Jurnal Akhir Aida
Jurnal Akhir Aida
Disusun oleh:
...........
.......
A. TUJUAN PENELITIAN
Pada praktikum ini dilakukan dalam tiga percobaan dan tiga sampel, diharapkan
dapat menentukan panjang gelombang maksimum, menentukan pengaruh pelarut
terhadap pergeseran panjang gelombang, serta menentukan konsentrasi pada sampel
paracetamol, methylene blue, dan CTM.
B. TEORI DASAR
Warna-warna yang nampak dan fakta bahwa orang bisa melihat, adalah akibat-
akibat absorpsi energi oleh senyawa organik maupun anorganik. Penangkapan energi
matahari oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis adalah suatu aspek lain dari antaraksi
senyawa organik dengan energi cahaya. Yang merupakan perhatian primer bagi ahli
kimia organik ialah fakta bahwa panjang gelombang pada mana suatu senyawa organik
menyerap energi cahaya, bergantung pada struktur senyawa itu. Oleh karena itu teknik-
teknik spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur senyawa yang tak
diketahui dan untuk mempelajari karakteristik ikatan (dari) senyawa yang diketahui (1).
Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet bergantung pada
struktur elektronik dari molekul. Spektra ultarviolet dan terlihat dari senyawa-senyawa
organik berkaitan erat transisi-transisi di antara tingkatan- tingkatan tenaga elektronik.
Disebabkan karena hal ini, maka serapan radiasi ultraviolet/terlihat sering dikenal
sebagai spektroskopi elektronik. Transisi- transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan
antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau
orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan adalah merupakan ukuran dari
pemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari orbital-orbital yang bersangkutan. Pemisahan
tenaga yang paling tinggi diperoleh bila elektron-elektron dalam ikatan σ tereksitasi
yang menimbulkan serapan dalam daerah dari 120-200 nm. Daerah ini dikenal sebagai
daerah ultraviolet vakum dan relatif tidak banyak memberikan keterangan. Di atas 200
nm eksitasi sistem terkonjugasi π segera dapat diukur dan spektra yang diperoleh
memberikan banyak keterangan. Dalam praktek, spektrometri ultraviolet digunakan
terbatas pada sistem-sistem terkonjugasi (2).
Syarat – syarat analisis dengan spektrofotometer UV – Vis
Tabel 1. Batas tembus sinar terendah untuk pelarut-pelarut di daerah sinar UV-Vis
Beberapa istilah penting dalam interaksi molekul dengan pelarut atau reaktan lain:
Kromofor (chromophore): Gugus fungsi yang menyerap radiasi pada daerah ultraviolet,
*
dari ikatan π terkonjugasi yang mengalami transisi elektronik dari orbital n ke π dan π ke π*
Pergeseran batokromik : pergeseran panjang gelombang kea rah panjang gelombang
yang lebih besar (disebut pergeseran merah) akibat efek pelarut ataupun pereaksi lain
Pergeseran hipsokromik : pergeseran panjang gelombang kearah panjang gelombang
yang lebih kecil (disebut pergeseran biru) akibat efek pelarut ataupun pereaksi lain.
Pergeseran ini akibat dari penambahan ataupun hilangnya system konjugasi karena efek
pelarut. Pelarut juga memungkinkan untuk membentuk ikatan hydrogen yang
mempengaruhi konjugasi molekul (2).
C. PRINSIP DASAR
Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak untuk ultra
violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari tingkat
energi dasar (ground state) ketingkat energi yang paling tinggi (excited stated).
Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat
dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul (3).
Keterangan:
1. Sumber Energi
Sumber energi yang digunakan berasal dari sumber radiasi. Sumber radiasi yang sesuai
untuk mengukur serapan harus menghasilkan spektrum yang kontinu dengan intensitas
yang sama pada keseluruhan range panjang gelombang. Sumber radiasi ultraviolet
berasal dari lampu hidrogen (H2) dan lampu deuterium (D2) (160-380 nm), sedangkan
sumber radiasi Visible (tampak) berasal dari lampu tungsten (320-2400 nm) (5).
2. Monokromator
3. Kuvet
Kuvet digunakan sebagai tempat sampel. Pada pengukuran di daerah visibel, digunakan
kuvet kaca atau kuvet kaca corex. Sedangkan pada pengukuran di daerah UV, digunakan
kuvet yang terbuat dari bahan kuarsa karena gelas tidak tembus pada daerah ini (4).
4. Detektor
Detektor adalah alat yang digunakan untuk menyerap energi foton dan mengubah energi
tersebut untuk dapat diukur secara kuantitatif seperti arus listrik (6).
5. Amplifier
Amplifier berfungsi agar isyarat listrik memadai untuk dibaca pada sistem
baca (pencatat) (6).
