AIDA 201851013 JURNAL AKHIR - FARKOL Compressed
AIDA 201851013 JURNAL AKHIR - FARKOL Compressed
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI
( PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN MENCIT
(Mus musculus) )
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melaksanakan Praktikum Farmakologi dan
Toksikologi
Disusun Oleh :
AIDA
201851013
Sesi 2 kelompok 2 (Intra Vena)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kegiatan Praktikum Farmakologi Studi Farmasi di Institut Sains dan Teknologi
Al-Kamal. Dalam penyusunan dan penyelesaian laporan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ir. Esa Haruman W.,MSc.,Ph.d selaku Rektor Institut Sains Dan Teknologi Al- Kamal
Jakarta.
2. apt. Drs. R. Muhammad Sadikin, M.M. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,
Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta.
3. Dr. apt. Delina Hasan, M.Kes. selaku Ketua Program Studi Farmasi, Fakultas Sains
dan Teknologi, Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta.
4. apt. Jerry selaku dosen Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta yang telah
banyak membantu dalam penyusunan laporan ini.
5. Kelompok 2 dan Asisten Lab yang telah membantu dalam mendukung laporan
praktikum
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan karuniaNya serta
membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
laporan akhir praktikum farmakologi . Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi peneliti dan khususnya bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
2
PERCOBAAN 1
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Dalam penelitian kali ini mempelajari karakter hewan coba, dan bagaimana cara
penanganan hewan percobaan .
2. Dan mempelajari bagaiaman cara yang tepat dan benar dalam proses pemberian makan,
dan minum untuk hewan coba khususnya hewan mencit.
3
4) Ordo : Rodentia
5) Family : Muridae
6) Genus : Mus
7) Spesies : Mus musculus
b. Morfologi
Ukuran lebih kecil, bulu berwarna putih, dan warna kulit lebih pucat, mata
berwarna hitam dan kulit berpigmen
c. Karakteristik Mencit
1) Lama Hidup : 1-2tahun, bias sampai 3tahun
2) Lama Hamil : 19-21 hari
3) Umur Disapih : 21 hari
4) Umur Dewasa : 35 hari
5) Siklus Kelamin : poliestrus
6) Siklus Estru : 4-5 hari
7) Lama Estrus :12-24 jam
8) Berat Dewasa : 20-40g jantan; 18-35g betina
9) Berat Lahir : 0,5-1g
10) Jumlah anak : rata-rata 6, bias 15
11) Suhu (rektal) : 35-39 (rata-rata 37,4 ̊C)
12) Perkawinan : 4 betina dengan 1 jantan (Kelompok)
13) Aktivitas : Nokturnal (malam)
14) Sifat–sifat mencit
a) Pembauannya sangat peka yang memiliki fungsi untuk mendeteksi akan,
deteksi predator dan deteksi signal (feromon)
b) Penglihatan jelek karena selkonus sedikit sehingga tidak dapat melihat
warna
c) Tingkah laku : jantan dewasa + jantan dewasa akan berkelahi, betina
dewasa + jantan dewasa berdamai dan betina dewasa + betina dewasa
berdamai
d) Sistemsosial : berkelompok (Muliani, 2011)
Cara dalam memperlakukan mencit yakni dengan menggunakan tangan kanan
4
untuk mengangkat ekornya dan biarkan mencit menjangkau kawat kandang dengan kaki
depannya, lalu tarik sedikit ekornya. Kemudian gunakan tangan kiri untuk mencubit kulit
antara 2 telingan lalu 3 jari yang lainnya gunakan untuk memegang kulit punggung dan
jepit ekor mencit menggunakan jari manis dan kelingking. Sejalan dengan teori
sebelumnya menjelaskan bahwa memperlakukan mencit yakni dengan cara mencit dapat
dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan, biarkan
menjangkau/mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang). Kemudian tangan kiri
dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat/setegang mungkin.
Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan
kiri. Dengan demikian, mencit telah terpegang olehtangan kiri dan siap untuk diberi
perlakuan (Malole, 1989).
Pemberian kode pada hewan coba sering kali diperlukan untuk mengidentifikasi
hewan yang terdapat dalam suatu komplek atau kandang. Gunakan larutan 10% asam
pikrat dalam air dan sebuah sikat atau kuas. Penandaan dapat dilakukan pada punggung
hewan yakni pada bagian kanan menunjukan angka satuan, bagian tengan menunjukan
angka puluhan dan bagian kiri menunjukan angka ratusan. Pada penelitian yang tidak
menggunakan hewan dalam jumlah besar, biasanya dipakai spidol pada ekor (Anonim,
2016). Namun dapat dilakukan juga pada semua bagian tubuh hewan coba, pemberian
kode dapat dilakukan dengan pemberian warna dan tanda sesuai keinginan kita, namun
harus terlihat jelas.
