Anda di halaman 1dari 26

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI DAN STRATIGRAFI


ACARA 6 : KOMPOSISI PARTIKEL SEDIMEN

DISUSUN OLEH :
PUSPITASARI JN
(22/504996/TK/55244)
ROMBONGAN B
KELOMPOK 23
ASISTEN KELOMPOK:
JASMINE ALVIA PRATIWI
ASISTEN ACARA:
NAUFAL RAMADHAN
NOFY ALVIONITA TASYAFAH
NURBASITHA HIDAYAT
YOGYAKARTA
2023
I. MAKSUD DAN TUJUAN

A. MAKSUD

Pada Praktikum Sedimen dan Stratigrafi Acara 6: Komposisi Partikel Sedimen,


secara gari sbesar nermaksud untuk menganalisis dan mengidentifikasi morfologi butir
pasir partikel sedimen yang berada di Kali Kuning. Morfologi butir pasir yang
diidentifikasi meliputi bentuk butir, sphericity, dan roundness melalui pengamatan
mikroskop. Tujuan praktikum pada acara ini yaitu praktikan dapat menganalisis dan
menginterpretasikan proses geologi yang terjadi selama proses transportasi, untuk
mengetahui variasi dan berapa jumlah serta frekuensi mineral yang terdapat dalam
material sedimen berukuran pasir dari sampel yang telah diambil pada beberapa waktu
yang lalu, dan mengetahui studi batuan asal (provenance) dengan cara meneliti material
sedimen dari sampel dengan menggunakan mikroskop binokuler untuk dapat
menginterpretasi proses geologi yang terjadi.
Proses transportasi yang terjadi meliputi jarak dan durasi transportasi yang terjadi
(time and distance of transportation), seberapa besar erosi dari butiran (erosion level),
mekanisme transportasi (transportation mechanism) serta maturitas tekstur dari butir
yang diamati dengan mikroskop.

B. TUJUAN
Dengan diadakannya praktikum Sedimentologi-Stratigrafi Acara 6 yaitu Komposisi
partikel sedimen adalah untuk mengetahui proses-proses geologi yang
mempengaruhi bentuk butir pasir tersebut serta menginterpretasi butir pasir
berdasarkan capaian aspek-aspek berikut:
• Praktikan diharapkan mampu menginterpretasi proses transportasi (media influence
transportation)
• Praktikan diharapkan mampu menginterpretasi mekanisme transportasi, yang
meliputi jarak, waktu, dan durasi transportasi yang terjadi.
• Praktikan diharapkan mampu menginterpretasi level erosi yang terjadi.
• Praktikan diharapkan mampu memahami Maturitas tekstur dan butir
• Praktikan diharapkan mampu mengetahui studi batuan asal (provenance)

II. DASAR TEORI


Komposisi partikel sedimen sangat erat kaitannya dengan aspek morfologi butir .
aspek morfologi butir dibagi menjadi dua bagian yaitu menurut Tucker (1991) dan
Pettijohn (1975) & Boggs (1992). Dari keduanya memiliki beberapa isi aspek yang
sama. Aspek morfologi butir menurut Tucker (1991) terdiri dari bentuk (form),
derajat kebolaan (sphericity), dan derajat kebundaran (roundness). Sedangkan
menurut Pettijohn (1975) & Boggs (1992), aspek morfologi butirnya meliputi bentuk
(form), derajat kebundaran (roundness), dan adanya perbedaan yaitu terdapat aspek
tekstur permukaan. Aspek tekstur permukaan ini masih jarang digunakan untuk
analisis morfologi butir karena pada pengamatan tekstur mengacu pada kenampakan
dari relief mikro sehingga membutuhkan alat bantu khusus seperti SEM (Scanning
Electron Microscope).

Berikut merupakan penjelasan mengenai aspek morfologi butir:

• Bentuk butir (form)


Bentuk butir merupakan kenampakan partikel secara tiga dimensi yang berkaitan
dengan perbandingan ukuran panjang sumbu panjang (a), sumbu menengah (b),
dan sumbu pendek (c).

