Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH KONSENTRASI GELATIN DAN SUKROSA TERHADAP

KUALITAS FISIK, KIMIA DAN SENSORIS PERMEN JELLY TOMAT


(Lycopersicum esculentum Mill)

Effect Of Gelatin and Sucrose Concentrations on The Physical, Chemical and Sensory Quality of
Tomato (Lycopersicum esculentum Mill) Jelly Candy

Pangalila A. Grace1)*, Erny J. N. Nurali2) dan Jan R. Assa2)

1) Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Unsrat


2) Dosen Program Studi Teknologi Pangan Unsrat

Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado


Jl. Kampus UNSRAT Manado, 95115.
*Email: angelpangalila1995@gmail.com

ABSTRACT
The candy circulating in the community consists of two types, namely hard
candy and soft candy. Jelly candy includes soft candy that is liked by many people
from children to young people because of its different texture compared to other
candies. The raw material used in this study is tomatoes because tomatoes are
abundant in Indonesia but tomatoes do not have long shelf life. This study aims to
determine the effect of gelatin and sucrose concentrations on the physical,
chemical and sensory quality of tomato jelly candy (lycopersicum esculentum).
This study used a factorial completely randomized design consisting of 2 factors,
namely the concentration of gelatin and sucrose. The results showed that the
concentration of gelatin 25% and sucrose 50% affected the sensory properties of
making jelly tomato candy which included aroma with yield 2.89%, color 3.35%,
taste 3.72%, texture 3.45%, while for sucrose content of 25.53% with a elasticity
of 8.5 mm/g/s.

Keywords: jelly candy, gelatin, sucrose, tomato.

ABSTRAK
Permen yang beredar di tengah masyarakat terdiri dari dua jenis yaitu
permen keras dan permen lunak. Permen jelly termasuk permen lunak yang
disukai banyak orang dari kalangan anak-anak hingga anak muda karena
teksturnya yang berbeda dibandingkan dengan permen lain. Bahan baku yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu tomat dikarenakan tomat di Indonesia
melimpah tetapi tomat tidak memiliki daya simpan yang lama. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gelatin dan sukrosa terhadap
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 12 Nomor 2, Desember 2021

kualitas fisik, kimia dan sensoris permen jelly tomat (lycopersicum esculentum
Mill). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial yang terdiri
dari 2 faktor yaitu konsentrasi gelatin dan sukrosa. Hasil penelitian menunjukan
bahwa konsentrasi gelatin 25% dan sukrosa 50% berpengaruh pada sifat sensoris
pembuatan permen jelly tomat yang meliputi aroma dengan rendemen 2,89%,
warna 3,35%, rasa 3,72%, tekstur 3,45%, sedangkan untuk kadar sukrosa 25,53%
dengan tingkat kekenyalan 8,5 mm/g/det.

Kata kunci: permen jelly, gelatin, sukrosa, tomat.