5
C. ALAT DAN BAHAN
D. PENGAMBILAN SAMPLE
1. Setiap kelompok mendapatkan 1 ekor mencit
2. Cobalah berlatih dalam memegang mencit,
3. Cobalah berlatih dalam interaksi yang tepat dan benar agar mencit tidak
merasa stres.
4. Cobalah berlatih dalam pemberian makan dan minum pada mencit .
PROSEDUR KERJA :
a) Cara memegang mencit
- Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan
tangan kanan, dan dibiarkan menjangkau kawat kandang dengan kaki
depannya. Dengan tangan kiri , kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk
dan ibu jari.
- Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan keantara jari manis
dan jari kelingking tangan kiri, hingga mencit cukup erat dipegang
7
LAMPIRAN
Keterangan :
Cara memegang mencit
Keterangan :
Cara memberikan makanan
cair pada mencit
8
PERCOBAAN 2
A.TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami cara perhitungan dosis dan konversi dosis
2. Memahami Rute cara menyuntikan Obat untuk hewan secara oral, intravena,
intramuscular, subcutan, intraperitonial, .
9
C. METODE PENELITIAN
1. Perhitungan Dosis
Setiap spesies mempunyai sensitivitas yang berbeda dalam menerima Obat
Oleh karena itu perhitungan dosis tidak bias hanya berdasarkan Pada berat badan
tetapi harus juga memperhitungkan sensitivitas. Tersebut dengan menggunakan
table konversi dosis.
Bahan uji yang dapat digunakan harus berbentuk padat harus dibuat dalam bentuk
larutan atau suspensi supaya dapat diberikan dengan alat sonde lambung. Bahan uji
diberikan peroral dengan sonde yang berujung tumpul, sedikit membendol pada
ujungnya dan dibuat agak bengkok melengkung. Ujung sonde yang tumpul bertujuan
untuk menghindari masuk ke trakea dan menghindari trauma pada hewan coba. Mencit
dikekang dengan cara menarik kulit yang bersebelahan dengan telinga dengan tangan
kiri sedemikian rupa sehingga kulit itu terjepit oleh ibu jari dan telunjuk. Ini diperkuat
10
oleh jepitan pangkal ibu jari dengan jari lainnya pada kulit punggung yang berguna agar
si tikus tidak terlepas pada saat ini di berikan obat, atau pun pangan, dan ekor dikait
dengan kelingking tangan kiri tersebut. Masukkan sonde dengan hati-hati kira-kira
sampai di lambung. Setelah yakin bahwa sonde sudah masuk ke dalam lambung dan
tidak ke dalam paru, barulah bahan uji dipompakan keluar. Volume yang baik ialah
maksimal 1 mL karena daya tampung lambung mencit dengan berat 25 gram hanya 1,0
mL. Umumnya diberikan setengah dari volume maksimal pada hewan coba.
Pengambilan Sample
Prosedur Kerja
1. ORAL
Siapkan cairan Agar/CMC yg sudah dicairkan dengan NaCL
Memegang mencit dengan menjepit bagian tekuk menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk, dan ekornya dijepit diantara jari manis dan kelingking.
kemudian pegang atau luruskan kaki mencit agar pahanya memanjang
ambil cairan agar 1ml
lalu lakukan Induksi mencit dengan CMC/Agar dengan menyuntikan di
bagian otot paha lalu di ukur diameter setelah di induksi . diket : 3,1 cm
selanjutnya Pemberian obat oral dilakukan dengan menggunakan jarum suntik
yang ujungnya tumpul.
Sebelum memasukkan sonde oral, posisi kepala dan keadaan mulut harus
diperhatikan. Ketika hewan dipegang dengan posisi terbalik pastikan posisi
kepala menengadah atau posisi dagu sejajar dengan tubuh dan mulut terbuka
sedikit.
Siapkan tab ibuprofen yang sudah di gerus ad menjadi serbuk ambil 1 gr lalu
tambahkan Nacl 1ml
lalu ambil 1ml cairan ibuprofen dengan sonde
Kemudian masukkan suntikan oral kedalam mulut sampai esophagus (posisi
suntikan Oral yang dimasukkan tegaklurus).
Stelah diberikan obat per-oral diukur kembali lingkar diameter paha mencit
tersebut.
