Anda di halaman 1dari 45

JURNAL AWAL

PRAKTEK ANALISIS INSTRUMENT


Ronde 4

DISUSUN OLEH :

AIDA
201851013

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
2023
PERCOBAAN I

ANALISIS MINERAL DENGAN AAS

I. TUJUAN

Mahasiswa dapat mengoperasikan alat spektrofotometri serapan atom (AAS).


Mahasiswa dapat menganalisis mineral Fe dan Ca dengan metode kurva standar dan kurva
penambahaan standar.

II. TEORI DASAR

Spektrofotometri Serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis untuk


penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorpsi)
radiasi oleh atom-atom bebas unsur tersebut. Sekitar 67 unsur telah dapat ditentukan
dengan cara AAS. Banyak penentuan unsur-unsur logam yang sebeluZnya dilakukan
dengan metoda polarografi, kemudian dengan metoda spektrofotometri UV-VIS,
sekarang banyak diganti dengan metoda AAS. (1)
Ada lima komponen dasar alat SSA :
1. SUMBER SINAR,biasanya dalam bentuk “ HOLLOW CATHODE” yang
mengemisikan spectrum sinar yang akan diserap oleh atom.
2. Nyala Api, merupakan sel absorpsi yang menghasilkan sampel berupa atom-atom
3. Monokromator, untuk mendispersikan sinar dengan panjang gelombang tertentu.
4. Detektor, untuk mengukur intensitas sinar dan memperkuat sinyal.
5. Readout, gambaran yang menunjukan pembacaan setelah diproses oleh alat
elektronik.

Seperti umumnya pada peralatan spectrometer, analisi kuantitatif suatu sampel


berdasarkan Hukum Lambert-Beer, yaitu :
A=εbC
Keterangan:
A = absorbansi b = lebar sampel yang dilalui sinar
ε = absorptivitas molar C = Konsentrasi zat
Rumusan hokum Lambert Beer menunjukan bahwa besarnya nilai absorbansi
berbanding lurus (linear) dengan konsentrasi. Berdasarkan penelitian, kelinieran hokum
Lamber-Beer umuZnya hanya terbatas pada nilai absorban 0,2 sampai dengan 0,8. (1)

A. JENIS-JENIS DAN TIPE AAS

Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :


1. Atomisasi dengan nyala

Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu
± 1700 ºC atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan
cara memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu
nyala yang diperlukan untuk atomisasi setiap unsure berbeda. Beberapa unsur dapat
ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan bakar
dan oksidan yang berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula.
Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:
a. Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang akan
dianalisa
b. Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
c. Gas Fekup aman, tidak beraFen dan mudah dikendalikan
d. Gas Fekup murni dan bersih (UHP)

Campuran gas yang paling umum digunakan adalah


Udara : C2H2 (suhu nyala 1900 – 2000 ºC),
N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 – 3000 ºC),
Udara : propana (suhu nyala 1700 – 1900 ºC).

Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala :


1. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan Fekup stabil.
Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk mencegah korosi.
2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan unsur yang
dianalisa.
3. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
§ Tidak mudah meledak bila kena panas
§ Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
§ Mempunyai titik didih > 100 ºC
§ Mempunyai titik nyala yang tinggi
§ Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon.

2. Atomisasi tanpa nyala


Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada batang
karbon (CRA – Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA – Graphite Tube
Atomizer) yang mempunyai 2 elektroda.Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA.
Arus listrik dialirkan sehingga batang atau tabung menjadi panas (suhu naik menjadi
tinggi) dan unsur yang dianalisa akan teratomisasi. Suhu dapat diatur hingga 3000ºC
pemanasan larutan sampel melalui tiga tahapan yaitu :
- Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut
- Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi
dekomposisi dan penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel sehingga
diperoleh garam atau oksida logam
- Pengatoman (atomization)

3. Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida


Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur As, Se,
Sb yang mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 ºC sehingga atomisasi
dilakukan dengan membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai
menjadi atom-atoZnya melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4, contohnya
merkuri (Hg). (1)

B. KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN AAS

Keuntungan metoda AAS adalah:


1. Spesifik
2. Batas (limit) deteksi rendah
3. Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
4. Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi contoh
sebelum pengukuran lebih sederhana, keFeali bila ada zat pengganggu)
5. Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
6. Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen)
Kelebihan Metode AAS
Analisis menggunakan AAS ini terdapat kelemahan, karena terdapat beberapa sumber
kesalahan, diantaranya: Sumber kesalahan pengukuran yang dapat terjadi pada
pengukuran menggunakan SSA dapat diprediksikan sebagai berikut :
A. Kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti :
Ø Proses destruksi yang kurang sempurna
Ø Tingkat keasaman sampel dan blanko tidak sama

B. Kesalahan matriks
Hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks sampel dan matriks standar.Aliran
sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada penyumbatan pada jalannya aliran
sampel.
C. Gangguan kimia berupa :
Ø Disosiasi tidak sempurna
Ø Ionisasi
Ø Terbentuknya senyawa refraktori. (2)

III. PRINSIP

Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini adalah, proses penguraian molekul menjadi
atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom yang berada dalam keadaan dasar ini
bisa menyerap sinar yang dipancarkan oleh sumber sinar, pada tahap ini atom akan berada
pada keadaan tereksitasi. Sinar yang tidak diserap oleh atom akan diteruskan dan
dipancarkan pada detektor, kemudian diubah menjadi sinyal yang terukur. (1)

IV. ALAT DAN BAHAN

a. Bahan :
• Larutan Standar Fe 1000ppm

• Larutan standar Cu 1000ppm

• Laratansampel

b. Alat-Alat :

• Spektrofotometer Absorpsi Atom (AAS-240)

• Lampu katoda Cekung Cu


• Lampu katoda Cekung Fe

• Labu ukur 50 ml

• Pipet mohr 10 ml (3)


PERCOBAAN II
ANALISIS SECARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

I. TUJUAN

Mahasiswa diharapkan dapat menentukan panjang gelombang maksimum, menentukan


pengaruh pelarut terhadap pergeseran panjang gelombang, serta menentukan konsentrasi nikel
dalam larutan.

II. TEORI DASAR

Spektrofotometer Uv-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar


ultraviolet dan sinar tampak yang di absorsi oleh sampel menghasilkan konsentrasi. Metode
yang digunakan pada instrument spektrofotometer adalah spektrofotometri. Untuk mengukur
banyak radiasi yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi maka
digunakan spektrum absorbsi. Spektrum absorbsi merupakan hubungan panjang antara
banyaknya sinar yang diserap dengan panjang gelombang sinar. (4)
Dalam analisis kimia dikenal berbagai macam cara untuk mengetahui data kualitatif
dan kuantitatif baik yang menggunakan suatu peralatan optik (instrumen) ataupun dengan cara
basah. Alat instrumen biasanya dipergunakan untuk menentukan suatu zat berkadar rendah,
biasanya dalam satuan ppm (part per million) atau ppb (part per billion). Salah satu metode
sederhana untuk menentukan zat organik dan anorga- nik secara kualitatif dan kuantitatif dalam
contoh air laut, yaitu dengan metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak. Prinsip
kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya
atau energi radiasi yang diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan
secara kuantitatif. (4)
Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak telah banyak diterapkan untuk
penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk penentuan senyawa
dalam jumlah yang sangat kecil. (5)

Interaksi sinar UV –Vis dengan molekul senyawa organik


Warna-warna yang nampak dan fakta bahwa orang bisa melihat, adalah akibat-akibat
absorpsi energi oleh senyawa organik maupun anorganik. Penangkapan energi matahari oleh
tumbuhan dalam proses fotosintesis adalah suatu aspek lain dari antaraksi senyawa organik
dengan energi cahaya. Yang merupakan perhatian primer bagi ahli kimia organik ialah fakta
bahwa panjang gelombang pada mana suatu senyawa organik menyerap energi cahaya,
bergantung pada struktur senyawa itu. Oleh karena itu teknik-teknik spektroskopi dapat
digunakan untuk menentukan struktur senyawa yang tak diketahui dan untuk mempelajari
karakteristik ikatan (dari) senyawa yang diketahui . (3)
Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet bergantung pada
struktur elektronik dari molekul. Spektra ultarviolet dan terlihat dari senyawa-senyawa organik
berkaitan erat transisi-transisi di antara tingkatan- tingkatan tenaga elektronik. Disebabkan
karena hal ini, maka serapan radiasi ultraviolet/terlihat sering dikenal sebagai spektroskopi
elektronik. Transisi- transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan antara orbital ikatan atau
orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang
gelombang serapan adalah merupakan ukuran dari pemisahan tingkatan- tingkatan tenaga dari
orbital-orbital yang bersangkutan. Pemisahan tenaga yang paling tinggi diperoleh bila elektron-
elektron dalam ikatan σ tereksitasi yang menimbulkan serapan dalam daerah dari 120-200 nm.
Daerah ini dikenal sebagai daerah ultraviolet vakum dan relatif tidak banyak memberikan
keterangan. Di atas 200 nm eksitasi sistem terkonjugasi π segera dapat diukur dan spektra yang
diperoleh memberikan banyak keterangan. Dalam praktek, spektrometri ultraviolet digunakan
terbatas pada sistem-sistem terkonjugasi . (3)
Syarat – syarat analisis dengan spektrofotometer UV – Vis
• Larutan harus berwarna atau mengandung senyawa organic tak jenuh
• Sinar harus monokromatis
• Larutan harus jernih (tidak keruh)
• Pelarut tidak boleh bereaksi secara kimia dengan sampel yang dianalisis.
Absorptivitas molar diperoleh dari pembagian absorbansi dengan konsentrasi dan panjang
larutan yang dilalui sinar. Pada dasarnya, ini memberikan nilai absorbansi standar - sinar
berjalan sepanjang 1 cm melewati larutan 1 mol dm-3. Nilai absorptivitas molar dapat
bervariasi. Contohnya, etanal memiliki dua puncak serapan dalam spektrum UV-tampak -
keduanya dalam spektrum ultra- violet. Dua puncak serapan ini disebabkan oleh promosi
elektron dari pasangan bebas pada oksigen ke orbital pi anti-ikatan; atau dari orbital pi ikatan
ke orbital pi anti-ikatan.
Pemilihan pelarut dalam analisis Uv-vis
• Dapat melarutkan cuplikan
• Dapat meneruskan sinar dari panjang gelombang yang dipakai (tidak boleh m
enyerapnya)
• Tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkojugasi pada struktur molekul
• Tidak berwarna
• Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
• Kemurniannya harus tinggi
• Polaritasnya disesuaikan dengan senyawa yang dianalisis (3)