PENDAHULUAN Selain itu, tomat juga mengandung serat


makanan alami yang sangat baik bagi
Permen yang beredar di tengah pencernaan manusia dan juga adanya protein
masyarakat terdiri dari dua jenis yaitu permen dalam tomat menjadikannya sayuran buah
keras (hard candy) dan permen lunak (soft yang sangat kaya gizi, tomat segar memiliki
candy). Permen jelly termasuk permen lunak kadar air 95,44% (Siregar dan Nara, 2014)
(soft candy) yang disukai banyak orang dari Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
kalangan anak-anak hingga anak muda karena (BPS) produksi tomat di Sulawesi Utara pada
teksturnya yang berbeda dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 26.012 ton menjadi 28.124
permen lain. Permen jelly memiliki tekstur ton pada tahun 2014 dan data terakhir pada
kenyal dan elastis yang diproses dengan tahun 2017 mencapai 30.276 ton, dari data
penambahan komponen hidrokoloid seperti tersebut bisa dilihat produksi tomat terus
agar-agar, gum, pektin, karagenan, dan gelatin meningkat setiap tahunnya, sedangkan
yang digunakan untuk memodifikasi tekstur pemanfaatan tomat menjadi suatu produk
sehingga menghasilkan produk yang kenyal masih sangat sedikit. Dengan demikian tomat
(Suryani dkk., 2004). yang biasa dijual di pasar seringkali
Penggunaan gelatin dalam pembuatan mengalami kerusakan yang cepat dikarenakan
permen jelly bertujuan untuk menghambat kondisi yang tidak cocok dengan karakteristik
kristalisasi, mengubah cairan menjadi padatan tomat, kerusakan buah tomat bisa mencapai
yang elastis, memperbaiki bentuk dan tekstur 20% dari hasil panen (Tumbel, 2016). Tomat
permen jelly yang dihasilkan. Gelatin yang rusak tentunya akan mengurangi nilai
mengandung protein yang tinggi dan rendah jualnya dan menurunkan kepercayaan
kadar lemaknya. Sukrosa pada pembuatan konsumen, sehingga perlu dipikirkan
permen jelly sangat penting karena dapat pengolahan tomat untuk dijadikan suatu
memberikan aroma, rasa dan tekstur yang produk yang memiliki masa simpan yang
khas. Pembentukan gel juga ditentukan oleh panjang. Dengan demikian pengolahan
sukrosa, asam dan pektin (Sulardjo dan permen jelly dari tomat dapat meningkatkan
Santoso, 2012). penggunaan/konsumsi tomat.
Tomat merupakan komoditi yang
mudah mengalami kerusakan setelah panen METODE PENELITIAN
dan tidak tahan lama untuk disimpan, karena
setelah dipanen buah tomat terus mengalami Bahan dan Alat
perubahan-perubahan akibat adanya pengaruh Bahan yang digunakan dalam
fisiologis, mekanis, enzimatis, dan penelitian ini adalah tomat apel matang,
mikrobiologis (Tendean, 2016). Tomat kaya sukrosa, gelatin, sirup glukosa, asam sitrat,
akan vitamin C dan beberapa antioksidan. dan air.

