Anda di halaman 1dari 73

JURNAL AWAL DAN AKHIR

PRAKTEK ANALISIS INSTRUMENT


Ronde 4

DISUSUN OLEH :

AIDA
201851013

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
2023
PERCOBAAN I

ANALISIS MINERAL DENGAN AAS

I. TUJUAN

Mahasiswa dapat mengoperasikan alat spektrofotometri serapan atom (AAS). Mahasiswa


dapat menganalisis mineral Fe dan Ca dengan metode kurva standar dan kurva penambahaan
standar.

II. TEORI DASAR

Spektrofotometri Serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis untuk


penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorpsi)
radiasi oleh atom-atom bebas unsur tersebut. Sekitar 67 unsur telah dapat ditentukan dengan
cara AAS. Banyak penentuan unsur-unsur logam yang sebeluZnya dilakukan dengan metoda
polarografi, kemudian dengan metoda spektrofotometri UV-VIS, sekarang banyak diganti
dengan metoda AAS. (1)
Ada lima komponen dasar alat SSA :
1. SUMBER SINAR,biasanya dalam bentuk “ HOLLOW CATHODE” yang
mengemisikan spectrum sinar yang akan diserap oleh atom.
2. Nyala Api, merupakan sel absorpsi yang menghasilkan sampel berupa atom-atom
3. Monokromator, untuk mendispersikan sinar dengan panjang gelombang tertentu.
4. Detektor, untuk mengukur intensitas sinar dan memperkuat sinyal.
5. Readout, gambaran yang menunjukan pembacaan setelah diproses oleh alat elektronik.

Seperti umumnya pada peralatan spectrometer, analisi kuantitatif suatu sampel berdasarkan
Hukum Lambert-Beer, yaitu :
A=εbC
Keterangan:
A = absorbansi b = lebar sampel yang dilalui sinar
ε = absorptivitas molar C = Konsentrasi zat
Rumusan hokum Lambert Beer menunjukan bahwa besarnya nilai absorbansi
berbanding lurus (linear) dengan konsentrasi. Berdasarkan penelitian, kelinieran hokum
Lamber-Beer umuZnya hanya terbatas pada nilai absorban 0,2 sampai dengan 0,8. (1)

A. JENIS-JENIS DAN TIPE AAS

Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :


1. Atomisasi dengan nyala

Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu ±
1700 ºC atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan cara
memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu nyala yang
diperlukan untuk atomisasi setiap unsure berbeda. Beberapa unsur dapat ditentukan dengan
nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang
berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula.
Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:
a. Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang akan
dianalisa
b. Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
c. Gas Fekup aman, tidak beraFen dan mudah dikendalikan
d. Gas Fekup murni dan bersih (UHP)

Campuran gas yang paling umum digunakan adalah


Udara : C2H2 (suhu nyala 1900 – 2000 ºC),
N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 – 3000 ºC),
Udara : propana (suhu nyala 1700 – 1900 ºC).

Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala :


1. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan Fekup stabil. Dianjurkan
dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk mencegah korosi.
2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan unsur yang
dianalisa.
3. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
▪ Tidak mudah meledak bila kena panas
▪ Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
▪ Mempunyai titik didih > 100 ºC
▪ Mempunyai titik nyala yang tinggi
▪ Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon.

2. Atomisasi tanpa nyala


Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada batang
karbon (CRA – Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA – Graphite Tube Atomizer)
yang mempunyai 2 elektroda.Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA. Arus listrik
dialirkan sehingga batang atau tabung menjadi panas (suhu naik menjadi tinggi) dan unsur
yang dianalisa akan teratomisasi. Suhu dapat diatur hingga 3000ºC pemanasan larutan
sampel melalui tiga tahapan yaitu :
- Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut
- Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi dekomposisi
dan penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel sehingga diperoleh garam
atau oksida logam
- Pengatoman (atomization)

3. Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida


Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur As, Se, Sb
yang mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 ºC sehingga atomisasi
dilakukan dengan membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai menjadi
atom-atoZnya melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4, contohnya merkuri (Hg). (1)

B. KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN AAS

Keuntungan metoda AAS adalah:


1. Spesifik
2. Batas (limit) deteksi rendah
3. Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
4. Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi contoh sebelum
pengukuran lebih sederhana, keFeali bila ada zat pengganggu)
5. Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
6. Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen)

Kelebihan Metode AAS


Analisis menggunakan AAS ini terdapat kelemahan, karena terdapat beberapa sumber
kesalahan, diantaranya: Sumber kesalahan pengukuran yang dapat terjadi pada pengukuran
menggunakan SSA dapat diprediksikan sebagai berikut :
A. Kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti :
➢ Proses destruksi yang kurang sempurna
➢ Tingkat keasaman sampel dan blanko tidak sama

B. Kesalahan matriks
Hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks sampel dan matriks standar.Aliran
sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada penyumbatan pada jalannya aliran
sampel.
C. Gangguan kimia berupa :
➢ Disosiasi tidak sempurna
➢ Ionisasi
➢ Terbentuknya senyawa refraktori. (2)

III. PRINSIP

Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini adalah, proses penguraian molekul menjadi
atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom yang berada dalam keadaan dasar ini
bisa menyerap sinar yang dipancarkan oleh sumber sinar, pada tahap ini atom akan berada pada
keadaan tereksitasi. Sinar yang tidak diserap oleh atom akan diteruskan dan dipancarkan pada
detektor, kemudian diubah menjadi sinyal yang terukur. (1)

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Bahan :
• Larutan Standar Fe 1000ppm

• Larutan standar Cu 1000ppm

• Laratansampel

b. Alat-Alat :

• Spektrofotometer Absorpsi Atom (AAS-240)

• Lampu katoda Cekung Cu

• Lampu katoda Cekung Fe

• Labu ukur 50 ml

• Pipet mohr 10 ml (3)


PERCOBAAN II
ANALISIS SECARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

I. TUJUAN

Mahasiswa diharapkan dapat menentukan panjang gelombang maksimum, menentukan


pengaruh pelarut terhadap pergeseran panjang gelombang, serta menentukan konsentrasi nikel
dalam larutan.

II. TEORI DASAR

Methylene blue yang memiliki rumus kimia C16H18ClN3S, adalah senyawa hidrokarbon
aromatik yang beracun dan merupakan zat warna kationik dengan daya adsorpsi yang sangat
kuat.
Spektrofotometer Uv-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar
ultraviolet dan sinar tampak yang di absorsi oleh sampel menghasilkan konsentrasi. Metode yang
digunakan pada instrument spektrofotometer adalah spektrofotometri. Untuk mengukur banyak
radiasi yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi maka digunakan spektrum
absorbsi. Spektrum absorbsi merupakan hubungan panjang antara banyaknya sinar yang diserap
dengan panjang gelombang sinar. (4)
Dalam analisis kimia dikenal berbagai macam cara untuk mengetahui data kualitatif dan
kuantitatif baik yang menggunakan suatu peralatan optik (instrumen) ataupun dengan cara basah.
Alat instrumen biasanya dipergunakan untuk menentukan suatu zat berkadar rendah, biasanya
dalam satuan ppm (part per million) atau ppb (part per billion). Salah satu metode sederhana untuk
menentukan zat organik dan anorga- nik secara kualitatif dan kuantitatif dalam contoh air laut,
yaitu dengan metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak. Prinsip kerjanya
berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi
radiasi yang diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara
kuantitatif. (4)
Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak telah banyak diterapkan untuk
penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk penentuan senyawa
dalam jumlah yang sangat kecil. (5)

Interaksi sinar UV –Vis dengan molekul senyawa organik


Warna-warna yang nampak dan fakta bahwa orang bisa melihat, adalah akibat-akibat
absorpsi energi oleh senyawa organik maupun anorganik. Penangkapan energi matahari oleh
tumbuhan dalam proses fotosintesis adalah suatu aspek lain dari antaraksi senyawa organik dengan
energi cahaya. Yang merupakan perhatian primer bagi ahli kimia organik ialah fakta bahwa
panjang gelombang pada mana suatu senyawa organik menyerap energi cahaya, bergantung pada
struktur senyawa itu. Oleh karena itu teknik-teknik spektroskopi dapat digunakan untuk
menentukan struktur senyawa yang tak diketahui dan untuk mempelajari karakteristik ikatan (dari)
senyawa yang diketahui . (3)
Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet bergantung pada struktur
elektronik dari molekul. Spektra ultarviolet dan terlihat dari senyawa-senyawa organik berkaitan
erat transisi-transisi di antara tingkatan- tingkatan tenaga elektronik. Disebabkan karena hal ini,
maka serapan radiasi ultraviolet/terlihat sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Transisi-
transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan
orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan adalah merupakan
ukuran dari pemisahan tingkatan- tingkatan tenaga dari orbital-orbital yang bersangkutan.
Pemisahan tenaga yang paling tinggi diperoleh bila elektron-elektron dalam ikatan σ tereksitasi
yang menimbulkan serapan dalam daerah dari 120-200 nm. Daerah ini dikenal sebagai daerah
ultraviolet vakum dan relatif tidak banyak memberikan keterangan. Di atas 200 nm eksitasi sistem
terkonjugasi π segera dapat diukur dan spektra yang diperoleh memberikan banyak keterangan.
Dalam praktek, spektrometri ultraviolet digunakan terbatas pada sistem-sistem terkonjugasi . (3)
Syarat – syarat analisis dengan spektrofotometer UV – Vis
• Larutan harus berwarna atau mengandung senyawa organic tak jenuh
• Sinar harus monokromatis
• Larutan harus jernih (tidak keruh)
• Pelarut tidak boleh bereaksi secara kimia dengan sampel yang dianalisis.
Absorptivitas molar diperoleh dari pembagian absorbansi dengan konsentrasi dan panjang larutan
yang dilalui sinar. Pada dasarnya, ini memberikan nilai absorbansi standar - sinar berjalan
sepanjang 1 cm melewati larutan 1 mol dm-3. Nilai absorptivitas molar dapat bervariasi.
Contohnya, etanal memiliki dua puncak serapan dalam spektrum UV-tampak - keduanya dalam
spektrum ultra- violet. Dua puncak serapan ini disebabkan oleh promosi elektron dari pasangan
bebas pada oksigen ke orbital pi anti-ikatan; atau dari orbital pi ikatan ke orbital pi anti-ikatan.
Pemilihan pelarut dalam analisis Uv-vis
• Dapat melarutkan cuplikan
• Dapat meneruskan sinar dari panjang gelombang yang dipakai (tidak boleh m enyerapnya)
• Tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkojugasi pada struktur molekul
• Tidak berwarna
• Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
• Kemurniannya harus tinggi
• Polaritasnya disesuaikan dengan senyawa yang dianalisis (3)

III. PRINSIP

Prinsip kerja Spektrofotometri adalah bila cahaya (monokrommatik maupun campuran)


jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan sebagian diserap
dalam medium itu dan sisanya diteruskan dan interaksi yang terjadi antara energy yang berupa
sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energy yang
diserap tertentu dan menyebabkan electron tereksitasi dari ground state ke keadaan tereksitasi yang
memiliki energy lebih tinggi. (5)
Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak untuk ultra violet
dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari tingkat energi dasar
(ground state) ketingkat energi yang paling tinggi (excited stated). Pengabsorbsian sinar ultra
violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron bonding,
akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam
molekul (3).
Sumber Energi Monokromator Kuvet

Pencatat Amplifier Detekto

Gambar 2. Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Vis (4)


Keterangan:
1. Sumber Energi
Sumber energi yang digunakan berasal dari sumber radiasi. Sumber radiasi yang sesuai untuk
mengukur serapan harus menghasilkan spektrum yang kontinu dengan intensitas yang sama pada
keseluruhan range panjang gelombang. Sumber radiasi ultraviolet berasal dari lampu hidrogen
(H2) dan lampu deuterium (D2) (160-380 nm), sedangkan sumber radiasi Visible (tampak) berasal
dari lampu tungsten (320-2400 nm) (5).

2. Monokromator
Monokromator adalah alat untuk mengubah radiasi polikromatik menjadi panjang gelombang
tunggal (monokromatik) menggunakan kisi difraksi atau prisma (5).

