Jurnal Instrument Aida 201851o13
Jurnal Instrument Aida 201851o13
DISUSUN OLEH :
AIDA
201851013
I. TUJUAN
Seperti umumnya pada peralatan spectrometer, analisi kuantitatif suatu sampel berdasarkan
Hukum Lambert-Beer, yaitu :
A=εbC
Keterangan:
A = absorbansi b = lebar sampel yang dilalui sinar
ε = absorptivitas molar C = Konsentrasi zat
Rumusan hokum Lambert Beer menunjukan bahwa besarnya nilai absorbansi
berbanding lurus (linear) dengan konsentrasi. Berdasarkan penelitian, kelinieran hokum
Lamber-Beer umuZnya hanya terbatas pada nilai absorban 0,2 sampai dengan 0,8. (1)
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu ±
1700 ºC atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan cara
memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu nyala yang
diperlukan untuk atomisasi setiap unsure berbeda. Beberapa unsur dapat ditentukan dengan
nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang
berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula.
Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:
a. Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang akan
dianalisa
b. Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
c. Gas Fekup aman, tidak beraFen dan mudah dikendalikan
d. Gas Fekup murni dan bersih (UHP)
B. Kesalahan matriks
Hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks sampel dan matriks standar.Aliran
sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada penyumbatan pada jalannya aliran
sampel.
C. Gangguan kimia berupa :
➢ Disosiasi tidak sempurna
➢ Ionisasi
➢ Terbentuknya senyawa refraktori. (2)
III. PRINSIP
Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini adalah, proses penguraian molekul menjadi
atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom yang berada dalam keadaan dasar ini
bisa menyerap sinar yang dipancarkan oleh sumber sinar, pada tahap ini atom akan berada pada
keadaan tereksitasi. Sinar yang tidak diserap oleh atom akan diteruskan dan dipancarkan pada
detektor, kemudian diubah menjadi sinyal yang terukur. (1)
• Laratansampel
b. Alat-Alat :
• Labu ukur 50 ml
I. TUJUAN
Methylene blue yang memiliki rumus kimia C16H18ClN3S, adalah senyawa hidrokarbon
aromatik yang beracun dan merupakan zat warna kationik dengan daya adsorpsi yang sangat
kuat.
Spektrofotometer Uv-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar
ultraviolet dan sinar tampak yang di absorsi oleh sampel menghasilkan konsentrasi. Metode yang
digunakan pada instrument spektrofotometer adalah spektrofotometri. Untuk mengukur banyak
radiasi yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi maka digunakan spektrum
absorbsi. Spektrum absorbsi merupakan hubungan panjang antara banyaknya sinar yang diserap
dengan panjang gelombang sinar. (4)
Dalam analisis kimia dikenal berbagai macam cara untuk mengetahui data kualitatif dan
kuantitatif baik yang menggunakan suatu peralatan optik (instrumen) ataupun dengan cara basah.
Alat instrumen biasanya dipergunakan untuk menentukan suatu zat berkadar rendah, biasanya
dalam satuan ppm (part per million) atau ppb (part per billion). Salah satu metode sederhana untuk
menentukan zat organik dan anorga- nik secara kualitatif dan kuantitatif dalam contoh air laut,
yaitu dengan metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak. Prinsip kerjanya
berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi
radiasi yang diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara
kuantitatif. (4)
Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak telah banyak diterapkan untuk
penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk penentuan senyawa
dalam jumlah yang sangat kecil. (5)
III. PRINSIP
2. Monokromator
Monokromator adalah alat untuk mengubah radiasi polikromatik menjadi panjang gelombang
tunggal (monokromatik) menggunakan kisi difraksi atau prisma (5).
3. Kuvet
Kuvet digunakan sebagai tempat sampel. Pada pengukuran di daerah visibel, digunakan kuvet
kaca atau kuvet kaca corex. Sedangkan pada pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang
terbuat dari bahan kuarsa karena gelas tidak tembus pada daerah ini
IV. ALAT DAN BAHAN
Bahan Praktikum :
- Methylen blue
- Paracetamol
- NaOH 0,1 N
- Alcl2
- Na. Asetat
- Aquadest
Alat-Alat Praktikum :
- Spektrofotometri Uv-vis
- Kuvet
- Buret
- Beker glass
- Labu ukur
B. PROSEDUR
16) Isi data di Sample Table dengan nama sampel yang diuji
17) Bilas kuvet dengan sampel dan masukan kedalam alat
18) Hasil akan keluar
19) Klik kanan pada gambar gelombang dan pilih Properties
20) Hasil akan keluar dan simpan
Metode kurva standar
3. Pembuatan deret standar Methylen blue dengan konsentrasi 1,2,3,4,5 ppm dalam labu
100 ml
Pembuatan larutan induk Methylen Blue 1000 ppm dalam labu 100 ml
Ppm = Berat / L
1000 mg/L
= Berat / 0,1 L
Berat
= 100 mg ~ 0.1
Cara buat:
Pembuatan larutan induk Methylene blue 100 ppm dalam labu 100 ml
V1 = 10 ml
Cara buat:
1 ppm 2 ppm
V1 = 1 ml V1 = 2 ml
3 ppm 4 ppm
V1 = 3 ml V1 = 4 ml
5 ppm
V1 = 5 ml
Prosedur
4. Homogenkan
C. HASIL
Methylen Blue
Didapatkan hasil panjang
gelombang sampel Methylen
Blue yaitu Panjang
Gelombang maks:661,50 dan
min: 417,50
Dan hasil pengujian konsentrasi sampel Methylen Blue dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu penentuan kadar metilen blue dalam sample
menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada pengukuran panjang gelombang maksimum
sampel dengan rentang panjang gelombang 400-800 nm. Larutan deret yang di buat metilen
blue adalah 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm dan 5 ppm. Larutan deret diukur absorbansinya
dengan penentuan panjang gelombang maksimum menggunakan larutan metilen blue 5 ppm
dengan hasil menunjukan 661 dan 417.