81
Pengaruh Konsentrasi Gelatin dan Sukrosa ……………Pangalila A. Grace dkk.

Alat yang digunakan adalah timbangan lalu ditambahkan sirup glukosa 20%, sambil
analitik, kompor, blender, panci, pisau, dilakukan pengadukan selama pemanasan.
saringan, cetakan permen, lemari es, wajan, Disamping itu gelatin (sesuai perlakuan)
sendok pengaduk, hot plate, dan alat-alat dilarutkan pada 50 ml air yang dipanaskan di
analisis lainnya. atas hot plate dengan suhu 50oC di tempat
Rancangan Penelitian yang berbeda, setelah sukrosa larut dengan
Rancangan yang digunakan dalam sempurna ditambahkan larutan gelatin (yang
penelitian ini adalah Rancangan Acak sudah dibuat sebelumnya). Pemanasan
Lengkap Faktorial yang terdiri dari 2 faktor dilanjutkan sampai suhu 90oC dengan api
yaitu faktor pertama konsentrasi gelatin kecil selama 10 menit kemudian ditambahkan
dengan 3 taraf dan faktor kedua konsentrasi asam sitrat 0,3 % lalu diaduk sampai tercapai
sukrosa dengan 3 taraf diperoleh 9 kombinasi kekentalan dan diangkat dari alat pemanasan.
perlakuan dan tiap perlakuan diulang 3 kali Cairan kental permen jelly langsung
sehingga diperoleh 27 unit perlakuan. Adapun dituangkan ke cetakan dan
kombinasi perlakuan gelatin dan sukrosa didinginkan/didiamkan pada suhu ruang 28oC
sebagai berikut: selama 1 jam. Setelah 1 jam, permen jelly
Perlakuan A: Gelatin 20% dan Sukrosa 30% dimasukkan ke lemari pendingin dengan suhu
Perlakuan B: Gelatin 20% dan Sukrosa 40% 5oC selama 24 jam. Setelah dikeluarkan dari
Perlakuan C: Gelatin 20% dan Sukrosa 50% lemari pendingin, permen jelly dibiarkan pada
Perlakuan D: Gelatin 25% dan Sukrosa 30% suhu ruang 28oC selama 1 jam dan
Perlakuan E: Gelatin 25% dan Sukrosa 40% dikeluarkan dari cetakan, kemudian dilakukan
Perlakuan F: Gelatin 25% dan Sukrosa 50% analisa terhadap permen jelly yang dihasilkan.
Perlakuan G: Gelatin 30% dan Sukrosa 30% Analisis Kadar Sukrosa (Metode Luff
Perlakuan H: Gelatin 30% dan Sukrosa 40% Schoorl, SNI 01-2892-1992)
Perlakuan I: Gelatin 30% dan Sukrosa 50% Sebanyak 10 g sampel di timbang dan
Prosedur Kerja dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml,
Persiapan Sari Buah Tomat ditambah Pb asetat untuk penjernihan,
Tomat apel dicuci, lalu dipotong, dan kemudian ditambah (NH4)2HPO4 untuk
kemudian di blanching dengan menggunakan menghilangkan kelebihan Pb. Diambil 10 ml
uap selama 5 menit pada suhu 80oC. Tomat larutan dan masukkan ke dalam Erlenmeyer,
yang telah di blanching dengan uap ditambahkan 25 ml larutan luff schoorl.
dilumatkan/dihaluskan kembali dengan Dibuat perlakuan blanko yaitu 25 ml larutan
blender, setelah diblender dilakukan luff schoorl ditambahkan 25 ml aquadest.
penyaringan untuk mendapatkan sari dari Setelah ditambahkan beberapa batu didih,
tomat tersebut. Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin
Pembuatan Permen Jelly (Nelwan, 2014 balik dan didihkan selama 10 menit, kemudian
yang dimodifikasi) didinginkan. Ditambahkan 10 ml KI 30% dan
Cara kerja dalam penelitian ini sebagai dengan perlahan tambahkan 25 ml H2SO4
berikut: siapkan semua bahan (sukrosa, 25%. Larutan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N
gelatin, sirup glukosa, dan asam sitrat) yang dengan menggunakan indikator larutan kanji
akan digunakan. Penambahan sukrosa, gelatin, 0,5% sampai warna berubah menjadi kuning.
dan sirup glukosa disesuaikan dengan jumlah
sari tomat (sari yang digunakan tanpa Perhitungan:
penambahan air). Sari tomat sebanyak 200 ml Kadar sukrosa= % gula sesudah inversi x 0,95
dipanaskan di kompor bersamaan dengan
sukrosa (sesuai perlakuan) pada suhu 40OC
82
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 12 Nomor 2, Desember 2021