III. PRINSIP

Prinsip kerja Spektrofotometri adalah bila cahaya (monokrommatik maupun


campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan
sebagian diserap dalam medium itu dan sisanya diteruskan dan interaksi yang terjadi antara
energy yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul.
Besar energy yang diserap tertentu dan menyebabkan electron tereksitasi dari ground state ke
keadaan tereksitasi yang memiliki energy lebih tinggi. (5)

IV. ALAT DAN BAHAN

Bahan Praktikum :

• larutan aseton 1 % dalam pelarut air

• larutan aseton 1 % dalam pelarut n-heksana

• padatan metilen blue


• akuades

Alat-Alat Praktikum :

• Spektrofotometri Uv-vis Varian Cary 50

• Kuvet

• Alat-alat gelas (3)


PERCOBAAN III
INDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI SENYAWA ASAM BENZOAT
DENGAN SPEKTROFOTOMETER INFRAMERAH

I. TUJUAN

mahasiswa diharapkan dapat menggunakan dan mengoprasikan peralatan


spektrofotometer inframerah, serta mengidentifikasi gugus fungsi senyawa asam benzoat.

II. TEORI DASAR

Spektrum inframerah terletak pada daerah panjang gelombang 0.78 sampai 1000 µm
atau bilangan gelombang 12800-10 cm-1. Dilihat dari segi aplikasi dan instrumentasi spektrum
inframerah dibagi ke dalam tiga jenis radiasi yaitu inframerah dekat, inframerah pertengahan,
dan inframerah jauh. Daerah spektrum infrahmerah dapat dilihat Tabel 2.

Tabel 2. Daerah Spektrum Inframerah

Panjang Gelombang m
Daerah Bilangan Gelombang cm-1

Dekat Petengahan Jauh 0.78 – 2.5 2.5 – 50 50 - 100 12800 – 4000 4000 – 200 200 - 10

Spektum inframerah akan menghasilakan plot antara transmitans dengan bilangan


gelombang/frekuensi. Spektrum polisterina biasnya digunakan untuk kalibrasi karena
menunjukkan banyak puncak tajam yang mempunyai frekuensi tepat dan telah diketahui.

Aplikasi spektroskopi inframerah sangat luas baik untuk analisis kualitatif atau
kuantitatif. Penggunaan yang paling banyak adalah daerah pertengahan 4000-600 cm- 1 atau
dengan panjang gelombang 2.5 sampai 15 m . Kegunaan yang paling penting dari
spektroskopi inframerah adalah untuk identifikasi senyawa organik, karena spektrumnya
sangat kompleks dan terdiri dari banyak puncak-puncak. Spektrum inframerah mempunyai
sifat fisik dan karakteristik yang khas, artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai
spektrum yang berbeda, dan kemungkinan dua senyawa mempunyai spektrum sama adalah
sangat kecil . (6)
Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red) atau spektroskopi
inframerah adalah suatu metode analisis berdasarkan pada prinsip interaksi suatu
senyawa kimia dengan radiasi elektromagnetik yang akan menghasilkan suatu
getaran (vibrasi) dari suatu ikatan kimia poliatomik atau gugus fungsional senyawa
kimia. Teknik ini disebut juga dengan spektroskopi vibrasional. (6)

Spektroskopi FTIR memiliki kemampuan yang cepat dalam menganalisis,


bersifat tidak merusak dan hanya dibutuhkan preparasi sampel yang sederhana.
Spektrofotometer FTIR didasarkan pada ide adanya interferensi radiasi antara 2
berkas sinar untuk menghasilkan suatu interferogram. Interferogram merupakan
sinyal yang dihasilkan sebagai fungsi perubahan pathlenght antara 2 berkas sinar.
Dua domain (jarak dan frekuensi) dapat ditukarbalikkan dengan metode matematis
yang disebut dengan transformasi fourier. (7)

Terdapat 3 jenis spektroskopi vibrasional yang diaplikasikan luas dalam


bidang farmasi yaitu spektroskopi inframerah dekat (near infrared), spektroskopi
inframerah tengah (mid infrared), dan spektroskopi Raman. Daerah yang penting
untuk analisis kualitatif sistem organik adalah IR tengah, karena banyak ditemukan
vibrasi dasar. Daerah spektra Raman adalah sama dengan IR tengah. Pada daerah IR
dekat umumnya digunakan konfirmasi struktur kimia, dan pada IR jauh
penggunaannya sangat terbatas (Rohman, 2014). Ketiga teknik dan instrumen dalam
metode tersebut merupakan teknik yang menarik dan menjanjikan untuk digunakan
sebagai penelitian, untuk penjaminan mutu produk, dan merupakan teknik analisis
kimia hijau karena hanya sedikit atau sama sekali tidak menggunakan pelarut atau
reagen kimia sehingga dapat mencegah bahaya yang dapat timbul karena reagen
kimia atau pelarut dan mengurangi biaya analisis. (6)

III. PRINSIP

Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan spektrofotometer yang
lainnyayakni interaksi energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah berfokus pada
radiasielektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1, di mana cm-1yang dikenal
sebagaiwavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Untuk
menghasilkanspektrum inframerah, radiasi yang mengandung semua frekuensi di wilayah IR
dilewatkanmelalui sampel. Mereka frekuensi yang diserap muncul sebagai penurunan sinyal
yangterdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai spektrum radiasi dari%
ditransmisikanbersekongkol melawan wavenumber. (6)

IV. ALAT DAN BAHAN

Bahan :

• Sampel: Asam Benzoat atau Vanilin

• KBr

• CCl4 / klorofom

• Tissue

Alat-Alat :

• Spketrofotometer FTIR

• Seperangkat alat pembuat pellet KBr

• Mortar batu agate

• Spatula dan Pinset (3)


PERCOBAAN IV
ANALISIS CAMPURAN SENYAWA ORGANIK DENGAN KROMATOGRAFI GAS-
SPEKTROMETER MASSA

I. TUJUAN

Untuk mengetahui penggunaan dan pengoperasian peralatan GC-MS dan menentukan


kandungan komponen dalam contoh baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan GC-MS.

II. TEORI DASAR

GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode
analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara
kuantitatif dan spektrometri massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit.
Kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS) adalah metode yang
mengkombinasikan kromatografi gas dan spektrometri massa untuk mengidentifikasi senyawa
yang berbeda dalam analisis sampel. Kromatografi gas dan spketometer masa memilki
keunikan masing-masing dimana keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan
menggambungkan kedua teknik tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemamapuan
dalam menganalisis sampel dengan mengambil kelebihan masing-masing teknik dan
meminimalisir kekurangannya.(8)
Kromatografi gas dan spketometer masa dalam banyak hal memiliki banyak kesamaan
dalam tekniknya. Untuk kedua teknik tersebut, sampel yang dibutuhkan dalam bentuk fase
uap, dan keduanya juga sama-sama membutuhkan jumlah sampel yang sedikit ( umumnya
kurang dari 1 ng). Disisi lain, kedua teknik tersebut memiliki perbedaan yang cukup besar
yakni pada kondisi operasinya. Senyawa yang terdapat pada kromatografi gas adalah senyawa
yang digunakan untuk sebagai gas pembawa dalam alat GC dengan tekanan kurang lebih 760
torr, sedangkan spketometer massa beroperasi pada kondisi vakum dengan kondisi tekanan 10-
6
– 10-5 torr. (9)
Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen
penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang
terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.
Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara
mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan
mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam.(9)
Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa. Paduan
keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam pengidentifikasian senyawa yang
dilengakapi dengan struktur molekulnya. (9)
Kromatografi gas ini juga mirip dengan distilasi fraksional, karena kedua proses
memisahkan komponen dari campuran terutama berdasarkan pada perbedaan titik didih (atau
tekanan uap). Namun, distilasi fraksional biasanya digunakan untuk memisahkan komponen-
komponen dari campuran pada skala besar, sedangkan GC dapat digunakan padaskala yang
lebih kecil (yaitu mikro) .(9)
1. Instrumentasi Cromatografy Mass Spectrometry (GCMS)

Rangkaian instrumentasi untuk gas kromatografi dan spekstroskopi massa bergabung


menjadi satu kesatuan rangkaian yang sering disebut dengan GCMS. Secara umum rangkaian
GCMS :