Kenampakan Partikel secara Tiga Klasifikasi bentuk butir


Dimensi menurut Zingg (1935)
• Derajat kebolaan (sphericity)

Derajat kebundaran adalah kecenderungan butiran untuk menyerupai bentuk


bola. Semakin butiran mendekati bentuk bola maka derajat kebolaanya akan
semakin tinggi. Perhitungan sphericity pertama kali dicetuskan oleh Wadell pada
tahun 1932. Perhitungan Wedell didasarkan pada true sphericity sebagai luar
permukaan butir dibagi luas permukaan sebuah bola yang keduanya memiliki
volume yang sama. Sehingga rumus sphericity menurut Wadell adalah:

Pada tahun 1958, Sneed & Folk menyempurnakan Kembali rumus yang
sudah dibuat oleh Wadell dan Krumbein, Sneed & Folk mengusulkan rumus
sphericity yang dinamakan maximum projection sphericity (Ψp). Rumusan
tersebut dianggap lebih bisa menggambarkan perilaku butiran yang diendapkan
secara tepat. Ψp merupakan perbandingan antaraa area proyeksi maksimum bola
dengan proyeksi maksimum partikel bervolume sama, yang dapat ditulis sebagai
berikut:

Dari perhitungan tersebut, Folk (1958) membagi skala sphericity menjadi 7


bagian. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini:
• Derajat Kebundaran (Roundness)
• Penentuan secara matematis (Wadell, 1932)
Derajat kebundaran atau Roundness dapat didefinisikan sebagai morfologi
butir yang berhubungan dengan ketajaman atau kelengkungan dari pinggir dan
sudut suatu partikel atau butir sedimen klastik. Dalam menentukan derajat
kebundaran dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara sistematis dan
membandingkan kenampakan butir secara visual. Secara sistematis dapat
menggunakan rumus perhitungan yang dikemukakan oleh Wadell (1932)
sebagai berikut:

• Membandingkan kenampakan butir secara visual


a. Untuk membandingkan dengan kenampakan dapat dilakukan dengan
menggunakan klasifikasi dari Powers (1953).
b.Membandingkan kenampakan butiran dengan tabel visual derajat kebundatan
butir oleh Krumbein (1941) yang sudah dikomputerisasi

Batuan sedimen dibedakan berdasarkan proses pembentukannya. Batuan sedimen


diklasifikasikan menjadi empat kelompok (Tucker, 1991) setiap jenis batuan sedimen
memiliki komposisi partikel sedimen yang berbeda, diantaranya yaitu:
1. Batuan sedimen silisiklastik : terdiri dari mineral silikat dan fragmen batuan.
Proses pembentukannya dari proses transportrasi menggunakan fluida yang
bergerak (bed load, suspended load, atau sebagai sedimen aliran gravitasi) dan
deposisi secara fisik, dengan komposisi penyusunnya berupa fragmen-fragmen
batuan yang telah ada sebelumnya. Tersusun atas kuarsa, feldspar, fragmen
batuan (litik), mineral lempung, dan mika; banyak mineral lainnya dapat hadir
sebagai mineral aksesoris. contoh batuan sedimen silisiklastik adalah
konglomerat, breksi, batupasir, dan mudrocks.
2. Batuan Sedimen Organik : proses pembentukannya dari hasil kegiatan
biogenik, biokimia, dan organic, terjadi ketika biota menggunakan bahan
terlarut di udara atau air untuk membangun jaringan mereka. Komposisi
penyusunnya berupa mineral karbonat, fosfat, atau silikat. Terdiri atas deposit
fosfat, batubara, chert, Sebagian besar batugamping yang terbentuk dari
kerangka biota berkapur seperti karang, moluska, dan foraminifera.
3. Batuan Sedimen Kimia : proses pembentukannya adalah dari hasil proses
kimiawi berupa endapan evaporit yang tersusun atas halit atau gypsum. Terdiri
dari batugamping oolitik dan batuan-batuan yang terdiri dari mineral evaporit,
seperti halit (batuan garam), silvit, barit dan gypsum.
4. Sedimen vulkaniklastik yang proses pembentukannya dari fragmen batuan
hasil kegiatan vulkanik dengan komposisi penyusunnya adalah material
vulkaniklastik.

Khusus untuk jenis batuan sedimen silisiklastik, partikel rombakan (detrital) yang
umum dapat berupa fragmen batuan, kuarsa, feldspar, mika dan lempung, mineral
berat, atau partikel lainnya seperti partikel karbonat, fosfat, atau fosil. dalam hal
ini partikel berupa fragmen batuan, kuarsa, dan feldspar termasuk dalam kelompok
mineral ringan yang akan terapung pada cairan bromoform. Sebaliknya, partikel yang
tenggelam dalam cairan bromoform tersebut dikelompokkan sebagai mineral berat.