Uji Kekenyalan (Penetrometer, Precision dengan skala sebagai berikut : (1) Sangat tidak
2777 Washington BLVD, Soekarto, 1985) suka, (2) Tidak suka, (3) Netral, (4) Suka, (5)
Penetrometer disiapkan dan diletakkan Sangat suka.
pada tempat yang datar kemudian jarum
dipasang, dan ditambah pemberat pada HASIL DAN PEMBAHASAN
penetrometer. Sampel permen jelly tomat Kadadr Sukrosa Permen Jelly
disiapkan dan diletakkan pada dasar Rata- rata dari hasil analisis sukrosa
penetrometer sehingga jarum penunjuk dan dengan pengujian deskriptif
permukaan sampel tepat bersinggunan dan berdasarkanperlakuan gelatin dan sukrosa
jarum pada skala menunjukan angka nol. dapat ditunjukkan pada Gambar 1, diketahui
Tekan tuas (lever) penetrometer selama 10 bahwa semakin tinggi konsentrasi sukrosa
detik. Penusukkan dilakukan pada permen maka nilai sukrosa yang didapat akan semakin
jelly tomat sebanyak 3 kali pada tiga tempat, tinggi. Pada perlakuan I dengan konsentrasi
kemudian dibaca skala pada alat yang sukrosa 50% adalah yang paling tinggi.
menunjukan kedalaman penetrasi jarum ke Pada gambar 1 terlihat penambahan
dalam sampel. Kekerasan permen jelly tomat gelatin lebih tinggi menyebabkan kadar
adalah b/a/t dengan satuan mm/gr/dt. sukrosa meningkat. Dalam proses gelatinisasi,
Prinsipnya semakin kecil nilai yang penambahan sukrosa mempengaruhi kekuatan
didapatkan maka tingkat kekerasan semakin gel yang dihasilkan dimana penambahan
besar. sukrosa yang tinggi meningkatkan kekuatan
Uji Organoleptik (Uji Hedonik, Bambang, gel (Kuan dkk, 2016). Perlakuan konsentrasi
1988) gelatin dan sukrosa terbaik adalah perlakuan I
Uji organoleptik menggunakan metode (30% gelatin + 50% sukrosa) yaitu 26,78%.
hedonik atau tingkat penerimaan. Uji Hal tersebut dikarenakan penambahan gelatin
organoleptik dilakukan untuk mengetahui dan sukrosa di larutkan pada suhu tinggi akan
tingkat kesukaan panelis terhadap permen mengurangi jumlah molekul air dan
jelly. Dimana uji organoleptik ini meningkatkan jumlah sukrosa (Giyarto, 2019).
menggunakan panelis yang terdiri dari 25 Sukrosa yang dilarutkan dalam air yang
orang dengan memberikan penilaian secara dipanaskan, maka sebagian sukrosa akan
pribadi terhadap sampel yang disajikan. terurai menjadi glukosa dan fruktosa yang
Parameter yang diuji yaitu rasa, warna, aroma, disebut gula invert (Winarno, 2004).
dan tekstur, dengan memberikan penilaian

Gambar 1. Nilai Rata-Rata Kadar Sukrosa Permen Jelly Tomat.

83
Pengaruh Konsentrasi Gelatin dan Sukrosa ……………Pangalila A. Grace dkk.

Kekenyalan Permen Jelly 3. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis


Hasil rata-rata kekenyalan yang terhadap aroma permen jelly tomat diperoleh
dihasilkan berada pada kisaran 7,9-8,9 nilai 2,68-3,05 (Netral). Gambar 3
mm/g/detik. Berdasarkan hasil analisis memperlihatkan bahwa nilai yang tertinggi
menunjukan tingkat kekenyalan permen jelly diperoleh pada perlakuan C (20% gelatin +
tomat tertinggi pada perlakuan I (30% gelatin 50% sukrosa) yaitu 3,05 (netral), sedangkan
+ 50% sukrosa) yaitu 8,9 dan perlakuan H nilai terendah pada perlakuan I (30% gelatin +
(30% gelatin + 40% sukrosa) yaitu 8,9. Sesuai 50% sukrosa) yaitu 2,68 (netral). Berdasarkan
dengan prinsip penetrometer semakin kecil penilaian panelis terhadap tingkat kesukaan
nilai yang diperoleh, maka tingkat kekenyalan aroma permen jelly menunjukan bahwa,
yang diperoleh semakin kecil. Permen jelly perlakuan G (30% gelatin + 30% sukrosa)
dengan perlakuan A (20% gelatin + 30% yaitu 2,81, perlakuan D (25% gelatin + 30%
sukrosa) yaitu 7,9 memiliki rata-rata terkecil, sukrosa) yaitu 2,89, perlakuan F (25% gelatin
penambahan sukrosa terlalu banyak akan + 50% sukrosa) yaitu 2,89, perlakuan B (20%
terjadi kristalisasi pada permukaan gel yang gelatin + 40% sukrosa) yaitu 2,91, perlakuan
terbentuk. Jika melihat histogram nilai rata- A (20% gelatin + 30% sukrosa) yaitu 2,93,
rata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur perlakuan E (25% gelatin + 40% sukrosa)
(Gambar 2), yang paling disukai panelis yaitu yaitu 2,99, perlakuan H (30% gelatin + 40%
perlakuan F (25% gelatin + 50% sukrosa) sukrosa) yaitu 3,00.
yaitu dengan nilai 8,5 (mm/gr/detik), pada Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
tabel di atas perlakuan F berada di tengah dapat membuktikan bahwa perlakuan
yang artinya perlakuan ini tidak keras dan konsentrasi gelatin dan sukrosa tidak
tidak lunak. Bila sukrosa yang ditambahkan berpengaruh terhadap tingkat kesukaan aroma
sedikit atau kurang, akan terbentuk gel yang permen jelly tomat. Komentar yang diberikan
lunak (Muchtadi, 1989). Kekenyalan oleh beberapa panelis menyatakan bahwa
merupakan salah satu dari parameter utama aroma permen jelly yang dihasilkan relatif
dalam penentuan kualitas dan penerimaan tidak berbeda, aroma permen jelly tomat
panelis terhadap permen jelly tomat. hanya sedikit yang tercium apabila dihirup.
Karakteristik Organoleptik Hal ini dikarenakan semakin banyak
Aroma konsentrasi gelatin terhadap suatu produk
Tingkat kesukaan panelis terhadap akan menghilangkan aroma asli dari tomat.
aroma permen jelly dapat dilihat pada Gambar