11
2. SUBCUTAN
- Siapkan syring
- Alcohol swab
- Larutan NaCL
Cara kerja :
3. INTRA MUSCULAR
- Siapkan syaring
- Alcohol swab
- Larutan Nacl
Cara Kerja :
12
suntikkan pada otot paha bagian belakang.
suntikan tidak boleh terlalu dalam agar tidak terkena pembuluh darah.
sebelum melakukan suntikan, bersihkan daerah kulit dengan alcohol 70%
suntikan larutan obat sebanyak 1,3 ml
4. INTRA PERITONEAL
• Siapkan syring
• Alkohol swab
• Larutan NaCL
Cara Kerja:
5. INTRA VENA
• Siapkan syring
• Alkohol swab
• Larutan NaCL
13
Cara Kerja:
14
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Mencit BB (kg) Rute Pemberian Dosis
1. 25gr Oral 1,3mg/L
PEMBAHASAN
Pada Praktikum Farmakologi dan Toksikologi kali ini mempelajari tentang pengaruh
cara pemberian obat terhadap absorbsi obat dalam tubuh dengan melakukan pengujian praklinis
yaitu pada hewan Mencit.. Pada dasarnya rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan
obat yang masuk kedalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau
kemungkinan timbulnya efek yang merugikan. Pemberian obat pada hewan uji pada percobaan
ini dilakukan melalui cara oral, intravena, subkutan, intraperitoneal, dan intramuscular.
1. oral
Pemberian obat secara oral merupakan cara pemberian obat yang umum dilakukan karena
mudah, aman, dan murah. Namun kerugiannya ialah banyak faktor yang dapat mempengaruhi
bioavailabilitasnya sehingga waktu onset yang didapat cukup lama. keuntungan obat oral itu
karena tidak mengalami tahap absorpsi maka kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat,
tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita. Pemberian obat dilakukan
dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya tumpul atau jarum sande. Memegang mencit
dengan menjepit bagian tekuk menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, dan ekornya dijepit
diantara jari manis dan kelingking. Sebelum measukkan sande oral, posisi kepala dan keadaan
mulut harus diperhatikan, masukan sonde ditempelkan pada langit-langit mulut lalu suntikan
kedalam mulut sampai esophagus (posisi suntikan oral yang dimasukan tegak lurus). Menurut
teori sebelumnya cara pemberian oral dilakukan dengan cara cairan obat diberikan dengan
15
menggunakan sonde oral. Sonde oral ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit,
kemudian perlahanlahan dimasukkan sampai ke esofagus dan cairan obat dimasukkan. (Hendra,
2016)
2. Intravena
Pada mencit penyuntikan melalui intravena dilakukan pada bagian ekor mencit., dimana
mencit dimasukan kedalam kandang, tarik ekor mencit keluar kandang, olesi ekor dengan
menggunakan air hangat atau etanol 70 agar pembuluh darah terlihat melebar, lalu suntikan pada
¾ bagian ekor mencit. Menurut teori sebelumnya pemberian obat secara intravena pada mencit
yaitu dengan cara mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan ekornya
menjulur keluar. Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat (28-30 ºC) agar pembuluh vena ekor
mengalami dilatasi, sehingga memudahkan pemberian obat ke dalam pembuluh vena. Pemberian
obat dilakukan dengan mengguna kan jarum suntik no. 24 . Keuntungannya dari intravena obat
cepat masuk dan bioavailabilitas 100%, sedangkan kerugiannya perlu prosedur steril, sakit, dapat
terjadi iritasi ditempat injeksi, resiko terjadi kadar obat yang tinggi kalau diberikan terlalu cepat.
(Hendra, 2016).
3. Subcutan
Obat disuntikan dibawah kulit daerah tengkuk (dileher bagian atas) dengan terlebih
dahulu mencubit kulitnya, lalu suntikan dengan sudut 45 derajat. Menurut teori sebelumnya
pemberian obat secara subkutan pada mencit yakni dengan cara kulit di daerah tengkuk diangkat
dan ke bagian bawah kulit dimasukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml & jarum
ukuran 27G/ 0,4 mm. Selain itu juga bisa di daerah belakang tikus. Keuntungannya obat dapat
diberikan dalam kondisi sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya dalam pemberian obat
perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi lokal ditempat injeksi. (Hendra, 2016)
4. Intra Peritoneal
Hewan dipegang sesuai ketentuan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, namun pada
saat penyuntikan posisi kepala lebih rendah dari abdomen yanitu dengan menunggingkan menict.