Gambar 1. Diagram Alir Kromatografi Gas-Cair


(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Gas_chromatographydiakses tanggal 12 Des
2011)
Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing instrument pada rangkaian GCMS.
1. Instrumentasi Gas Kromatografi
a. Carrier Gas Supply
Gas pembawa (carrier gas) pada kromatografi gas sangatlah penting. Gas yang dapat
digunakan pada dasarnya haruslah inert, kering, dan bebas oksigen. Kondisi seperti ini
dibutuhkan karena gas pembawa ini dapat saja bereaksi dan dapat mempengaruhi gas yang
akan dipelajari atau diidentifikasi.
b. Control System
Berfungsi mengontrol tekanan dan laju fase gerak yang masuk ke kolom dan mengontrol
suhu oven.
c. Injeksi Sampel (Injection Port)
Sejumlah kecil sampel yang akan dianalisis diinjeksikan pada mesin menggunakan
semprit kecil. Jarum semprit menembus lempengan karet tebal (Lempengan karet ini disebut
septum) yang mana akan mengubah bentuknya kembali secara otomatis ketika semprit ditarik
keluar dari lempengan karet tersebut.
Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Tetapi
kebanyakan senyawa organik berbentuk cairan dan padatan. Oleh karena itu, senyawa yang
berbentuk cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan pemanasan
sebelum masuk dalam kolom. Panas itu terdapat pada tempat injeksi. Namun demikian suhu
tempat injeksi tidak boleh terlalu tinggi, sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena
panas atau penguraian dari senyawa yang akan dianalisa. Kita juga tidak boleh
menginjeksikan cuplikan terlalu banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah
cuplikan yang diinjeksikan pada waktu kita mengadakan analisa 0,5 -50 ml gas dan 0,2 - 20
ml untuk cairan seperti pada gambar di bawah.
d. Oven
Oven digunakan untuk memanaskan column pada temperature tertentu sehingga
mempermudah proses pemisahan komponen sample. Biasanya oven memiliki jangkauan
suhu 30oC – 320oC.
e. Kolom
Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Ada beberapa bentuk kolom,
diantaranya lurus, bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Kolom selalu
merupakan bentuk tabung. Berisi fasa diam, sedangkan fasa bergerak akan lewat didalamnya
sambil membawa sample. Secara umum terdapat 2 jenis kolom, yaitu:
1) Packed column, umumnya terbuat dari glass atau stainless steel coil dengan panjang 1 – 5
m dan diameter kira-kira 5 mm.
2) Capillary column, umumnya terbuat dari purified silicate glass dengan panjang 10-100 m
dan diameter kira-kira 250 mm. Beberapa jenis stationary phase yang sering digunakan:
• Polysiloxanes untuk nonpolar analytes/sample.
• Polyethylene glycol untuk polar analytes/sample.
• Inorganic atau polymer packing untuk sample bersifat small gaseous species.
Ada dua tipe utama kolom dalam kromatografi gas-cair. Tipe pertama, tube panjang dan
tipis berisi material padatan; Tipe kedua, lebih tipis dan memiliki fase diam yang berikatan
dengan pada bagian terdalam permukaannya. Ada tiga hal yang dapat berlangsung pada
molekul tertentu dalam campuran yang diinjeksikan pada kolom:
• Molekul dapat berkondensasi pada fase diam.
• Molekul dapat larut dalam cairan pada permukaan fase diam
• Molekul dapat tetap pada fase gas
2. Instrumentasi Spekstroskopi massa
a. Sumber Ion
Setelah analit melalui kolom kapiler, ia akan diionisasi. Ionisasi pada spektroskopi massa
yang terintegrasi dengan GC ada dua, yakni Electron Impact ionization (EI) atau Chemical
Ionization (CI), yang lebih jauh lagi terbagi menjadi negatif (NCI) dan positif (PCI).
Berikutnya akan dijelaskan ionisasi EI. Ketika analit keluar dari kolom kapiler, ia akan
diionisasi oleh elektron dari filamen tungsten yang diberi tegangan listrik. Ionisasi terjadi
bukan karena tumbukan elektron dan molekul, tapi karena interaksi medan elektron dan
molekul, ketika berdekatan. Hal tersebut menyebabkan satu elektron lepas, sehingga terbetuk
ion molekular M+, yang memiliki massa sama dengan molekul netral, tetapi bermuatan lebih
positif. Adapun perbandingan massa fragmen tersebut dengan muatannya disebut mass to
charge ratio yang disimbolkan M/Z. Ion yang terbentuk akan didorong ke quadrupoles atau
mass filter. Quadrupoles berupa empat elektromagnet.
Setelah melewati rangkaian gas kromatografi, sampel gas yang akan diuji dilanjutkan
melalui rangkaian spekstroskopi massa. Molekul-molekul yang melewati sumber ion ini
diserang oleh elektron, dan dipecah menjadi ionion positifnya. Tahap ini sangatlah penting
karena untuk melewati filter, partikel-partikel sampel haruslah bermuatan.
b. Filter
Selama ion melui rangkaian spekstroskopi massa, ion-ion ini melalui rangkaian
elektromagnetik yang menyaring ion berdasarkan perbedaan masa. Para ilmuwan memisahkan
komponen-komponen massa untuk kemudian dipilih yang mana yang boleh melanjutkan yang
mana yang tidak (prinsip penyaringan). Filter ini terus menyaring ion-ion yang berasal dari
sumber ion untuk kemudian diteruskan ke detektor.
Pada quadrupoles, ion-ion dikelompokkan menurut M/Z dengan kombinasi frekuensi
radio yang bergantian dan tegangan DC. Hanya ion dengan M/Z tertentu yang dilewatkan oleh
quadrupoles menuju ke detektor.
c. Detektor
Ada beberapa tipe detektor yang biasa digunakan. Detektor ionisasi nyala dijelaskan pada
bagian bawah penjelasan ini, merupakan detektor yang umum dan lebih mudah untuk
dijelaskan daripada detektor alternatif lainnya.
Dalam mekanisme reaksi, pembakaran senyawa organik merupakan hal yang sangat
kompleks. Selama proses, sejumlah ion-ion dan elektron-elektron dihasilkan dalam nyala.
Kehadiran ion dan elektron dapat dideteksi. Seluruh detektor ditutup dalam oven yang lebih
panas dibanding dengan temperatur kolom. Hal itu menghentikan kondensasi dalam detektor.
Detektor terdiri atas High Energy Dynodes (HED) dan Electron Multiplier (EM)
detector. Ion positif menuju HED, menyebabkan elektron terlepas. Elektron kemudian menuju
kutub yang lebih positif, yakni ujung tanduk EM. Ketika elektron menyinggung sisi EM, maka
akan lebih banyak lagi elektron yang terlepas, menyebabkan sebuah arus/aliran. Kemudian
sinyal arus dibuat oleh detektor proporsional terhadap jumlah ion yang menuju detektor.
d. Recorder
Berfungsi merekam hasil dan mencetaknya pada sebuah grafik. Hasil detektor akan
direkam sebagai urutan puncak-puncak; setiap puncak mewakili satu senyawa dalam campuran
yang melalui detektor. Sepanjang anda mengontrol secara hati-hati kondisi dalam kolom, anda
dapat menggunakan waktu retensi untuk membantu mengidentifikasi senyawa yang tampak-
tentu saja anda atau seseorang lain telah menganalisa senyawa murni dari berbagai senyawa
pada kondisi yang sama.
Karakteristik Analisis
1. Limitasi/Batasan
Secara umum, penggunaan metode GC-MS hanya terbatas untuk senyawa dengan
tekanan uap berkisar10-10 torr. Kebanyakan senyawa dengan tekanan lebih rendah hanya dapat
dianalisis jika senyawa tersebut merupakan senyawa turunan (contoh , trimetilsili eter).
Penentuan penentuan gugus fungsional pada cincin aromatic masih sulit. Untuk senyawa
isomer tidak dapat dibedakan oleh spketometer (sebagai contoh : naftalena vs azulena), tapi
dapat dipisahkan dengan kromatograpi.
2. Sensivitas dan Batas Deteksi
Bergantung pada faktor pelarutan dan metode ionisasi, sebuah ekstrak dengan 0,1 – 100
ng dari setiap komponen mungkin dibutuhkan agar sesuai jumlah yang diinjeksikan.
3. Perbandingan dengan Teknik lainnya
• IR spketometer dapat menyediakan informasi posisi aromatic isomer dimana GC-MS tidak
bisa; namun IR biasanya lebih rendah sensitivitasnya sebesar 2 – 4.
• NMR (nuclear magnetic resonance) spektrometri dapat memberikan informasi rinci pada
konformasi molekuler ekstrak; namun biasanya NMR lebih rendah sensivitasnya sebesar 2-4.
4. Sampel
Keadaan sampel harus dalam keadaan larutan untuk diijeksikan ke dalam kromatografi.
Pelarut harus bersifat volatile dan organic (sebagai contoh heksana atau dikllorometana).
Jumlah sampel bergantung pada metode ionisasi yang dilakukan, biasanya yang sering
digunakan untuk analisis sensivitas adalah sebesar 1 – 100 pg per komponen.
5. Informasi analitikal
GC-MS digunakan untuk identifikasi kualitatif dan pengukuran kuantitatif dari
komponen individual dalam senyawa campuran kompleks. Terdapat perbedaan strategi analisis
data untuk aplikasi keduanya.
6. Keunggulan dari metode ini adalah sebagai berikut :
a. Efisien, resolusi tinggi sehingga dapat digunakan untuk menganalisa partikel
berukuran sangat kecil seperti polutan dalam udara
b. Aliran fasa bergerak (gas) sangat terkontrol dan kecepatannya tetap.
c. Pemisahan fisik terjadi didalam kolom yang jenisnya banyak sekali, panjang dan
temperaturnya dapat diatur.
d. Banyak sekali macam detektor yang dapat dipakai pada kromatografi gas (saat ini
dikenal 13 macam detektor) dan respons detektor adalah proporsional dengan
jumlah tiap komponen yang keluar dari kolom.
e. Sangat mudah terjadi pencampuran uap sampel kedalam fasa bergerak.
f. Kromatograf sangat mudah digabung dengan instrumen fisika-kimia yang lainnya,
contohnya GC/FT-IR/MS.
g. Analisis cepat, biasanya hanya dalam hitungan menit.
h. Tidak merusak sampel.
i. Sensitivitas tinggi sehingga dapat memisahkan berbagai senyawa yang saling
bercampur dan mampu menganalisa berbagai senyawa meskipun dalam
kadar/konsentrasi rendah. Seperti dalam udara, terdapat berbagai macam senyawa
yang saling bercampur dan dengan ukuran partikel/molekul yang sangat kecil.
2. Kekurangan dari metode ini adalah sebagai berikut :
a. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap
b. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam
jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada
tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton
sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
c. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap
fase diam dan zat terlarut.
1. Kromatografi Gas (Gas Chromatography)
Kromatografi gas (GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam kimia
organik untuk pemisahan dan analisis. GC dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari
bahan tertentu, atau memisahkan berbagai komponen dari campuran. Dalam beberapa situasi,
GC dapat membantu dalam mengidentifikasi sebuah senyawa kompleks.
Dalam kromatografi gas, fase yang bergerak (atau "mobile phase") adalah sebuah
operator gas, yang biasanya gas murni seperti helium atau yang tidak reactive seperti gas
nitrogen. Stationary atau fasa diam merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau polimer
yang mendukung gas murni, di dalam bagian dari sistem pipa-pipa kaca atau logam yang
disebut kolom. Instrumen yang digunakan untuk melakukan kromatografi gas disebut gas
chromatograph (atau "aerograph", "gas pemisah").
2. Spektroskopi Massa (Mass Spectrometry)
Umumnya spektrum massa diperoleh dengan mengubah senyawa suatu sample menjadi
ion-ion yang bergerak cepat yang dipisahkan berdasarkan perbandingan massa terhadap
muatan.
Spektroskopi massa mampu menghasilkan berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion
tersebut menjadi spektum yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan dan
merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Umumnya hanya ion positif yang
dipelajari karena ion negative yang dihasilkan dari sumber tumbukan umumnya sedikit.
3. Kombinasi GCMS
Saat GC dikombinasikan dengan MS, akan didapatkan sebuah metode analisis yang
sangat bagus. Peneliti dapat menganalisis larutan organik, memasukkannya ke dalam
instrumen, memisahkannya menjadi komponen tinggal dan langsung mengidentifikasi larutan
tersebut. Selanjutnya, peneliti dapat menghitung analisa kuantitatif dari masing-masing
komponen. Pada Gambar 4, sumbu z menyatakan kelimpahan senyawa, sumbu x menyatakan
spektrum kromatografi, dan sumbu y menyatakan spektrum spektroskopi massa. Untuk
menghitung masing-masing metode dapat divisualisasikan ke dalam grafik dua dimensi.
4. Metode Analisis Cromatografy Mass Spectrometry (GCMS)
Pada metode analisis GCMS (Gas Cromatografy Mass Spektroscopy) adalah dengan
membaca spektra yang terdapat pada kedua metode yang digabung tersebut. Pada spektra GC
jika terdapat bahwa dari sampel mengandung banyak senyawa, yaitu terlihat dari banyaknya
puncak (peak) dalam spektra GC tersebut. Berdasarkan data waktu retensi yang sudah diketahui
dari literatur, bisa diketahui senyawa apa saja yang ada dalam sampel.
Selanjutnya adalah dengan memasukkan senyawa yang diduga tersebut ke dalam
instrumen spektroskopi massa. Hal ini dapat dilakukan karena salah satu kegunaan dari
kromatografi gas adalah untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu sampel. Setelah itu,
didapat hasil dari spektra spektroskopi massa pada grafik yang berbeda.
Informasi yang diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam instrumen GC/MS
adalah tak lain hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC, informasi terpenting yang
didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Sedangkan untuk spektra
MS, bisa diperoleh informasi mengenai massa molekul relatif dari senyawa sampel tersbut.
Tahap-tahap suatu rancangan penelitian GC/MS:
3. Sample preparation
4. Derivatisation
5. Injeksi
Menginjeksikan campuran larutan ke kolom GC lewat heated injection port. GC/MS
kurang cocok untuk analisa senyawa labil pada suhu tinggi karena akan terdekomposisi pada
awal pemisahan.
6. GC separation
Campuran dibawa gas pembawa (biasanya Helium) dengan laju alir tertentu melewati
kolom GC yang dipanaskan dalam pemanas. Kolom GC memiliki cairan pelapis (fasa diam)
yang inert.
7. MS detector
Aspek kualitatif : lebih dari 275.000 spektra massa dari senyawa yang tidak diketahui
dapat teridentifikasi dengan referensi komputerisasi.
Aspek kuantitatif : dengan membandingkan kurva standar dari senyawa yang diketahui
dapat diketahui kuantitas dari senyawa yang tidak diketahui.
8. Scanning
Spektra massa dicatat secara reguler dalam interval 0,5-1 detik selama pemisahan GC
dan disimpan dalam sistem instrumen data untuk digunakan dalam analisis. Spektra massa
berupa fingerprint ini dapat dibandingkan dengan acuan. (9)