Gambar 2. Nilai Rata-rata Kekenyalan Permen Jelly Tomat.

84
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 12 Nomor 2, Desember 2021

Gambar 3. Tingkat Kesukaan Terhadap Aroma Permen Jelly Tomat.

Hasil analisa ini diperkuat dengan pernyataan Hasil analisis sidik ragam
Piccone dkk. (2011) yang menyatakan bahwa membuktikan bahwa pemberian gelatin dan
dengan peningkatan kadar hidrokoloid pada sukrosa berpengaruh nyata terhadap warna
formulasi bahan makanan akan mengurangi permen jelly tomat. Hasil uji BNT 1%
rasa dan aroma asli dari produk tersebut. menunjukkan perlakuan D berbeda nyata
Aroma merupakan faktor yang sangat penting dengan perlakuan C, sedangkan perlakuan E
untuk menentukan tingkat penerimaan tidak berbeda nyata dengan I, F, G ,H, B, dan
konsumen terhadap suatu produk, sebab A (Tabel 1). Warna permen yang dihasilkan
sebelum dimakan biasanya konsumen terlebih pada umumnya memiliki warna yang sama
dahulu mencium aroma dari produk tersebut yaitu merah. Warna merah dari tomat
untuk menilai layak tidaknya produk tersebut mempengaruhi warna yang dihasilkan produk
untuk dimakan (Soekarto dan Hubeis, 2002). permen jelly.
Warna Tabel 1. Nilai Tingkat Kesukaan Terhadap
Nilai tingkat kesukaan panelis Warna
terhadap warna permen jelly tomat ditingkat Perlakuan Rata-rata
netral dengan skala berkisar 3,17-3,75 D 25% gelatin + 30% sukrosa 3,17a
(Netral). Nilai yang tertinggi diperoleh pada E 25% gelatin + 40% sukrosa 3,19ab
perlakuan C (20% gelatin + 50% sukrosa) I 30% gelatin + 50% sukrosa 3,25ab
yaitu 3,73 (suka), sedangkan nilai terendah F 25% gelatin + 50% sukrosa 3,35b
pada perlakuan D (25% gelatin + 30% G 30% gelatin + 30% sukrosa 3,4b
sukrosa) yaitu 3,17 (netral). Warna dari H 30% gelatin + 40% sukrosa 3,4b
permen jelly tomat dari setiap perlakuan tidak B 20% gelatin + 40% sukrosa 3,57cde
mempunyai perbedaan yang signifikan. A 20% gelatin + 30% sukrosa 3,60de
Penampilan warna tetap harus dijaga agar C 20% gelatin + 50% sukrosa 3,73e
dapat menarik konsumen, karena hal pertama BNT 5% = 0,16 (*) Notasi yang berbeda menunjukan
dilakukan oleh konsumen adalah menilai adanya perbedaan nyata.
produk dari penampilannya secara visual dan Rasa
selera makan akan bangkit serta membuat Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
persepsi positif pada makanan tersebut terhadap rasa permen jelly tomat diperoleh
(Kuswandono dan Yoga, 2007; Winarno, nilai 2,75-3,72 (Netral). Nilai yang tertinggi
2004). diperoleh pada perlakuan F (25% gelatin +

