Anda di halaman 1dari 7

Perbandingan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa melalui

Penerapan Model CBL Integrasi Pendekatan STEM dan Penerapan


Model CBL dengan Worksheet PSL di Indonesia

Noviana Putri1, Dadi Rusdiana1, Irma Rahma Suwarma1


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka, Indonesia
novianaputriss@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan keterampilan
berpikir kreatif siswa melalui penerapan model CBL pada pendekatan STEM dan CBL
yang diintegrasikan melalui worksheet PSL. . Berdasarakan hasil study kasus
menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah. Hal
itu dikarenakan pembelajaran berorientasi melatihkan keterampilan berpikir kreatif
belum dilakukan. Pembelajaran masih terfokus pada pemahaman konsep dan belum
diintegrasikan dengan kegiatan proyek. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian quasi eksperimen.
Penelitian ini menggunakan desain pre-test-post test control group. Subjek penelitian
terdiri dari empat puluh lima siswa kelas X SMK. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes uraian yang terdiri dari empat soal indicator berpikir kreatif
yaitu fluency, flexibility, dan originality. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif
siswa diketahui dengan menganalisis normalized gain (<g>) pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Hasil penelitian, ,menunjukkan bahwa implementasi CBL pada
pendekatan STEM memiliki peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa yang lebih
tinggi dari pada penerapan model CBL terintegrasi worksheet PSL.

Kata kunci : Challenge based learning, STEM, Keterampilan berpikir kreatif

ABSTRACT
The main objective of this research is to analyze the improvement of students'
creative thinking skills through the application of the CBL model to the STEM and
CBL approaches which are integrated through PSL worksheets. . Based on the
results of the case study, it shows that students' creative thinking skills are still
relatively low. That's because learning oriented to train creative thinking skills has
not been done. Learning is still focused on understanding concepts and has not been
integrated with project activities. The research method used in this study is a
quantitative method with a quasi-experimental research design. This study used a
pre-test-post test control group design. The research subjects consisted of forty five
students of class X SMK. The instrument used in this study was a description test
which consisted of four indicators of creative thinking, namely fluency, flexibility,
and originality. The increase in students' creative thinking ability is known by
analyzing the normalized gain (<g>) in the experimental class and the control class.
The results of the study show that the implementation of CBL in the STEM approach
has increased students' creative thinking skills which is higher than the application of
the CBL model integrated with PSL worksheets.

Keywords: Challenge based learning, STEM, Creative thinking skills

A. PENDAHULUAN

Torrance dalam Treffinger, Young, Selby, & Shepardson (2002) menjelaskan


bahwa indikator keterampilan berpikir kreatif adalah fluency, flexibility, dan
originality. Zhou dalam Eldy dan Sulaiman (2013) menyebutkan keterampilan
berpikir kreatif merupakan kemampuan atau bakat yang ada pada siswa yang harus
terus dilatih agar dapat mengasah keterampilan tersebut menjadi lebih baik. Hasil
wawancara guru dan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran fisika di salah satu
sekolah di Indonesia menunjukkan bahwa transfer ilmu secara tepat dalam proses
pembelajaran masih belum dilakukan. Proses pembelajaran belum mengarahkan
siswa pada rekonstruksi pengetahuan untuk mampu menganalisis fenomena,
memecahkan masalah dan berpikir kreatif. Proses pembelajaran yang berlangsung
menggunakan metode ceramah, demonstrasi, praktikum verifikasi dan penyelesaian
soal hitungan. Orientasi siswa dalam mempelajari materi fisika hanya untuk dapat
menyelesaikan soal fisika dengan cepat dan mudah. Soal evaluasi yang
dikembangkan juga belum mengarahkan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan
perspektif fisika. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa siswa merasa proses
pembelajaran yang dilakukan saat ini masih mengutamakan pembelajaran teori dan
belum melatih keterampilan siswa.
Studi implementasi CBL di enam sekolah di seluruh Amerika Serikat,
menunjukkan bahwa, 90% guru menyatakan bahwa ada perubahan signifikan dalam
keterampilan utama dalam pembelajaran (leadership, creativity, media literacy,
problem-solving, critical thinking, flexibility, and adaptabilit) setelah penerapan
model CBL, 70% guru menyatakan bahwa penerapan CBL dapat meningkatkan
kemampuan keterampilan abad 21, lebih dari 90% guru menyatakan dapat
mengefisienkan waktu pembelajaran, lebih dari 75% guru menyatakan bahwa mereka
mampu meningkatkan kemampuan pemahaman materi, dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran (Johnson & Adams, 2011). Penelitian lain juga menjelaskan bahwa
penerapan CBL dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa (Yang et al., 2018; Nufus, Duskri, & Bahrun, 2018; Ardiansyah et al., 2018).
Eldy dan Sulaiman (2013) mengungkapkan bahwa kurangnya keterampilan berpikir
kreatif terjadi karena pendidikan berpikir kreatif belum ditumbuhkan dan ditangani
dengan prosedur yang benar. Oleh karena itu diperlukan inovasi pembelajaran yang
tepat seperti melalui penerapan pendekatan atau penggunaan alat bantu pembelajaran.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penerapan STEM dalam
pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif (Henriksen, 2014;
Ugras, 2018; Yasin, Prima, & Sholihin, 2018; Apriyani, Ramalis, & Suwarma, 2019;
Hanif, Wijaya, & Winarno, 2019), mempersiapkan siswa untuk mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan dalam pendidikan abad 21 (Sanders, 2009),
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa (Becker & Park,
2011), efektif diterapkan dalam proses pembelajaran dan pencapaian tujuan
pembelajaran (Borchers , El Sayed, & Hoff, 2012), penyelidikan ilmiah dan
penemuan kandungan biologis (Osman, Hiong, & Vebrianto, 2013), mampu
menanamkan teknik pemecahan masalah yang kreatif pada siswa dan
mengembangkan inovator masa depan (Roberts, 2012), meningkatkan inovasi siswa
dan hasil belajar (Ceylan & Ozdileka, 2014), meningkatkan keterampilan
metakognitif dan minat siswa terhadap pelajaran sains (Anwari et. al., 2015),
menciptakan pembelajaran yang konkrit dan bermakna (Le et al., 2015) serta hasil
belajar dan keterampilan proses ilmiah (Saraç, 2018).
Penunjang pembelajaran yang dinilai sesuai kerangka CBL lainnya adalah
penggunaan worksheet. Williams (1941) menyebutkan bahwa worksheet merupakan
salah satu alat pembelajaran yang dapat memfasilitasi pembelajaran siswa secara
aktif. Worksheet adalah lembar tugas berupa pertanyaan sebagai panduan bagi siswa
yang dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran dalam lingkungan belajar
informal (Nyamupangedengu & Lilliot, 2012). siswa (Bakÿrcÿ, Bilgin, & Simsek,
2011), korelasi dan meningkatkan keterampilan membaca, pemahaman dan analisis
ilmiah (Ayva, 2012), keberhasilan belajar (Ulaÿ, Sevim, & Tan, 2012), menciptakan
pembelajaran yang bermakna (Celikler & Aksan, 2012), menjadikan lebih mudah
bagi siswa untuk memahami isi pelajaran sains (Sharma, 2014), prestasi ilmiah siswa
(Lee, 2014)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan keterampilan
berpikir kreatif siswa dengan penerapan model CBL yang diimplementasikan dalam
pendekatan STEM. Penelitian ini diharapkan dapat menambah penelitian sebelumnya
terkait metode atau cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran Fisika

