Anda di halaman 1dari 2

Biografi Nabi Muhammad SAW dari Lahir Hingga Wafat

Nabi Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah untuk menuntun umat di dunia.
Rasulullah lahir pada abad ke-6, di tengah kondisi masyarakat Arab yang telah jauh menyimpang dari
ajaran Allah yang dibawa oleh para nabi terdahulu. Saat menginjak usia 40 tahun, Nabi Muhammad
diangkat menjadi nabi dan rasul yang membawa risalah terakhir yang akan berlaku hingga akhir zaman.
Sejak itulah perjuangan Rasulullah dalam menyiarkan ajaran Islam dimulai dan berakhir saat wafatnya
pada 8 Juni 632.

Kisah kelahiran Nabi Muhammad


Terdapat beberapa pendapat terkait tanggal, bulan, dan tahun lahir Nabi Muhammad. Pendapat yang
paling populer dan banyak diyakini, Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal pada tahun
Gajah.

Disebut tahun Gajah karena saat itu terdapat peristiwa bersejarah, yakni serangan tentara bergajah
pimpinan Raja Abraha yang hendak menghancurkan Kabah di Mekkah. Lahirnya Nabi Muhammad itu
bertepatan dengan hari Senin tanggal 22 April 571 Masehi. Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa
Rasulullah lahir pada 8 Rabiul Awwal, 9 Rabiul Awwal, pada bulan Ramadan, Muharram, atau Rajab.

Terlepas dari perbedaan tentang tanggal lahirnya, yang pasti Nabi Muhammad merupakan keturunan
Bani Hasyim, salah satu klan dalam Suku Quraisy yang dihormati. Nabi Muhammad merupakan putra
Abdullah bin Abdul Muthatlib dan Aminah binti Wahb, yang lahir sebagai anak yatim. Pasalnya, ketika
Nabi Muhammad masih berusia dua bulan di dalam kandungan sang ibu, ayahnya meninggal dunia.
Sesaat setelah lahir, sang kakek yang bernama Abdul Muthalib, membawanya tawaf keliling Kabah
sebagai tanda syukur kepada Allah. Abdul Muthalib pula yang memberinya nama Muhammad, yang
berarti orang yang terpuji.

Tumbuh dewasa tanpa orang tua


Setelah Nabi Muhammad lahir, sang ibu tidak menyusuinya hingga selesai. Hal ini sesuai tradisi Arab
zaman dulu, di mana persusuan bayi harus diserahkan kepada murdi'at atau para perempuan yang
menyusui bayi. Nabi Muhammad pernah disusukan kepada Tsuwaibah Al Islamiyah dan Halimah
Sa'diyah. Ketika Rasulullah berusia enam tahun, sang ibu, Aminah, meninggal dunia. Nabi Muhammad
kemudian diasuh oleh Ummu Aiman, budak ayahnya, bersama Abdul Muthalib.

Sayangnya, Abdul Muthalib hanya bisa merawat Nabi Muhammad selama dua tahun, hingga tutup usia
pada tahun 578. Setelah itu, Rasulullah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, hingga dewasa.

Menikah dengan Khadijah


Ketika diasuh oleh Abu Thalib, Nabi Muhammad kerap diajak pergi berdagang ke berbagai daerah, yang
juga membuat Nabi tumbuh sebagai seorang pedagang sekaligus penggembala kambing. Saat remaja,
untuk pertama kalinya, Nabi Muhammad berpartisipasi dalam peperangan, yakni Perang Fijar. Kala itu,
di usianya yang masih sekitar 14 tahun, Rasulullah tidak ikut bertempur, tetapi hanya membantu
mengumpulkan panah. Dalam perkembangannya, Nabi Muhammad terkenal di berbagai penjuru Jazirah
Arab sebagai pedagang yang sangat jujur dan dapat dipercaya. Berkat kejujurannya, sebelum
Muhammad diangkat menjadi nabi, terkenal dengan sebutan Al-Amin, yang memiliki makna orang yang
dapat dipercaya. Karakter Muhammad dan budi pekertinya yang luhur telah didengar oleh banyak
orang, termasuk Khadijah, seorang janda kaya yang menekuni dunia perdagangan. Reputasi Muhammad
membuat Khadijah memercayakan barang dagangannya, bahkan mau memberikan upah dua kali lipat.
Perbedaan usia tidak menjadi penghalang bagi mereka dan kehidupan pernikahannya pun harmonis.
Nabi Muhammad dan Khadijah dikaruniai enam anak, yakni Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu
Kulsum, dan Fatimah. Mendapatkan wahyu pertama Hidup di tengah masyarakat Mekkah jahiliyah, Nabi
Muhammad memiliki kebiasaan khas, yaitu menyendiri selama beberapa waktu untuk merenung.
Muhammad pun menemukan tempat untuk merenung, yaitu di Gua Hira, yang berjarak sekitar 10
kilometer dari Mekkah. Baca juga: Waraqah bin Naufal, Imam Nasrani yang Memastikan Kenabian
Muhammad Melalui tafakur di Gua Hira, Rasulullah membersihkan hati dan pikirannya yang penuh
keprihatinan terhadap masyarakat Mekkah dengan niat suci bermunajat kepada Allah. Memasuki usia
40 tahun, Nabi Muhammad sering bermimpi yang datang seperti fajar yang terang di pagi hari. Sampai
suatu ketika di Gua Hira, tepatnya pada 17 Ramadan atau bertepatan dengan 6 Agustus 611 Masehi,
Rasulullah melihat cahaya yang sangat terang. Saat itu, Malaikat Jibril muncul dengan cahaya yang
membutakan mata dan menyampaikan wahyu yang pertama untuk Nabi Muhammad. Surat yang
diturunkan pertama kali saat Nabi Muhammad menerima wahyu adalah Al-Alaq ayat 1-5. Sesudah
mengalami peristiwa itu, Rasulullah keluar dari Gua Hira dan pulang dalam keadaan ketakutan serta
bingung.

Perjalanan dakwah Setelah mendapatkan wahyu, Nabi Muhammad mulai berdakwah di kalangan
keluarga, sahabat, dan masyarakat Mekkah. Seperti perkataan Waraqah, Rasulullah akan
didustakan, disakiti, diusir, dan diperangi oleh orang-orang yang menolak mengikuti ajarannya.
Meski sebagian besar masyarakat Mekkah secara terang-terangan menentang ajaran Islam, Nabi
Muhammad tidak berhenti berdakwah begitu saja.

Anda mungkin juga menyukai