Oleh karena komposisi yang berbeda-beda pada setiap jenis batuan sedimen, maka
berbagai informasi geologi dapat diketahui dengan mengidentifikasi komposisi partikel
penyusun sedimen tersebut. Beberapa informasi dari komposisi partikel sedimen dapat
digunakan untuk mengetahui nama batuan, mekanisme dan proses pengendapan,
lingkungan pengendapan, asal sumber batuan ( provenance ), serta iklim saat
pembentukannya. Selain informasi geologi, identifikasi komposisi sedimen juga sdapat
digunakan dalam pengaplikasian, dengan contoh: untuk keperluan ekonomi seperti
dalam elsplorasi minyak bumi, gas bumi, dan bahan galian.

KOMPOSISI PARTIKEL SEDIMEN

JENIS PARTIKEL KETERANGAN


Fragmen Batuan Berupa butir batuan beku, butir bakuan metamorf, dan butir sedimen
(dibagi menjadi sedimen, sedimen silikaan, meta sedimen)
Kuarsa • Memiliki warna colourless
• Bersifat transparent hingga translucent
• Tidak memiliki belahan dan prismatic
• Memiliki pecahan konkoidal
• Pecahan bersifat uneven
• Memiliki kilap kaca
• Paling umum ditemukan karena cenderung stabil saat proses
sedimentasi.
Feldspar • Warna yang sering ditemukan yaitu putih, merah muda, abu-abu, dsb.
• Memiliki belahan 2 arah dan prismatic
• Pecahan bersifat uneven
• Memiliki kilap kaca
• Umumnya dapat berupa potassium feldspar, ortoklas, dan mikroklin.

Mika dan lempung • Termasuk kedalam komponen utama dalam Mudrock


• Mineral yang terbentuk berupa lembaran tipis yang berbentuk tabular
• Kelompok mineral lempung yang umum ditemukan berupa kaolonit,
illite, klorit, smektit.
• Mineral mika: warna hitam – abu-abu, kilap kaca-mutiara, belahan 1
arah, bentuk lembaran.

Mineral Berat mineral metastabil


• memiliki resistensi yang lebih rendah daripada kelompok ultrastabil
• contoh mineralnya adalah oli%in, piroksen, garnet, apatit, dan
kyanit.
mineral opak
• tidak dapat ditembus oleh cahaya bahkan pada sayatan tipis
sekalipun
• berwarna hitam
• contohnya seperti ilmenit, hematit, magnetit, dan pirit.

mineral ultrastabil
• mineral yang sangat resisten sehingga paling tahan terhadap proses
erosi maupun penghancuran selama proses transportrasi
• contohnya adalah Zircon, turmalin, dan rutil.
Partikel lainnya • Dapat berupa fosil
• Berupa endapan fosfat
• Berupa material karbonat
Tabel Jenis partikel rombakan (detrial) dalam sedimen

silisiklastik (Tucker, 1991 dengan modifikasi)


KELOMPOK MINERAL MINERAL CIRI
Mineral Opak Ilmenit • Warna cokelat-hitam besi.
• Sistem kristal hexagonal.
• Tidak ada belahan.
• Terdapat sisik-sisik seperti
mika (mendaun).

Pirite • Warna kuning.


• Granular (kubik).
• Kadang menunjukkan
striasi.

Magnetite • Hitam besi.