B. METODE

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen. Rancangan penelitian


menggunakan pre-test-post test control group design seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Desain Penelitian.
Kelas Pre Perlakua Post
test n test
Eksperimen O X C1 O
Kontrol O X C2 O
(Fraenkel, 2012)
Partisipan dalam penelitian ini adalah guru, siswa dan observer. Kepala sekolah
yang sudah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. Siswa SMK
kelas X yang akan mempelajari materi listrik dinamis dengan jumlah 45 siswa (kelas
kontrol dan kelas eksperimen). Observer yang berjumlah 3 orang berperan
mengevaluasi proses pembelajaran selama kegiatan penelitian. Kelas eksperimen
merupakan kelas yang terapkan model CBL dengan pendekatan STEM, dan kelas
kontrol merupakan kelas yang diterapkan model CBL berbantuan worksheet PSL.
Penelitian dilakukan empat kali proses belajar mengajar di kelas.
Instrumen pengumpulan data keterampilan berpikir kreatif adalah format tes
uraian. Tes tersebut meliputi empat soal yang dikembangkan berdasarkan indikator
kemampuan berpikir kreatif oleh Torrance. Siswa diberikan dua tes keterampilan
berpikir kreatif untuk pretest dan posttest dengan instrumen yang sama. Instrumen tes
keterampilan berpikir kreatif divalidasi oleh tiga penilaian ahli dan diuji. Peningkatan
kemampuan berpikir kreatif siswa diketahui dengan menganalisis normalized gain
(<g>) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif dilihat dari perbandingan