3. Kuvet
Kuvet digunakan sebagai tempat sampel. Pada pengukuran di daerah visibel, digunakan kuvet
kaca atau kuvet kaca corex. Sedangkan pada pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang
terbuat dari bahan kuarsa karena gelas tidak tembus pada daerah ini
IV. ALAT DAN BAHAN

Bahan Praktikum :

- Methylen blue

- Paracetamol

- NaOH 0,1 N

- Ekstrak daun akar kaik-kaik

- Alcl2

- Na. Asetat

- Aquadest

Alat-Alat Praktikum :

- Spektrofotometri Uv-vis

- Kuvet

- Buret

- Beker glass

- Labu ukur

- Pipet tetes (3)


JURNAL AKHIR
PENGUJIAN I
Penentuan Kadar Metilen Blue Dalam Sample Menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yangg digunakan :


- Spektrofotometri Uv-Vis
- Kuvet
- Buret
- Beker Glass
- Labu ukur
- Pipet Tetes dan Pipet Filler Safety Ball

Bahan yang digunakan :


- Methylen Blue
- Aqua Dest

B. PROSEDUR

Penggunaan Aplikasi UV Probe


Menentukan panjang gelombang:
1) Klik tab Spectrum
2) Pada Spectrum Method ganti nama dengan nama kelompok
3) Klik connect
4) Klik baselane sesuaikan WL ( larutan jernih 200-400 dan larutan berwarna 400-800)
5) Masukan larutan dengan ppm tertinggi masukan kedalam alat, klik start
6) Klik peak pick dan didapat hasil
7) Klik menu file dan save as tulis nama kelompok.
8) Klik menu Photometric
9) Bilas kuvet dengan aquadest
10) Klik Autozero tunggu dan buang aquadest
11) Isi Photometric Method dengan panjang gelombang yg sebelumnya didapat
12) Isi Standart Table, kolom Sample ID isi 1-5 ppm dan kolom Conc isi dengan 1-5
13) Masukan sampel 1 ppm kedalam kuvet dan klik Read Standart
14) Lakukan langkah yang sama untuk sampel 2-5 ppm dan larutan sampel
15) Klik kanan di Standard Curve dan ceklis pilihan dibawah ini

16) Isi data di Sample Table dengan nama sampel yang diuji
17) Bilas kuvet dengan sampel dan masukan kedalam alat
18) Hasil akan keluar
19) Klik kanan pada gambar gelombang dan pilih Properties
20) Hasil akan keluar dan simpan
Metode kurva standar

1. Pembuatan larutan induk 1000 ppm dalam labu 100 ml

2. Pembuatan larutan induk 100 ppm dalam labu 100 ml

3. Pembuatan deret standar Methylen blue dengan konsentrasi 1,2,3,4,5 ppm dalam labu
100 ml

 Pembuatan larutan induk Methylen Blue 1000 ppm dalam labu 100 ml

Ppm = Berat / L

1000 mg/L
= Berat / 0,1 L
Berat
= 100 mg ~ 0.1

Cara buat:

1. Timbang Methylen blue 0.1 gr

2. Masukkan ke labu 100 ml Mehtylen blue 100 mg

3. Tambahkan aquadest ad 100 ml, homogenkan

 Pembuatan larutan induk Methylene blue 100 ppm dalam labu 100 ml

1000 ppm = 100 ml x 100 ppm

V1 = 100 ml x 100 ppm / 1000 ppm

V1 = 10 ml

Cara buat:

1. Masukan lautan induk Methylen blue 1000 ppm kedalam buret

2. Masukkan sebanyak 10ml ke dalam labu 100 ml


 Pembuatan larutan deret Methylen blue 1, 2, 3, 4, 5 ppm dalam labu 100 ml

1 ppm 2 ppm

100 ppm = 100 ml x 1 ppm 100 ppm = 100 ml x 2 ppm

V1 = 100 ml x 1 ppm / 100 ppm V1 = 100 ml x 2 ppm / 100

V1 = 1 ml V1 = 2 ml

3 ppm 4 ppm

100 ppm = 100 ml x 3 ppm 100 ppm = 100 ml x 4 ppm

V1 = 100 ml x 3 ppm / 100 ppm V1 = 100 ml x 4 ppm / 100

V1 = 3 ml V1 = 4 ml

5 ppm

100 ppm = 100 ml x 5 ppm

V1 = 100 ml x 5 ppm / 100 ppm

V1 = 5 ml

Prosedur

1. Masukan larutan baku Methylen blue 100 ppm kedalam buret

2. Teteskan ke labu 100 dengan volume sesuai pergitungan diatas

3. Tambah aquadest sampai batas labu

4. Homogenkan
C. HASIL

Methylen Blue
Didapatkan hasil panjang
gelombang sampel Methylen
Blue yaitu Panjang
Gelombang maks:661,50 dan
min: 417,50

Dan hasil pengujian konsentrasi sampel Methylen Blue dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :

Hasil perhitungan konsentrasi sampel Methylen Blue :


D. PEMBAHASAN

Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu penentuan kadar metilen blue dalam sample
menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada pengukuran panjang gelombang maksimum
sampel dengan rentang panjang gelombang 400-800 nm. Larutan deret yang di buat metilen
blue adalah 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm dan 5 ppm. Larutan deret diukur absorbansinya
dengan penentuan panjang gelombang maksimum menggunakan larutan metilen blue 5 ppm
dengan hasil menunjukan 661 dan 417.
Penentuan kadar sampel dengan cara mengukur absorbansi sampel menggunakan panjang
gelombang maksimum. Kemudian dihitung y =ax + b. Dari hasil spektrofotometri dan
perhitungan di dapatkan hasil 22,8669566. Hasil perhitungan konsentrasi sampel adalah
22,8669566 dan regresi yang dihasilkan adalah 0,71225 sedangkan hasil regresi yang baik atau
bagus yaitu mendekati 1 atau 0,9996.
setelah diuji dengan alat di dapat hasil konsentrasi yang tidak sesuai, diakibatkan dari
kurang teliti saat proses menggunakan buret dikarenakan adanya kebocoran pada buret pada
saat digunakan.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum penentuan kadar metilen blue dalam sampel menggunakan
spektrofotometri UV-Vis diperoleh kadar sampel adalah 22,8669566 dan regresi adalah
0,71225. Garis linear yang dihasilkan pada tabel tidak lurus karena pada proses pembuatan dan
pengukuran kurang teliti sehingga hasil akhir yang diperoleh tidak maksimal.
F. SARAN

Usahakan lebih teliti lagi dalam pembuatan sampel maupun deret serta pengukurannya agar
hasil akhir yang diperoleh dapat maksimal dan Lebih ditingkatkan lagi ketelitian dalam
melakukan setiap prosedur dalam praktikum, dan untuk sampel percobaan semoga dapat
disediakan yang sesuai dengan standar.
PENGUJIAN II

Penentuan Kadar Sample Paracetamol Menggunakan Spektrofotometri UV-


Vis

A. TUJUAN

1. Mahasisiwa/mahasisiwi mampu mengoprasikan alat spektrofotometri.


2. Mahasisiwa/ mahasisiwi diharapkan mampu menganalisis kadar paracetamol dengan menggunakan
alat spektrofotometri.

B. PRINSIP

Sampel dengan Spektrofotometer UV/Vis dengan menggunakan parameter kerja yang telah baku pada
alat tersebut. Spektrum yang diperoleh dibandingkan dengan spektrum pembanding larutan baku pada
Spektrofotometer UV/Vis.

C. DASAR TEORI

Parasetamol (PCT) adalah obat analgesik dan antipiretik yang biasa digunakan untuk pengobatan
demam dan sakit kepala. Penentuan dosis parasetamol dalam dunia farmasi sangat penting, karena
overdosis parasetamol dapat menyebabkan nekrosis hepatik keras dan pengaruh keracunan lainnya.
Telah banyak metodologi analitik diusulkan untuk penentuan kadar parasetamol. Salah satu metode
yang telah dikembangkan dalam dua dekade terakhir ini adalah metode optik khususnya metode
spektrofotometri (1).

Metode yang digunakan untuk penetapan kadar parasetamol dalam penelitian ini yaitu metode
spektrofotometri UV-Visible. Spektrofotometri UV-Visible merupakan suatu metode yang tidak baku.
Oleh karena itu, sebelum metode yang digunakan untuk penetapan suatu kadar diterapkan dalam suatu
pengujian laboratorium, terlebih dahulu dilakukan validasi. Validasi metode analisis adalah suatu
tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium, untuk
membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Tetrasari, 2003).
Metode analisis dapat memberikan data yang dipercaya jika memenuhi beberapa parameter validasi
yang telah disyaratkan, yaitu ketelitian (presisi), kecermatan (akurasi), linieritas, batas deteksi (LOD),
batas kuantitasi (LOQ), selektivitas, dan ketangguhan metode.

Parasetamol (4-Acetamidophenol) memiliki struktur kimia seperti pada Gambar 1 dengan berat
molekul 151, 16 g/mol. Parasetamol merupakan salah satu obat yang paling umum digunakan
diberbagai belahan dunia karena khasiatnya yang membantu mencegah nyeri sendi, sakit gigi, sakit
kepala seperti migrain, nyeri otot, dan juga digunakan untuk menurunkan demam yang berasal dari
virus dan bakteri. secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan. Pengertian jamu
dalam

Permenkes No.003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat. Jamu atau obat tradisional kemasan yang diproses secara modern juga sering
menimbulkan asumsi bagi konsumen, seperti penambahan bahan kimia obat lebih banyak terjadi pada
obat tradisional yang dikemas secara modern (2). Kimia obat yang biasanya ditambahkan pada jamu
atau obat tradisional adalah parasetamol. Parasetamol sangat berguna dalam pengobatan demam
setelah asam asetilsalisilat yang telah digunakan sebelumnya dan di banyak negara telah digunakan
sebagai alternatif dari aspirin dan phenasetin.

Metode analisis parasetamol yang sederhana dan selektif serta tidak memerlukan biaya yang mahal
saat pengujian serta tidak memerlukan waktu yang lama dalam mendapatkan hasilnya. Penentuan
parasetamol sendiri sebelumnya sudah dikembangkan dengan berbagai metode. terdapat 4 metode
untuk penentuan parasetamol, baik untuk parasetamol itu sendiri atau berupa campuran dalam sampel
formula dan sampel biologi yaitu metode optik, metode elektroanalitik, metode kromatografi dan
metode titrimetri. Untuk metode titrimetri yang merupakan metode konvensional dan dalam
pelaksanaan memerlukan waktu yang lama serta kurang peka dalam penentuan zat yang kadarnya
relatif kecil. Sedangkan metode kromatografi dan metode elektroanalitik merupakan metode alternatif
yang memiliki kepekaan analisis tinggi namum memerlukan biaya relative mahal (3).
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan untuk analisis parasetamol yang telah dilakukan yaitu
penelitian terbaru ini menunjukkan bahwa penentuan parasetamol dalam tablet dan sampel urin
menggunakan metode spektrofotometri. Penelitian yang berikutnya adalah tentang penentuan secara
simultan parasetamol, fenileprin hidroklorida dan klorfeniramin maleat dalam sediaan farmasi
menggunakan kalibrasi multivariat 1 dengan metode spektrofotometri. Penelitian terbaru ini
menunjukkan bahwa penentuan parasetamol secara elektrokimia dalam kehadiran asam folik pada
elektroda pasta karbon termodifikasi nevirapin menggunakan metode voltametri siklik, penentuan
secara simultan untuk hiosin N-butil bromid dan parasetamol dalam campuran biner dengan metode
RP- HPLC dan metode spektroskopi inframerah fourier transform (FTIR) untuk perhitungan

kuantivikasi langsung kadar parasetamol dalam formulasi farmasi yang padat. Penentuan kadar
parasetamol yang dipilih adalah menggunakan metode spektrofotometri UV/Vis. Hal ini karena
ekonomis, sederhana dan ramah lingkungan Metode ini dapat dilakukan dengan pendekatan untuk
semua masalah dengan penerimaan untuk batas kalibrasi dan limit deteksi yang baik (4).

Banyaknya produk jamu tradisional membuat pemerintah kesulitan melakukan pengawasan secara
rutin. Hal tersebut memberi celah adanya kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh sebagian
produsen yang kurang baik seperti misalnya penambahan bahan kimia obat dengan tujuan agar jamu
yang dikonsumsi segera dirasakan efeknya oleh konsumen sehingga akan menyebabkan tingginya
permintaan. Oleh karena itu untuk mendukung program pengawasan maka perlu ada partisipasi
berbagai kalangan khususnya peneliti. Karenanya perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar
parasetamol pada beberapa produk jamu asam urat khususnya yang beredar di di kota Denpasar (5).
Metode spektrofotometri UV–Vis merupakan metode yang mudah digunakan, murah, peka dan teliti
(precise) untuk analisis kuantitatif senyawa yang mempunyai gugus kromofor dan auksokrom.
Kemampuan menggunakan metode ini merupakan kompetensi baku yang harus dimiliki sarjana
farmasi. Tetapi, metode ini mempunyai keterbatasan bila digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa
dalam campuran, karena senyawa tidak selektif mengabsorpsi radiasi UV-Vis dan absorban senyawa
dalam campuran bersifat aditif. Beberapa cara perhitungan telah dikembangkan untuk ‘memaksakan’
penggunakan metode ini untuk analisis kuantitatif dua atau lebih senyawa dalam campuran secara
simultan. Diantara cara tersebut antara lain differensial spektrofotometri, berdasarkan spektra
derivatif, menggunakan persamaan simultan maupun berdasarkan absorban pada titik isobestik. Untuk
mempelajari berbagai cara tersebut diperlukan model campuran senyawa yang dapat mewakili
berbagai masalah yang dapat mempengaruhi validitas metode ini bila digunakan.

A. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yangg digunakan :
- Spektrofotometri Uv-Vis
- Kuvet
- Buret
- Beker Glass
- Labu ukur
- Pipet Tetes dan Pipet Filler Safety Ball
Bahan yang digunakan :
- Paracetamol Tab
- NaOH 0,1 N
- Aqua Dest

B. PROSEDUR

Penggunaan Aplikasi UV Probe


Menentukan panjang gelombang:
1) Klik tab Spectrum

2) Pada Spectrum Method ganti nama dengan nama kelompok


3) Klik connect
4) Klik baselane sesuaikan WL ( larutan jernih 200-400 dan larutan berwarna 400-800)
5) Masukan larutan dengan ppm tertinggi masukan kedalam alat, klik start
6) Klik peak pick dan didapat hasil
7) Klik menu file dan save as tulis nama kelompok.
8) Klik menu Photometric
9) Bilas kuvet dengan aquadest
10) Klik Autozero tunggu dan buang aquadest
11) Isi Photometric Method dengan panjang gelombang yg sebelumnya didapat
12) Isi Standart Table, kolom Sample ID isi 1-5 ppm dan kolom Conc isi dengan 1-5
13) Masukan sampel 1 ppm kedalam kuvet dan klik Read Standart
14) Lakukan langkah yang sama untuk sampel 2-5 ppm dan larutan sampel
15) Klik kanan di Standard Curve dan ceklis pilihan dibawah ini

16) Isi data di Sample Table dengan nama sampel yang diuji
17) Bilas kuvet dengan sampel dan masukan kedalam alat
18) Hasil akan keluar
19) Klik kanan pada gambar gelombang dan pilih Properties
20) Hasil akan keluar dan simpan

(Paracetamol 200ppm)
Pembuatan NaOH 0.1 N 100 mL

N = Berat / BE.V

0.1 N = Berat / 40 x 0.01 L

Berat = 0.1 mol/L x 40 gr/mol x 0.01 L

Berat = 0.04 gr

Cara buat:

1. Timbang NaOH 0.04 gr

2. Masukkan ke labu 100 ml

3. Tambahkan aquadest ad 100 ml, homogenkan


Pembuatan larutan induk Paracetamol 200 ppm dalam 100 ml

Ppm = Berat

200 mg/L = Berat / 0,1

Berat = 20 mg ~ 0.02 gr

Prosedur :
1. Timbang standar Paracetamol 0,02gr

2. Masukkan ke labu 100 ml

3. Tambahkan aquadest

4. Paskan sampai tanda tara dengan Aquadest

 Pembuatan larutan deret Paracetamol 10, 20, 30, 40, 50 ppm dalam labu 10 ml

V1 x N1 = V2 x N2

10 ppm 20 ppm

200 ppm = 10 ml x 10 ppm 200 ppm = 10 ml x 20 ppm

V1 = 10 ml x 10 ppm / 200 ppm V1 = 10 ml x 20 ppm / 200

V1 = 0.5 ml V1 = 1 ml

30 ppm 40 ppm

200 ppm = 10 ml x 30 ppm 200 ppm = 10 ml x 40 ppm

V1 = 10 ml x 30 ppm / 200 ppm V1 = 10 ml x 40 ppm / 200

V1 = 1.5 ml V1 = 2 ml

50 ppm

200 ppm = 10 ml x 50 ppm

V1 = 10 ml x 50 ppm / 200 ppm

V1 = 2,5 ml
 Prosedur

1. Masukan larutan baku Paracetamol 200 ppm kedalam bur

2. Teteskan ke labu 10 ml sesua

3. Tambahkan NaOH 0.1 N sebanyak 5 ml

4. Tambah aquadest sampai batas labu

5. Homogenkan

6. Ultrasonic 10 menit
Proses Ultrasoni
 Cara kerja

Sample Paracetamol

1. Siapkan Paracetamol yang sudah di gerus timbang 0,1gr + Aqua dest ad 100ml di
dalam labu ukur
2. Ambil 10ml dari pipet volume masukan dalam labu ukur
3. tambahkan NaOH 2ml

Baku paracetamol :
1. Timbang baku Paracetamol 0.02 gr

2. Tambahkan NaOH 0.1 N 5 ml

3. Tambah aquadest sampai batas labu 100ml

4. Ultrasonik 10 menit untuk menghomogenkan

5. Pipet 10 ml kedalam labu ukur 10 ml masing2 deret

6. Tambahkan NaOH 0.1 N 2 mL ke masing2 deret

7. Lalu tambahkan Aqudest ada 10ml dan Homogenkan

8. Kemudian lakukan pengujian menggunakan alat spektrofotometri

9. Dan lakukan pengujian dgn aplikasi UV probe

10. Tunggu hasil nya dan hitung konsentrasi kurva


C. HASIL

Pengujian 2 Paracetamol :

Didapatkan hasil Panjang gelombang sampel Paracetamol yaitu Panjang gelombang maks;

Hasil pengujian konsentrasi sampel Paracetamol dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Hasil Perhitungan Konsentrasi sampel Paracetamol


D. PEMBAHASAN

Dari pengujian yang telah dilakukan yaitu penentuan kadar paracetamol dalam smaple
menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada pengukuran panjang gelombang maksimum sampel
dengan rentang panjang gelombang 400-800 nm. Larutan deret yang di buat paracetamol adalah
10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm. Larutan deret diukur absorbansinya dengan
penentuan panjang gelombang maksimum paracetamol 257.
Penentuan kadar sampel dengan cara mengukur absorbansi sampel menggunakan panjang
gelombang maksimum. Kemudian dihitung y =ax + b. Dari hasil spektrofotometri dan perhitungan
di dapatkan hasil 34,8543088 dengan regresi 0,04679 dan hasil kurva sample paracetamol 348
ppm.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum penentuan kadar paracetamol dalam sample menggunakan


spektrofotometri UV-Vis diperoleh kadar sampel adalah 34,8533088 dan regresi adalah 0,04679.
Garis linear yang dihasilkan pada tabel tidak lurus karena pada proses pembuatan dan pengukuran
kurang teliti sehingga hasil akhir yang diperoleh tidak maksimal.

F. SARAN

Usahakan lebih teliti lagi dalam pembuatan sampel maupun deret serta pengukurannya
agar hasil akhir yang diperoleh dapat maksimal dan Lebih ditingkatkan lagi ketelitian dalam
melakukan setiap prosedur dalam praktikum, dan untuk sampel percobaan semoga dapat
disediakan yang sesuai dengan standar.
PENGUJIAN III
Pengujian Flavonoid Total Ekstrak Etanol Daun Akar kaik-kaik (Uncaria Cordata Clour)

A. TUJUAN

1. Mahasisiwa/mahasisiwi mampu mengoprasikan alat untuk pengujian plaponoid ekstrak etanol dan
kaik - kaik.

2. Mahasisiwa/ mahasisiwi diharapkan mampu menganalisis plaponoid ekstrak etanol dan kaik -
kaik.

B. PRINSIP

Sampel dengan Spektrofotometer UV/Vis dengan menggunakan parameter kerja yang telah baku pada
alat tersebut. Spektrum yang diperoleh dibandingkan dengan spektrum pembanding larutan baku pada
Spektrofotometer UV/Vis.

C. DASAR TEORI

Akar kaik-kaik (Uncaria cordata (Lour.) Merr.) merupakan tanaman obat yang digunakan secara turun
temurun oleh suku dayak untuk obat diare dan disentri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan flavonoid total serta aktivitas antioksidan dari fraksi aktif daun akar kaikkaik yang
memiliki potensi menyembuhkan diare. Esktrak daun akar kaik-kaik dibuat dengan cara maserasi
menggunakan etanol 70%. Uji flavonoid total dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-
VIS dengan standar baku quersetin. Hasil peneltian menunjukkan fraksi etanol memiliki kadar
flavonoid paling tinggi yaitu 9.08 mg QE/g sample, fraksi n-heksan sebesar 5.21 mg QE/g sample dan
fraksi etil asetat sebesar 3.54 mg QE/g.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan
keanekaragaman yang dimilikinya. Di hutan tropis Indonesia tumbuh sekitar 30.000 spesies tumbuhan
berbunga dan diperkirakan sekitar 3.689 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat. Keragaman
jenis tumbuhan dimanfaatkan masyarakat sebagai obat suatu penyakit dengan cara herbal atau ramuan
yang diracik. Banyak penyakit yang disembuhkan dengan cara herbal, salah satunya dengan Akar
Kaik-Kaik (Uncaira cordata (Lour) Merr).
U. cordata termasuk jenis tumbuhan yang tumbuh dengan cara merambat, memiliki batang yang cukup
kuat. U. cordata (batang menjalar/bajakah) yang dapat merambat dipohon lain, sehingga tidak dapat
dibudidayakan karena akar U. cordata tumbuh di lokasi rimbun dan tidak banyak sinar matahari yang
masuk, kandungannya akan berbeda pula dengan U. cordata yang tumbuh di habitat aslinya. Manfaat
tumbuhan bajakah sebagai obat dibuktikan secara ilmiah dari penelitian oleh tiga siswa SMAN 2
Palangkaraya Kalimantan Tengah, dengan memperoleh medali emas, terbaik seIndonesia dan dipilih
mewakili Indonesia untuk tampil dalam perlombaan tingkat internasional dalam ajang World
Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan atas temuan obat penyembuh kanker dengan
bahan baku alami berupa batang pohon tunggal atau dalam bahasa dayak disebut dengan bajakah yang
diperoleh di hutan Kalimantan Tengah.

Salah satu tanaman obat yang digunakan masyarakat di beberapa negara tropis adalah tumbuhan
genus Uncaria. Sebagian besar tanaman dari genus Uncaria telah digunakan sebagai sumber bahan
obat alam tradisonal. Banyak spesies dari genus Uncaria telah digunakan mengobati spasmolitik,
nyeri, hipertensi, kanker, arthiritis, diabetes, antioksidan dan inflamasi.

Salah satu spesies dari genus Uncaria yang belum banyak dipublikasikan adalah Uncaria cordata
(Lour) Merr. Adapun penelitian terhadap genus Uncaria cordata (Lour) Merr yang telah dilakukan
sebelumnya, yaitu ekstrak metanol yang memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan IC50
sebesar 6,778 μg/mL. Selanjutnya telah dilakukan juga penelitian lain oleh pada ekstrak etil asetat
memberikan efek antiinflamasi pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan pada dosis 200 dan 400
mg/kgBB, sedangkan pada ekstrak etanol daun akar kaik-kaik Uncaria cordata (Lour) Merr
memberikan efek antiinflamasi pada hewan tikus putih dengan dosis 100, 200 dan 400 mg/kgBB.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan pada ekstrak n-heksan memiliki aktivitas antiinflamasi pada
dosis 200 dan 400 mg/kgBB pada tikus putih jantan.

Penelitian lain terhadap daun tumbuhan akar kaik-kaik ini juga dilakukan oleh dari penelitian tersebut
didapatkan bahwa daun tumbuhan Akar kaik-kaik (Uncaria cordata (Lour) Merr) memiliki aktivitas
sebagai sitotoksik dengan senyawa yang diperoleh merupakan senyawa Uc7 golongan terpenoid dan
mempunyai aktivitas sitotoksik kategori yang sangat kuat yaitu 2.57 μg/mL.
Dalam hal pengembangan obat yang berasal dari alam perlu diketahui efek penggunaan obat-obat
tersebut terhadap keamanan di dalam tubuh. Pendekatan penilaian keamanan obat dapat dilakukan
dengan uji toksisitas. Pengujian toksisitas yang harus dilakukan meliputi uji toksisitas akut, tertunda,
subkronik dan kronik. Untuk melihat efek toksik yang ditimbulkan dari penggunaan ekstrak etanol
daun akar kaik-kaik (Uncaria cordata (Lour) Merr) dalam jangka waktu yang singkat perlu dilakukan
uji toksisitas akut. Uji toksisitas akut adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang
muncul dalam waktu yang singkat setelah pemberian sediaan uji yang diberikan secara oral dalam
dosis tunggal, yang diberikan dalam waktu 24 jam.
A. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yangg digunakan :


- Spektrofotometri Uv-Vis
- Kuvet
- Buret
- Beker Glass
- Labu ukur
- Pipet Tetes dan Pipet Filler Safety Ball

Bahan yang digunakan :


- Flavonoid
- Etanol
- Alcl 10%
- Na. Acetat
- Aqua Dest

B. PROSEDUR

Penggunaan Aplikasi UV Probe


Menentukan panjang gelombang:
1) Klik tab Spectrum

2) Pada Spectrum Method ganti nama dengan nama kelompok


3) Klik connect
4) Klik baselane sesuaikan WL ( larutan jernih 200-400 dan larutan berwarna 400-800)
5) Masukan larutan dengan ppm tertinggi masukan kedalam alat, klik start
6) Klik peak pick dan didapat hasil
7) Klik menu file dan save as tulis nama kelompok.
8) Klik menu Photometric
9) Bilas kuvet dengan aquadest
10) Klik Autozero tunggu dan buang aquadest
11) Isi Photometric Method dengan panjang gelombang yg sebelumnya didapat
12) Isi Standart Table, kolom Sample ID isi 1-5 ppm dan kolom Conc isi dengan 1-5
13) Masukan sampel 1 ppm kedalam kuvet dan klik Read Standart
14) Lakukan langkah yang sama untuk sampel 2-5 ppm dan larutan sampel
15) Klik kanan di Standard Curve dan ceklis pilihan dibawah ini

16) Isi data di Sample Table dengan nama sampel yang diuji
17) Bilas kuvet dengan sampel dan masukan kedalam alat
18) Hasil akan keluar
19) Klik kanan pada gambar gelombang dan pilih Properties
20) Hasil akan keluar dan simpan