Jarum disuntukkan sehingga membentuk sudut 45 derajat dengan abdomen, posisi jarum agak
menepi dari garis tengah (linea alba) untuk menghindari agar tidak mengenai organ dalam
16
peritoneum. Menurut teori sebelumnya pemberian obat secara Intraperitoneal pada mencit yakni
dengan cara Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan
dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar
jarum suntik tidak mengenai kandung kemih. Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tinggi
untuk menghindari terjadinya penyuntikan pada hati . Keuntungan adalah obat yang disuntikkan
dalam rongga peritonium akan diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat. (Hendra,
2016)
5. Intra Muscular
cara intramuscular yaitu dengan menyuntikkan obat pada daerah yang berotot seperti
paha atau lengan atas. Keuntungan pemberian obat dengan cara ini, absorpsi berlangsung dengan
cepat, dapat diberikan pada pasien sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya dalam
pemberiannya perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi ditempat injeksi
Pada percobaan ini, menggunakan lima ekor mencit. Masing-masing mencit diberikan
rute pemberian obat berbeda-beda. Banyaknya volume obat yang akan diinjeksi untuk mencit
tergantung dengan berat badan mencit. dikarenakan berat badan mencit sama dan 4 rute
(intravena, subcutan, Intraperitoneal, dan intramuscular) pemberian obat pada mencit hanya
menggunakan Nacl jadi untuk reaksi pada mencit setelah penyuntikan hanya untuk mengontrol
mencit saja atau tidak ada reaksinya. Sedangkan rute pemberian oral pada pemberian obat secara
oral memberikan efek yang sesuai karena sebelum pemberian oral mencit diunduksi terdahulu
agar efek obat antiinflamasi (ibuprofen) tersebut bekerja dengan baik sesuai dengan literatur
yang seharusnya pada pemberian obat secara oral memberikan efek aktif kembali lebih lama
dibanding pemberian obat rute lain.
Pada percobaan yang kami lakukan, kemungkinan banyak terjadi kesalahan sehingga
efek yang dihasilkan tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dikarenakan cara penyuntikan yang
salah dan pengambilan volume injeksi obat yang tidak sesuai. Selain itu, disebabkan juga karena
kami disini belum begitu mahir dalam melakukan penyuntikan sehingga efek yang dihasilkan
tidak sesuai.
17
Untuk mengetahui efektifitas dari obat yang telah disuntikkan kepada hewan coba salah
satunya yang dilakukan adalah dengan cara melakukan pembedahan. Namun sebelum
dilakukannya pembedahan pada hewan coba, terlebih dulu harus dilakukannnya Euthanasia,
yakni “a kind of painless killing” atau “killing by human being” yang artinya tindakan
mengakhiri hidup seseorang atau makhluk hidup lain secara sengaja untuk menghilangkan
penderitaannya. Proses euthanasia pada mencit dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya :
1. Dimasukan kedalam chamber berisi uap eter
2. Injeksi over dosis dengan penobarbital
3. Dislokasi atau dekapitasi (pemutusan tulang leher)
4. Bagian leher dibenturkan pada meja porselin
Menurut penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa metode euthanasia dibagi menjadi dua
yakni euthanasia fisik yang meliputi Cervical dislocation (pemutaran leher), Decapitation
(perusakan otak lewat leher), Stunning & exsanguinations (removal blood) dan Captive bolt atau
gunshot (Hewan dimatikan dengan jalan menembak langsung kepalanya apabila otaknya
diperlukan untuk tes diagnostik maka penembakan dilakukan di leher) sedangkan euthanasia
kimia dengan memasukkan agen toksin kedalam tubuh dengan suntikan atau inhalasi (Arjana,
2016).
Setelah dilakukannya euthanasia, maka hewan coba selanjutnya dilakukanlah
pembedahan guna mengetahui efektifitas dari obat pada organ. Pembedahan dilakukan dengan
cara membaringkan hewan coba di atas kertas atau kardus atau bahan lain seperti sterofom lalu
bentangkan badan hewan coba agar mudah dilakukan pembedahan. Lalu pertama yang dilakukan
adalah memberikan sayatan dibawah perut hewan coba kemudian sayat perlahan kulit hewan
coba dari perut hingga leher, lalu sayat sedikit demi sedikit daging hingga tulang rongga dada.
Lakukan sehara hati-hati agar tidak mengenai organ. Setelah itu pisahkan setiap organ hewan
coba. Sejalan dengan teori sebelumnya menerangkan bahwa Pembedahan atau disebut nekropsi
merupakan salah satu prosedur untuk mendapatkan sampel organ atau jaringan suatu hewan uji.