skor pretest dan posttest siswa dianalisis menggunakan rubrik penilaian yang diadaptasi
dari Hwang et al. (2007). Kategori peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
ditentukan dengan menghitung normalized gain (N Gain) kemudian diinterpretasikan
dengan kriteria Hake (2002). Perhitungan N-Gain keterampilan berpikir kreatif kelas
eksperimen sebesar 0,70 dengan kriteria tinggi, dan N-gain keterampilan berpikir kreatif
kelas kontrol sebesar 0,50 dengan kriteria sedang sebagai mana pada tabel 2.
Hasil analsisi menunjukkan bahwa pendekatan STEM lebih mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dibandingkan dengan penerapan CBL dengan
intergrasi worksheet PSL. Penelitian serupa terkait penerapan STEM dalam pembelajaran
menunjukkan penerapan STEM dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif (Furner
& Kumar, 2007; Henriksen, 2014; Chasanah, Kaniawati, & Hernani, 2017; Lestari, Sarwi,
& Sumarti, 2018; Ugras , 2018). Keefektifan pendekatan STEM dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa ditunjukkan karena hal-hal berikut:
1. Integrasi interdisipliner elemen pendidikan STEM (sains, teknologi, teknik, dan
matematika).
Awang dan Ramly (2008) menyebutkan bahwa siswa akan memperoleh keterampilan
berpikir kreatif ketika mereka menangani masalah yang kompleks, interdisipliner dan
terkait dengan situasi nyata atau kehidupan sehari-hari. Makna interdisipliner ini
tentunya mengarah pada integrasi pendekatan STEM yang diterapkan dalam
pembelajaran di kelas eksperimen.
2. Integrasi dimensi pendidikan STEM (Engineering Practice) yang lebih ditekankan
secara khusus melalui kegiatan proyek.
Osman, Hiong, & Vebrianto (2012) menjelaskan bahwa inti dari kegiatan rekayasa
(proyek) adalah pemecahan masalah secara inventif atau inventif. Berpikir inventif
mencakup pengarahan diri sendiri, keingintahuan, kreativitas, pengambilan risiko, dan
pemikiran tingkat tinggi serta keterampilan penalaran yang baik. Perlakuan yang
diberikan dalam eksperimen in-class adalah melakukan eksperimen untuk membuktikan
prediksi instalasi yang diusulkan dalam bentuk pekerjaan proyek. Melalui kendala dan
kekurangan dari solusi yang diajukan selama proses pengerjaan proyek, siswa akan lebih
terlatih untuk berpikir kreatif. Siswa kelas kontrol hanya diminta menyampaikan ide
untuk pemecahan masalah, tanpa harus mendesain merancang dan membuat prototipe
rumah hemat energi secara nyata.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan menunjukkan peningkatan keterampilan
berpikir kreatif siswa melalui penerapan pendekatan STEM lebih tinggi dibandingkan
dengan penerapan CBL dengan intergrasi worksheet PSL. Perhitungan N-Gain kelas
eksperimen adalah 0,70 dengan kriteria tinggi dan N Gain keterampilan berpikir kreatif
kelas kontrol adalah 0,50 dengan kriteria sedang. Sebagai implikasi dalam rangka
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, pembelajaran yang dilakukan di kelas harus
mengajarkan pengetahuan, kecerdasan, pengalaman, dan praktik. Salah satu pendekatan
yang dapat mendukung kegiatan tersebut adalah pendidikan STEM. Penerapan CBL
yang diimplementasikan dalam pendidikan STEM dapat dilakukan secara berkelanjutan,
baik dengan mengikuti kurikulum pembelajaran yang ditetapkan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Anwari, I., Yamada, S., Unno, M., Saito, T., Suwarma, I.R., Mutakinati, L. & Kumano, Y.
(2015). Implementation of Authentic Learning and Assessment through STEM
Education Approach to Improve Students’ Metacognitive Skills. K-12 STEM
Education, 1, 123-136.

Apple, Inc. (2009). Challenge Based Learning: A Classroom Guide. Apple, Inc. All rights
reserved.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Ardiansyah, A.S., Junaedi, I. & Asikin, M. (2018). Student’s Creative Thinking Skill and
Belief in Mathematics in Setting Challenge Based Learning Viewed by Adversity
Quotient. Unnes Journal of Mathematics Education Research. 7, (1), 61 – 70.

Astutik, S., Susantini, E., Madladzim. & Nur, M. (2017). Effectiveness of Collabirative
Students Worksheet to improve students scientific collaborative dan science process
skills. International Journal of Education and Research/ www.ijern.com , 5 (1), 151-
164.

Aurandt, J., Borchers, A.S., Caris. T.L., El-Sayed, J. & Hoff, C. (2012). Bringing
Environmental Sustainability to Undergraduate Engineering Education: Experiences
in an Interdisciplinary Course. Journal of STEM Education, 13, (2), 15-24.

Awang, H. & Ramly, I. (2008). Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based
Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom. International Journal
of World Academy of Science, Engineering and Technology, 16, 635-640.

Ayva, O. (2012). Developing students’ ability to read, understand and analyze scientific data
through the use of worksheets that focus on studying historical documents. Procedia -
Social and Behavioral Sciences; WCES 2012, 46, 5128 – 5132.

Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP). (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad
XXI. Jakarta : BNSP.

Baker, M. & Rudd, R. (2001). Relationship between Critical and Creative Thinking. Journal
of Southern Agricultural Education Research, 51, (1), 173-188.

Bakirci, H., Bilgin, A.K. & Simsek, A. (2011). The effects of simulation technique and
worksheets on formal operational stage in science and technology lessons. Procedia
Social and Behavioral Sciences: WCES 2011, 15, 1462–1469.

Baloian, N., Hoeksema, K., Hoppe, U. & Milrad, M. (2006). Technologies and Education
Activities for Supporting and Implementing Challenge- Based Learning. International
Federation for Information Processing. (Boston; Springer), 210, 7-16.

Batey, M. (2014). The Measurement of Creativity: From Definitional Consensus to the


Introduction of a New Heuristic Framework. Creativity Research Journal, 24, 55-65.

Anda mungkin juga menyukai