1. Pembuatan standar Quersetin (100ppm)

25 mg -> labu ukur 250ml -> etanol 96%


ppm mg/L = 25mg/0,25 L = 100 ppm

10 mg -> labu ukur 100ml


10mg/0,1L = 100 ppm

2. Penentuan Panjang Gelombang maksimum larutan deret 45 ppm


3. Pembuatan Larutan deret 25ppm, 35ppm, 45ppm, 55ppm, 65ppm
Konsentrasi Pemepetan Volume
25 2,5 ml 10 ml
35 3,5 ml 10 ml
45 4,5 ml 10 ml
55 5,5 ml 10 ml

65 6,5 ml 10 ml

25 ppm 35 ppm

100 ppm = 10 ml x 25 ppm 100 ppm = 10 ml x 35 ppm

V1 = 10 ml x 25 ppm / 100 ppm V1 = 10 ml x 35 ppm / 100

V1 = 2,5 ml V1 = 3,5 ml

45 ppm 55 ppm

100 ppm = 100 ml x 45 ppm 100 ppm = 100 ml x 55 ppm

V1 = 100 ml x 45 ppm / 100 ppm V1 = 100 ml x 55 ppm / 100

V1 = 4,5 ml V1 = 5,5 ml

65 ppm

100 ppm = 100 ml x 65 ppm

V1 = 100 ml x 65 ppm / 100 ppm

V1 = 6,5 ml

Prosedur :
1) Pipet Larutan Standar Quersetin 100ppm sebanyak 2,5 ppm, 3,5ml, 4,5ml,
5,5ml, 6,5ml dan tambahkan etanol 96% sampai tanda tara
2) Pipet 1 ml masing2 konsentrasi dan masukkan ke dalam tabung RX
3) Tambahkan 3 ml etanol 96%
4) Tambahkan Alcl 10% sebanyak 0,2ml
5) Tambahkan Na. asetat sebanyak 0,2ml
6) Tambahkan Aquadest 5,6ml
7) lalu lakukan pengujian spektrofotometri
8) Tunggu Hasil dan Hitung konsentrasi kurva nya

 Per Alcl2 10% -> 50ml

%b/v = berat/v x 100%


10/100 = berat/50ml x 100/100
Berat = 5 gr

 Na.Acetat 1m -> 50ml


CH3COOHNa
Mr = C = 12 gr/mol
M = gr/Mr x 100/vol (ml) H3 = 1x 3 gr/mol
1 = gr/83 gr/mol x 1000/50ml C = 12 gr/mol
O = 16X2 gr/mol
gr = 83x 1.500/1000 = 4,15 gr Na = 23 gr/mol
+
83 gr/mol
Fg = gr/83 gr/mol x 1000/20 ml
gr = 83 x1 . 20 / 1000 = 1,66 gr

4. Cara Kerja :

Sample Daun kaik-kaik


a) Timbang 1 gr Sample daun kaik-kaik masukan ke dalam labu ukur 100ml
b) Kemudian Tambahkan Aqua dest ad 100ml dan homogenkan

Na.Acetat -> 20ml


a) Timbang Na.Acetat sebanyak 1,66 gr masukan ke dalam labu ukur 20 ml
b) Tambahkan Aqua deest ad 20 ml

Alcl2 (pembuatan Deret)


a) Masukan Alcl2 yg udah dibuat lalu masukan dalam Buret
b) Siapkan labu ukur 10ml untuk masing2 deret
c) Pipet lah Alcl2 ke dalam labu ukur 10ml untuk masing2 deret 2,5ml, 3,5ml, 4,5ml, 5,5ml,
6,5ml
d) Masing-masing deret di Tambahkan etanol ad 10ml dan homogenkan

C. HASIL

Flavonoid

Didapatkan hasil panjang


gelombang sampel Methylen
Blue yaitu Panjang Gelombang
maks:424,50 dan abs: 0,247
Hasil konsentrasi flavonoid Total pada daun akar kaik-kaik

Hasil perhitungan konsentrasi kurva flavonoid

D. PEMBAHASAN

Setelah diuji dengan alat di dapat hasil Panjang gelombang yang tidak sesuai dikarenakan
kondisi bahan baku sampel yang kurang baik, dan hasil konsentrasi tidak sesuai dikarenakan
kurang teliti pada saat pengenceran dan penyaringan sampel.

Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu pengujian flavonoid total Ekstrak Etanol Daun
Akar Kaik-kaik menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada pengukuran panjang gelombang
maksimum sampel dengan rentang panjang gelombang 400-800 nm. Larutan deret yang di buat
metilen blue adalah 25 ppm, 35 ppm, 45 ppm, 55 ppm dan 65 ppm. absorbansi sample
mendapatkan hasil yaitu 0,374.
Penentuan kadar sampel dengan cara mengukur absorbansi sampel menggunakan panjang
gelombang maksimum. Kemudian dihitung y =ax + b. Dari hasil spektrofotometri dan
perhitungan di dapatkan hasil 50,4547822. Hasil perhitungan konsentrasi kurva sampel kadar
Flavonoid Total adalah 5,04547822 dan regresi yang dihasilkan adalah 0,94598 sedangkan
hasil regresi yang baik atau bagus yaitu mendekati 1 atau 0,9996.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum penentuan kadar Flavonoid total Ekstak Daun Akar kaik-kaik
dalam sample menggunakan spektrofotometri UV-Vis diperoleh kadar sampel adalah 50,4547822
dan regresi adalah 0,94598 . Garis linear yang dihasilkan pada tabel tidak lurus karena pada proses
pembuatan dan pengukuran kurang teliti sehingga hasil akhir yang diperoleh tidak maksimal.

Hasil yang tidak sesuai standar, ketidaksesuaian tersebut dipengaruhi banyak penyebab,
tetapi paling banyak dipengaruhi dari kurangnya ketelitian mahasiswa dalam melakukan langkah-
langkah yang telah ditentukan.

F. SARAN

Usahakan lebih teliti lagi dalam pembuatan sampel maupun deret serta pengukurannya agar hasil
akhir yang diperoleh dapat maksimal dan Lebih ditingkatkan lagi ketelitian dalam melakukan
setiap prosedur dalam praktikum, dan untuk sampel percobaan semoga dapat disediakan yang
sesuai dengan standar.
PERCOBAAN III
INDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI SENYAWA ASAM BENZOAT
DENGAN SPEKTROFOTOMETER INFRAMERAH

I. TUJUAN

mahasiswa diharapkan dapat menggunakan dan mengoprasikan peralatan


spektrofotometer inframerah, serta mengidentifikasi gugus fungsi senyawa asam benzoat.

II. TEORI DASAR

Spektrum inframerah terletak pada daerah panjang gelombang 0.78 sampai 1000 m
atau bilangan gelombang 12800-10 cm-1. Dilihat dari segi aplikasi dan instrumentasi spektrum
inframerah dibagi ke dalam tiga jenis radiasi yaitu inframerah dekat, inframerah pertengahan,
dan inframerah jauh. Daerah spektrum infrahmerah dapat dilihat Tabel 2.

Tabel 2. Daerah Spektrum Inframerah

Panjang Gelombang m
Daerah Bilangan Gelombang cm-1

Dekat Petengahan Jauh 0.78 – 2.5 2.5 – 50 50 - 100 12800 – 4000 4000 – 200 200 - 10

Spektum inframerah akan menghasilakan plot antara transmitans dengan bilangan


gelombang/frekuensi. Spektrum polisterina biasnya digunakan untuk kalibrasi karena
menunjukkan banyak puncak tajam yang mempunyai frekuensi tepat dan telah diketahui.

Aplikasi spektroskopi inframerah sangat luas baik untuk analisis kualitatif atau
kuantitatif. Penggunaan yang paling banyak adalah daerah pertengahan 4000-600 cm- 1 atau
dengan panjang gelombang 2.5 sampai 15 m . Kegunaan yang paling penting dari
spektroskopi inframerah adalah untuk identifikasi senyawa organik, karena spektrumnya
sangat kompleks dan terdiri dari banyak puncak-puncak. Spektrum inframerah mempunyai
sifat fisik dan karakteristik yang khas, artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai
spektrum yang berbeda, dan kemungkinan dua senyawa mempunyai spektrum sama adalah
sangat kecil . (6)
Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red) atau spektroskopi
inframerah adalah suatu metode analisis berdasarkan pada prinsip interaksi suatu
senyawa kimia dengan radiasi elektromagnetik yang akan menghasilkan suatu
getaran (vibrasi) dari suatu ikatan kimia poliatomik atau gugus fungsional senyawa
kimia. Teknik ini disebut juga dengan spektroskopi vibrasional. (6)

Spektroskopi FTIR memiliki kemampuan yang cepat dalam menganalisis,


bersifat tidak merusak dan hanya dibutuhkan preparasi sampel yang sederhana.
Spektrofotometer FTIR didasarkan pada ide adanya interferensi radiasi antara 2
berkas sinar untuk menghasilkan suatu interferogram. Interferogram merupakan
sinyal yang dihasilkan sebagai fungsi perubahan pathlenght antara 2 berkas sinar.
Dua domain (jarak dan frekuensi) dapat ditukarbalikkan dengan metode matematis
yang disebut dengan transformasi fourier. (7)

III. PRINSIP

Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan spektrofotometer yang
lainnyayakni interaksi energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah berfokus pada
radiasielektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1, di mana cm-1yang dikenal
sebagaiwavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Untuk
menghasilkanspektrum inframerah, radiasi yang mengandung semua frekuensi di wilayah IR
dilewatkanmelalui sampel. Mereka frekuensi yang diserap muncul sebagai penurunan sinyal
yangterdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai spektrum radiasi dari%
ditransmisikanbersekongkol melawan wavenumber. (6)

IV. ALAT DAN BAHAN

Bahan :

• Sampel: Asam Benzoat atau Vanilin

• KBr

• CCl4 / klorofom

• Tissue

Alat-Alat :

• Spketrofotometer FTIR

• Seperangkat alat pembuat pellet KBr

• Mortar batu agate

• Spatula dan Pinset (3)


PERCOBAAN IV
ANALISIS CAMPURAN SENYAWA ORGANIK DENGAN KROMATOGRAFI GAS-
SPEKTROMETER MASSA

I. TUJUAN

Untuk mengetahui penggunaan dan pengoperasian peralatan GC-MS dan menentukan


kandungan komponen dalam contoh baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan GC-MS.

II. TEORI DASAR

GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode
analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara
kuantitatif dan spektrometri massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit.
Kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS) adalah metode yang
mengkombinasikan kromatografi gas dan spektrometri massa untuk mengidentifikasi senyawa
yang berbeda dalam analisis sampel. Kromatografi gas dan spketometer masa memilki
keunikan masing-masing dimana keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan
menggambungkan kedua teknik tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemamapuan
dalam menganalisis sampel dengan mengambil kelebihan masing-masing teknik dan
meminimalisir kekurangannya.(8)
Kromatografi gas dan spketometer masa dalam banyak hal memiliki banyak kesamaan
dalam tekniknya. Untuk kedua teknik tersebut, sampel yang dibutuhkan dalam bentuk fase
uap, dan keduanya juga sama-sama membutuhkan jumlah sampel yang sedikit ( umumnya
kurang dari 1 ng). Disisi lain, kedua teknik tersebut memiliki perbedaan yang cukup besar
yakni pada kondisi operasinya. Senyawa yang terdapat pada kromatografi gas adalah senyawa
yang digunakan untuk sebagai gas pembawa dalam alat GC dengan tekanan kurang lebih 760
torr, sedangkan spketometer massa beroperasi pada kondisi vakum dengan kondisi tekanan 10-
6
– 10-5 torr. (9)
Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen
penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang
terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.
Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara
mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan
mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam.(9)
Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa. Paduan
keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam pengidentifikasian senyawa yang
dilengakapi dengan struktur molekulnya. (9)
Kromatografi gas ini juga mirip dengan distilasi fraksional, karena kedua proses
memisahkan komponen dari campuran terutama berdasarkan pada perbedaan titik didih (atau
tekanan uap). Namun, distilasi fraksional biasanya digunakan untuk memisahkan komponen-
komponen dari campuran pada skala besar, sedangkan GC dapat digunakan padaskala yang
lebih kecil (yaitu mikro) .(9)
1. Instrumentasi Cromatografy Mass Spectrometry (GCMS)

Rangkaian instrumentasi untuk gas kromatografi dan spekstroskopi massa bergabung


menjadi satu kesatuan rangkaian yang sering disebut dengan GCMS. Secara umum rangkaian
GCMS :