85
Pengaruh Konsentrasi Gelatin dan Sukrosa ……………Pangalila A. Grace dkk.

50% sukrosa) yaitu 3,72 (suka), sedangkan sukrosa dapat meningkatkan cita rasa pada
nilai terendah pada perlakuan A (20% gelatin bahan makanan. Fachruddin (2002)
+ 30% sukrosa) yaitu 2,75 (netral) (Tabel 2). menyatakan bahwa asam sitrat merupakan
Konsentrasi gelatin dan sukrosa secara bahan pemicu rasa yang diberikan pada suatu
statistik memberi pengaruh signifikan pada produk pangan untuk memberikan nilai lebih
tingkat kesukaan panelis terhadap rasa permen pada rasa, sesuai dengan karakteristik produk
jelly tomat. Panelis cenderung kurang pangan yang dihasilkan. Rasa memiliki
menyukai rasa dari permen jelly dengan peranan penting dalam menentukan
konsentrasi gelatin yang cukup tinggi. Jika penerimaan suatu makanan. Penginderaan rasa
konsentrasi gelatin hampir setara dengan terbagi menjadi empat rasa yaitu manis, asin,
konsentrasi sukrosa rasa asli tomat akan pahit, dan asam. Penerimaan panelis terhadap
tertutupi oleh rasa dari gelling agent itu rasa dipengaruhi oleh konsentrasi bahan dan
sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian interaksi dengan komponen rasa yang lain
Siregar dan Nara (2014) menyatakan bahwa (Winarno, 1984).
rasa asing pada jelly dapat ditimbulkan dari Hasil analisis sidik ragam
rasa gelatin. Menurut Piccone dkk (2011), menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi
peningkatan kadar hidrokoloid pada formulasi gelatin dan sukrosa berpengruh pada tingkat
bahan makanan akan meningkatkan volume kesukaan terhadap rasa permen jelly. Hasil uji
produk, namun peningkatan kadar hidrokoloid BNT 5% menunjukkan perlakuan A tidak
akan mengurangi flavor asli produk tersebut. berbeda nyata dengan perlakuan G dan D.
Perlakuan E berbeda nyata dengan perlakuan
Tabel 2. Nilai Tingkat Kesukaan Terhadap C dan F. Sedangkan perlakuan E tidak
Rasa berbeda nyata dengan perlakuan I, H, dan B.
Perlakuan Rata-rata Konsentrasi sukrosa dan gelatin sangat
A 20% gelatin + 30% sukrosa 2,75a mempengaruhi tingkat kesukaan terhadap rasa
G 30% gelatin + 30% sukrosa 2,83ab perlakuan F menghasilkan rasa manis yang
D 25% gelatin + 30% sukrosa 2,89bc tidak terlalu kuat namun juga tidak hambar.
E 25% gelatin + 40% sukrosa 3,15c Gelatin merupakan derivat protein yang
I 30% gelatin + 50% sukrosa 3,21cd mengandung asam-asam amino yang dapat
H 30% gelatin + 40% sukrosa 3,24cd meningkatkan cita rasa permen jelly,
B 20% gelatin + 40% sukrosa 3,31d sedangkan sukrosa memberikan rasa manis
C 20% gelatin + 50% sukrosa 3,68e yang disukai panelis.
F 25% gelatin + 50% sukrosa 3,72e Tekstur
BNT 5% = 0,11 (*) Notasi yang berbeda menunjukan
adanya perbedaan nyata.
Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
terhadap aroma permen jelly tomat diperoleh
Faktor lain yang mempengaruhi rasa nilai 2,53-3,45 (Netral). Pada Tabel 3
dari permen jelly tomat ialah rasa manis yang memperlihatkan bahwa nilai yang tertinggi
dipengaruhi oleh penambahan glukosa dan diperoleh pada perlakuan F (25% gelatin +
sukrosa serta rasa asam yang berasal dari 50% sukrosa) yaitu 3,45 (netral), sedangkan
bahan baku utama (tomat) dan juga nilai terendah pada perlakuan A (20% gelatin
penambahan asam sitrat pada pembuatan + 30% sukrosa) yaitu 2,53 (netral). Dari data
permen jelly membuat keseimbangan rasa kesukaan panelis terhadap tekstur menunjukan
manis dan asam menghasilkan rasa yang semakin tinggi konsentrasi gelatin semakin
disukai. Hal ini sesuai dengan literatur yang keras produk yang dihasilkan. Menurut Rahmi
menyatakan bahwa adanya glukosa dan dkk. (2012), jika konsentrasi gelatin terlalu
rendah, maka gel akan menjadi lunak atau
86
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 12 Nomor 2, Desember 2021

