- kalimah, al-jumlah karena struktur bahasa adalah ciri khas bahasa
yang terpenting, tetapi tidak berarti mempelajari bentuk-bentuk bahasa bebas dari fungsi dalam
menjelaskan makna.
Penelitian bahasa meliputi dua unsur yang mendasar yaitu: pertama visualisasi yakni asas-asas
yang membawa bahasa pada proses komunikasi antara manusia, kedua adalah metode-metode
formal yang berhubungan dengan visualisasi tersebut yang dapat mengekspresikan makna.
Sapir membenarkan pemusatannya pada penelitian bahasa berdasarkan bentuk-bentuk bahasa
atau contoh-contoh fonologi dengan catatan sebagai berikut:10
a) Contoh-contoh atau bentuk-bentuk bunyi terus-menerusmengalami perubahan.
b) Kemungkinan adanya dua bahasa atau lahjah yang berdekatan dan seimbang dalam
bentuk ini dan berbeda dari segi bunyi.

10
Emil Badi’ Ya’qub, loc. cit
c) Kemungkinan adanya dua bahasa yang memiliki bunyi yang sama dengan tidak
merendahkan contoh-contoh yang sama.

3. Leonard Bloomfield
Bloomfield mengambil spesialisasi bahasa Jerman di Universitas Harvard Amerika Serikat dan
memperoleh gelar doktornya. Pada tahun 1914 dia menerbitkan bukunya yang berjudul Madkhal
ila al-Lugah (Introduction to the study of language), dan tahun 1933 menerbitkan buku al-lugah
(language). Buku ini tersebar luas dan menjadi rujukan dasar bagi pembelajaran bahasa, dan
bergabung pada Linguistiq Society of America.
Bloomfield memulai kitabnya dengan Dirasat al-Lugah, dia mengkritik metode sejarah yang
bersifat mi’yari sebagai ajakan kepada al-manhaj al-wasfi al-istqrai dan baginya bahasa adalah
respons yang bersifat verbal terhadap stimulus-stimulus yang melingkunginya sebagai suatu
bentuk tingkah laku jasmani. Dan dia menjelaskan hal itu dengan cara kissah yang menjelaskan
kondisi kalam yang merujuk pada tiga hal sebagai berikut:11
a) Kejadian praktis yang mendahului praktek berbicara.
b) Praktek berbicara
c) Kejadian praktis yang diikuti dengan praktek berbicara.
Bloomfield membedakan antara dua teori dalam menafsirkan kalam: yaitu mentalistique, yaitu
tingkah laku manusia merujuk kepada ruh, akal, keinginan atau faktor-faktor yang tidak dapat
diindera, dan materialistique atau mechanistique yaitu tingkah laku manusia yang merujuk pada
lingkungan. Oleh karena itu penelitian Bloomfield terlepas dari fonem-fonem bahasa dan ciri
khasnya, struktur bunyi, bentuk-bentuk nahwu dan perubahan-perubahannya.

11
Ibid., h. 91
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerangka Keilmuan (Body of Knowledge) adalah seperangkat konsep, istilah, dan
aktivitas lengkap yang membentuk kumpulan pengetahuan dalam ranah disiplin ilmu
tertentu.
Langage mengacu pada pengertian fenomena bahasa secara umum. Langage terdiri
atas 2 bagian, yaitu: langue dan parole.
Langue adalah suatu sistem yang merupakan aspek sosial dari ucapan, keseluruhan
bayangan kata yang dijadikan satu dalam pikiran beberapa orang yang berbicara dalam
bahasa yang sama atau disebut juga bahasa tulisan.
Parole adalah kegiatan berbicara atau dapat juga disebut dengan bahasa lisan
biasanya muncul lebih dahulu dari bahasa tulisan yang biasanya sangat terikat oleh sistem.
Manhaj al-wasfi muncul di Barat pada permulaan abad 17 sebagai reaksi terhadap
manhaj al-tarikhi al-ta’lili al-mi’yari al-qadim yang telah menguasai penelitian bahasa
Arab dan Eropa.
Metodologi manhaj wasfi, dalam penelitiannya berangkat dari catatan-catatan
sampai pada asumsi atau hipotesa. Pembentukan teori berdasarkan hipotesa-hipotesa.
Untuk mendeskripsikan masalah-masalah bahasa dan penafsirannya bersandar pada teori
yang lalu.
Tokoh- tokohnya yang terkenal ada 3 yaitu: Ferdinand de Saussure, Edward Sapir,
Leonard Bloomfield.
DAFTAR PUSTAKA

Mulu, B. (2013). Manahij al-Bahsi al-Lughawi (Metode Penelitian Ilmu Bahasa).


Shautut Tarbiyah, 19(1), 52-65.

Munir Misnal, Sistem Kekerabatan Dalam Kebudayaan Minangkabau: Perspektif


Aliran Filsafat Strukturalisme Jean Claude Levi-Strauss, Jurnal Filsafat, Vol. 25, No. 1,
Februari 2015.

Anda mungkin juga menyukai