Penentuan kadar sampel dengan cara mengukur absorbansi sampel menggunakan panjang
gelombang maksimum. Kemudian dihitung y =ax + b. Dari hasil spektrofotometri dan
perhitungan di dapatkan hasil 22,8669566. Hasil perhitungan konsentrasi sampel adalah
22,8669566 dan regresi yang dihasilkan adalah 0,71225 sedangkan hasil regresi yang baik atau
bagus yaitu mendekati 1 atau 0,9996.
setelah diuji dengan alat di dapat hasil konsentrasi yang tidak sesuai, diakibatkan dari
kurang teliti saat proses menggunakan buret dikarenakan adanya kebocoran pada buret pada
saat digunakan.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum penentuan kadar metilen blue dalam sampel menggunakan
spektrofotometri UV-Vis diperoleh kadar sampel adalah 22,8669566 dan regresi adalah
0,71225. Garis linear yang dihasilkan pada tabel tidak lurus karena pada proses pembuatan dan
pengukuran kurang teliti sehingga hasil akhir yang diperoleh tidak maksimal.
F. SARAN
Usahakan lebih teliti lagi dalam pembuatan sampel maupun deret serta pengukurannya agar
hasil akhir yang diperoleh dapat maksimal dan Lebih ditingkatkan lagi ketelitian dalam
melakukan setiap prosedur dalam praktikum, dan untuk sampel percobaan semoga dapat
disediakan yang sesuai dengan standar.
PENGUJIAN II
A. TUJUAN
B. PRINSIP
Sampel dengan Spektrofotometer UV/Vis dengan menggunakan parameter kerja yang telah baku pada
alat tersebut. Spektrum yang diperoleh dibandingkan dengan spektrum pembanding larutan baku pada
Spektrofotometer UV/Vis.
C. DASAR TEORI
Parasetamol (PCT) adalah obat analgesik dan antipiretik yang biasa digunakan untuk pengobatan
demam dan sakit kepala. Penentuan dosis parasetamol dalam dunia farmasi sangat penting, karena
overdosis parasetamol dapat menyebabkan nekrosis hepatik keras dan pengaruh keracunan lainnya.
Telah banyak metodologi analitik diusulkan untuk penentuan kadar parasetamol. Salah satu metode
yang telah dikembangkan dalam dua dekade terakhir ini adalah metode optik khususnya metode
spektrofotometri (1).
Metode yang digunakan untuk penetapan kadar parasetamol dalam penelitian ini yaitu metode
spektrofotometri UV-Visible. Spektrofotometri UV-Visible merupakan suatu metode yang tidak baku.
Oleh karena itu, sebelum metode yang digunakan untuk penetapan suatu kadar diterapkan dalam suatu
pengujian laboratorium, terlebih dahulu dilakukan validasi. Validasi metode analisis adalah suatu
tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium, untuk
membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Tetrasari, 2003).
Metode analisis dapat memberikan data yang dipercaya jika memenuhi beberapa parameter validasi
yang telah disyaratkan, yaitu ketelitian (presisi), kecermatan (akurasi), linieritas, batas deteksi (LOD),
batas kuantitasi (LOQ), selektivitas, dan ketangguhan metode.
Parasetamol (4-Acetamidophenol) memiliki struktur kimia seperti pada Gambar 1 dengan berat
molekul 151, 16 g/mol. Parasetamol merupakan salah satu obat yang paling umum digunakan
diberbagai belahan dunia karena khasiatnya yang membantu mencegah nyeri sendi, sakit gigi, sakit
kepala seperti migrain, nyeri otot, dan juga digunakan untuk menurunkan demam yang berasal dari
virus dan bakteri. secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan. Pengertian jamu
dalam
Permenkes No.003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat. Jamu atau obat tradisional kemasan yang diproses secara modern juga sering
menimbulkan asumsi bagi konsumen, seperti penambahan bahan kimia obat lebih banyak terjadi pada
obat tradisional yang dikemas secara modern (2). Kimia obat yang biasanya ditambahkan pada jamu
atau obat tradisional adalah parasetamol. Parasetamol sangat berguna dalam pengobatan demam
setelah asam asetilsalisilat yang telah digunakan sebelumnya dan di banyak negara telah digunakan
sebagai alternatif dari aspirin dan phenasetin.
Metode analisis parasetamol yang sederhana dan selektif serta tidak memerlukan biaya yang mahal
saat pengujian serta tidak memerlukan waktu yang lama dalam mendapatkan hasilnya. Penentuan
parasetamol sendiri sebelumnya sudah dikembangkan dengan berbagai metode. terdapat 4 metode
untuk penentuan parasetamol, baik untuk parasetamol itu sendiri atau berupa campuran dalam sampel
formula dan sampel biologi yaitu metode optik, metode elektroanalitik, metode kromatografi dan
metode titrimetri. Untuk metode titrimetri yang merupakan metode konvensional dan dalam
pelaksanaan memerlukan waktu yang lama serta kurang peka dalam penentuan zat yang kadarnya
relatif kecil. Sedangkan metode kromatografi dan metode elektroanalitik merupakan metode alternatif
yang memiliki kepekaan analisis tinggi namum memerlukan biaya relative mahal (3).
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan untuk analisis parasetamol yang telah dilakukan yaitu
penelitian terbaru ini menunjukkan bahwa penentuan parasetamol dalam tablet dan sampel urin
menggunakan metode spektrofotometri. Penelitian yang berikutnya adalah tentang penentuan secara
simultan parasetamol, fenileprin hidroklorida dan klorfeniramin maleat dalam sediaan farmasi
menggunakan kalibrasi multivariat 1 dengan metode spektrofotometri. Penelitian terbaru ini
menunjukkan bahwa penentuan parasetamol secara elektrokimia dalam kehadiran asam folik pada
elektroda pasta karbon termodifikasi nevirapin menggunakan metode voltametri siklik, penentuan
secara simultan untuk hiosin N-butil bromid dan parasetamol dalam campuran biner dengan metode
RP- HPLC dan metode spektroskopi inframerah fourier transform (FTIR) untuk perhitungan
kuantivikasi langsung kadar parasetamol dalam formulasi farmasi yang padat. Penentuan kadar
parasetamol yang dipilih adalah menggunakan metode spektrofotometri UV/Vis. Hal ini karena
ekonomis, sederhana dan ramah lingkungan Metode ini dapat dilakukan dengan pendekatan untuk
semua masalah dengan penerimaan untuk batas kalibrasi dan limit deteksi yang baik (4).
Banyaknya produk jamu tradisional membuat pemerintah kesulitan melakukan pengawasan secara
rutin. Hal tersebut memberi celah adanya kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh sebagian
produsen yang kurang baik seperti misalnya penambahan bahan kimia obat dengan tujuan agar jamu
yang dikonsumsi segera dirasakan efeknya oleh konsumen sehingga akan menyebabkan tingginya
permintaan. Oleh karena itu untuk mendukung program pengawasan maka perlu ada partisipasi
berbagai kalangan khususnya peneliti. Karenanya perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar
parasetamol pada beberapa produk jamu asam urat khususnya yang beredar di di kota Denpasar (5).
