Anda di halaman 1dari 17

JURNAL AKHIR

PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

Disusun oleh:
...........
.......

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS SAINS


DAN TEKNOLOGI INSTITUT SAINS DAN
TEKNOLOGI AL-KAMAL 2023
ANALISIS SECARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

A. TUJUAN PENELITIAN

Pada praktikum ini dilakukan dalam tiga percobaan dan tiga sampel, diharapkan
dapat menentukan panjang gelombang maksimum, menentukan pengaruh pelarut
terhadap pergeseran panjang gelombang, serta menentukan konsentrasi pada sampel
paracetamol, methylene blue, dan CTM.

B. TEORI DASAR

Interaksi sinar UV –Vis

Warna-warna yang nampak dan fakta bahwa orang bisa melihat, adalah akibat-
akibat absorpsi energi oleh senyawa organik maupun anorganik. Penangkapan energi
matahari oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis adalah suatu aspek lain dari antaraksi
senyawa organik dengan energi cahaya. Yang merupakan perhatian primer bagi ahli
kimia organik ialah fakta bahwa panjang gelombang pada mana suatu senyawa organik
menyerap energi cahaya, bergantung pada struktur senyawa itu. Oleh karena itu teknik-
teknik spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur senyawa yang tak
diketahui dan untuk mempelajari karakteristik ikatan (dari) senyawa yang diketahui (1).

Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet bergantung pada
struktur elektronik dari molekul. Spektra ultarviolet dan terlihat dari senyawa-senyawa
organik berkaitan erat transisi-transisi di antara tingkatan- tingkatan tenaga elektronik.
Disebabkan karena hal ini, maka serapan radiasi ultraviolet/terlihat sering dikenal
sebagai spektroskopi elektronik. Transisi- transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan
antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau
orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan adalah merupakan ukuran dari
pemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari orbital-orbital yang bersangkutan. Pemisahan
tenaga yang paling tinggi diperoleh bila elektron-elektron dalam ikatan σ tereksitasi
yang menimbulkan serapan dalam daerah dari 120-200 nm. Daerah ini dikenal sebagai
daerah ultraviolet vakum dan relatif tidak banyak memberikan keterangan. Di atas 200
nm eksitasi sistem terkonjugasi π segera dapat diukur dan spektra yang diperoleh
memberikan banyak keterangan. Dalam praktek, spektrometri ultraviolet digunakan
terbatas pada sistem-sistem terkonjugasi (2).
Syarat – syarat analisis dengan spektrofotometer UV – Vis

- Larutan harus berwarna atau mengandung senyawa organic tak jenuh

- Sinar harus monokromatis

- Larutan harus jernih (tidak keruh)

- Pelarut tidak boleh bereaksi secara kimia dengan sampel yang

dianalisis. Pemilihan pelarut dalam analisis Uv-vis

- Dapat melarutkan cuplikan


- Dapat meneruskan sinar dari panjang gelombang yang dipakai (tidak boleh m
enyerapnya)
- Tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkojugasi pada struktur molekul
- Tidak berwarna
- Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
- Kemurniannya harus tinggi

Tabel 1. Batas tembus sinar terendah untuk pelarut-pelarut di daerah sinar UV-Vis

Beberapa istilah penting dalam interaksi molekul dengan pelarut atau reaktan lain:

Kromofor (chromophore): Gugus fungsi yang menyerap radiasi pada daerah ultraviolet,
*
dari ikatan π terkonjugasi yang mengalami transisi elektronik dari orbital n ke π dan π ke π*
Pergeseran batokromik : pergeseran panjang gelombang kea rah panjang gelombang
yang lebih besar (disebut pergeseran merah) akibat efek pelarut ataupun pereaksi lain
Pergeseran hipsokromik : pergeseran panjang gelombang kearah panjang gelombang
yang lebih kecil (disebut pergeseran biru) akibat efek pelarut ataupun pereaksi lain.

Pergeseran ini akibat dari penambahan ataupun hilangnya system konjugasi karena efek
pelarut. Pelarut juga memungkinkan untuk membentuk ikatan hydrogen yang
mempengaruhi konjugasi molekul (2).

C. PRINSIP DASAR

Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak untuk ultra
violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari tingkat
energi dasar (ground state) ketingkat energi yang paling tinggi (excited stated).
Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat
dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul (3).