Gambar 1. Diagram Alir Kromatografi Gas-Cair


(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Gas_chromatographydiakses tanggal 12 Des
2011)
Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing instrument pada rangkaian GCMS.
1. Instrumentasi Gas Kromatografi
a. Carrier Gas Supply
Gas pembawa (carrier gas) pada kromatografi gas sangatlah penting. Gas yang dapat
digunakan pada dasarnya haruslah inert, kering, dan bebas oksigen. Kondisi seperti ini
dibutuhkan karena gas pembawa ini dapat saja bereaksi dan dapat mempengaruhi gas yang
akan dipelajari atau diidentifikasi.
b. Control System
Berfungsi mengontrol tekanan dan laju fase gerak yang masuk ke kolom dan mengontrol
suhu oven.
c. Injeksi Sampel (Injection Port)
Sejumlah kecil sampel yang akan dianalisis diinjeksikan pada mesin menggunakan
semprit kecil. Jarum semprit menembus lempengan karet tebal (Lempengan karet ini disebut
septum) yang mana akan mengubah bentuknya kembali secara otomatis ketika semprit ditarik
keluar dari lempengan karet tersebut.
Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Tetapi
kebanyakan senyawa organik berbentuk cairan dan padatan. Oleh karena itu, senyawa yang
berbentuk cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan pemanasan
sebelum masuk dalam kolom. Panas itu terdapat pada tempat injeksi. Namun demikian suhu
tempat injeksi tidak boleh terlalu tinggi, sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena
panas atau penguraian dari senyawa yang akan dianalisa. Kita juga tidak boleh menginjeksikan
cuplikan terlalu banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang
diinjeksikan pada waktu kita mengadakan analisa 0,5 -50 ml gas dan 0,2 - 20 ml untuk cairan
seperti pada gambar di bawah.
d. Oven
Oven digunakan untuk memanaskan column pada temperature tertentu sehingga
mempermudah proses pemisahan komponen sample. Biasanya oven memiliki jangkauan
suhu 30oC – 320oC.
e. Kolom
Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Ada beberapa bentuk kolom,
diantaranya lurus, bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Kolom selalu
merupakan bentuk tabung. Berisi fasa diam, sedangkan fasa bergerak akan lewat didalamnya
sambil membawa sample. Secara umum terdapat 2 jenis kolom, yaitu:
1) Packed column, umumnya terbuat dari glass atau stainless steel coil dengan panjang 1 – 5
m dan diameter kira-kira 5 mm.
2) Capillary column, umumnya terbuat dari purified silicate glass dengan panjang 10-100 m
dan diameter kira-kira 250 mm. Beberapa jenis stationary phase yang sering digunakan:
• Polysiloxanes untuk nonpolar analytes/sample.
• Polyethylene glycol untuk polar analytes/sample.
• Inorganic atau polymer packing untuk sample bersifat small gaseous species.
Ada dua tipe utama kolom dalam kromatografi gas-cair. Tipe pertama, tube panjang dan
tipis berisi material padatan; Tipe kedua, lebih tipis dan memiliki fase diam yang berikatan
dengan pada bagian terdalam permukaannya. Ada tiga hal yang dapat berlangsung pada
molekul tertentu dalam campuran yang diinjeksikan pada kolom:
• Molekul dapat berkondensasi pada fase diam.
• Molekul dapat larut dalam cairan pada permukaan fase diam
• Molekul dapat tetap pada fase gas
2. Instrumentasi Spekstroskopi massa
a. Sumber Ion
Setelah analit melalui kolom kapiler, ia akan diionisasi. Ionisasi pada spektroskopi massa
yang terintegrasi dengan GC ada dua, yakni Electron Impact ionization (EI) atau Chemical
Ionization (CI), yang lebih jauh lagi terbagi menjadi negatif (NCI) dan positif (PCI).
Berikutnya akan dijelaskan ionisasi EI. Ketika analit keluar dari kolom kapiler, ia akan
diionisasi oleh elektron dari filamen tungsten yang diberi tegangan listrik. Ionisasi terjadi
bukan karena tumbukan elektron dan molekul, tapi karena interaksi medan elektron dan
molekul, ketika berdekatan. Hal tersebut menyebabkan satu elektron lepas, sehingga terbetuk
ion molekular M+, yang memiliki massa sama dengan molekul netral, tetapi bermuatan lebih
positif. Adapun perbandingan massa fragmen tersebut dengan muatannya disebut mass to
charge ratio yang disimbolkan M/Z. Ion yang terbentuk akan didorong ke quadrupoles atau
mass filter. Quadrupoles berupa empat elektromagnet.
b. Filter
Selama ion melui rangkaian spekstroskopi massa, ion-ion ini melalui rangkaian
elektromagnetik yang menyaring ion berdasarkan perbedaan masa. Para ilmuwan memisahkan
komponen-komponen massa untuk kemudian dipilih yang mana yang boleh melanjutkan yang
mana yang tidak (prinsip penyaringan). Filter ini terus menyaring ion-ion yang berasal dari
sumber ion untuk kemudian diteruskan ke detektor.
c. Detektor
Ada beberapa tipe detektor yang biasa digunakan. Detektor ionisasi nyala dijelaskan pada
bagian bawah penjelasan ini, merupakan detektor yang umum dan lebih mudah untuk
dijelaskan daripada detektor alternatif lainnya.
Detektor terdiri atas High Energy Dynodes (HED) dan Electron Multiplier (EM)
detector. Ion positif menuju HED, menyebabkan elektron terlepas. Elektron kemudian menuju
kutub yang lebih positif, yakni ujung tanduk EM. Ketika elektron menyinggung sisi EM, maka
akan lebih banyak lagi elektron yang terlepas, menyebabkan sebuah arus/aliran. Kemudian
sinyal arus dibuat oleh detektor proporsional terhadap jumlah ion yang menuju detektor.
d. Recorder
Berfungsi merekam hasil dan mencetaknya pada sebuah grafik. Hasil detektor akan
direkam sebagai urutan puncak-puncak; setiap puncak mewakili satu senyawa dalam campuran
yang melalui detektor. Sepanjang anda mengontrol secara hati-hati kondisi dalam kolom, anda
dapat menggunakan waktu retensi untuk membantu mengidentifikasi senyawa yang tampak-
tentu saja anda atau seseorang lain telah menganalisa senyawa murni dari berbagai senyawa
pada kondisi yang sama.
Karakteristik Analisis
1. Limitasi/Batasan
Secara umum, penggunaan metode GC-MS hanya terbatas untuk senyawa dengan
tekanan uap berkisar10-10 torr. Kebanyakan senyawa dengan tekanan lebih rendah hanya dapat
dianalisis jika senyawa tersebut merupakan senyawa turunan (contoh , trimetilsili eter).
Penentuan penentuan gugus fungsional pada cincin aromatic masih sulit. Untuk senyawa
isomer tidak dapat dibedakan oleh spketometer (sebagai contoh : naftalena vs azulena), tapi
dapat dipisahkan dengan kromatograpi.
2. Sensivitas dan Batas Deteksi
Bergantung pada faktor pelarutan dan metode ionisasi, sebuah ekstrak dengan 0,1 – 100
ng dari setiap komponen mungkin dibutuhkan agar sesuai jumlah yang diinjeksikan.
3. Perbandingan dengan Teknik lainnya
• IR spketometer dapat menyediakan informasi posisi aromatic isomer dimana GC-MS tidak
bisa; namun IR biasanya lebih rendah sensitivitasnya sebesar 2 – 4.
• NMR (nuclear magnetic resonance) spektrometri dapat memberikan informasi rinci pada
konformasi molekuler ekstrak; namun biasanya NMR lebih rendah sensivitasnya sebesar 2-4.
4. Sampel
Keadaan sampel harus dalam keadaan larutan untuk diijeksikan ke dalam kromatografi.
Pelarut harus bersifat volatile dan organic (sebagai contoh heksana atau dikllorometana).
Jumlah sampel bergantung pada metode ionisasi yang dilakukan, biasanya yang sering
digunakan untuk analisis sensivitas adalah sebesar 1 – 100 pg per komponen.
5. Informasi analitikal
GC-MS digunakan untuk identifikasi kualitatif dan pengukuran kuantitatif dari
komponen individual dalam senyawa campuran kompleks. Terdapat perbedaan strategi analisis
data untuk aplikasi keduanya.
6. Keunggulan dari metode ini adalah sebagai berikut :
a. Efisien, resolusi tinggi sehingga dapat digunakan untuk menganalisa partikel
berukuran sangat kecil seperti polutan dalam udara
b. Aliran fasa bergerak (gas) sangat terkontrol dan kecepatannya tetap.
c. Pemisahan fisik terjadi didalam kolom yang jenisnya banyak sekali, panjang dan
temperaturnya dapat diatur.
d. Banyak sekali macam detektor yang dapat dipakai pada kromatografi gas (saat ini
dikenal 13 macam detektor) dan respons detektor adalah proporsional dengan
jumlah tiap komponen yang keluar dari kolom.
e. Sangat mudah terjadi pencampuran uap sampel kedalam fasa bergerak.
f. Kromatograf sangat mudah digabung dengan instrumen fisika-kimia yang lainnya,
contohnya GC/FT-IR/MS.
g. Analisis cepat, biasanya hanya dalam hitungan menit.
h. Tidak merusak sampel.
i. Sensitivitas tinggi sehingga dapat memisahkan berbagai senyawa yang saling
bercampur dan mampu menganalisa berbagai senyawa meskipun dalam
kadar/konsentrasi rendah. Seperti dalam udara, terdapat berbagai macam senyawa
yang saling bercampur dan dengan ukuran partikel/molekul yang sangat kecil.
2. Kekurangan dari metode ini adalah sebagai berikut :
a. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap
b. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam
jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada
tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton
sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
c. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap
fase diam dan zat terlarut.
1. Kromatografi Gas (Gas Chromatography)
Kromatografi gas (GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam kimia
organik untuk pemisahan dan analisis. GC dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari
bahan tertentu, atau memisahkan berbagai komponen dari campuran. Dalam beberapa situasi,
GC dapat membantu dalam mengidentifikasi sebuah senyawa kompleks.
Dalam kromatografi gas, fase yang bergerak (atau "mobile phase") adalah sebuah
operator gas, yang biasanya gas murni seperti helium atau yang tidak reactive seperti gas
nitrogen. Stationary atau fasa diam merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau polimer
yang mendukung gas murni, di dalam bagian dari sistem pipa-pipa kaca atau logam yang
disebut kolom. Instrumen yang digunakan untuk melakukan kromatografi gas disebut gas
chromatograph (atau "aerograph", "gas pemisah").
2. Spektroskopi Massa (Mass Spectrometry)
Umumnya spektrum massa diperoleh dengan mengubah senyawa suatu sample menjadi
ion-ion yang bergerak cepat yang dipisahkan berdasarkan perbandingan massa terhadap
muatan.
Spektroskopi massa mampu menghasilkan berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion
tersebut menjadi spektum yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan dan
merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Umumnya hanya ion positif yang
dipelajari karena ion negative yang dihasilkan dari sumber tumbukan umumnya sedikit.
3. Kombinasi GCMS
Saat GC dikombinasikan dengan MS, akan didapatkan sebuah metode analisis yang
sangat bagus. Peneliti dapat menganalisis larutan organik, memasukkannya ke dalam
instrumen, memisahkannya menjadi komponen tinggal dan langsung mengidentifikasi larutan
tersebut. Selanjutnya, peneliti dapat menghitung analisa kuantitatif dari masing-masing
komponen. Pada Gambar 4, sumbu z menyatakan kelimpahan senyawa, sumbu x menyatakan
spektrum kromatografi, dan sumbu y menyatakan spektrum spektroskopi massa. Untuk
menghitung masing-masing metode dapat divisualisasikan ke dalam grafik dua dimensi.
4. Metode Analisis Cromatografy Mass Spectrometry (GCMS)
Pada metode analisis GCMS (Gas Cromatografy Mass Spektroscopy) adalah dengan
membaca spektra yang terdapat pada kedua metode yang digabung tersebut. Pada spektra GC
jika terdapat bahwa dari sampel mengandung banyak senyawa, yaitu terlihat dari banyaknya
puncak (peak) dalam spektra GC tersebut. Berdasarkan data waktu retensi yang sudah diketahui
dari literatur, bisa diketahui senyawa apa saja yang ada dalam sampel.
Selanjutnya adalah dengan memasukkan senyawa yang diduga tersebut ke dalam
instrumen spektroskopi massa. Hal ini dapat dilakukan karena salah satu kegunaan dari
kromatografi gas adalah untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu sampel. Setelah itu,
didapat hasil dari spektra spektroskopi massa pada grafik yang berbeda.
Informasi yang diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam instrumen GC/MS
adalah tak lain hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC, informasi terpenting yang
didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Sedangkan untuk spektra
MS, bisa diperoleh informasi mengenai massa molekul relatif dari senyawa sampel tersbut.
Tahap-tahap suatu rancangan penelitian GC/MS:
3. Sample preparation
4. Derivatisation
5. Injeksi
Menginjeksikan campuran larutan ke kolom GC lewat heated injection port. GC/MS
kurang cocok untuk analisa senyawa labil pada suhu tinggi karena akan terdekomposisi pada
awal pemisahan.
6. GC separation
Campuran dibawa gas pembawa (biasanya Helium) dengan laju alir tertentu melewati
kolom GC yang dipanaskan dalam pemanas. Kolom GC memiliki cairan pelapis (fasa diam)
yang inert.
7. MS detector
Aspek kualitatif : lebih dari 275.000 spektra massa dari senyawa yang tidak diketahui
dapat teridentifikasi dengan referensi komputerisasi.
Aspek kuantitatif : dengan membandingkan kurva standar dari senyawa yang diketahui
dapat diketahui kuantitas dari senyawa yang tidak diketahui.
8. Scanning
Spektra massa dicatat secara reguler dalam interval 0,5-1 detik selama pemisahan GC
dan disimpan dalam sistem instrumen data untuk digunakan dalam analisis. Spektra massa
berupa fingerprint ini dapat dibandingkan dengan acuan. (9)

III. PRINSIP

Prinsip dari GC-MS yaitu terdiri dari dua blok bangunan utama: kromatografi gas dan
spektrometer massa. Kromatografi gas menggunakan kolom kapiler yang tergantung pada
dimensi kolom itu (panjang, diameter, ketebalan film) serta sifat fase (misalnya 5% fenil
polisiloksan). Perbedaan sifat kimia antara molekul-molekul yang berbeda dalam suatu
campuran dipisahkan dari molekul dengan melewatkan sampel sepanjang kolom. Molekul-
molekul memerlukan jumlah waktu yang berbeda (disebut waktu retensi) untuk keluar dari
kromatografi gas, dan ini memungkinkan spektrometer massa untuk menangkap, ionisasi,
mempercepat, membelokkan, dan mendeteksi molekul terionisasi secara terpisah.
Spektrometer massa melakukan hal ini dengan memecah masing-masing molekul menjadi
terionisasi mendeteksi fragmen menggunakan massa untuk mengisi rasio. (8)

IV. BAHAN DAN ALAT

Bahan Praktikum :
- larutan benzena dan toluena
- Benzena
- Toluen
Alat-alat Praktikum :
- Seperangkat alat GC-MS(3)
PERCOBAAN V
ANALISIS DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

I. TUJUAN

Mahasiswa mengetahui penggunaan dan pengoperasian peralatan kromatografi cair


kinerja tinggi dan menentukan kandungan komponen dalam contoh secara kualitatif dan
kuantitatif senyawaan dalam campuran dengan kromatografi cair kinerja tinggi.