Metode spektrofotometri UV–Vis merupakan metode yang mudah digunakan, murah, peka dan teliti
(precise) untuk analisis kuantitatif senyawa yang mempunyai gugus kromofor dan auksokrom.
Kemampuan menggunakan metode ini merupakan kompetensi baku yang harus dimiliki sarjana
farmasi. Tetapi, metode ini mempunyai keterbatasan bila digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa
dalam campuran, karena senyawa tidak selektif mengabsorpsi radiasi UV-Vis dan absorban senyawa
dalam campuran bersifat aditif. Beberapa cara perhitungan telah dikembangkan untuk ‘memaksakan’
penggunakan metode ini untuk analisis kuantitatif dua atau lebih senyawa dalam campuran secara
simultan. Diantara cara tersebut antara lain differensial spektrofotometri, berdasarkan spektra
derivatif, menggunakan persamaan simultan maupun berdasarkan absorban pada titik isobestik. Untuk
mempelajari berbagai cara tersebut diperlukan model campuran senyawa yang dapat mewakili
berbagai masalah yang dapat mempengaruhi validitas metode ini bila digunakan.
B. PROSEDUR
16) Isi data di Sample Table dengan nama sampel yang diuji
17) Bilas kuvet dengan sampel dan masukan kedalam alat
18) Hasil akan keluar
19) Klik kanan pada gambar gelombang dan pilih Properties
20) Hasil akan keluar dan simpan
(Paracetamol 200ppm)
Pembuatan NaOH 0.1 N 100 mL
N = Berat / BE.V
Berat = 0.04 gr
Cara buat:
Ppm = Berat
Berat = 20 mg ~ 0.02 gr
Prosedur :
1. Timbang standar Paracetamol 0,02gr
3. Tambahkan aquadest
Pembuatan larutan deret Paracetamol 10, 20, 30, 40, 50 ppm dalam labu 10 ml
V1 x N1 = V2 x N2
10 ppm 20 ppm
V1 = 0.5 ml V1 = 1 ml
30 ppm 40 ppm
V1 = 1.5 ml V1 = 2 ml
50 ppm
V1 = 2,5 ml
Prosedur
5. Homogenkan
6. Ultrasonic 10 menit
Proses Ultrasoni
Cara kerja
Sample Paracetamol
1. Siapkan Paracetamol yang sudah di gerus timbang 0,1gr + Aqua dest ad 100ml di
dalam labu ukur
2. Ambil 10ml dari pipet volume masukan dalam labu ukur
3. tambahkan NaOH 2ml
Baku paracetamol :
1. Timbang baku Paracetamol 0.02 gr
Pengujian 2 Paracetamol :
Didapatkan hasil Panjang gelombang sampel Paracetamol yaitu Panjang gelombang maks;
Hasil pengujian konsentrasi sampel Paracetamol dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Dari pengujian yang telah dilakukan yaitu penentuan kadar paracetamol dalam smaple
menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada pengukuran panjang gelombang maksimum sampel
dengan rentang panjang gelombang 400-800 nm. Larutan deret yang di buat paracetamol adalah
10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm. Larutan deret diukur absorbansinya dengan
penentuan panjang gelombang maksimum paracetamol 257.
Penentuan kadar sampel dengan cara mengukur absorbansi sampel menggunakan panjang
gelombang maksimum. Kemudian dihitung y =ax + b. Dari hasil spektrofotometri dan perhitungan
di dapatkan hasil 34,8543088 dengan regresi 0,04679 dan hasil kurva sample paracetamol 348
ppm.
E. KESIMPULAN
F. SARAN
Usahakan lebih teliti lagi dalam pembuatan sampel maupun deret serta pengukurannya
agar hasil akhir yang diperoleh dapat maksimal dan Lebih ditingkatkan lagi ketelitian dalam
melakukan setiap prosedur dalam praktikum, dan untuk sampel percobaan semoga dapat
disediakan yang sesuai dengan standar.
PENGUJIAN III
Pengujian Flavonoid Total Ekstrak Etanol Daun Akar kaik-kaik (Uncaria Cordata Clour)
A. TUJUAN
1. Mahasisiwa/mahasisiwi mampu mengoprasikan alat untuk pengujian plaponoid ekstrak etanol dan
kaik - kaik.
2. Mahasisiwa/ mahasisiwi diharapkan mampu menganalisis plaponoid ekstrak etanol dan kaik -
kaik.
B. PRINSIP
Sampel dengan Spektrofotometer UV/Vis dengan menggunakan parameter kerja yang telah baku pada
alat tersebut. Spektrum yang diperoleh dibandingkan dengan spektrum pembanding larutan baku pada
Spektrofotometer UV/Vis.
C. DASAR TEORI
Akar kaik-kaik (Uncaria cordata (Lour.) Merr.) merupakan tanaman obat yang digunakan secara turun
temurun oleh suku dayak untuk obat diare dan disentri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan flavonoid total serta aktivitas antioksidan dari fraksi aktif daun akar kaikkaik yang
memiliki potensi menyembuhkan diare. Esktrak daun akar kaik-kaik dibuat dengan cara maserasi
menggunakan etanol 70%. Uji flavonoid total dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-
VIS dengan standar baku quersetin. Hasil peneltian menunjukkan fraksi etanol memiliki kadar
flavonoid paling tinggi yaitu 9.08 mg QE/g sample, fraksi n-heksan sebesar 5.21 mg QE/g sample dan
fraksi etil asetat sebesar 3.54 mg QE/g.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan
keanekaragaman yang dimilikinya. Di hutan tropis Indonesia tumbuh sekitar 30.000 spesies tumbuhan
berbunga dan diperkirakan sekitar 3.689 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat. Keragaman
jenis tumbuhan dimanfaatkan masyarakat sebagai obat suatu penyakit dengan cara herbal atau ramuan
yang diracik. Banyak penyakit yang disembuhkan dengan cara herbal, salah satunya dengan Akar
Kaik-Kaik (Uncaira cordata (Lour) Merr).