• Isometric.
• Tidak ada belahan.
• Granular dan massif.
• Kilap metalik.
Ilmenite • Cokelat-hitam besi.
• Bentuk seperti lempeng-lempeng
masif kadang pasiran.
• Pecahan konkoidal.
Kelompok Ultra Stabil Zircon • Warna bervariasi, kuning
jernih, hijau, kadang
cokelat/biru.
• Prismatik, tertragonal.
• Kilap vitreous-damar.
• Pecahan uneven – konkoidal.
Turmalin • Warna kuning kecoklatan.
• Prismatic memanjang,
heksagonal.
• Kilap damar – kaca,
translucent.
• Pecahan uneven – konkoidal.
Rutil • Cokelat kemerahan.
• Tetragonal, bipyramidal.
• Bentuk ramping, massif.
• Kilap submetalik – damar.
• Pecahan uneven – konkoidal.
Kelompok Meta Stabil Olivine • Hijau kekuningan.
• Granular.
• Rombik bipyramidal.
• Kilap kaca.
Piroksen • Hitam kehijauan/merah
kecoklatan.
• Prismatik.
• Belahan 2 arah.
• Kilap kaca.
• Pecahan uneven – sub-
konkoidal
Garnet • Kuning kecoklatan.
• Isometrik.
• Tanpa belahan.
• Kilap damar-kaca.
• Pecahan konkoidal.
Apatit • Putih jernih kadang
kebiruan.
• Prismatik.
• Belahan 1 arah.
• Kilap kaca – damar.
• Pecahan sub-konkoidal
Epidot • Hijau kekuningan – hijau
kecoklatan/kehitaman.
• Prismatik.
• Bentuk seperti papan,
berserat.
• Beiahan 1 arah.
• Kilap vitreous – lemak.
• Pecahan uneven –
concoidal.
Zoisit • Kuning keabuan.
• Prismatik.
• Striasi vertical.
• Belahan 1 arah.
• Kilap kaca – lemak.
• Pecahan uneven – sub-
concoidal.
Kyanit • Putih kekuningan.
• Tabular Panjang, meniang,
berserat.
• Belahan 1 arah sempurna.
• Kilap kaca – Mutiara.
• Pecahan uneven.
Andalusite • Merah mawar.
• Prismatic, bentuk hampir
persegi empat.
• Tanpa belahan.
• Kilap kaca.
• Pecahan uneven – even.
Silimanit • Coklat.
• Bentuk ramping.
• belahan 1 arah.
• Kilap buram.
• Pecahan uneven.
Tabel Beberapa ciri mineral berat (Folk, 1968 dengan modifikasi)
Tiap batuan sedimen silisiklastik memiliki karakteristik komponen penyusun yang berbeda-beda.
Komposisi pratikel sedimen dapat digunakan untuk menentukan mekanisme pengendapan mekanisme
pembentukan batuan, lingkungan pengendapan, iklim saat batuan terbentuk dan juga untuk mengetahui
provenance.

Komposisi material batuan sedimen bisa berasal dari berbagai macam batuan sehingga komposisi
material sedimen tidak semuanya berasal dari batuan sumbernya, hal yang juga berpengaruh adalah iklim
dan relief dari daerah sumbernya. Karenanya diperlukan studi provenance yang meliputi: sampling batuan
(singkapan, cores, cutting pemboran), identifikasi komposisi partikel sedimen dan mineral-mineral yang
dikandungnya beserta kelimpahannya, serta interpretasi daerah sumber yang menghasilkan batuan sedimen
tersebut.

Untuk mengetahui provenance batuan sedimen berukuran butir halus, terdapat suatu metode
petrografi yang umum digunakan. Metode petrografi menggunakan sayatan tipis sebagai objeknya.
Pengamatan dilakukan dalam beberapa medan pandang dan pada masing-masing medan pandang dihitung
kandungan partikelnya meliputi mineral-mineral seperti kuarsa dan feldspar, lithik batuan dan matriksnya.
Setelah itu dilakukan normalisasi untuk partikel-partikel khusus seperti mineral kuarsa, mineral feldspar
dan lithik. Ketiga komponen itu kemudian diplot pada diagram segitiga yang biasa dikenal sebagai diagram
QFL (kuarsa, felspar, fragmen lithik). Di dalam segitiga ini ada beberapa “field” yang akan menunjukkan
pengelompokkan setting tectonic batuan yang sedang diamati.

Diagram QFL (Bill Dickinson, 1983)


Selain mineralogi, tatanan tektonik juga berpengaruh terhadap karakteristik mineralogi batuan
sedimen. Oleh karena itu, Dickinson dan Suczek (1979) mengklasifikasikan hubungan keduanya menjadi
empat bagian, yaitu:

III. ALAT DAN BAHAN

• ALAT:
1. Alat tulis.
2. Kuas kecil (minimal 2).
3. Peniti/jarum pentul/tusuk gigi.
4. Kertas HVS / kertas catatan.
5. Kamera HP.
6. Mikroskop binokuler.
7. Tissue
8. Plate wadah pasir
9. Timbangan

• BAHAN:
1. Sampel pasir mesh 60 (hasil ayakan acara 2).
2. Borang/tabel pengamatan mineral.
IV. LANGKAH KERJA
• Prosedur Pengayakan Sampel

Menyiapkan alat dan bahan untuk


melakukan pengayakan dengan Menuangkan sample pasir ke dalam
ukuran Mesh 60, sampel pasir yang Mesh 60, kemudian lakukan
digunakan adalah sampel yang pengayakan dengan alat sieve shaker
belum pernah diayak sebelumnya selama kurang lebih 2 menit.
sebanyak 300 gr.