II. TEORI DASAR

Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT, dan berasal dari terjemahan High
Perfomance Liquid Chromatography atau HPLC. Kromatografi ini termasuk kromatografi
kolom yang fase geraknya berupa cairan dan dialirkan berdasar kekuatan dari tekanan yang
diberikan. Berdasarkan fase gerak yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu gas chromatography dan liquid chromatography. Tujuan analisa
dengan kromatografi adalah pemisahan komponen zat dalam campuran (pemurnian),
identifikasi, analisa kualitatif, analisa kuantitatif dan untuk preparatif. (10)

Kromatografi Cair Kinerja tinggi atau disingkat KCKT adalah istilah yang popular di
Indonesia. Beberapa pihak hanya memberi istilah LC (Liquid Chromatography). Di dunia
Internasional digunakan istilah HPLC yang mempunyai dualisme pengertian, yaitu:

1. High Performance Liquid Chromatography


2. High Pressure Liquid Chromatography

Kromatografi merupakan salah satu metode analisis yang perkembangannya dapat


dikatakan sangat pesat. Didalam kromatografi tercakup sekaligus metode pemisahan dan
metode penentuan baik secara kualitatif dan kuantitatif. Kromatografi secara umum adalah
suatu metode pemisahan cuplikan diantara dua fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat
berupa zat padat atau cair, sedangkan fase geraknya dapat berupa gas atau zat cair. Bila
fase gerak yang digunakan adalah zat cair maka metode ini dinamakan dengan
kromatografi cair. Bila fase gerak yang digunakan berupa cairan yang digerakkan dengan
cepat dengan bantuan tekanan dan hasilnya dideteksi dengan instrumen, proses ini disebut
dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Fungsi fase gerak membawa analit untuk masuk
dan keluar dari kolom. Pertimbangan pada pemilihan fase gerak, antara lain: sifat dan
polaritas analit/sampel, serta polaritas pelarut. KCKT bila ditinjau dari system peralatannya
termasuk kromatografi kolom karena dipakai fase diam yang diisikan di dalam kolom.
Namun bila ditinjau dari proses pemisahannya dapat digolongkan kromatografi absorpsi
(partisi) tergantung pada butiran-butiran yang sebagai ada dalam kolom. (10)

Keuntungan KCKT antara lain:

1. Waktu analisa singka


2. Daya pisah baik
3. Peka
4. Kolom dapat dipakai kembali
5. Dapat digunakan untuk molekul yang besar dan kecil
6. Mudah memperoleh kembali cuplikan

Kerugian HPLC, antara lain:

1. hanya untuk senyawa yang dapat larut dalam fase gerak


2. mahal
3. dan perlu perawatan. (10)

Metode HPLC dapat digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif. Untuk analisa
kualitatif dengan membandingkan kromatogram sample dengan kromatogram baku
pembanding berdasarkan waktu retensinya. Sedangkan untuk analisa kuantitatif dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan :

Cx = Ax / Ap X Cp

Keterangan :
A = Peak area = Luas puncak
C = Konsentrasi
X = sample
P = Pembanding

Atau dapat pula ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan standar.
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu :

a) Fase Normal HPLC

HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun disebut
normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan partikel silika yang
sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah kolom sederhana memiliki
diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan kurang dari nilai ini) dengan panjang 120 nm-
250 nm.

Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada
silika yang polar dibanding dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa
yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom. Apabila pasangan fasa diam
lebih polar daripada fasa geraknya maka sistem ini disebut HPLC fase normal.

b) Fase Balik HPLC

Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi non
polar melalui pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang pada permukaannya secara
sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini, akan terdapat interaksi yang
kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi
yang terjadi tidak sekuat interaksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada
silika (fasa diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul-
molekul polar akan lebih cepat bergerak melalui kolom. Sedangkan molekul-molekul non
polar akan bergerak lambat karena interaksi dengan gugus hidrokarbon.

B. Instrumen KCKT

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi terdiri dari beberapa komponen antara lain:

4. Fasa Gerak

Fasa gerak dari HPLC merupakan zat cair yang disebut eluen atau pelarut. Dalam
HPLC fasa gerak selain berfungsi untuk membawa komponen-komponen campuran
menuju ke detektor, selain itu juga dapat berinteraksi dengan solut-solut. Oleh karena itu,
fasa gerak dalam HPLC merupakan salah satu faktor penetu keberhasilan proses
pemisahan. Persyaratan zat cair yang akan digunakan sebagai fasa gerak sebagai berikut:

1) Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan
dianalisis
2) Zat cair harus murni, untuk menghindari masuknya kotoran yang dapat
mengganggu interpretasi kromatogram
3) Zat cair harus jernih, untuk meghindari penyumbatan pada kolom. Biasanya pelarut
disaring denan saringan nylon berukuran diameter pori 0,45 μm
4) Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar dan tidak beracun.
5) Zat cair tidak kental dan harus sesuai dengan detector. Untuk detector UV, pelarut
tidak boleh menyerap cahaya pada panang gelombang yang dipakai. (10)

Fasa gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari
partikel-partikel kecil. Selain itu adanya gas dalam fasa gerak juga harus dihilangkan, sebab
adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama do pompa dan detektor
sehingga akan mengacaukan analisis. Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik
(komposisi fasa gerak tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase
gerak berubah-ubah selama elusi) yang analog dengan pemrograman suhu pada
kromatografi gas. Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang
kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas. Fase gerak yang
paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan
buffer dengan metanol atua campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase
normal, fasa gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut
hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis
alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding fase terbalik.

Pemilihan fase gerak merupakan hal yang kritis dalam keberhasilan pemisahan.
Pemilihan fase gerak banyak dilandasi eksperimen trial- and error dengan berbagai jenis
dan komposisi pelarut hingga diperoleh kromatogram yang diharapkan. Biasanya beberapa
pelarut atau kombinasi pelarut dapat ditemukan untuk memberikan factor kapasitas yang
cocok. Pemilihan pelarut juga bergantung pada factor selektivitas (α) untuk komponen
cuplikan.

5. Pompa
Pompa dalam HPLC dianalogikan dengan jantung pad manusia yang berfungsi untuk
mengalirkan fase gerak cair yang berisi serbuk halus. Digunakan pompa bertekanan tinggi
dalam metode ini sebagai akibat penggunaan fasa gerak yang berupa zat cair yang akan
sukar mengalir dalam kolom yang dipadatkan dengan serbuk halus. Oleh karena itu, agar
zat cair dapat melewati kolom secara tepat maka dibutuhkan bantuan pompa yang
bertekana tinggi.

Pompa KCKT dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pompa tekanan tetap dan pompa
volume tetap. Pompa umumnya terbuat dari bahan gelas, baja, teflon dan batu nilam.
Pompa yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:

1. Dapat memompakan fase gerak secara konstan (0,1–10 ml/menit)


2. Dapat memberikan tekanan yan cukup tinggi sampai 600psi

c. Memberikan fluktuasi tekanan yang cukup tinggi

4. Memberikan ganguan (derau) yang rendah


5. Bahan tahan korosi
6. Cara kerja sederhana
7. Cukup lembam terhadap pelarut-pelerut yang umum digunakan

Dikenal ada 3 jenis pompayang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan yaitu
pompa reciprocating, displacement dan pneumatic.

2. Injektor

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikan secara langsung ke dalam fase gerak yang
mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari
tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop)
internal atau eksternal.

Salah satu jenis penyuntik untuk memasukan sampel ke dalam sistem (kolom)
kromatografi adalah penyuntik loop. Dalam prakteknya, loop tidak perlu diisi penuh, tapi
bila tidak diisi penuh akan mengakibatkan lebih jeleknya presisi hasil eksperimen dan
ketergantungan presisi tersebut kepada bagaimana si-operator menggunakan penyuntik.
Oleh sebab itu terkadang factor ketidaktepatan pengukuran HPLC terletak pada
keterulangan pemasukan cuplikan dalam packing kolom.

3. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stailess steel, akan tetapi ada juga

yang terbuat dari gelas berdinding tebal mempunyai diameter internal 4- 10 mm dan
panjang 5-30 cm. kolom dibuat dengan diameter yang sangat kecil dengan tujuan agar:
lebih peka, menghemat bahan pengembang, memperluas kemampuan detektor dan
memungkinkan menganalis sampel dengan jumlah yang kecil.

Kolom yang baik mempunyai daya pisah (resolusi) yang baik, resolusi adalah
parameter yang menunjukkan apakah dua komponen terpisah dengan baik atau tidak.
Pemisahan yang baik ditandai dengan puncak- puncak yang terpisah sampai garis dasar
dan bentuk runcing. Daya pisah diidentifikasikan sebagai jarak antara puncak dibagi
rata-rata dan puncak yang diukur pada alas puncak. Kolom utama berisi fasa diam, tepat
terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-komponen. Bergantung
keperluannya kolom utama dapat digunakan untuk analisis atau preparatif setiap
komponen yang keluar kolom ditampung pada tabung yang berbeda dan keluaran
HPLC dihubungkan dengan fraction colector selain kolom utama dikenal pula kolom
pengaman.

Kolom utama berisi fasa dian dan jenisnya bervariasi bergantung pada
keperluan, misalnya dikenal kolom C8, C-18, cyanopropyl, dan penukar ion. Kolom
utama untuk HPLC biasanya berukuran panjang berkisar antara 5-30 cm dan diameter
dalam berkisar 4,5–10 mm. Kolom pengaman (guard coloumn) disebut juga pra-kolom
karena letaknya sebelum sistem pemasukan cuplikan. Kolom ini berukuran pendek 5
cm dengan diameter 4,6 mm biasanya dipaking dengan partikel silika berukuran besar
dari ukuran partikel kolom utama. Kolom pengaman mempunyai dua fungsi yaitu:
menyaring kotoran yang terbawa oleh fasa gerak dan untuk menjenuhkan fasa gerak
dalam rangka menghindarkan terjadinya erosi fasa diam oleh aliran pelarut.

Kolom merupakan bagian dari KCKT yang berfungsi untuk memisahkan


masing-masing komponen. Keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada
pilhan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok
:

a. Kolom analitik

Garis tengah dalam 2-6 mm, panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk
kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50-100 cm, untuk kemasan mikropartikel
berpori biasanya 10-30 cm.

b. Kolom preparatif

Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar, dan panjang 25-100 cm.
Pengisi Kolom dapat berupa: Oktil Silan(C8), Okta Desil Silan (C18), silica, senyawa
Sianida dan senyawa lain. Pertimbangan pemilihan Kolom, antara lain: sifat analit, isi
Kolom, efisiensi Kolom, panjang Kolom, diameter kolom, tekanan dalam Kolom, serta
informasi dari pustaka,kolega dan produsen .

c. Detektor

Detektor berfungsi untuk mendeteksi komponen yang ada dalam eluat dan
mengukur jumlahnya. Idealnya detektor harus mempunyai sensitifitas yang baik
terhadap semua komponen yang ada dalam eluat. Macam-macam detektor antara lain:
detektor Fotometrik, detektor Elektrokimia, detektor Indeks Bias, detektor
Konduktivitas.

Pertimbangan pemilihan detektor, antara lain: sensitivitas, linieritas,


reprodusibel, mudah dioperasikan, mudah dalam perawatan, rekorder atau integrator.
Ketika linarut meninggalkan kolom, konsentrasinya di dalam kolom diukur oleh
detektor dan sinyal yang terbentuk dimasukkan ke dalam alat perekam (rekorder).
Integrator elektronik mengubah sinyal kromatografi menjadi bentuk angka secara
otomatis dengan sangat tepat.

Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel.


2. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar
yang sangat kecil.
3. Stabil dalam pengopersiannya.
4. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran
pita.
5. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran
yang luas (kisaran dinamis linier).
6. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.