Nekropsi atau dikenal juga sebagai pemeriksaan postmortem dapat dilakukan untuk menentukan
penyebab penyakit dengan cara deskripsi penyayatan makroskopis dan tinjauan mikroskopis dari
jaringan serta melakukan pemeriksaan serologis, mikrobiologis yang memadai.
Pada umumnya ada dua jenis nekropsi yaitu seksi lengkap dimana setiap organ atau
18
jaringan dibuka serta dilakukan pemeriksaan dan yang kedua seksi non lengkap yaitu bila hewan
sakit/mati karena penyakit yang sangat menular atau zoonis (Anthrax, AI, TBC dan hepatisis).
Nekropsi harus segera dilakukan sebelum mengalami autolisis atau kerusakan jaringan permanen.
Nekropsi harus dilakukan 6-8 jam setelah kematian
Lewat dari itu, maka kemungkinan kerusakan jaringan atau organ sangat besar dan akan
mengganggu identifikasi.
Berikut ini prosedur nekropsi yang dapat dilakukan pada hewan mencit:
1. Siapkan alat bedah, kapas, alkohol 70%, nampan operasi bedah, gunakan sarung tangan
serta tempat pembuangan.
2. Mencit yang telah dibius ditelentangkan pada meja operasi berupa nampan yang telah
diberi parafin padat. Mencit dibuat terlentang dengan tujuan supaya tidak bergeser
3. Difiksasi telapak kaki depan dan belakang dengan menyematkam jarum pentul atau paku
kecil
4. Insisi atau penyayatan dimulai dari dinding abdomen, memotong kulit dan muskulusnya,
irisan dilanjutkan ke sisi kanan dan kiri, terus ke arah cranial, pemotongan costae
sehingga rongga thorax terbuka.
5. Pembedahan juga dapat dilakukan dengan cara dimulai dari dada secara melintang
menggunakan gunting tumpul dengan posisi mata tumpul ke dalam. Tujuannya agar
ujung tumpul tersebut tidak merusak organ dalam.
6. Di bawah leher digunting secara membujur hingga mendekati anus. Daerah didekat anus
digunting secara melintang. Kulit dibuka secara perlahan.
7. Organ yang diperlukan siap untuk diambil dan diidentifikasi.
8. Organ dengan hati-hati di ambil,dipegang organ/jaringan dengan hati-hati ketika diambil.
9. Gunakan scalpel dengan hati-hati ketika memisahkan jaringan atau organ
10. Setelah selesai, mencit dibuang di kantong plastik dan alat bedah dibersihkan. (Nugroho,
2018)
19
E. KESIMPULAN
Dalam pratikum kali ini ilmu yang di dapat diterapkan adalah, bagaimana cara yang baik
dan benar dalam menyuntikan hewan percobaan dan menghitung efek saat proses disuntikan
sampai mendapat hasil yang di inginkan, dan dapat mengetahui perhitungan yang tepat bagi
hewan percobaan. Dan memahami cara penyuntikan intravena, intraperitoneal, Intramuscular dan
subcutan
Pada penandaan hewan percobaan dibuat pada ekor dengan garis-garis yang disesuaikan
dengan urutan mencit.
Semakin tinggi dosis yang diberikan akan memberikan efek yang lebih cepat.
Kesalahan penyuntikan dapat menyebabkan ketidaktepatan dosis yang diberikan kepada
hewan uji, sehingga hasil yang diperoleh pun tidak akurat.
F. SARAN
sebaiknya dianjurkan menutik dengan hewan uji coba lain
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
Penyuntikan Oral
CMC atau agar yg sudah ambil dengan spuit 3cc suntikan Cairan CMC atau
dilarutkan Nacl 1ml Agar di otot Paha
gerus tab ibuprofen kedalam lalu tmbahkan nacl lakukan penyuntikan oral
lumpang ad halus dengan spuit
22
Penyuntikan subcutan
23
Penyuntikan Intra Peritoneal
spuit11 cc dan
Cairan Nacl
Bersihkan ekor Suntikan Nacl
mencit pakai ambil cairan 0,5ml kedalam
alkohol swab Nacl sebyk intravena
0,5ml
24
Ibuprofen dimetabolisme di dalam hati secara cepat dan didistribusikan ke seluruh jaringan
tubuh. Waktu paruh ibuprofen adalah sekitar 2 jam dan diekskresikan secara lengkap dalam
24 jam
25