U. cordata termasuk jenis tumbuhan yang tumbuh dengan cara merambat, memiliki batang yang cukup
kuat. U. cordata (batang menjalar/bajakah) yang dapat merambat dipohon lain, sehingga tidak dapat
dibudidayakan karena akar U. cordata tumbuh di lokasi rimbun dan tidak banyak sinar matahari yang
masuk, kandungannya akan berbeda pula dengan U. cordata yang tumbuh di habitat aslinya. Manfaat
tumbuhan bajakah sebagai obat dibuktikan secara ilmiah dari penelitian oleh tiga siswa SMAN 2
Palangkaraya Kalimantan Tengah, dengan memperoleh medali emas, terbaik seIndonesia dan dipilih
mewakili Indonesia untuk tampil dalam perlombaan tingkat internasional dalam ajang World
Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan atas temuan obat penyembuh kanker dengan
bahan baku alami berupa batang pohon tunggal atau dalam bahasa dayak disebut dengan bajakah yang
diperoleh di hutan Kalimantan Tengah.
Salah satu tanaman obat yang digunakan masyarakat di beberapa negara tropis adalah tumbuhan
genus Uncaria. Sebagian besar tanaman dari genus Uncaria telah digunakan sebagai sumber bahan
obat alam tradisonal. Banyak spesies dari genus Uncaria telah digunakan mengobati spasmolitik,
nyeri, hipertensi, kanker, arthiritis, diabetes, antioksidan dan inflamasi.
Salah satu spesies dari genus Uncaria yang belum banyak dipublikasikan adalah Uncaria cordata
(Lour) Merr. Adapun penelitian terhadap genus Uncaria cordata (Lour) Merr yang telah dilakukan
sebelumnya, yaitu ekstrak metanol yang memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan IC50
sebesar 6,778 μg/mL. Selanjutnya telah dilakukan juga penelitian lain oleh pada ekstrak etil asetat
memberikan efek antiinflamasi pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan pada dosis 200 dan 400
mg/kgBB, sedangkan pada ekstrak etanol daun akar kaik-kaik Uncaria cordata (Lour) Merr
memberikan efek antiinflamasi pada hewan tikus putih dengan dosis 100, 200 dan 400 mg/kgBB.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan pada ekstrak n-heksan memiliki aktivitas antiinflamasi pada
dosis 200 dan 400 mg/kgBB pada tikus putih jantan.
Penelitian lain terhadap daun tumbuhan akar kaik-kaik ini juga dilakukan oleh dari penelitian tersebut
didapatkan bahwa daun tumbuhan Akar kaik-kaik (Uncaria cordata (Lour) Merr) memiliki aktivitas
sebagai sitotoksik dengan senyawa yang diperoleh merupakan senyawa Uc7 golongan terpenoid dan
mempunyai aktivitas sitotoksik kategori yang sangat kuat yaitu 2.57 μg/mL.
Dalam hal pengembangan obat yang berasal dari alam perlu diketahui efek penggunaan obat-obat
tersebut terhadap keamanan di dalam tubuh. Pendekatan penilaian keamanan obat dapat dilakukan
dengan uji toksisitas. Pengujian toksisitas yang harus dilakukan meliputi uji toksisitas akut, tertunda,
subkronik dan kronik. Untuk melihat efek toksik yang ditimbulkan dari penggunaan ekstrak etanol
daun akar kaik-kaik (Uncaria cordata (Lour) Merr) dalam jangka waktu yang singkat perlu dilakukan
uji toksisitas akut. Uji toksisitas akut adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang
muncul dalam waktu yang singkat setelah pemberian sediaan uji yang diberikan secara oral dalam
dosis tunggal, yang diberikan dalam waktu 24 jam.
A. ALAT DAN BAHAN
B. PROSEDUR
16) Isi data di Sample Table dengan nama sampel yang diuji
17) Bilas kuvet dengan sampel dan masukan kedalam alat
18) Hasil akan keluar
19) Klik kanan pada gambar gelombang dan pilih Properties
20) Hasil akan keluar dan simpan
65 6,5 ml 10 ml
25 ppm 35 ppm
V1 = 2,5 ml V1 = 3,5 ml
45 ppm 55 ppm
V1 = 4,5 ml V1 = 5,5 ml
65 ppm
V1 = 6,5 ml
Prosedur :
1) Pipet Larutan Standar Quersetin 100ppm sebanyak 2,5 ppm, 3,5ml, 4,5ml,
5,5ml, 6,5ml dan tambahkan etanol 96% sampai tanda tara
2) Pipet 1 ml masing2 konsentrasi dan masukkan ke dalam tabung RX
3) Tambahkan 3 ml etanol 96%
4) Tambahkan Alcl 10% sebanyak 0,2ml
5) Tambahkan Na. asetat sebanyak 0,2ml
6) Tambahkan Aquadest 5,6ml
7) lalu lakukan pengujian spektrofotometri
8) Tunggu Hasil dan Hitung konsentrasi kurva nya
4. Cara Kerja :
C. HASIL
Flavonoid
D. PEMBAHASAN
Setelah diuji dengan alat di dapat hasil Panjang gelombang yang tidak sesuai dikarenakan
kondisi bahan baku sampel yang kurang baik, dan hasil konsentrasi tidak sesuai dikarenakan
kurang teliti pada saat pengenceran dan penyaringan sampel.
Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu pengujian flavonoid total Ekstrak Etanol Daun
Akar Kaik-kaik menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada pengukuran panjang gelombang
maksimum sampel dengan rentang panjang gelombang 400-800 nm. Larutan deret yang di buat
metilen blue adalah 25 ppm, 35 ppm, 45 ppm, 55 ppm dan 65 ppm. absorbansi sample
mendapatkan hasil yaitu 0,374.
Penentuan kadar sampel dengan cara mengukur absorbansi sampel menggunakan panjang
gelombang maksimum. Kemudian dihitung y =ax + b. Dari hasil spektrofotometri dan
perhitungan di dapatkan hasil 50,4547822. Hasil perhitungan konsentrasi kurva sampel kadar
Flavonoid Total adalah 5,04547822 dan regresi yang dihasilkan adalah 0,94598 sedangkan
hasil regresi yang baik atau bagus yaitu mendekati 1 atau 0,9996.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum penentuan kadar Flavonoid total Ekstak Daun Akar kaik-kaik
dalam sample menggunakan spektrofotometri UV-Vis diperoleh kadar sampel adalah 50,4547822
dan regresi adalah 0,94598 . Garis linear yang dihasilkan pada tabel tidak lurus karena pada proses
pembuatan dan pengukuran kurang teliti sehingga hasil akhir yang diperoleh tidak maksimal.
Hasil yang tidak sesuai standar, ketidaksesuaian tersebut dipengaruhi banyak penyebab,
tetapi paling banyak dipengaruhi dari kurangnya ketelitian mahasiswa dalam melakukan langkah-
langkah yang telah ditentukan.