III. PRINSIP

Prinsip dari GC-MS yaitu terdiri dari dua blok bangunan utama: kromatografi gas dan
spektrometer massa. Kromatografi gas menggunakan kolom kapiler yang tergantung pada
dimensi kolom itu (panjang, diameter, ketebalan film) serta sifat fase (misalnya 5% fenil
polisiloksan). Perbedaan sifat kimia antara molekul-molekul yang berbeda dalam suatu
campuran dipisahkan dari molekul dengan melewatkan sampel sepanjang kolom. Molekul-
molekul memerlukan jumlah waktu yang berbeda (disebut waktu retensi) untuk keluar dari
kromatografi gas, dan ini memungkinkan spektrometer massa untuk menangkap, ionisasi,
mempercepat, membelokkan, dan mendeteksi molekul terionisasi secara terpisah.
Spektrometer massa melakukan hal ini dengan memecah masing-masing molekul menjadi
terionisasi mendeteksi fragmen menggunakan massa untuk mengisi rasio. (8)

IV. BAHAN DAN ALAT

Bahan Praktikum :
- larutan benzena dan toluena
- Benzena
- Toluen
Alat-alat Praktikum :
- Seperangkat alat GC-MS(3)
PERCOBAAN V
ANALISIS DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

I. TUJUAN

Mahasiswa mengetahui penggunaan dan pengoperasian peralatan kromatografi cair


kinerja tinggi dan menentukan kandungan komponen dalam contoh secara kualitatif dan
kuantitatif senyawaan dalam campuran dengan kromatografi cair kinerja tinggi.

II. TEORI DASAR

Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT, dan berasal dari terjemahan High
Perfomance Liquid Chromatography atau HPLC. Kromatografi ini termasuk kromatografi
kolom yang fase geraknya berupa cairan dan dialirkan berdasar kekuatan dari tekanan yang
diberikan. Berdasarkan fase gerak yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu gas chromatography dan liquid chromatography. Tujuan analisa
dengan kromatografi adalah pemisahan komponen zat dalam campuran (pemurnian),
identifikasi, analisa kualitatif, analisa kuantitatif dan untuk preparatif. (10)

Kromatografi Cair Kinerja tinggi atau disingkat KCKT adalah istilah yang popular di
Indonesia. Beberapa pihak hanya memberi istilah LC (Liquid Chromatography). Di dunia
Internasional digunakan istilah HPLC yang mempunyai dualisme pengertian, yaitu:

1. High Performance Liquid Chromatography


2. High Pressure Liquid Chromatography

Kromatografi merupakan salah satu metode analisis yang perkembangannya dapat


dikatakan sangat pesat. Didalam kromatografi tercakup sekaligus metode pemisahan dan
metode penentuan baik secara kualitatif dan kuantitatif. Kromatografi secara umum adalah
suatu metode pemisahan cuplikan diantara dua fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat
berupa zat padat atau cair, sedangkan fase geraknya dapat berupa gas atau zat cair. Bila
fase gerak yang digunakan adalah zat cair maka metode ini dinamakan dengan
kromatografi cair. Bila fase gerak yang digunakan berupa cairan yang digerakkan dengan
cepat dengan bantuan tekanan dan hasilnya dideteksi dengan instrumen, proses ini disebut
dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Fungsi fase gerak membawa analit untuk masuk
dan keluar dari kolom. Pertimbangan pada pemilihan fase gerak, antara lain: sifat dan
polaritas analit/sampel, serta polaritas pelarut. KCKT bila ditinjau dari system peralatannya
termasuk kromatografi kolom karena dipakai fase diam yang diisikan di dalam kolom.
Namun bila ditinjau dari proses pemisahannya dapat digolongkan kromatografi absorpsi
(partisi) tergantung pada butiran-butiran yang sebagai ada dalam kolom. (10)

Keuntungan KCKT antara lain:

1. Waktu analisa singka


2. Daya pisah baik
3. Peka
4. Kolom dapat dipakai kembali
5. Dapat digunakan untuk molekul yang besar dan kecil
6. Mudah memperoleh kembali cuplikan

Kerugian HPLC, antara lain:

1. hanya untuk senyawa yang dapat larut dalam fase gerak


2. mahal
3. dan perlu perawatan. (10)

Metode HPLC dapat digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif. Untuk analisa
kualitatif dengan membandingkan kromatogram sample dengan kromatogram baku
pembanding berdasarkan waktu retensinya. Sedangkan untuk analisa kuantitatif dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan :

Cx = Ax / Ap X Cp

Keterangan :
A = Peak area = Luas puncak
C = Konsentrasi
X = sample
P = Pembanding

Atau dapat pula ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan standar.
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu :

a) Fase Normal HPLC

HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun disebut
normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan partikel silika yang
sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah kolom sederhana memiliki
diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan kurang dari nilai ini) dengan panjang 120 nm-
250 nm.

Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada
silika yang polar dibanding dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa
yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom. Apabila pasangan fasa diam
lebih polar daripada fasa geraknya maka sistem ini disebut HPLC fase normal.

b) Fase Balik HPLC

Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi non
polar melalui pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang pada permukaannya secara
sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini, akan terdapat interaksi yang
kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi
yang terjadi tidak sekuat interaksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada
silika (fasa diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul-
molekul polar akan lebih cepat bergerak melalui kolom. Sedangkan molekul-molekul non
polar akan bergerak lambat karena interaksi dengan gugus hidrokarbon.

B. Instrumen KCKT

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi terdiri dari beberapa komponen antara lain:

4. Fasa Gerak

Fasa gerak dari HPLC merupakan zat cair yang disebut eluen atau pelarut. Dalam
HPLC fasa gerak selain berfungsi untuk membawa komponen-komponen campuran
menuju ke detektor, selain itu juga dapat berinteraksi dengan solut-solut. Oleh karena itu,
fasa gerak dalam HPLC merupakan salah satu faktor penetu keberhasilan proses
pemisahan. Persyaratan zat cair yang akan digunakan sebagai fasa gerak sebagai berikut:

1) Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan
dianalisis
2) Zat cair harus murni, untuk menghindari masuknya kotoran yang dapat
mengganggu interpretasi kromatogram
3) Zat cair harus jernih, untuk meghindari penyumbatan pada kolom. Biasanya pelarut
disaring denan saringan nylon berukuran diameter pori 0,45 μm
4) Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar dan tidak beracun.
5) Zat cair tidak kental dan harus sesuai dengan detector. Untuk detector UV, pelarut
tidak boleh menyerap cahaya pada panang gelombang yang dipakai. (10)

Fasa gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari
partikel-partikel kecil. Selain itu adanya gas dalam fasa gerak juga harus dihilangkan, sebab
adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama do pompa dan detektor
sehingga akan mengacaukan analisis. Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik
(komposisi fasa gerak tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase
gerak berubah-ubah selama elusi) yang analog dengan pemrograman suhu pada
kromatografi gas. Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang
kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas. Fase gerak yang
paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan
buffer dengan metanol atua campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase
normal, fasa gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut
hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis
alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding fase terbalik.

Pemilihan fase gerak merupakan hal yang kritis dalam keberhasilan pemisahan.
Pemilihan fase gerak banyak dilandasi eksperimen trial- and error dengan berbagai jenis
dan komposisi pelarut hingga diperoleh kromatogram yang diharapkan. Biasanya beberapa
pelarut atau kombinasi pelarut dapat ditemukan untuk memberikan factor kapasitas yang
cocok. Pemilihan pelarut juga bergantung pada factor selektivitas (α) untuk komponen
cuplikan.

5. Pompa
Pompa dalam HPLC dianalogikan dengan jantung pad manusia yang berfungsi untuk
mengalirkan fase gerak cair yang berisi serbuk halus. Digunakan pompa bertekanan tinggi
dalam metode ini sebagai akibat penggunaan fasa gerak yang berupa zat cair yang akan
sukar mengalir dalam kolom yang dipadatkan dengan serbuk halus. Oleh karena itu, agar
zat cair dapat melewati kolom secara tepat maka dibutuhkan bantuan pompa yang
bertekana tinggi.

Pompa KCKT dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pompa tekanan tetap dan pompa
volume tetap. Pompa umumnya terbuat dari bahan gelas, baja, teflon dan batu nilam.
Pompa yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:

1. Dapat memompakan fase gerak secara konstan (0,1–10 ml/menit)


2. Dapat memberikan tekanan yan cukup tinggi sampai 600psi

c. Memberikan fluktuasi tekanan yang cukup tinggi

4. Memberikan ganguan (derau) yang rendah


5. Bahan tahan korosi
6. Cara kerja sederhana
7. Cukup lembam terhadap pelarut-pelerut yang umum digunakan

Dikenal ada 3 jenis pompayang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan yaitu
pompa reciprocating, displacement dan pneumatic.

2. Injektor

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikan secara langsung ke dalam fase gerak yang
mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari
tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop)
internal atau eksternal.

Salah satu jenis penyuntik untuk memasukan sampel ke dalam sistem (kolom)
kromatografi adalah penyuntik loop. Dalam prakteknya, loop tidak perlu diisi penuh, tapi
bila tidak diisi penuh akan mengakibatkan lebih jeleknya presisi hasil eksperimen dan
ketergantungan presisi tersebut kepada bagaimana si-operator menggunakan penyuntik.
Oleh sebab itu terkadang factor ketidaktepatan pengukuran HPLC terletak pada
keterulangan pemasukan cuplikan dalam packing kolom.

3. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stailess steel, akan tetapi ada juga

yang terbuat dari gelas berdinding tebal mempunyai diameter internal 4- 10 mm dan
panjang 5-30 cm. kolom dibuat dengan diameter yang sangat kecil dengan tujuan agar:
lebih peka, menghemat bahan pengembang, memperluas kemampuan detektor dan
memungkinkan menganalis sampel dengan jumlah yang kecil.

Kolom yang baik mempunyai daya pisah (resolusi) yang baik, resolusi adalah
parameter yang menunjukkan apakah dua komponen terpisah dengan baik atau tidak.
Pemisahan yang baik ditandai dengan puncak- puncak yang terpisah sampai garis dasar
dan bentuk runcing. Daya pisah diidentifikasikan sebagai jarak antara puncak dibagi
rata-rata dan puncak yang diukur pada alas puncak. Kolom utama berisi fasa diam, tepat
terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-komponen. Bergantung
keperluannya kolom utama dapat digunakan untuk analisis atau preparatif setiap
komponen yang keluar kolom ditampung pada tabung yang berbeda dan keluaran
HPLC dihubungkan dengan fraction colector selain kolom utama dikenal pula kolom
pengaman.

Kolom utama berisi fasa dian dan jenisnya bervariasi bergantung pada
keperluan, misalnya dikenal kolom C8, C-18, cyanopropyl, dan penukar ion. Kolom
utama untuk HPLC biasanya berukuran panjang berkisar antara 5-30 cm dan diameter
dalam berkisar 4,5–10 mm. Kolom pengaman (guard coloumn) disebut juga pra-kolom
karena letaknya sebelum sistem pemasukan cuplikan. Kolom ini berukuran pendek 5
cm dengan diameter 4,6 mm biasanya dipaking dengan partikel silika berukuran besar
dari ukuran partikel kolom utama. Kolom pengaman mempunyai dua fungsi yaitu:
menyaring kotoran yang terbawa oleh fasa gerak dan untuk menjenuhkan fasa gerak
dalam rangka menghindarkan terjadinya erosi fasa diam oleh aliran pelarut.

Kolom merupakan bagian dari KCKT yang berfungsi untuk memisahkan


masing-masing komponen. Keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada
pilhan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok
:

a. Kolom analitik

Garis tengah dalam 2-6 mm, panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk
kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50-100 cm, untuk kemasan mikropartikel
berpori biasanya 10-30 cm.

b. Kolom preparatif

Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar, dan panjang 25-100 cm.
Pengisi Kolom dapat berupa: Oktil Silan(C8), Okta Desil Silan (C18), silica, senyawa
Sianida dan senyawa lain. Pertimbangan pemilihan Kolom, antara lain: sifat analit, isi
Kolom, efisiensi Kolom, panjang Kolom, diameter kolom, tekanan dalam Kolom, serta
informasi dari pustaka,kolega dan produsen .

c. Detektor

Detektor berfungsi untuk mendeteksi komponen yang ada dalam eluat dan
mengukur jumlahnya. Idealnya detektor harus mempunyai sensitifitas yang baik
terhadap semua komponen yang ada dalam eluat. Macam-macam detektor antara lain:
detektor Fotometrik, detektor Elektrokimia, detektor Indeks Bias, detektor
Konduktivitas.

Pertimbangan pemilihan detektor, antara lain: sensitivitas, linieritas,


reprodusibel, mudah dioperasikan, mudah dalam perawatan, rekorder atau integrator.
Ketika linarut meninggalkan kolom, konsentrasinya di dalam kolom diukur oleh
detektor dan sinyal yang terbentuk dimasukkan ke dalam alat perekam (rekorder).
Integrator elektronik mengubah sinyal kromatografi menjadi bentuk angka secara
otomatis dengan sangat tepat.

Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel.


2. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar
yang sangat kecil.
3. Stabil dalam pengopersiannya.
4. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran
pita.
5. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran
yang luas (kisaran dinamis linier).
6. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.

2) Setelah detektor dihidupkan, tunggu beberapa lama sebelum digunakan sampai


detektor stabil.

3) Bila digunakan lebih dari satu detektor yang dipasang berurutan, maka tempatkanlah
detektor indeks bias pada urutan terakhir.

4) Untuk saluran pembuangan, gunakanlah selang teflon berdiameter dalam (inner


diameter) yang besar tapi pendek.

5) Tempatkan detektor pada kondisi suhu yang Ada dua jenis detektor yaitu detektor
universal, yaitu detektor yang peka terhadap golongan senyawa apapun kecuali
pelarutnya. Dan detektor selektif, adalah detektor yang peka terhadap golongan
senyawa tertentu saja.

C. FASE DIAM DAN FASE GERAK

Fase diam dapat berupa zat padat yang berfungsi sebagai medium yang
menyerap atau permukaan zat cair yang terdapat dalam sejenis zat padat. Fase diam
yang digunakan adalah: Oktil Silan(C8), Okta Desil Silan (C18), silica, senyawa
Sianida dan senyawa lain.

Fase diam dan fase gerak yang digunakan tergantung pada mekanisme
pemisahan yang dipilih. Jenis mekanisme pemisahan dipilih berdasarkan sifat- sifat dan
karakteristik dari komponen yang akan dipisahkan.

Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pemilihan fase diam adalah:
Sifat kimia sampel, ukuran partikel dasar penyusun kolom dan dimensi kolom
D. SKEMA INSTRUMENTASI

Secara skematik penggunaan alat KCKT dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Keterangan:

a. Fase gerak
b. Penyaring
c. Sistem pompa bertekanan tinggi
d. Injektor
e. Pengatur suhu
f. Kolom Analisis
g. Detektor
h. Rekorder
i. Penampung Eluat (10)

III. PRINSIP
Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit berdasarkan kepolarannya,
setiap campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan direkam dalam bentuk
kromatogram. Dimana jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak
menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran.(10)

IV. ALAT DAN BAHAN

Bahan Praktikum :

- Larutan toluena dan benzena


- aquabides
- metanol grade for HPLC
- Kloroform

Alat-Alat Praktikum :

- Labu ukur 10mL


- Seperangkat alat HPLC (3)
PERCOBAAN VI

INTERPRETASI SPEKTRUM 1H-NMR

I. TUJUAN

Mahasiswa memahami dan mampu menginterpretasikan data spektrum 1H-NMR

II. TEORI DASAR

Spektrum dalam Hasil Analisis 1 H-NMR Spektroskopi H-NMR adalah metode analisis
yang digunakan untuk menentukan struktur suatu senyawa berdasarkan jenis proton atau
hidrogen. Spektrum 1H- NMR memberikan informasi mengenai jumlah jenis proton dalam
suatu senyawa dan sifat lingkungan dari masing-masing jenis proton hidrogen. Menurut
Harwood dan Claridge. (11)

ada beberapa informasi penting yang muncul berikut : dalam spektrum 1H-NMR, Adapun
sebagai sebagai berikut :

1. Resonansi proton didistribusikan di sepanjang sumbu frekuensi. Setiap proton


berada dalam lingkungan kimia yang berbeda yang ditandai dengan pergeseran
kimianya (δ).
2. Puncak yang berbeda dalam spektrum dapat dilihat muncul dengan intensitas yang
berbeda yang terkait dengan jumlah proton yang menimbulkan sinyal.
3. Beberapa resonansi proton dapat berinteraksi dengan atom tetangga. Tingkat
interaksi atau kopling ditunjukkan oleh konstanta kopling (J). (11)
Gambar 1.Pergeseran kimia (δ) dari spektrum 1H-NMR Sumber: Mcmurry 9th Edition

Puncak penyerapan yang muncul dalam spektrum 1H-NMR diwakili oleh perbedaan
frekuensi resonansi nukleus terhadap standar dalam satuan ppm atau pergeseran kimia (δ).
Nilai pergeseran kimia (δ) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:

1. Efek induktif
2. Anisotropi ikatan
3. Pembentukan ikatan hidrogen.

Skema puncak spektral 1H-NMR untuk berbagai jenis penyerapan proton ditunjukkan pada
Gambar 1 .

Gambar 1 menunjukkan bahwa efek induktif atom elektronegatif seperti oksigen dan
nitrogen menyebabkan puncak muncul dalam pergeseran kimia besar, yang dikenal sebagai
de-shielded. Hal ini dapat terjadi karena atom elektronegatif seperti O memiliki arah
sirkulasi awan elektron searah dengan magnet eksternal field, sehingga memberikan efek
induksi medan magnet. Selain efek induksi dari keberadaan atom elektronegatif seperti N
dan O, pergeseran kimia juga dipengaruhi oleh anisotropi ikatan kimia, seperti senyawa
dengan gugus alkena (C=C), alkin (C≡C), karbonil (C=O), dan aromatik (Ar). Puncak
muncul pada pergeseran kimia yang lebih besar dengan adanya ikatan rangkap.

Berbeda dengan 1H-NMR, puncak penyerapan yang ditunjukkan dalam spektrum 13C-
NMR memberikan informasi struktural berdasarkan pergeseran kimia dari berbagai jenis
karbondalam senyawa kimia. Skema 13puncak spektral C-NMR untuk berbagai jenis
penyerapan proton ditunjukkan pada Gambar 2. Pergeseran kimiawi karbon ditentukan
oleh jenis ikatan karbon itu sendiri. Karbon karbonil (C=O) sangat de-s hielded dan
memiliki nilai pergeseran kimia yang lebih besar, gugus karboksilat dan ester memiliki
nilai pergeseran kimia yang lebih kecil. Gugus keton dan aldehida memiliki nilai
pergeseran kimia sekitar 200 ppm, sedangkan karbon aromatik memiliki nilai pergeseran
kimia antara 110–160 ppm. Karbon dengan ikatan rangkap memiliki nilai pergeseran kimia
antara 100–50 ppm, metine, metilen, dan metil memiliki nilai pergeseran kimia antara 10–
50 ppm. (12)

II. Mengenal Grafik 1H-NMR

Ada enam langkah utama dalam membaca dan menafsirkan spektrum 1H-NMR, yaitu:

1. Langkah 1: Identifikasi jumlah sinyal yang muncul dengan mengamati lingkungan


kimia dari struktur senyawa yang dianalisis. Sinyal yang muncul mewakili
perbedaan lingkungan kimia atom hidrogen dalam suatu molekul. Misalnya,
Gambar 3 menunjukkan struktur senyawa p-cymene.

Gambar 3.Struktur p-cymene

Struktur p-cymene menunjukkan adanya gugus CH dan CH 3 yang berada di lingkungan


kimia yang sama seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Kelompok CH dan CH3 yang
berada di lingkungan kimia yang sama ditunjukkan sebagai satu puncak spektrum sehingga
senyawa p-cymene menimbulkan lima puncak spektral. 1H-NMR .

2. Langkah 2: Identifikasi banyaknya sinyal yang muncul karena adanya proton


tetangga. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui multiplisitas atau pola puncak
yang muncul pada spektrum 1H-NMR. Ingat bahwa terdapat rumus N+1.

Gambar 4. Nilai konstanta kopling (J)

Ada beberapa pola multiplisitas sinyal dalam spektrum 1H-NMR sebagai berikut:

a) Singlet: Proton tanpa proton tetangga yang tidak setara secara magnetis
menunjukkan puncak tunggal dalam spektrum 1H-NMR
b) Doublet: Proton dengan satuproton tetangga yang tidak setara menimbulkan puncak
yang terbelah dua atau dua kali lipat.
c) Triplet: Proton dengan dua Protons