Setelah setaip ukuran butir pasir


Butiran pasir yang telah dipsahkan terpisah (dari paling halus-kasar),
setiap ukurannya siap diamati. kemudian pindahkan hasil ayakan
kedalam sample plastic baru
berdasarkan tiap ukuran.

• Prosedur Pemisahan Butir

Menyiapkan alat dan bahan untuk


Menyalakan mikroskop seusia
melakukan pemisahan butiran sampel
prosedur yang telah tertera.
pasir yaitu Mikroskop Binokuler,
Kemudian meletakkan sample yang
Plate, kuas yang telah digunting
telah diayak ke plate yang telah
hingga menyisikan, 5 helai, jarum
disediakan.
pentul atau tusuk gigi, tisu kering, dan
sample yang telah diayak.

Lakukan pengamatan mineral apa Memisahkan mineral ringan dan mineral


saja yang terdapat pada medan berat dengan kuas, dan jarum pentul yang
pandang. Pengamatan dilakuakn telah disediakan. Kemudian hitung
sebanyak 3 kali, dikarenakan adanya butiran kira kira sekitar 15-30 butir pada
3 medan pandang. satu medan pandang. Lakukan sebanyak
3 pandang yang berbeda.
V. TABEL DATA DAN HISTOGRAM
A. IDENTIFIKASI MINERAL HILIR
1. STA 1 MP 1

Keterangan :
= mineral berat
= litik
= feldspar
= kuarsa

2. STA 1 MP 2
Keterangan :
= mineral berat
= litik
= feldspar
= kuarsa

3. STA 1 MP 3

Keterangan :
= mineral berat
= litik
= feldspar
= kuarsa

4. STA 1 MP 4
Keterangan :
= mineral berat
= litik
= feldspar
= kuarsa
B. IDENTIFIKASI MINERAL HULU
1. STA 2 MP 1

2. STA 2 MP 2
3. STA 2 MP 3

4. STA 2 MP 4
C. TABEL DATA
- HILIR
HASIL PENGAMATAN MINERAL RINGAN

MINERAL RINGAN / PARTIKEL LAIN


Medan
pandang Kuarsa Feldspar Litik Jumlah
1 8 10 16 34

2 15 13 20 48

3 6 5 14 25

4 13 9 19 41

Jumlah 42 37 69 148

NNO Mineral Frekuensi (%) = Simpangan %+


Frekuensi / Baku Simpangan
Jumlah Baku
Mineral x
100%

1. Kuarsa 42 28.3% 8,5% 36,8%

2. Feldspar 37 25% 8,2% 33,2%

3. Lithic 69 46,6% 9% 55,9%

4. Mineral 45 100% 10% 110%


berat
JUMLAH 149 200% 35,7% 265,9%
MINERAL RINGAN / PARTIKEL LAIN
Medan
pandang Mineral Berat
1 3

2 17

3 2

4 23

Jumlah 45

HISTOGRAM KOMPOSISI SEDIMEN


25

20

15

10

0
medan pandang 1 medan pandang 2 medan pandang 3 Medan pandang 4

kuarsa feldspar litik mineral berat

VI. Plottingan Van derr Plas Chart

A. Perhitungan Simpangan Baku Mineral Kuarsa

(%) = Frekuensi / Jumlah Mineral x 100%

(%) = 42/148 x 100% = 28.3%

Simpangan Baku :

p = presentasi tiap mineral


n = total mineral yang terhitung
Pengukuran simpangan baku dilakukan dengan ploting Van der Plas Chart

p = 28.3
n = 148

Simpangan Baku = 8,5%

(%) + Simpangan baku = 28,3% + 8,5% = 36,8%

B. Perhitungan Simpangan Baku Mineral Feldspar

(%) = Frekuensi / Jumlah Mineral x 100%

(%) = 37/148 x 100% = 25%


Simpangan Baku :

p = presentasi tiap mineral


n = total mineral yang terhitung

Pengukuran simpangan baku dilakukan dengan ploting Van der Plas Chart
p = 25
n = 148