F. SARAN
Usahakan lebih teliti lagi dalam pembuatan sampel maupun deret serta pengukurannya agar hasil
akhir yang diperoleh dapat maksimal dan Lebih ditingkatkan lagi ketelitian dalam melakukan
setiap prosedur dalam praktikum, dan untuk sampel percobaan semoga dapat disediakan yang
sesuai dengan standar.
PERCOBAAN III
INDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI SENYAWA ASAM BENZOAT
DENGAN SPEKTROFOTOMETER INFRAMERAH
I. TUJUAN
Spektrum inframerah terletak pada daerah panjang gelombang 0.78 sampai 1000 m
atau bilangan gelombang 12800-10 cm-1. Dilihat dari segi aplikasi dan instrumentasi spektrum
inframerah dibagi ke dalam tiga jenis radiasi yaitu inframerah dekat, inframerah pertengahan,
dan inframerah jauh. Daerah spektrum infrahmerah dapat dilihat Tabel 2.
Panjang Gelombang m
Daerah Bilangan Gelombang cm-1
Dekat Petengahan Jauh 0.78 – 2.5 2.5 – 50 50 - 100 12800 – 4000 4000 – 200 200 - 10
Aplikasi spektroskopi inframerah sangat luas baik untuk analisis kualitatif atau
kuantitatif. Penggunaan yang paling banyak adalah daerah pertengahan 4000-600 cm- 1 atau
dengan panjang gelombang 2.5 sampai 15 m . Kegunaan yang paling penting dari
spektroskopi inframerah adalah untuk identifikasi senyawa organik, karena spektrumnya
sangat kompleks dan terdiri dari banyak puncak-puncak. Spektrum inframerah mempunyai
sifat fisik dan karakteristik yang khas, artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai
spektrum yang berbeda, dan kemungkinan dua senyawa mempunyai spektrum sama adalah
sangat kecil . (6)
Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red) atau spektroskopi
inframerah adalah suatu metode analisis berdasarkan pada prinsip interaksi suatu
senyawa kimia dengan radiasi elektromagnetik yang akan menghasilkan suatu
getaran (vibrasi) dari suatu ikatan kimia poliatomik atau gugus fungsional senyawa
kimia. Teknik ini disebut juga dengan spektroskopi vibrasional. (6)
III. PRINSIP
Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan spektrofotometer yang
lainnyayakni interaksi energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah berfokus pada
radiasielektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1, di mana cm-1yang dikenal
sebagaiwavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Untuk
menghasilkanspektrum inframerah, radiasi yang mengandung semua frekuensi di wilayah IR
dilewatkanmelalui sampel. Mereka frekuensi yang diserap muncul sebagai penurunan sinyal
yangterdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai spektrum radiasi dari%
ditransmisikanbersekongkol melawan wavenumber. (6)
Bahan :
• KBr
• CCl4 / klorofom
• Tissue
Alat-Alat :
• Spketrofotometer FTIR
I. TUJUAN
GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode
analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara
kuantitatif dan spektrometri massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit.
Kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS) adalah metode yang
mengkombinasikan kromatografi gas dan spektrometri massa untuk mengidentifikasi senyawa
yang berbeda dalam analisis sampel. Kromatografi gas dan spketometer masa memilki
keunikan masing-masing dimana keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan
menggambungkan kedua teknik tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemamapuan
dalam menganalisis sampel dengan mengambil kelebihan masing-masing teknik dan
meminimalisir kekurangannya.(8)
Kromatografi gas dan spketometer masa dalam banyak hal memiliki banyak kesamaan
dalam tekniknya. Untuk kedua teknik tersebut, sampel yang dibutuhkan dalam bentuk fase
uap, dan keduanya juga sama-sama membutuhkan jumlah sampel yang sedikit ( umumnya
kurang dari 1 ng). Disisi lain, kedua teknik tersebut memiliki perbedaan yang cukup besar
yakni pada kondisi operasinya. Senyawa yang terdapat pada kromatografi gas adalah senyawa
yang digunakan untuk sebagai gas pembawa dalam alat GC dengan tekanan kurang lebih 760
torr, sedangkan spketometer massa beroperasi pada kondisi vakum dengan kondisi tekanan 10-
6
– 10-5 torr. (9)
Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen
penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang
terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.
Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara
mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan
mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam.(9)
Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa. Paduan
keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam pengidentifikasian senyawa yang
dilengakapi dengan struktur molekulnya. (9)
Kromatografi gas ini juga mirip dengan distilasi fraksional, karena kedua proses
memisahkan komponen dari campuran terutama berdasarkan pada perbedaan titik didih (atau
tekanan uap). Namun, distilasi fraksional biasanya digunakan untuk memisahkan komponen-
komponen dari campuran pada skala besar, sedangkan GC dapat digunakan padaskala yang
lebih kecil (yaitu mikro) .(9)
1. Instrumentasi Cromatografy Mass Spectrometry (GCMS)
III. PRINSIP
Prinsip dari GC-MS yaitu terdiri dari dua blok bangunan utama: kromatografi gas dan
spektrometer massa. Kromatografi gas menggunakan kolom kapiler yang tergantung pada
dimensi kolom itu (panjang, diameter, ketebalan film) serta sifat fase (misalnya 5% fenil
polisiloksan). Perbedaan sifat kimia antara molekul-molekul yang berbeda dalam suatu
campuran dipisahkan dari molekul dengan melewatkan sampel sepanjang kolom. Molekul-
molekul memerlukan jumlah waktu yang berbeda (disebut waktu retensi) untuk keluar dari
kromatografi gas, dan ini memungkinkan spektrometer massa untuk menangkap, ionisasi,
mempercepat, membelokkan, dan mendeteksi molekul terionisasi secara terpisah.