3. Langkah 3: Identifikasi nilai ion terintegrasi sinyal. Integrasi menunjukkan


jumlah relatif H yang diperoleh dari pengukuran panjang setiap puncak. Semakin
besar nilai integrasi, semakin banyak proton yang menghasilkan sinyal
4. Langkah 4: Identifikasi puncak berdasarkan nilai pergeseran kimia (δ). Nilai
pergeseran kimia untuk jenis proton tertentu dalam kelompok tertentu. Nilai
pergeseran kimia (δ) nukleus muncul sebagai akibat dari adanya elektron dalam
molekul yang membentuk efek perisai pada putaran nucleus. Atom dengan nilai
pergeseran kimia TMS rendah atau dekat disebut terlindung (shielded) sedangkan
nilai pergeseran kimia tinggi atau jauh (δ) dengan TMS disebut de-shielded. Nilai
pergeseran kimia (δ) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: (1) efek induktif,
(2) anisotropi ikatan, dan (3) pembentukan ikatan hidrogen. Nilai pergeseran kimia
dalam spektroskopi 1H-NMR ditunjukkan pada Tabel 1.
5. Langkah 5 : Konstanta kopling 13C-1 H memiliki nilai mulai dari 125 hingga 250
Hz tergantung pada karakter ikatan C ke H dan ikatan C dan C. Langkah ini dapat
dilakukan jika data konstanta kopling ditampilkan pada spektrum. Nilai konstanta
kopling ditunjukkan pada Gambar 4. Nilai konstanta kopling (J) pada Gambar 4
mencerminkan keberadaan lingkungan ikatan nukleus. Nilai J proton sangat
spesifik sehingga banyak informasi dapat diambil. Misalnya, ikatan rangkap dapat
mengambil dua bentuk, yaitu cis dan trans. Untuk ikatan rangkap trans memiliki
nilai J antara 12-18 Hz, cis antara 6- 11 Hz, dan geminal antara 0–3 Hz. Nilai J dari
aromatik juga memberikan arti penting informasi tentang posisi gugus fungsi dalam
aromatik. Sinyal proton turunan benzena dengan posisi orto memiliki nilai J 7,5 Hz,
meta sekitar 1,5 Hz dan para memiliki nilai J 0,7 Hz, sedangkan naptalena dengan
posisi orto memiliki nilai J sekitar 8,3, meta 1,3, dan para 0,7 Hz.
6. Langkah 6: Dari langkah 1 - 5, struktur senyawa organik dapat ditentukan. Hasil
analisis digabungkan dan menyimpulkan hasil struktural dari spektrum NMR.
Pertama, setelah number dari jenis proton dan lingkungan kimia proton diketahui
pada langkah 1, rumus molekul berdasarkan ikatannya dengan H dapat ditentukan.
Kedua, analisis perkalian sinyal memberikan informasi tentang berapa banyak atom
hidrogen yang ada dalam atom karbon yang berdekatan. Akhirnya, potongan-
potongan molekul digabungkan untuk membentuk formula struktural untuk
senyawa. Konstanta kopling yang diperoleh pada langkah sebelumnya
menunjukkan interaksi antara proton dan nilai pergeseran kimia yang diperoleh
kemudian dibandingkan dengan nilai tabel pergeseran kimia untuk mengidentifikasi
gugus fungsinya. (11)

III. PRINSIP

Spektroskopi NMR didasarkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti-inti tertentu
dalam molekul organik, apabila molekul tersebut berada dalam medan magnet yang kuat.
Inti atom dianggap sebagai kumpulan partikel dasar (proton dan neutron) yang terikat
bersama melalui gaya inti/nuklir.

IV. ALAT DAN BAHAN

Bahan:

1. FeF3(ferricfluoride).
Alat :

alat NMR yang digunakan merupakan rakitan dari Laboratorium Magnetic Resonance
and Magnetism, KAIST, Korea Selatan.
PERCOBAAN VII
PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA ORGANIK I

I. TUJUAN

Mahasiswa memahami dan menginterpretasikan gabungan data spektrum Inframerah,


1
H-NMR dan Massa untuk menentukan struktur suatu senyawa organik.

II. DASAR TEORI

Elusidasi struktur molekul organik dapat dilakukan dengan menggunakan metode


spektroskopi dengan instrumen yang digunakan yaitu: spektrofotometer ultraviolet (UV),
infrared (IR), massa (MS), Nuclear Magnethic Resonance ( 13C-NMR,
1HNMR),Distortionless Enhancement by Polarization Transfer (DEPT), 1H-13C
Heteronuclear Multiple Quantum Coherence (HMQC), 1H-1H Homonuclear Correlated
Spectroscopy (COSY) dan 1H-13C Heteronuclear Multiple Bond 20 Connectivity
(HMBC) dapat mengikuti metodologi seperti bagan dalam . (13)

Spektroskopi ultraviolet. Untuk keperluan penentuan struktur, spektroskopi ultra violet


memiliki kemampuan untuk mengukur jumlah ikatan rangkap atau konyugasiaromatik
dalam suatu molekul.Daerah panjang gelombang dari spektrum ultra violet berkisar 200 -
400 nm. Penyerapan sinar ultra violet oleh suatu molekul akan menghasilkan transisi
diantara tingkat energi elektronik molekul tersebut. Transisi tersebut terjadi pada orbital
ikatan atau pasangan elektron bebas dengan orbital anti ikatan.Sistem (gugus atom) yang
menyebabkan terjadinya absorbsi cahaya disebut kromofor.Transisi elektronik yang
mungkin terjadi secara teoritisdiberikan pada gambar. (5)

Spektroskopi inframerah. Spektrofotometri inframerah lebih banyak digunakan untuk


identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Untuk keperluan elusidasi struktur,
daerah dengan bilangan gelombang 1400 – 4000 cm-1 yang berada dibagian kiri spektrum
IR, merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugusgugusfungsional, yang
merupakan absorbsi dari vibrasi ulur. Selanjutnya daerah yang berada disebelah kanan
bilangan gelombang 1400 cm-1 sering kali sangat rumit karena pada daerah ini terjadi
absorbsi dari vibrasi ulur dan vibrasi tekuk, namun setiap senyawa organik memiliki
absorbsi yang kharakteristik pada daerah ini. Oleh karena itu bagian spektrum ini disebut
daerah sidikjari (fingerprint region).Saat ini ada dua macam instrumen yaitu spektroskopi
IR dan FTIR (Furier Transformation Infra Red). FTIR lebih sensitif dan akurat misalkan
dapat membedakan bentuk cis dan trans, ikatan rangkap terkonyugasi dan terisolasi dan
lain-lain yang dalam spektrofotometer IR tidak dapat dibedakan.(6)

Spektroskopi 1H-NMR. Spektroskopi 1H-NMR cukup banyak digunakan oleh


kimiawan organik. Spektroskopi ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap kelompok
proton (H) dalam molekul organik akan beresonansi pada frekuensi yang tidak identik atau
beresonansi pada frekuensi spesifik. Hal ini disebabkan kelompok proton suatu molekul
organik dikelilingi elektron yang berbeda (lingkungan elektroniknya berbeda). Makin besar
kerapatan elektron yang mengelilingi inti maka makin besar pula medan magnet yang
digunakan. Karena setiap atom H (proton) suatu molekul organik mempunyai lingkungan
elektronik (kimia) yang berbeda maka akan menyebabkan frekuensi resonansi yang
berbeda (Sitorus, 2009). Pergeseran kimia, dilambangkan dengan δ, menyatakan seberapa
jauh (satuan ppm) proton tersebut digeser dari proton standar Tetrametilsilana (TMS)(δ =
0 ppm), terhadap frekuensi spektrometer yang digunakan. Pada skala δ maka untuk TMS
didefinisikan sebagai (0,0 ppm) dengan skala (0-10) ppm. Beberapa spektroskopi
menggunakan skala Ł (tou) yang besarnya adalah (10- δ) ppm.Pada spektroskopi 1H-
NMR, maka skala δ dan Ł dicatat dari kiri ke kanan pada kertas spektrum .(11)

Spektroskopi karbon NMR (13C-NMR).Spektroskopi proton atau 1H memberikan


gambaran atom-atom hidrogen dalam sebuah molekul organik.Spektroskopi karbon-13
atau 13C memberikan gambaran karbon-karbon dalam sebuah molekul organik.Spektra
karbon-13 tidak digunakan meluas seperti spektra proton.Dalam spektroskopi proton yang
dilibatkan adalah isotop yang lazim dan alamiah dari hidrogen, 99,985% atom hidrogen
adalah 1H. Tetapi karbon-13 hanya 1,1% dari atom karbon yang terdapat di alam, karena
98,9% atom karbon adalah 12C, suatu nukleotida yang tidak punya spin. Transisi inti 13C
dari keadaan paralel ke antiparalel hanyalah transisi berenergi rendah. Karena
kelimpahannya di alam hanya 1,1% maka sensitifitas 13C-NMR jauh lebih kecil dari 1H
yang mempunyai kelimpahan 99,98% di alam. Pergeseran kimia 13C antara 0 sampai
dengan 230 ppm yang terbagi atas sp3 antara 0 – 60, alkohol 60 – 80 ppm, sp antara 70 –
80 ppm, sp2 antara 100 – 160 ppm, gugus karbonil dari gugus karboksilat, ester, lakton,
amida, anhidrida, antara 160-180 ppm sedangkan aldehid antara 180 – 200 ppm dan keton
antara 190 – 230 ppm.Bentuk sinyal dari gugus metil (CH3) berbentuk quartet, metilen
(CH2) berbentuk triplet, metin berbentuk doublet sedangkan karbon quartener berbentuk
singlet.(11)

Spektroskopi Distortionless Enhancement by Polarization Transfer (DEPT). Percobaan


DEPT (Distortionless Enhancement by Polarization Transfer) dapat membedakan signal
karbon metil, metilen, metin dan karbon quarterner. Karbon metil dan metin menunjuk ke
atas, karbon metilen ke bawah dan karbon quarterner hilang. Spektroskopi NMR DEPT
memiliki 3 sub-spektrum yang berbeda: 45 MHz, 90 MHz dan 135 MHz. Pada DEPT-45
akan menunjukkan seluruh puncak atom karbon yang mengemban proton (hidrogen). Pada
DEPT-90, puncak yang ditunjukkan hanya untuk atom karbon gugus metin (CH).
Sementara pada DEPT-135 karbon metin dan metil memberikan puncak keatas (positive
peaks), sedangkan karbon metilen puncaknya mengarah kebawah (Pavia et al, 2009).
Spektroskopi 1H-13C Heteronuclear Multiple Quantum Coherence (HMQC).HMQC
merupakan salah satu jenis H-NMR dua dimensi yang digunakan untuk membantu dalam
penentuan struktur suatu senyawa.Melalui data HMQC ini dapat diketahui proton-karbon
dengan jarak satu ikatan, sehingga secara tidak langsung dapat mengetahui karbon yang
mengikat proton dan karbon yang tidakmengikat proton.Selain itu, juga untuk menentukan
nilai geseran kimia karbon yang memiliki proton. (11)