2) Setelah detektor dihidupkan, tunggu beberapa lama sebelum digunakan sampai


detektor stabil.

3) Bila digunakan lebih dari satu detektor yang dipasang berurutan, maka tempatkanlah
detektor indeks bias pada urutan terakhir.

4) Untuk saluran pembuangan, gunakanlah selang teflon berdiameter dalam (inner


diameter) yang besar tapi pendek.

5) Tempatkan detektor pada kondisi suhu yang Ada dua jenis detektor yaitu detektor
universal, yaitu detektor yang peka terhadap golongan senyawa apapun kecuali
pelarutnya. Dan detektor selektif, adalah detektor yang peka terhadap golongan
senyawa tertentu saja.

C. FASE DIAM DAN FASE GERAK

Fase diam dapat berupa zat padat yang berfungsi sebagai medium yang
menyerap atau permukaan zat cair yang terdapat dalam sejenis zat padat. Fase diam
yang digunakan adalah: Oktil Silan(C8), Okta Desil Silan (C18), silica, senyawa
Sianida dan senyawa lain.

Fase diam dan fase gerak yang digunakan tergantung pada mekanisme
pemisahan yang dipilih. Jenis mekanisme pemisahan dipilih berdasarkan sifat- sifat dan
karakteristik dari komponen yang akan dipisahkan.

Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pemilihan fase diam adalah:
Sifat kimia sampel, ukuran partikel dasar penyusun kolom dan dimensi kolom
D. SKEMA INSTRUMENTASI

Secara skematik penggunaan alat KCKT dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Keterangan:

a. Fase gerak
b. Penyaring
c. Sistem pompa bertekanan tinggi
d. Injektor
e. Pengatur suhu
f. Kolom Analisis
g. Detektor
h. Rekorder
i. Penampung Eluat (10)

III. PRINSIP
Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit berdasarkan kepolarannya,
setiap campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan direkam dalam bentuk
kromatogram. Dimana jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak
menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran.(10)

IV. ALAT DAN BAHAN

Bahan Praktikum :

- Larutan toluena dan benzena


- aquabides
- metanol grade for HPLC
- Kloroform

Alat-Alat Praktikum :

- Labu ukur 10mL

Seperangkat alat HPLC (3)


PERCOBAAN VI

INTERPRETASI SPEKTRUM 1H-NMR

I. TUJUAN

Mahasiswa memahami dan mampu menginterpretasikan data spektrum 1H-NMR

II. TEORI DASAR

Spektrum dalam Hasil Analisis 1 H-NMR Spektroskopi H-NMR adalah metode analisis
yang digunakan untuk menentukan struktur suatu senyawa berdasarkan jenis proton atau
hidrogen. Spektrum 1H- NMR memberikan informasi mengenai jumlah jenis proton dalam
suatu senyawa dan sifat lingkungan dari masing-masing jenis proton hidrogen. Menurut
Harwood dan Claridge. (11)

ada beberapa informasi penting yang muncul berikut : dalam spektrum 1H-NMR, Adapun
sebagai sebagai berikut :

1. Resonansi proton didistribusikan di sepanjang sumbu frekuensi. Setiap proton


berada dalam lingkungan kimia yang berbeda yang ditandai dengan pergeseran
kimianya (δ).
2. Puncak yang berbeda dalam spektrum dapat dilihat muncul dengan intensitas yang
berbeda yang terkait dengan jumlah proton yang menimbulkan sinyal.
3. Beberapa resonansi proton dapat berinteraksi dengan atom tetangga. Tingkat
interaksi atau kopling ditunjukkan oleh konstanta kopling (J). (11)
Gambar 1.Pergeseran kimia (δ) dari spektrum 1H-NMR Sumber: Mcmurry 9th Edition

Puncak penyerapan yang muncul dalam spektrum 1H-NMR diwakili oleh perbedaan
frekuensi resonansi nukleus terhadap standar dalam satuan ppm atau pergeseran kimia (δ).
Nilai pergeseran kimia (δ) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:

1. Efek induktif
2. Anisotropi ikatan
3. Pembentukan ikatan hidrogen.

Skema puncak spektral 1H-NMR untuk berbagai jenis penyerapan proton ditunjukkan pada
Gambar 1 .

Gambar 1 menunjukkan bahwa efek induktif atom elektronegatif seperti oksigen dan
nitrogen menyebabkan puncak muncul dalam pergeseran kimia besar, yang dikenal sebagai
de-shielded. Hal ini dapat terjadi karena atom elektronegatif seperti O memiliki arah
sirkulasi awan elektron searah dengan magnet eksternal field, sehingga memberikan efek
induksi medan magnet. Selain efek induksi dari keberadaan atom elektronegatif seperti N
dan O, pergeseran kimia juga dipengaruhi oleh anisotropi ikatan kimia, seperti senyawa
dengan gugus alkena (C=C), alkin (C≡C), karbonil (C=O), dan aromatik (Ar). Puncak
muncul pada pergeseran kimia yang lebih besar dengan adanya ikatan rangkap.

Berbeda dengan 1H-NMR, puncak penyerapan yang ditunjukkan dalam spektrum 13C-
NMR memberikan informasi struktural berdasarkan pergeseran kimia dari berbagai jenis
karbondalam senyawa kimia. Skema 13puncak spektral C-NMR untuk berbagai jenis
penyerapan proton ditunjukkan pada Gambar 2. Pergeseran kimiawi karbon ditentukan
oleh jenis ikatan karbon itu sendiri. Karbon karbonil (C=O) sangat de-s hielded dan
memiliki nilai pergeseran kimia yang lebih besar, gugus karboksilat dan ester memiliki
nilai pergeseran kimia yang lebih kecil. Gugus keton dan aldehida memiliki nilai
pergeseran kimia sekitar 200 ppm, sedangkan karbon aromatik memiliki nilai pergeseran
kimia antara 110–160 ppm. Karbon dengan ikatan rangkap memiliki nilai pergeseran kimia
antara 100–50 ppm, metine, metilen, dan metil memiliki nilai pergeseran kimia antara 10–
50 ppm. (12)

II. Mengenal Grafik 1H-NMR

Ada enam langkah utama dalam membaca dan menafsirkan spektrum 1H-NMR, yaitu:

1. Langkah 1: Identifikasi jumlah sinyal yang muncul dengan mengamati lingkungan


kimia dari struktur senyawa yang dianalisis. Sinyal yang muncul mewakili
perbedaan lingkungan kimia atom hidrogen dalam suatu molekul. Misalnya,
Gambar 3 menunjukkan struktur senyawa p-cymene.

Gambar 3.Struktur p-cymene

Struktur p-cymene menunjukkan adanya gugus CH dan CH 3 yang berada di lingkungan


kimia yang sama seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Kelompok CH dan CH3 yang
berada di lingkungan kimia yang sama ditunjukkan sebagai satu puncak spektrum sehingga
senyawa p-cymene menimbulkan lima puncak spektral. 1H-NMR .

2. Langkah 2: Identifikasi banyaknya sinyal yang muncul karena adanya proton


tetangga. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui multiplisitas atau pola puncak
yang muncul pada spektrum 1H-NMR. Ingat bahwa terdapat rumus N+1.

Gambar 4. Nilai konstanta kopling (J)

3. Langkah 3: Identifikasi nilai ion terintegrasi sinyal. Integrasi menunjukkan


jumlah relatif H yang diperoleh dari pengukuran panjang setiap puncak. Semakin
besar nilai integrasi, semakin banyak proton yang menghasilkan sinyal
4. Langkah 4: Identifikasi puncak berdasarkan nilai pergeseran kimia (δ). Nilai
pergeseran kimia untuk jenis proton tertentu dalam kelompok tertentu. Nilai
pergeseran kimia (δ) nukleus muncul sebagai akibat dari adanya elektron dalam
molekul yang membentuk efek perisai pada putaran nucleus. Atom dengan nilai
pergeseran kimia TMS rendah atau dekat disebut terlindung (shielded) sedangkan
nilai pergeseran kimia tinggi atau jauh (δ) dengan TMS disebut de-shielded. Nilai
pergeseran kimia (δ) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: (1) efek induktif,
(2) anisotropi ikatan, dan (3) pembentukan ikatan hidrogen. Nilai pergeseran kimia
dalam spektroskopi 1H-NMR ditunjukkan pada Tabel 1.
5. Langkah 5 : Konstanta kopling 13C-1 H memiliki nilai mulai dari 125 hingga 250
Hz tergantung pada karakter ikatan C ke H dan ikatan C dan C. Langkah ini dapat
dilakukan jika data konstanta kopling ditampilkan pada spektrum. Nilai konstanta
kopling ditunjukkan pada Gambar 4. Nilai konstanta kopling (J) pada Gambar 4
mencerminkan keberadaan lingkungan ikatan nukleus. Nilai J proton sangat
spesifik sehingga banyak informasi dapat diambil. Misalnya, ikatan rangkap dapat
mengambil dua bentuk, yaitu cis dan trans. Untuk ikatan rangkap trans memiliki
nilai J antara 12-18 Hz, cis antara 6- 11 Hz, dan geminal antara 0–3 Hz. Nilai J dari
aromatik juga memberikan arti penting informasi tentang posisi gugus fungsi dalam
aromatik. Sinyal proton turunan benzena dengan posisi orto memiliki nilai J 7,5 Hz,
meta sekitar 1,5 Hz dan para memiliki nilai J 0,7 Hz, sedangkan naptalena dengan
posisi orto memiliki nilai J sekitar 8,3, meta 1,3, dan para 0,7 Hz.
6. Langkah 6: Dari langkah 1 - 5, struktur senyawa organik dapat ditentukan. Hasil
analisis digabungkan dan menyimpulkan hasil struktural dari spektrum NMR.
Pertama, setelah number dari jenis proton dan lingkungan kimia proton diketahui
pada langkah 1, rumus molekul berdasarkan ikatannya dengan H dapat ditentukan.
Kedua, analisis perkalian sinyal memberikan informasi tentang berapa banyak atom
hidrogen yang ada dalam atom karbon yang berdekatan. Akhirnya, potongan-
potongan molekul digabungkan untuk membentuk formula struktural untuk
senyawa. Konstanta kopling yang diperoleh pada langkah sebelumnya
menunjukkan interaksi antara proton dan nilai pergeseran kimia yang diperoleh
kemudian dibandingkan dengan nilai tabel pergeseran kimia untuk mengidentifikasi
gugus fungsinya. (11)

III. PRINSIP

Spektroskopi NMR didasarkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti-inti tertentu
dalam molekul organik, apabila molekul tersebut berada dalam medan magnet yang kuat.
Inti atom dianggap sebagai kumpulan partikel dasar (proton dan neutron) yang terikat
bersama melalui gaya inti/nuklir.

IV. ALAT DAN BAHAN

Bahan:

1. FeF3(ferricfluoride).
Alat :

alat NMR yang digunakan merupakan rakitan dari Laboratorium Magnetic Resonance
and Magnetism, KAIST, Korea Selatan.
PERCOBAAN VII
PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA ORGANIK I

I. TUJUAN

Mahasiswa memahami dan menginterpretasikan gabungan data spektrum Inframerah,


1H-NMR dan Massa untuk menentukan struktur suatu senyawa organik.

II. DASAR TEORI

Elusidasi struktur molekul organik dapat dilakukan dengan menggunakan metode


spektroskopi dengan instrumen yang digunakan yaitu: spektrofotometer ultraviolet (UV),
infrared (IR), massa (MS), Nuclear Magnethic Resonance ( 13C-NMR,
1HNMR),Distortionless Enhancement by Polarization Transfer (DEPT), 1H-13C
Heteronuclear Multiple Quantum Coherence (HMQC), 1H-1H Homonuclear Correlated
Spectroscopy (COSY) dan 1H-13C Heteronuclear Multiple Bond 20 Connectivity
(HMBC) dapat mengikuti metodologi seperti bagan dalam . (13)

Spektroskopi ultraviolet. Untuk keperluan penentuan struktur, spektroskopi ultra violet


memiliki kemampuan untuk mengukur jumlah ikatan rangkap atau konyugasiaromatik
dalam suatu molekul.Daerah panjang gelombang dari spektrum ultra violet berkisar 200 -
400 nm. Penyerapan sinar ultra violet oleh suatu molekul akan menghasilkan transisi
diantara tingkat energi elektronik molekul tersebut. Transisi tersebut terjadi pada orbital
ikatan atau pasangan elektron bebas dengan orbital anti ikatan.Sistem (gugus atom) yang
menyebabkan terjadinya absorbsi cahaya disebut kromofor.Transisi elektronik yang
mungkin terjadi secara teoritisdiberikan pada gambar. (5)

Spektroskopi inframerah. Spektrofotometri inframerah lebih banyak digunakan untuk


identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Untuk keperluan elusidasi struktur,
daerah dengan bilangan gelombang 1400 – 4000 cm-1 yang berada dibagian kiri spektrum
IR, merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugusgugusfungsional, yang
merupakan absorbsi dari vibrasi ulur. Selanjutnya daerah yang berada disebelah kanan
bilangan gelombang 1400 cm-1 sering kali sangat rumit karena pada daerah ini terjadi
absorbsi dari vibrasi ulur dan vibrasi tekuk, namun setiap senyawa organik memiliki
absorbsi yang kharakteristik pada daerah ini. Oleh karena itu bagian spektrum ini disebut
daerah sidikjari (fingerprint region).Saat ini ada dua macam instrumen yaitu spektroskopi
IR dan FTIR (Furier Transformation Infra Red). FTIR lebih sensitif dan akurat misalkan
dapat membedakan bentuk cis dan trans, ikatan rangkap terkonyugasi dan terisolasi dan
lain-lain yang dalam spektrofotometer IR tidak dapat dibedakan.(6)