Simpangan Baku = 8,2%

(%) + Simpangan baku = 25% + 8,2% = 33,2%

C. Perhitungan Simpangan Baku Mineral Litik :

(%) = Frekuensi / Jumlah Mineral x 100%

(%) = 69/148 x 100% = 46,6%


Simpangan Baku :

p = presentasi tiap mineral


n = total mineral yang terhitung

Pengukuran simpangan baku dilakukan dengan ploting Van der Plas Chart
p = 46,6
n = 148

Simpangan Baku = 9%

(%) + Simpangan baku = 46,6% + 9,2% = 55,9%

D. Perhitungan Simpangan Baku Mineral Berat :

(%) = Frekuensi / Jumlah Mineral x 100%

(%) = 45/45 x 100% = 100%


Simpangan Baku :

p = presentasi tiap mineral


n = total mineral yang terhitung

Pengukuran simpangan baku dilakukan dengan ploting Van der Plas Chart

p = 100
n = 45

Simpangan Baku = 10%

(%) + Simpangan baku = 100% + 10% = 110%


VI. PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI
Interpretasi material partikel sedimen ada beberapa jenis mineral yang dapat
digunakan untuk plotting di diagram yang menunjukkan komposisi material sedimen
pasir dari beberapa lingkungan asalnya (Dickinson, 1985 dalam Tucker, 1991). Mineral
yang akan dipakai untuk plotting tersebut adalah nilai presentase kuarsa, feldspar,
fragmen batuan dari jumlah mineral total. Hasil presentase itu selanjutnya dilakukan
normalisasi.
Berikut adalah data presentase dari mineral-mineralnya.
- Kuarsa : 28.3%
- Feldspar : 25%
- Fragmen Batuan (lithic): 46,6%
- Total : 100%

Normalisasi dan Plotting


Kuarsa = (42/148) x 100%
= 28.3%
Feldspar = (37/148) x 100%
= 25%
Fragmen Batuan = (69/148) x 100%
= 46.6%
Mineral Berat = (45/45) x 100% = 100%
Normalisasi feldspar dan fragmen batuan
Feldspar = (25/71,6) x 100% = 34,9%
Fragmen batuan = (69/71,6) x 100% = 96,3%
Dari hasil plotting dan normalisasi di atas dapat disimpulkan bahwa asal tipe
daerah dari sampel pasir yang diambil di daerah Kali kuning ini material sedimen
tersebut merupakan provenance dissected arc. Disessected arc berasal dari deretan
gunungapi yang mengalami erosi yang intensif terutama di sepanjang continental margin
akan menghasilkan material sedimen dengan komposisi berasal dari material plutonik dan
material vulkanik yang diendapkan baik di back arc basin maupun fore arc basin.
Disessected arc berada di pegunungan yang sudah tidak aktif atau telah mati dan telah
mengalami proses tektonisme yang intens sehingga tercacahkan karena terkena banyak
proses struktur. Batupasir yang dihasilkan cenderung lebih sedikit mengandung fragmen
batuan dibandingkan material vulkanik dilihat dari hasil plotting yang sudah dilakukan
Oleh karena itu, hal tersebut dihubungkan dengan lokasi pengambilan sampel dari
Kalikuning yang merupakan daerah yang dekat dengan gunung Merapi sehingga
disimpulkan bahwa aktivitas magmatis dari aktivitas volkanisme di daerah gunung
Merapi tersebut memengaruhi bentuk material sedimen yang tertransportasi di daerah
sekitarnya dalam hal ini daerah Kalikuning.
IX. Daftar Pustaka
Tim Asisten Praktikum Sedimentologi Stratigrafi. (2023). KOMPOSISI PARTIKEL
SEDIMEN. Yogyakarta: Laboratorium Sedimentografi, Departemen Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, UGM.

Wikipedia. (2023). Batuan sedimen. Diakses pada 15 Oktober 2023, dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_sedimen

Kusumawati, N.A. (2017). PROVENANCE BATUAN SEDIMEN SILISIKLASTIK.


Diakses pada 15 Oktober 2023, dari
https://interpretasigeologi.wordpress.com/2017/02/11/provenance-batuan-
sedimensilisiklastik/

Widiatama, A.J. (2014). Batuan Asal (Provenance). Diakses pada 15 Oktober 2023, dari
https://anggajatiwidiatama.wordpress.com/2014/01/16/batuan-asal-provenance/

Repository Universitas Trisakti. (2018). BAB III : TEORI DASAR. Diakses pada 15
Oktober 2023, dari
http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/digital/00000000000000096112/2018_TA_GL_
07212150_Bab-3.pd

Anda mungkin juga menyukai