bahkan tidak membentuk gel, tetapi bila


konsentrasi gelatin yang digunakan terlalu
tinggi maka gel yang terbentuk akan kaku.
Tekstur merupakan sensasi tekanan yang
dapat dirasakan dengan mulut atau perabaan
dengan jari. (Kurniawan, 2006) tekstur
merupakan parameter penting pada makanan
lunak.
Tabel 3. Nilai Tingkat Kesukaan Terhadap
Tekstur
Perlakuan Rata-rata
A20% gelatin + 30% sukrosa 2,53a
B20% gelatin + 40% sukrosa 2,91b Gambar 4. Rata-rata Keseluruhan parameter
D25% gelatin + 30% sukrosa 3,11c Organoleptik Permen Jelly Tomat.
G30% gelatin + 30% sukrosa 3,24d
E25% gelatin + 40% sukrosa 3,25d KESIMPULAN
C20% gelatin + 50% sukrosa 3,31de
I30% gelatin + 50% sukrosa 3,37ef Hasil dari penelitian ini menunjukan
H30% gelatin + 40% sukrosa 3,39fg permen jelly tomat dengan penambahan 25%
F25% gelatin + 50% sukrosa 3,45g gelatin dan 50% sukrosa disukai panelis, yang
BNT 5% = 0,075 (*) Notasi yang berbeda menunjukan mengandung 25,53% sukrosa sesuai dengan
adanya perbedaan nyata. SNI No.01-3547-1994 yaitu tidak lebih dari
30%, dengan tingkat kekenyalan 8,5
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
mm/g/det.
membuktikan bahwa perlakuan gelatin dan
sukrosa berpengaruh terhadap tekstur permen DAFTAR PUSTAKA
jelly tomat. Hasil uji BNT 5% menunjukkan
perlakuan A tidak berbeda nyata dengan Bambang, K. 1988. Pedoman Uji Inderawi
perlakuan B, D, G, E, C, I, H, dan F. Permen Bahan Pangan. Yogyakarta : Penerbit
jelly dengan perlakuan A memiliki rata-rata Pusat Antar Universitas pangan dan
terkecil, penambahan gelatin yang sedikit gizi.
mengakibatkan produk menjadi sangat lunak Fachruddin, L. 2002. Membuat Aneka Sari
dikarenakan sifat dari gelatin yaitu mengikat Buah Kanisius. Yogyakarta.
air menjadi lemah karena kurangnya gelatin,
sedangkan konsentrasi sukrosa yang terlalu Giyarto, G. Suwasono, S. Surya, O.P. 2019.
sedikit juga mempengaruhi tingkat kekenyalan Karakteristik Permen Jelly Jantung
permen jelly, akan terbentuk gel yang lunak. Buah Nanas Dengan Variasi
Nilai rata-rata keseluruhan parameter Konsentrasi Karagenan Dan Suhu
organoleptik permen jelly tomat menunjukkan Pemanasan. Jurnal. Jurusan Teknologi
bahwa perlakuan F (25% gelatin + 50% Hasil Pertanian Fakultas Teknologi
sukrosa) metrupakan formula yang paling Pertanian Universitas Jember.
disukai oleh panelis. Konsentrasi gelatin dan Kurniawan, T. 2006. Aplikasi Gelatin Tulang
sukrosa pada proses pembuatan permen jelly Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp) Pada
tomat sangat mempengaruhi tingkat kesukaan Pembuatan Permen Jelly. (Skripsi)
panelis (Gambar 4). Fateta. IPB. Bogor.