Spektroskopi 1H-NMR. Spektroskopi 1H-NMR cukup banyak digunakan oleh


kimiawan organik. Spektroskopi ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap kelompok
proton (H) dalam molekul organik akan beresonansi pada frekuensi yang tidak identik atau
beresonansi pada frekuensi spesifik. Hal ini disebabkan kelompok proton suatu molekul
organik dikelilingi elektron yang berbeda (lingkungan elektroniknya berbeda). Makin besar
kerapatan elektron yang mengelilingi inti maka makin besar pula medan magnet yang
digunakan. Karena setiap atom H (proton) suatu molekul organik mempunyai lingkungan
elektronik (kimia) yang berbeda maka akan menyebabkan frekuensi resonansi yang
berbeda (Sitorus, 2009). Pergeseran kimia, dilambangkan dengan δ, menyatakan seberapa
jauh (satuan ppm) proton tersebut digeser dari proton standar Tetrametilsilana (TMS)(δ =
0 ppm), terhadap frekuensi spektrometer yang digunakan. Pada skala δ maka untuk TMS
didefinisikan sebagai (0,0 ppm) dengan skala (0-10) ppm. Beberapa spektroskopi
menggunakan skala Ł (tou) yang besarnya adalah (10- δ) ppm.Pada spektroskopi 1H-
NMR, maka skala δ dan Ł dicatat dari kiri ke kanan pada kertas spektrum .(11)

Spektroskopi karbon NMR (13C-NMR).Spektroskopi proton atau 1H memberikan


gambaran atom-atom hidrogen dalam sebuah molekul organik.Spektroskopi karbon-13
atau 13C memberikan gambaran karbon-karbon dalam sebuah molekul organik.Spektra
karbon-13 tidak digunakan meluas seperti spektra proton.Dalam spektroskopi proton yang
dilibatkan adalah isotop yang lazim dan alamiah dari hidrogen, 99,985% atom hidrogen
adalah 1H. Tetapi karbon-13 hanya 1,1% dari atom karbon yang terdapat di alam, karena
98,9% atom karbon adalah 12C, suatu nukleotida yang tidak punya spin. Transisi inti 13C
dari keadaan paralel ke antiparalel hanyalah transisi berenergi rendah. Karena
kelimpahannya di alam hanya 1,1% maka sensitifitas 13C-NMR jauh lebih kecil dari 1H
yang mempunyai kelimpahan 99,98% di alam. Pergeseran kimia 13C antara 0 sampai
dengan 230 ppm yang terbagi atas sp3 antara 0 – 60, alkohol 60 – 80 ppm, sp antara 70 –
80 ppm, sp2 antara 100 – 160 ppm, gugus karbonil dari gugus karboksilat, ester, lakton,
amida, anhidrida, antara 160-180 ppm sedangkan aldehid antara 180 – 200 ppm dan keton
antara 190 – 230 ppm.Bentuk sinyal dari gugus metil (CH3) berbentuk quartet, metilen
(CH2) berbentuk triplet, metin berbentuk doublet sedangkan karbon quartener berbentuk
singlet.(11)

Spektroskopi Distortionless Enhancement by Polarization Transfer (DEPT). Percobaan


DEPT (Distortionless Enhancement by Polarization Transfer) dapat membedakan signal
karbon metil, metilen, metin dan karbon quarterner. Karbon metil dan metin menunjuk ke
atas, karbon metilen ke bawah dan karbon quarterner hilang. Spektroskopi NMR DEPT
memiliki 3 sub-spektrum yang berbeda: 45 MHz, 90 MHz dan 135 MHz. Pada DEPT-45
akan menunjukkan seluruh puncak atom karbon yang mengemban proton (hidrogen). Pada
DEPT-90, puncak yang ditunjukkan hanya untuk atom karbon gugus metin (CH).
Sementara pada DEPT-135 karbon metin dan metil memberikan puncak keatas (positive
peaks), sedangkan karbon metilen puncaknya mengarah kebawah (Pavia et al, 2009).
Spektroskopi 1H-13C Heteronuclear Multiple Quantum Coherence (HMQC).HMQC
merupakan salah satu jenis H-NMR dua dimensi yang digunakan untuk membantu dalam
penentuan struktur suatu senyawa.Melalui data HMQC ini dapat diketahui proton-karbon
dengan jarak satu ikatan, sehingga secara tidak langsung dapat mengetahui karbon yang
mengikat proton dan karbon yang tidakmengikat proton.Selain itu, juga untuk menentukan
nilai geseran kimia karbon yang memiliki proton. (11)

Spektroskopi UV-Vis untuk kimiawan organik digunakan untuk analisis kualitatif


(λmaks) dan analisis kuantitatif berdasarkan persamaan Lambert-Beer.Spektroskopi IR
untuk analisis gugus fungsional utama dan spektroskopi 1HNMR untuk menentukan tipe
(jenis) proton dan perbandingan jumlah proton tersebut. Spektroskopi massa (MS) akan
melengkapi pelacakan struktur untuk suatu molekul yang belum diketahui BMnya.
Spektroskopi massa akan 26 memberikan informasi harga BM (g/mol) dan bagaimana pola
pemecahan (fragmentasi) dari suatu molekul organik.(5)

III. PRINSIP

Prinsip kerja spektrofotometer inframerah adalah fotometri. Sinar dari sumber sinar
inframerah merupakan kombinasi dari panjang gelombang yang berbeda-beda. Sinar yang
melalui interferometer akan difokuskan pada tempat sampel. Sinar yang ditransmisikan
oleh sampel difokuskan ke detektor. Perubahan intensitas sinar menghasilkan suatu
gelombang interferens. Gelombang ini diubah menjadi sinyal listrik oleh detektor,
diperkuat oleh penguat, lalu diubah menjadi sinyal digital. Pada sistem optik FTIR, radiasi
laser diinterferensikan dengan radiasi inframerah agar sinyal radiasi inframerah diterima
oleh detektor secara utuh dan lebih baik . (6)

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Alat Praktikum

a. Botol vial
b. Cetakan pellet
c. Gelas kimia 100 mL
d. Kuvet
e. Mortar dari batuan onyx
f. Pipet tetes
g. Pompa press
h. Penggerus dari batuan onyx
i. Plat / sel KBr
j. Spektrofotometri Infra red (IR)
k. Spektrofotometri GC-MS
l. Spektrofotometri UV-VIS
m. Tabung reaksi

2. Bahan Praktikum

a. Sampel B
b. Pelarut metanol
c. Pelarut n-heksan
d. Pelarut DCM
PERCOBAAN VIII
PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA ORGANIK II

I. TUJUAN

Mahasiswa memahami dan mampu menginterpretasikan gabungan data spektrum

Inframerah, 1H-NMR dan Massa untuk menentukan struktur suatu senyawa organik.

II. TEORI DASAR

Spektroskopi UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang


menggunakan radiasi elektromagnetik UV dekat (190-380 nm) dan sinar tampak 380-780
nm dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. Dari spektrum absorpsi dapat
diketahui panjang gelombang dengan absorbans maksimum dari suatu unsur atau senyawa.
Pada prinsipnya spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai tenaga yang
mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya. Panjang
gelombang lazim disajikan dalam satuan nm di mana 1 m = 10-9 nm. (5)

Senyawa kompleks dengan logam yang berbeda akan mempunyai panjang gelombang
yang berbeda pula. Hal ini karena setiap logam mampu menyerap sinar ultraviolet maupun
visible pada panjang gelombang tertentu. Adanya perbedaan panjang gelombang tersebut
menunjukkan bahwa senyawa kompleks yang disintesis telah terbentuk. Pada penelitian ini
dilakukan analisis UV-Vis ion kobalt(II) dan senyawa kompleks dengan jarak panjang
gelombang mulai 200 nm hingga 800 nm. Panjang gelombang maksimum pada sumber ion
kobalt yaitu 640 nm. Senyawa kompleks mampu menyerap sinar visible pada panjang
gelombang maksimum yang lebih rendah dari pada logam yaitu 460 nm. Pergeseran
panjang gelombang maksimum tersebut dipengaruhi oleh
adanya transfer muatan dari ligan ke logam .(12)

Kromatografi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan teknik


pemisahan di mana fase gerak membawa campuran disebabkan untuk bergerak dalam
kontak dengan fase diam penyerap selektif. Ini juga memainkan peran mendasar sebagai
teknik analitis untuk control kualitas dan standardisasi terapi phyto. Gas kromatografi
digunakan dalam pemisahan dan analisis campuran multi komponen seperti minyak atsiri,
hidrokarbon dan pelarut. Berbagai program suhu dapat digunakan untuk membuat bacaan
lebih bermakna; misalnya untuk membedakan antara zat yang berperilaku sama selama
proses GC. Secara intrinsik, dengan menggunakan detektor ionisasi nyala dan detektor
penangkap elektron (yang memiliki sensitivitas sangat tinggi) kromatografi gas dapat secara
kuantitatif menentukan bahan yang ada pada konsentrasi yang sangat rendah. Tumbuhan
merupakan sumber yang kaya akan metabolit sekunder dengan aktivitas biologis yang
menarik. Secara umum, metabolit sekunder ini merupakan sumber penting dengan berbagai
susunan dan sifat struktural. Kromatografi gas - khususnya kromatografi gas- cair -
melibatkan sampel yang diuapkan dan disuntikkan ke kepala kolom kromatografi. Sampel
diangkut melalui kolom dengan aliran fase gerak gas inert. Kolom itu sendiri mengandung
fase diam cair yang diserap ke permukaan padatan inert. (12)

III. PRINSIP

a) Jika senyawa organik dikenai sinar infra-merah yang mempunyai frekwensi tertentu
-1
(bilangan gelombang 500 - 4000 Cm ), sehingga beberapa frekwensi tersebut
diserap oleh senyawa tersebut.
b) Berapa banyak frekwensi tertentu yang melewati senyawa tersebut diukur sebagai
'persentasi transmitasi' (percentage transmittance).
c) Persentasi transmitasi dengan nilai 100 berarti semua frekwensi dapat melewati
senyawa tersebut tanpa diserap sama sekali. (14)

• Transmitasi sebesar 5% mempunyai arti bahwa hampir semua frekwensi tersebut


diserap oleh senyawa itu
IV. ALAT DAN BAHAN

Alat :

- instrument CHNS
- spektroskopi IR
- spektroskopi massa.

Bahan :

- Alkohol
- Eter
- Klorofom
- senyawa yang mengandung rumus molekul C4H8
DAFTAR PUSTAKA

1. Kimia J, Mipa F, Kuala US, Aceh B. ANALYSIS OF MINERAL CONTENTS Ca, Mg,
Fe AND Na IN NATURAL BENTONITE CLAY. J Nat Unsyiah. 2013;12(1):115495.
2. Gizi AZAT. Mineral dalam Bahan Pangan. 2013;
3. Modul praktikum analisis instrumen. ista. institute sains dan tekonologi alkamal, editor.
Jakarta; 2022. 1–59 p.
4. Irawan A. Kalibrasi Spektrofotometer Sebagai Penjaminan Mutu Hasil Pengukuran
dalam Kegiatan Penelitian dan Pengujian. Indones J Lab. 2019;1(2):1.
5. Handoyo Sahumena M, Ruslin R, Asriyanti A, Nurrohwinta Djuwarno E. Identifikasi
Jamu Yang Beredar Di Kota Kendari Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis.
J Syifa Sci Clin Res. 2020;2(2):65–72.
6. spektro IR.pdf.
7. Suarsa IW. Analisis Gugus Fungsi Pada Bensin Dengan. 2016;1–36.
8. Bungo K, Daun D, Pengetahuan I. KABUPATEN TASIKMALAYA
MENGGUNAKAN. 2004;
9. Diva Candraningrat IDAA, Santika AAGJ, Dharmayanti IAMS, Prayascita PW. Review
Kemampuan Metode Gc-Ms Dalam Identifikasi Flunitrazepam Terkait Dengan Aspek
Forensik Dan Klinik. J Kim. 2021;15(1):12.
10. KCKT. :84–104. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-
mfi-results
11. Ismail IA, Riga R, Suryani O, Insani M, Pernadi NL, Febriyanti A. Analisis Spektrum 1
H-NMR : Penjelasan Sederhana. 2022;(December).
12. Dudley H. William. Metode Spektroskopi dalam Kimia Organik Ed.6, EGC : Jakarta,
Hal : 1. Metode Spektroskopi dalam Kimia Organik. 2014. 1–245 p.
13. RPS_-Penentuan-Struktur.
14. Jennings KR. Spectrometric identification of organic compounds (Fifth Edition) R. M.
SILVERSTEIN, G. C. BASSLER AND T. C. MORRILL. Wiley, New York, 1991. No.
of pages: 430. ISBN 0471 63404 2. Price: £50.25, $76.10. Org Mass Spectrom .

Anda mungkin juga menyukai