Puspitasari JN - Laporan Acara 6
Puspitasari JN - Laporan Acara 6
DISUSUN OLEH :
PUSPITASARI JN
(22/504996/TK/55244)
ROMBONGAN B
KELOMPOK 23
ASISTEN KELOMPOK:
JASMINE ALVIA PRATIWI
ASISTEN ACARA:
NAUFAL RAMADHAN
NOFY ALVIONITA TASYAFAH
NURBASITHA HIDAYAT
YOGYAKARTA
2023
I. MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD
B. TUJUAN
Dengan diadakannya praktikum Sedimentologi-Stratigrafi Acara 6 yaitu Komposisi
partikel sedimen adalah untuk mengetahui proses-proses geologi yang
mempengaruhi bentuk butir pasir tersebut serta menginterpretasi butir pasir
berdasarkan capaian aspek-aspek berikut:
• Praktikan diharapkan mampu menginterpretasi proses transportasi (media influence
transportation)
• Praktikan diharapkan mampu menginterpretasi mekanisme transportasi, yang
meliputi jarak, waktu, dan durasi transportasi yang terjadi.
• Praktikan diharapkan mampu menginterpretasi level erosi yang terjadi.
• Praktikan diharapkan mampu memahami Maturitas tekstur dan butir
• Praktikan diharapkan mampu mengetahui studi batuan asal (provenance)
Pada tahun 1958, Sneed & Folk menyempurnakan Kembali rumus yang
sudah dibuat oleh Wadell dan Krumbein, Sneed & Folk mengusulkan rumus
sphericity yang dinamakan maximum projection sphericity (Ψp). Rumusan
tersebut dianggap lebih bisa menggambarkan perilaku butiran yang diendapkan
secara tepat. Ψp merupakan perbandingan antaraa area proyeksi maksimum bola
dengan proyeksi maksimum partikel bervolume sama, yang dapat ditulis sebagai
berikut:
Khusus untuk jenis batuan sedimen silisiklastik, partikel rombakan (detrital) yang
umum dapat berupa fragmen batuan, kuarsa, feldspar, mika dan lempung, mineral
berat, atau partikel lainnya seperti partikel karbonat, fosfat, atau fosil. dalam hal
ini partikel berupa fragmen batuan, kuarsa, dan feldspar termasuk dalam kelompok
mineral ringan yang akan terapung pada cairan bromoform. Sebaliknya, partikel yang
tenggelam dalam cairan bromoform tersebut dikelompokkan sebagai mineral berat.
Oleh karena komposisi yang berbeda-beda pada setiap jenis batuan sedimen, maka
berbagai informasi geologi dapat diketahui dengan mengidentifikasi komposisi partikel
penyusun sedimen tersebut. Beberapa informasi dari komposisi partikel sedimen dapat
digunakan untuk mengetahui nama batuan, mekanisme dan proses pengendapan,
lingkungan pengendapan, asal sumber batuan ( provenance ), serta iklim saat
pembentukannya. Selain informasi geologi, identifikasi komposisi sedimen juga sdapat
digunakan dalam pengaplikasian, dengan contoh: untuk keperluan ekonomi seperti
dalam elsplorasi minyak bumi, gas bumi, dan bahan galian.
mineral ultrastabil
• mineral yang sangat resisten sehingga paling tahan terhadap proses
erosi maupun penghancuran selama proses transportrasi
• contohnya adalah Zircon, turmalin, dan rutil.
Partikel lainnya • Dapat berupa fosil
• Berupa endapan fosfat
• Berupa material karbonat
Tabel Jenis partikel rombakan (detrial) dalam sedimen
Komposisi material batuan sedimen bisa berasal dari berbagai macam batuan sehingga komposisi
material sedimen tidak semuanya berasal dari batuan sumbernya, hal yang juga berpengaruh adalah iklim
dan relief dari daerah sumbernya. Karenanya diperlukan studi provenance yang meliputi: sampling batuan
(singkapan, cores, cutting pemboran), identifikasi komposisi partikel sedimen dan mineral-mineral yang
dikandungnya beserta kelimpahannya, serta interpretasi daerah sumber yang menghasilkan batuan sedimen
tersebut.
Untuk mengetahui provenance batuan sedimen berukuran butir halus, terdapat suatu metode
petrografi yang umum digunakan. Metode petrografi menggunakan sayatan tipis sebagai objeknya.
Pengamatan dilakukan dalam beberapa medan pandang dan pada masing-masing medan pandang dihitung
kandungan partikelnya meliputi mineral-mineral seperti kuarsa dan feldspar, lithik batuan dan matriksnya.
Setelah itu dilakukan normalisasi untuk partikel-partikel khusus seperti mineral kuarsa, mineral feldspar
dan lithik. Ketiga komponen itu kemudian diplot pada diagram segitiga yang biasa dikenal sebagai diagram
QFL (kuarsa, felspar, fragmen lithik). Di dalam segitiga ini ada beberapa “field” yang akan menunjukkan
pengelompokkan setting tectonic batuan yang sedang diamati.
• ALAT:
1. Alat tulis.
2. Kuas kecil (minimal 2).
3. Peniti/jarum pentul/tusuk gigi.
4. Kertas HVS / kertas catatan.
5. Kamera HP.
6. Mikroskop binokuler.
7. Tissue
8. Plate wadah pasir
9. Timbangan
• BAHAN:
1. Sampel pasir mesh 60 (hasil ayakan acara 2).
2. Borang/tabel pengamatan mineral.
IV. LANGKAH KERJA
• Prosedur Pengayakan Sampel
Keterangan :
= mineral berat
= litik
= feldspar
= kuarsa
2. STA 1 MP 2
Keterangan :
= mineral berat
= litik
= feldspar
= kuarsa
3. STA 1 MP 3
Keterangan :
= mineral berat
= litik
= feldspar
= kuarsa
4. STA 1 MP 4
Keterangan :
= mineral berat
= litik
= feldspar
= kuarsa
B. IDENTIFIKASI MINERAL HULU
1. STA 2 MP 1
2. STA 2 MP 2
3. STA 2 MP 3
4. STA 2 MP 4
C. TABEL DATA
- HILIR
HASIL PENGAMATAN MINERAL RINGAN
2 15 13 20 48
3 6 5 14 25
4 13 9 19 41
Jumlah 42 37 69 148
2 17
3 2
4 23
Jumlah 45
20
15
10
0
medan pandang 1 medan pandang 2 medan pandang 3 Medan pandang 4
Simpangan Baku :
p = 28.3
n = 148
Pengukuran simpangan baku dilakukan dengan ploting Van der Plas Chart
p = 25
n = 148
Pengukuran simpangan baku dilakukan dengan ploting Van der Plas Chart
p = 46,6
n = 148
Simpangan Baku = 9%
Pengukuran simpangan baku dilakukan dengan ploting Van der Plas Chart
p = 100
n = 45
Widiatama, A.J. (2014). Batuan Asal (Provenance). Diakses pada 15 Oktober 2023, dari
https://anggajatiwidiatama.wordpress.com/2014/01/16/batuan-asal-provenance/
Repository Universitas Trisakti. (2018). BAB III : TEORI DASAR. Diakses pada 15
Oktober 2023, dari
http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/digital/00000000000000096112/2018_TA_GL_
07212150_Bab-3.pd