Spektrometer massa melakukan hal ini dengan memecah masing-masing molekul menjadi
terionisasi mendeteksi fragmen menggunakan massa untuk mengisi rasio. (8)
Bahan Praktikum :
- larutan benzena dan toluena
- Benzena
- Toluen
Alat-alat Praktikum :
- Seperangkat alat GC-MS(3)
PERCOBAAN V
ANALISIS DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
I. TUJUAN
Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT, dan berasal dari terjemahan High
Perfomance Liquid Chromatography atau HPLC. Kromatografi ini termasuk kromatografi
kolom yang fase geraknya berupa cairan dan dialirkan berdasar kekuatan dari tekanan yang
diberikan. Berdasarkan fase gerak yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu gas chromatography dan liquid chromatography. Tujuan analisa
dengan kromatografi adalah pemisahan komponen zat dalam campuran (pemurnian),
identifikasi, analisa kualitatif, analisa kuantitatif dan untuk preparatif. (10)
Kromatografi Cair Kinerja tinggi atau disingkat KCKT adalah istilah yang popular di
Indonesia. Beberapa pihak hanya memberi istilah LC (Liquid Chromatography). Di dunia
Internasional digunakan istilah HPLC yang mempunyai dualisme pengertian, yaitu:
Metode HPLC dapat digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif. Untuk analisa
kualitatif dengan membandingkan kromatogram sample dengan kromatogram baku
pembanding berdasarkan waktu retensinya. Sedangkan untuk analisa kuantitatif dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan :
Cx = Ax / Ap X Cp
Keterangan :
A = Peak area = Luas puncak
C = Konsentrasi
X = sample
P = Pembanding
Atau dapat pula ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan standar.
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu :
HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun disebut
normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan partikel silika yang
sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah kolom sederhana memiliki
diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan kurang dari nilai ini) dengan panjang 120 nm-
250 nm.
Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada
silika yang polar dibanding dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa
yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom. Apabila pasangan fasa diam
lebih polar daripada fasa geraknya maka sistem ini disebut HPLC fase normal.
Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi non
polar melalui pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang pada permukaannya secara
sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini, akan terdapat interaksi yang
kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi
yang terjadi tidak sekuat interaksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada
silika (fasa diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul-
molekul polar akan lebih cepat bergerak melalui kolom. Sedangkan molekul-molekul non
polar akan bergerak lambat karena interaksi dengan gugus hidrokarbon.
B. Instrumen KCKT
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi terdiri dari beberapa komponen antara lain:
4. Fasa Gerak
Fasa gerak dari HPLC merupakan zat cair yang disebut eluen atau pelarut. Dalam
HPLC fasa gerak selain berfungsi untuk membawa komponen-komponen campuran
menuju ke detektor, selain itu juga dapat berinteraksi dengan solut-solut. Oleh karena itu,
fasa gerak dalam HPLC merupakan salah satu faktor penetu keberhasilan proses
pemisahan. Persyaratan zat cair yang akan digunakan sebagai fasa gerak sebagai berikut:
1) Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan
dianalisis
2) Zat cair harus murni, untuk menghindari masuknya kotoran yang dapat
mengganggu interpretasi kromatogram
3) Zat cair harus jernih, untuk meghindari penyumbatan pada kolom. Biasanya pelarut
disaring denan saringan nylon berukuran diameter pori 0,45 μm
4) Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar dan tidak beracun.
5) Zat cair tidak kental dan harus sesuai dengan detector. Untuk detector UV, pelarut
tidak boleh menyerap cahaya pada panang gelombang yang dipakai. (10)
Fasa gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari
partikel-partikel kecil. Selain itu adanya gas dalam fasa gerak juga harus dihilangkan, sebab
adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama do pompa dan detektor
sehingga akan mengacaukan analisis. Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik
(komposisi fasa gerak tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase
gerak berubah-ubah selama elusi) yang analog dengan pemrograman suhu pada
kromatografi gas. Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang
kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas. Fase gerak yang
paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan
buffer dengan metanol atua campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase
normal, fasa gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut
hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis
alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding fase terbalik.
Pemilihan fase gerak merupakan hal yang kritis dalam keberhasilan pemisahan.
Pemilihan fase gerak banyak dilandasi eksperimen trial- and error dengan berbagai jenis
dan komposisi pelarut hingga diperoleh kromatogram yang diharapkan. Biasanya beberapa
pelarut atau kombinasi pelarut dapat ditemukan untuk memberikan factor kapasitas yang
cocok. Pemilihan pelarut juga bergantung pada factor selektivitas (α) untuk komponen
cuplikan.
5. Pompa
Pompa dalam HPLC dianalogikan dengan jantung pad manusia yang berfungsi untuk
mengalirkan fase gerak cair yang berisi serbuk halus. Digunakan pompa bertekanan tinggi
dalam metode ini sebagai akibat penggunaan fasa gerak yang berupa zat cair yang akan
sukar mengalir dalam kolom yang dipadatkan dengan serbuk halus. Oleh karena itu, agar
zat cair dapat melewati kolom secara tepat maka dibutuhkan bantuan pompa yang
bertekana tinggi.
Pompa KCKT dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pompa tekanan tetap dan pompa
volume tetap. Pompa umumnya terbuat dari bahan gelas, baja, teflon dan batu nilam.
Pompa yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
Dikenal ada 3 jenis pompayang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan yaitu
pompa reciprocating, displacement dan pneumatic.
2. Injektor
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikan secara langsung ke dalam fase gerak yang
mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari
tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop)
internal atau eksternal.
Salah satu jenis penyuntik untuk memasukan sampel ke dalam sistem (kolom)
kromatografi adalah penyuntik loop. Dalam prakteknya, loop tidak perlu diisi penuh, tapi
bila tidak diisi penuh akan mengakibatkan lebih jeleknya presisi hasil eksperimen dan
ketergantungan presisi tersebut kepada bagaimana si-operator menggunakan penyuntik.
Oleh sebab itu terkadang factor ketidaktepatan pengukuran HPLC terletak pada
keterulangan pemasukan cuplikan dalam packing kolom.
3. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stailess steel, akan tetapi ada juga
yang terbuat dari gelas berdinding tebal mempunyai diameter internal 4- 10 mm dan
panjang 5-30 cm. kolom dibuat dengan diameter yang sangat kecil dengan tujuan agar:
lebih peka, menghemat bahan pengembang, memperluas kemampuan detektor dan
memungkinkan menganalis sampel dengan jumlah yang kecil.
Kolom yang baik mempunyai daya pisah (resolusi) yang baik, resolusi adalah
parameter yang menunjukkan apakah dua komponen terpisah dengan baik atau tidak.
Pemisahan yang baik ditandai dengan puncak- puncak yang terpisah sampai garis dasar
dan bentuk runcing. Daya pisah diidentifikasikan sebagai jarak antara puncak dibagi
rata-rata dan puncak yang diukur pada alas puncak. Kolom utama berisi fasa diam, tepat
terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-komponen. Bergantung
keperluannya kolom utama dapat digunakan untuk analisis atau preparatif setiap
komponen yang keluar kolom ditampung pada tabung yang berbeda dan keluaran
HPLC dihubungkan dengan fraction colector selain kolom utama dikenal pula kolom
pengaman.