6. Pencatat
Sistem baca (pencatat) dimana diperagakan besarnya isyarat listrik yang ditangkap (6).
Alat-Alat Praktikum :
- Spektrofotometri Uv-vis
- Kuvet
- Buret
- Beker glass
- Labu ukur
- Pipet tetes
Bahan Praktikum :
➢ Paracetamol
➢ Methylen blue
➢ Tablet CTM
➢ NaOH 0,1 N
➢ Aquadest
E. PROSEDUR
3. Klik connect
4. Klik baselane sesuaikan WL ( larutan jernih 200-400 dan larutan berwarna 400-800)
5. Masukan larutan dengan ppm tertinggi masukan kedalam alat, klik start
5. Isi Standart Table, kolom Sample ID isi 1-5 ppm dan kolom Conc isi dengan 1-5
7. Lakukan langkah yang sama untuk sampel 2-5 ppm dan larutan sampel
Percobaan 1
N = Berat / BE.V
Berat = 0.2 gr
Cara buat:
2. Masukkan ke labu 50 ml
Ppm = Berat / L
Bera = 20 mg ~ 0.02 gr
t
Prosedur
➢ Pembuatan larutan deret Paracetamol 8, 10, 12, 14, 16 ppm dalam labu 10
ml
V1 x N1 = V2 x N2
8 ppm 10 ppm
V1 = 0.4 ml V1 = 0.5 ml
12 ppm 14 ppm
V1 = 0.6 ml V1 = 0.7 ml
16 ppm
V1 = 0.8 ml
Prosedur
5. Homogenkan
4. Homogenkan
5. Ultrasonik 10 menit
8. Homogenkan
9. Ultrasonik 10 menit
Percobaan 2
3. Pembuatan deret standar Methylen blue dengan konsentrasi 1,2,3,4,5 ppm dalam
labu 100 ml
➢ Pembuatan larutan induk Methylene blue 1000 ppm dalam labu 100 ml
Ppm = Berat / L
Cara buat:
➢ Pembuatan larutan induk Methylene blue 100 ppm dalam labu 100 ml
V1 = 10 ml
Cara buat:
1 ppm 2 ppm
V1 = 1 ml V1 = 2 ml
3 ppm 4 ppm
V1 = 3 ml V1 = 4 ml
5 ppm
V1 = 5 ml
Prosedur
Percobaan 3
Ppm = Berat / L
V1 = 50 ml
Cara buat:
➢ Pembuatan larutan deret CTM 15, 20, 25, 30, 35 ppm dalam labu 10 ml
15 ppm 20 ppm
V1 = 0.3 ml V1 = 0.4 ml
25 ppm 30 ppm
V1 = 0.5 ml V1 = 0.6 ml
35 ppm
V1 = 0.7 ml
Prosedur
4. Homogenkan
F. HASIL
Percobaan 1
Dan hasil pengujian konsentrasi sampel Methylen blue dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Dan hasil pengujian konsentrasi sampel CTM dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Pada percobaan 2, setelah diuji dengan alat di dapat hasil konsentrasi yang tidak
sesuai, diakibatkan dari kurang teliti saat proses pengenceran menggunakan buret
dikarenakan adanya kebocoran pada buret pada saat digunakan.
Pada percobaan 3, setelah diuji dengan alat di dapat hasil Panjang gelombang yang
tidak sesuai dikarenakan kondisi bahan baku sampel yang kurang baik, dan hasil
konsentrasi tidak sesuai diakrenakan kurang teliti pada saat pengenceran dan
penyaringan sampel.
H. KESIMPULAN
Dari semua percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil yang tidak sesuai
standar, ketidaksesuaian tersebut dipengaruhi banyak penyebab, tetapi paling banyak
dipengaruhi dari kurangnya ketelitian mahasiswa dalam melakukan langkah-langkah
yang telah ditentukan.
I. SARAN
Lebih ditingkatkan lagi ketelitian dalam melakukan setiap prosedur dalam praktikum,
dan untuk sampel percobaan semoga dapat disediakan yang sesuai dengan standar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fessenden RJ, Fessenden JS. 1991. Kimia Organik Jilid 1. Ed ke-3. AH Pudjaatmaka
Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry
2. Team Kbk Kimia Farmasi. 2022. Modul Praktikum Analisis Instrumen. Fakultas Sains
Dan Teknologi. Institut Sains Dan Teknologi Al-Kamal. Jakarta.
3. Sumar, Hendayana. 1994. Kimia Analisis Farmasi. Jakarta: UI Press.
4. Khopkar S. M. 1990. Konsep Kimia ANalitik., UI-Press, Jakarta
5. Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry., Mc. Graw Hill, New York.
6. Sastrohamidjojo H. (1991) Spektroskopi., Liberty, Yogyakarta.