87
Pengaruh Konsentrasi Gelatin dan Sukrosa ……………Pangalila A. Grace dkk.

Kuswandono., R.B. Yoga. 2007. Pengaruh Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik
Sugesti Dan Warna Pada Makanan Untuk Industri Pangan Dan Hasil
Dan Minuman Terhadap Persepsi Pertanian. Penertbit Bhatara Karya
Anak Tentang Rasa. Skripsi. Prodi Aksara, Jakarta.
Psikologi Unika Soegijapranata. Soekarto TS dan Hubeis M. 2002. Metodologi
Semarang.
Penelitian Organoleptik. Institut
Muchtadi, T. R., 1989. Teknologi Press Pertanian Bogor. Bogor.
Pengolahan Pangan. Pusat Sulardjo., dan A. Santoso. 2012. Pengaruh
AntarUniversitas Pangan dan Gizi, Konsentrasi Gula Pasir Terhadap
Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kualitas Jelly Buah Rambutan. ISSN
Nelwan, B. 2014. Pengaruh Konsentrasi 0215-9511. Klaten: Universitas Widia
Gelatin dan Sirup Glukosa Terhadap Dharma.
Sifat Kimia dan Sensoris Permen Jelly Suryani, A., E. Hambali., dan M. Rivai. 2004.
dari Sari Buah Pala (Myristica fragrans Membuat Aneka Selai. Jakarta:
Houtt). Program Studi Ilmu
Penebar Swadya.
danTeknologi Pangan Unsrat.
Tendean, F. 2016. Karakteristik Fisikokimia
Piccone, P., S.L. Rastelli., and P. Pittia. 2011.
Dan Sensori Manisan Tomat
Aroma Release And Sensory (Lycopersicum esculentum). Program
Perception Of Fruit Candies Model Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
System. Procedia Food Science,
Unsrat.
1(2011) : 1509-1515.
Tumbel, E. 2016. Pemilihan Jalur Transportasi
Rahmi, S.L., F. Tafzi., dan S. Anggraini. Komoditi Tomat Pada Pedagang Di
2012. Pengaruh Penambahan Gelatin Pasar Tradisional Karombasan
Terhadap Pembuatan Permen Jelly dari Manado. Jurusan Manajemen
Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa UNSRAT.
Linn). Jurnal Penelitian Universitas
Jambi Seri Sains, 14(1):37-44. Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan Dan Gizi.
Jakarta: PT Gramedia Utama.
Siregar, E., dan H. Nara. 2014. Teori Belajar
dan Pembelajaran. Cetakan ke-3. Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi.
Bogor: Ghalia Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
SNI 01-2892-1992. Cara Uji Makanan dan
Minuman. Badan Standarisasi
Nasional. 1992. Jakarta.

88

Anda mungkin juga menyukai