Kolom utama berisi fasa dian dan jenisnya bervariasi bergantung pada
keperluan, misalnya dikenal kolom C8, C-18, cyanopropyl, dan penukar ion. Kolom
utama untuk HPLC biasanya berukuran panjang berkisar antara 5-30 cm dan diameter
dalam berkisar 4,5–10 mm. Kolom pengaman (guard coloumn) disebut juga pra-kolom
karena letaknya sebelum sistem pemasukan cuplikan. Kolom ini berukuran pendek 5
cm dengan diameter 4,6 mm biasanya dipaking dengan partikel silika berukuran besar
dari ukuran partikel kolom utama. Kolom pengaman mempunyai dua fungsi yaitu:
menyaring kotoran yang terbawa oleh fasa gerak dan untuk menjenuhkan fasa gerak
dalam rangka menghindarkan terjadinya erosi fasa diam oleh aliran pelarut.
a. Kolom analitik
Garis tengah dalam 2-6 mm, panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk
kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50-100 cm, untuk kemasan mikropartikel
berpori biasanya 10-30 cm.
b. Kolom preparatif
Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar, dan panjang 25-100 cm.
Pengisi Kolom dapat berupa: Oktil Silan(C8), Okta Desil Silan (C18), silica, senyawa
Sianida dan senyawa lain. Pertimbangan pemilihan Kolom, antara lain: sifat analit, isi
Kolom, efisiensi Kolom, panjang Kolom, diameter kolom, tekanan dalam Kolom, serta
informasi dari pustaka,kolega dan produsen .
c. Detektor
Detektor berfungsi untuk mendeteksi komponen yang ada dalam eluat dan
mengukur jumlahnya. Idealnya detektor harus mempunyai sensitifitas yang baik
terhadap semua komponen yang ada dalam eluat. Macam-macam detektor antara lain:
detektor Fotometrik, detektor Elektrokimia, detektor Indeks Bias, detektor
Konduktivitas.
3) Bila digunakan lebih dari satu detektor yang dipasang berurutan, maka tempatkanlah
detektor indeks bias pada urutan terakhir.
5) Tempatkan detektor pada kondisi suhu yang Ada dua jenis detektor yaitu detektor
universal, yaitu detektor yang peka terhadap golongan senyawa apapun kecuali
pelarutnya. Dan detektor selektif, adalah detektor yang peka terhadap golongan
senyawa tertentu saja.
Fase diam dapat berupa zat padat yang berfungsi sebagai medium yang
menyerap atau permukaan zat cair yang terdapat dalam sejenis zat padat. Fase diam
yang digunakan adalah: Oktil Silan(C8), Okta Desil Silan (C18), silica, senyawa
Sianida dan senyawa lain.
Fase diam dan fase gerak yang digunakan tergantung pada mekanisme
pemisahan yang dipilih. Jenis mekanisme pemisahan dipilih berdasarkan sifat- sifat dan
karakteristik dari komponen yang akan dipisahkan.
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pemilihan fase diam adalah:
Sifat kimia sampel, ukuran partikel dasar penyusun kolom dan dimensi kolom
D. SKEMA INSTRUMENTASI
Secara skematik penggunaan alat KCKT dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Keterangan:
a. Fase gerak
b. Penyaring
c. Sistem pompa bertekanan tinggi
d. Injektor
e. Pengatur suhu
f. Kolom Analisis
g. Detektor
h. Rekorder
i. Penampung Eluat (10)
III. PRINSIP
Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit berdasarkan kepolarannya,
setiap campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan direkam dalam bentuk
kromatogram. Dimana jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak
menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran.(10)
Bahan Praktikum :
Alat-Alat Praktikum :
I. TUJUAN
Spektrum dalam Hasil Analisis 1 H-NMR Spektroskopi H-NMR adalah metode analisis
yang digunakan untuk menentukan struktur suatu senyawa berdasarkan jenis proton atau
hidrogen. Spektrum 1H- NMR memberikan informasi mengenai jumlah jenis proton dalam
suatu senyawa dan sifat lingkungan dari masing-masing jenis proton hidrogen. Menurut
Harwood dan Claridge. (11)
ada beberapa informasi penting yang muncul berikut : dalam spektrum 1H-NMR, Adapun
sebagai sebagai berikut :
Puncak penyerapan yang muncul dalam spektrum 1H-NMR diwakili oleh perbedaan
frekuensi resonansi nukleus terhadap standar dalam satuan ppm atau pergeseran kimia (δ).
Nilai pergeseran kimia (δ) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
1. Efek induktif
2. Anisotropi ikatan
3. Pembentukan ikatan hidrogen.
Skema puncak spektral 1H-NMR untuk berbagai jenis penyerapan proton ditunjukkan pada
Gambar 1 .
Gambar 1 menunjukkan bahwa efek induktif atom elektronegatif seperti oksigen dan
nitrogen menyebabkan puncak muncul dalam pergeseran kimia besar, yang dikenal sebagai
de-shielded. Hal ini dapat terjadi karena atom elektronegatif seperti O memiliki arah
sirkulasi awan elektron searah dengan magnet eksternal field, sehingga memberikan efek
induksi medan magnet. Selain efek induksi dari keberadaan atom elektronegatif seperti N
dan O, pergeseran kimia juga dipengaruhi oleh anisotropi ikatan kimia, seperti senyawa
dengan gugus alkena (C=C), alkin (C≡C), karbonil (C=O), dan aromatik (Ar). Puncak
muncul pada pergeseran kimia yang lebih besar dengan adanya ikatan rangkap.
Berbeda dengan 1H-NMR, puncak penyerapan yang ditunjukkan dalam spektrum 13C-
NMR memberikan informasi struktural berdasarkan pergeseran kimia dari berbagai jenis
karbondalam senyawa kimia. Skema 13puncak spektral C-NMR untuk berbagai jenis
penyerapan proton ditunjukkan pada Gambar 2. Pergeseran kimiawi karbon ditentukan
oleh jenis ikatan karbon itu sendiri. Karbon karbonil (C=O) sangat de-s hielded dan
memiliki nilai pergeseran kimia yang lebih besar, gugus karboksilat dan ester memiliki
nilai pergeseran kimia yang lebih kecil. Gugus keton dan aldehida memiliki nilai
pergeseran kimia sekitar 200 ppm, sedangkan karbon aromatik memiliki nilai pergeseran
kimia antara 110–160 ppm. Karbon dengan ikatan rangkap memiliki nilai pergeseran kimia
antara 100–50 ppm, metine, metilen, dan metil memiliki nilai pergeseran kimia antara 10–
50 ppm. (12)
Ada enam langkah utama dalam membaca dan menafsirkan spektrum 1H-NMR, yaitu:
III. PRINSIP
Spektroskopi NMR didasarkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti-inti tertentu
dalam molekul organik, apabila molekul tersebut berada dalam medan magnet yang kuat.