Spektroskopi UV-Vis untuk kimiawan organik digunakan untuk analisis kualitatif


(λmaks) dan analisis kuantitatif berdasarkan persamaan Lambert-Beer.Spektroskopi IR
untuk analisis gugus fungsional utama dan spektroskopi 1HNMR untuk menentukan tipe
(jenis) proton dan perbandingan jumlah proton tersebut. Spektroskopi massa (MS) akan
melengkapi pelacakan struktur untuk suatu molekul yang belum diketahui BMnya.
Spektroskopi massa akan 26 memberikan informasi harga BM (g/mol) dan bagaimana pola
pemecahan (fragmentasi) dari suatu molekul organik.(5)

III. PRINSIP

Prinsip kerja spektrofotometer inframerah adalah fotometri. Sinar dari sumber sinar
inframerah merupakan kombinasi dari panjang gelombang yang berbeda-beda. Sinar yang
melalui interferometer akan difokuskan pada tempat sampel. Sinar yang ditransmisikan
oleh sampel difokuskan ke detektor. Perubahan intensitas sinar menghasilkan suatu
gelombang interferens. Gelombang ini diubah menjadi sinyal listrik oleh detektor,
diperkuat oleh penguat, lalu diubah menjadi sinyal digital. Pada sistem optik FTIR, radiasi
laser diinterferensikan dengan radiasi inframerah agar sinyal radiasi inframerah diterima
oleh detektor secara utuh dan lebih baik . (6)

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Alat Praktikum

a. Botol vial
b. Cetakan pellet
c. Gelas kimia 100 mL
d. Kuvet
e. Mortar dari batuan onyx
f. Pipet tetes
g. Pompa press
h. Penggerus dari batuan onyx
i. Plat / sel KBr
j. Spektrofotometri Infra red (IR)
k. Spektrofotometri GC-MS
l. Spektrofotometri UV-VIS
m. Tabung reaksi

2. Bahan Praktikum

a. Sampel B
b. Pelarut metanol
c. Pelarut n-heksan
d. Pelarut DCM
PERCOBAAN VIII
PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA ORGANIK II

I. TUJUAN

Mahasiswa memahami dan mampu menginterpretasikan gabungan data spektrum

Inframerah, 1H-NMR dan Massa untuk menentukan struktur suatu senyawa organik.

II. TEORI DASAR

Spektroskopi UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang


menggunakan radiasi elektromagnetik UV dekat (190-380 nm) dan sinar tampak 380-780
nm dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. Dari spektrum absorpsi dapat
diketahui panjang gelombang dengan absorbans maksimum dari suatu unsur atau senyawa.
Pada prinsipnya spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai tenaga yang
mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya. Panjang
gelombang lazim disajikan dalam satuan nm di mana 1 m = 10-9 nm. (5)

Senyawa kompleks dengan logam yang berbeda akan mempunyai panjang gelombang
yang berbeda pula. Hal ini karena setiap logam mampu menyerap sinar ultraviolet maupun
visible pada panjang gelombang tertentu. Adanya perbedaan panjang gelombang tersebut
menunjukkan bahwa senyawa kompleks yang disintesis telah terbentuk. Pada penelitian ini
dilakukan analisis UV-Vis ion kobalt(II) dan senyawa kompleks dengan jarak panjang
gelombang mulai 200 nm hingga 800 nm. Panjang gelombang maksimum pada sumber ion
kobalt yaitu 640 nm. Senyawa kompleks mampu menyerap sinar visible pada panjang
gelombang maksimum yang lebih rendah dari pada logam yaitu 460 nm. Pergeseran
panjang gelombang maksimum tersebut dipengaruhi oleh
adanya transfer muatan dari ligan ke logam .(12)

Kromatografi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan teknik


pemisahan di mana fase gerak membawa campuran disebabkan untuk bergerak dalam
kontak dengan fase diam penyerap selektif. Ini juga memainkan peran mendasar sebagai
teknik analitis untuk control kualitas dan standardisasi terapi phyto. Gas kromatografi
digunakan dalam pemisahan dan analisis campuran multi komponen seperti minyak atsiri,
hidrokarbon dan pelarut. Berbagai program suhu dapat digunakan untuk membuat bacaan
lebih bermakna; misalnya untuk membedakan antara zat yang berperilaku sama selama
proses GC. Secara intrinsik, dengan menggunakan detektor ionisasi nyala dan detektor
penangkap elektron (yang memiliki sensitivitas sangat tinggi) kromatografi gas dapat secara
kuantitatif menentukan bahan yang ada pada konsentrasi yang sangat rendah. Tumbuhan
merupakan sumber yang kaya akan metabolit sekunder dengan aktivitas biologis yang
menarik. Secara umum, metabolit sekunder ini merupakan sumber penting dengan berbagai
susunan dan sifat struktural. Kromatografi gas - khususnya kromatografi gas- cair -
melibatkan sampel yang diuapkan dan disuntikkan ke kepala kolom kromatografi. Sampel
diangkut melalui kolom dengan aliran fase gerak gas inert. Kolom itu sendiri mengandung
fase diam cair yang diserap ke permukaan padatan inert. (12)

Pengukuran langsung 1H, 2H dan 13C NMR perisai dilakukan untuk 13 pelarut cair
yang dideuterisolasi sebagai standar refrensi utama perisai. Telah dikemungkinkan untuk
mengeksplorasi frekuensi resonansi absolut dan momen megnetik nuklir dari inti yang
diselidiki. Nilai pelindung pergeseran kimia yang sesuai dengan nilai akurat pelindung 1H
dan 13C dalam TSM cair. Seperti yang ditunjukka, semua parameter pelindung 2H baru dari
pelarut yang diselidiki dapat diterapkan sebagai standar referensi sekunder pelindung gas
dan cairan dalam praktik laboratorium NMR biasa .

III. PRINSIP

a) Jika senyawa organik dikenai sinar infra-merah yang mempunyai frekwensi tertentu
-1
(bilangan gelombang 500 - 4000 Cm ), sehingga beberapa frekwensi tersebut
diserap oleh senyawa tersebut.
b) Berapa banyak frekwensi tertentu yang melewati senyawa tersebut diukur sebagai
'persentasi transmitasi' (percentage transmittance).
c) Persentasi transmitasi dengan nilai 100 berarti semua frekwensi dapat melewati
senyawa tersebut tanpa diserap sama sekali. (14)

• Transmitasi sebesar 5% mempunyai arti bahwa hampir semua frekwensi tersebut


diserap oleh senyawa itu
IV. ALAT DAN BAHAN

Alat :

- instrument CHNS
- spektroskopi IR
- spektroskopi massa.

Bahan :

- Alkohol
- Eter
- Klorofom
- senyawa yang mengandung rumus molekul C4H8
DAFTAR PUSTAKA

1. Kimia J, Mipa F, Kuala US, Aceh B. ANALYSIS OF MINERAL CONTENTS Ca, Mg,
Fe AND Na IN NATURAL BENTONITE CLAY. J Nat Unsyiah. 2013;12(1):115495.
2. Gizi AZAT. Mineral dalam Bahan Pangan. 2013;
3. Modul praktikum analisis instrumen. ista. institute sains dan tekonologi alkamal, editor.
Jakarta; 2022. 1–59 p.
4. Irawan A. Kalibrasi Spektrofotometer Sebagai Penjaminan Mutu Hasil Pengukuran
dalam Kegiatan Penelitian dan Pengujian. Indones J Lab. 2019;1(2):1.
5. Handoyo Sahumena M, Ruslin R, Asriyanti A, Nurrohwinta Djuwarno E. Identifikasi
Jamu Yang Beredar Di Kota Kendari Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis.
J Syifa Sci Clin Res. 2020;2(2):65–72.
6. spektro IR.pdf.
7. Suarsa IW. Analisis Gugus Fungsi Pada Bensin Dengan. 2016;1–36.
8. Bungo K, Daun D, Pengetahuan I. KABUPATEN TASIKMALAYA
MENGGUNAKAN. 2004;
9. Diva Candraningrat IDAA, Santika AAGJ, Dharmayanti IAMS, Prayascita PW. Review
Kemampuan Metode Gc-Ms Dalam Identifikasi Flunitrazepam Terkait Dengan Aspek
Forensik Dan Klinik. J Kim. 2021;15(1):12.
10. KCKT. :84–104. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-
mfi-results
11. Ismail IA, Riga R, Suryani O, Insani M, Pernadi NL, Febriyanti A. Analisis Spektrum 1
H-NMR : Penjelasan Sederhana. 2022;(December).
12. Dudley H. William. Metode Spektroskopi dalam Kimia Organik Ed.6, EGC : Jakarta,
Hal : 1. Metode Spektroskopi dalam Kimia Organik. 2014. 1–245 p.
13. RPS_-Penentuan-Struktur.
14. Jennings KR. Spectrometric identification of organic compounds (Fifth Edition) R. M.
SILVERSTEIN, G. C. BASSLER AND T. C. MORRILL. Wiley, New York, 1991. No.
of pages: 430. ISBN 0471 63404 2. Price: £50.25, $76.10. Org Mass Spectrom .

Anda mungkin juga menyukai