Inti atom dianggap sebagai kumpulan partikel dasar (proton dan neutron) yang terikat
bersama melalui gaya inti/nuklir.
Bahan:
1. FeF3(ferricfluoride).
Alat :
alat NMR yang digunakan merupakan rakitan dari Laboratorium Magnetic Resonance
and Magnetism, KAIST, Korea Selatan.
PERCOBAAN VII
PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA ORGANIK I
I. TUJUAN
III. PRINSIP
Prinsip kerja spektrofotometer inframerah adalah fotometri. Sinar dari sumber sinar
inframerah merupakan kombinasi dari panjang gelombang yang berbeda-beda. Sinar yang
melalui interferometer akan difokuskan pada tempat sampel. Sinar yang ditransmisikan
oleh sampel difokuskan ke detektor. Perubahan intensitas sinar menghasilkan suatu
gelombang interferens. Gelombang ini diubah menjadi sinyal listrik oleh detektor,
diperkuat oleh penguat, lalu diubah menjadi sinyal digital. Pada sistem optik FTIR, radiasi
laser diinterferensikan dengan radiasi inframerah agar sinyal radiasi inframerah diterima
oleh detektor secara utuh dan lebih baik . (6)
1. Alat Praktikum
a. Botol vial
b. Cetakan pellet
c. Gelas kimia 100 mL
d. Kuvet
e. Mortar dari batuan onyx
f. Pipet tetes
g. Pompa press
h. Penggerus dari batuan onyx
i. Plat / sel KBr
j. Spektrofotometri Infra red (IR)
k. Spektrofotometri GC-MS
l. Spektrofotometri UV-VIS
m. Tabung reaksi
2. Bahan Praktikum
a. Sampel B
b. Pelarut metanol
c. Pelarut n-heksan
d. Pelarut DCM
PERCOBAAN VIII
PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA ORGANIK II
I. TUJUAN
Inframerah, 1H-NMR dan Massa untuk menentukan struktur suatu senyawa organik.
Senyawa kompleks dengan logam yang berbeda akan mempunyai panjang gelombang
yang berbeda pula. Hal ini karena setiap logam mampu menyerap sinar ultraviolet maupun
visible pada panjang gelombang tertentu. Adanya perbedaan panjang gelombang tersebut
menunjukkan bahwa senyawa kompleks yang disintesis telah terbentuk. Pada penelitian ini
dilakukan analisis UV-Vis ion kobalt(II) dan senyawa kompleks dengan jarak panjang
gelombang mulai 200 nm hingga 800 nm. Panjang gelombang maksimum pada sumber ion
kobalt yaitu 640 nm. Senyawa kompleks mampu menyerap sinar visible pada panjang
gelombang maksimum yang lebih rendah dari pada logam yaitu 460 nm. Pergeseran
panjang gelombang maksimum tersebut dipengaruhi oleh
adanya transfer muatan dari ligan ke logam .(12)
III. PRINSIP
a) Jika senyawa organik dikenai sinar infra-merah yang mempunyai frekwensi tertentu
-1
(bilangan gelombang 500 - 4000 Cm ), sehingga beberapa frekwensi tersebut
diserap oleh senyawa tersebut.
b) Berapa banyak frekwensi tertentu yang melewati senyawa tersebut diukur sebagai
'persentasi transmitasi' (percentage transmittance).
c) Persentasi transmitasi dengan nilai 100 berarti semua frekwensi dapat melewati
senyawa tersebut tanpa diserap sama sekali. (14)
Alat :
- instrument CHNS
- spektroskopi IR
- spektroskopi massa.
Bahan :
- Alkohol
- Eter
- Klorofom
- senyawa yang mengandung rumus molekul C4H8
DAFTAR PUSTAKA
1. Kimia J, Mipa F, Kuala US, Aceh B. ANALYSIS OF MINERAL CONTENTS Ca, Mg,
Fe AND Na IN NATURAL BENTONITE CLAY. J Nat Unsyiah. 2013;12(1):115495.
2. Gizi AZAT. Mineral dalam Bahan Pangan. 2013;
3. Modul praktikum analisis instrumen. ista. institute sains dan tekonologi alkamal, editor.
Jakarta; 2022. 1–59 p.
4. Irawan A. Kalibrasi Spektrofotometer Sebagai Penjaminan Mutu Hasil Pengukuran
dalam Kegiatan Penelitian dan Pengujian. Indones J Lab. 2019;1(2):1.
5. Handoyo Sahumena M, Ruslin R, Asriyanti A, Nurrohwinta Djuwarno E. Identifikasi
Jamu Yang Beredar Di Kota Kendari Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis.
J Syifa Sci Clin Res. 2020;2(2):65–72.
6. spektro IR.pdf.
7. Suarsa IW. Analisis Gugus Fungsi Pada Bensin Dengan. 2016;1–36.
8. Bungo K, Daun D, Pengetahuan I. KABUPATEN TASIKMALAYA
MENGGUNAKAN. 2004;
9. Diva Candraningrat IDAA, Santika AAGJ, Dharmayanti IAMS, Prayascita PW. Review
Kemampuan Metode Gc-Ms Dalam Identifikasi Flunitrazepam Terkait Dengan Aspek
Forensik Dan Klinik. J Kim. 2021;15(1):12.
10. KCKT. :84–104. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-
mfi-results
11. Ismail IA, Riga R, Suryani O, Insani M, Pernadi NL, Febriyanti A. Analisis Spektrum 1
H-NMR : Penjelasan Sederhana. 2022;(December).
12. Dudley H. William. Metode Spektroskopi dalam Kimia Organik Ed.6, EGC : Jakarta,
Hal : 1. Metode Spektroskopi dalam Kimia Organik. 2014. 1–245 p.
13. RPS_-Penentuan-Struktur.
14. Jennings KR. Spectrometric identification of organic compounds (Fifth Edition) R. M.
SILVERSTEIN, G. C. BASSLER AND T. C. MORRILL. Wiley, New York, 1991. No.
of pages: 430. ISBN 0471 63404 2. Price: £50.25, $76.10. Org Mass Spectrom .