Sumber Energi Monokromator Kuvet

Pencatat Amplifier Detekto

Gambar 2. Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Vis (4)

Keterangan:

1. Sumber Energi

Sumber energi yang digunakan berasal dari sumber radiasi. Sumber radiasi yang sesuai
untuk mengukur serapan harus menghasilkan spektrum yang kontinu dengan intensitas
yang sama pada keseluruhan range panjang gelombang. Sumber radiasi ultraviolet
berasal dari lampu hidrogen (H2) dan lampu deuterium (D2) (160-380 nm), sedangkan
sumber radiasi Visible (tampak) berasal dari lampu tungsten (320-2400 nm) (5).

2. Monokromator

Monokromator adalah alat untuk mengubah radiasi polikromatik menjadi panjang


gelombang tunggal (monokromatik) menggunakan kisi difraksi atau prisma (5).

3. Kuvet

Kuvet digunakan sebagai tempat sampel. Pada pengukuran di daerah visibel, digunakan
kuvet kaca atau kuvet kaca corex. Sedangkan pada pengukuran di daerah UV, digunakan
kuvet yang terbuat dari bahan kuarsa karena gelas tidak tembus pada daerah ini (4).
4. Detektor

Detektor adalah alat yang digunakan untuk menyerap energi foton dan mengubah energi
tersebut untuk dapat diukur secara kuantitatif seperti arus listrik (6).

5. Amplifier

Amplifier berfungsi agar isyarat listrik memadai untuk dibaca pada sistem
baca (pencatat) (6).

6. Pencatat

Sistem baca (pencatat) dimana diperagakan besarnya isyarat listrik yang ditangkap (6).

D. ALAT DAN BAHAN

Alat-Alat Praktikum :

- Spektrofotometri Uv-vis
- Kuvet
- Buret
- Beker glass
- Labu ukur
- Pipet tetes

Bahan Praktikum :

➢ Paracetamol
➢ Methylen blue

➢ Tablet CTM

➢ NaOH 0,1 N

➢ Aquadest
E. PROSEDUR

Penggunaan aplikasi UV Probe

Menentukan panjang gelombang:

1. Klik tab Spectrum

2. Pada Spectrum Method ganti nama dengan nama kelompok

3. Klik connect

4. Klik baselane sesuaikan WL ( larutan jernih 200-400 dan larutan berwarna 400-800)

5. Masukan larutan dengan ppm tertinggi masukan kedalam alat, klik start

6. Klik peak pick dan didapat hasil

7. Klik menu file dan save as tulis nama kelompok

1. Klik menu Photometric

2. Bilas kuvet dengan aquadest

3. Klik Autozero tunggu dan buang aquadest

4. Isi Photometric Method dengan panjang gelombang yg sebelumnya didapat

5. Isi Standart Table, kolom Sample ID isi 1-5 ppm dan kolom Conc isi dengan 1-5

6. Masukan sampel 1 ppm kedalam kuvet dan klik Read Standart

7. Lakukan langkah yang sama untuk sampel 2-5 ppm dan larutan sampel

8. Klik kanan di Standard Curve dan ceklis pilihan dibawah ini


9. Isi data di Sample Table dengan nama sampel yang diuji

10. Bilas kuvet dengan sampel dan masukan kedalam alat

11. Hasil akan keluar

12. Klik kanan pada gambar gelombang dan pilih Properties

13. Hasil akan keluar dan simpan

Percobaan 1

➢ Pembuatan NaOH 0.1 N 50 mL

N = Berat / BE.V

0.1 N = Berat / 40 x 0.05 L

Berat = 0.1 mol/L x 40 gr/mol x 0.05 L

Berat = 0.2 gr

Cara buat:

1. Timbang NaOH 0.2 gr

2. Masukkan ke labu 50 ml

3. Tambahkan aquadest ad 50 ml, homogenkan NaoH 200 mg

➢ Pembuatan larutan induk Paracetamol 200 ppm dalam 100 ml

Ppm = Berat / L

200 mg/L = Berat / 0,1 L

Bera = 20 mg ~ 0.02 gr
t
Prosedur

1. Timbang standar Paracetamol 20 mg

2. Masukkan ke labu 100 ml

3. Tambahkan aquadest ad 100ml, homogenkan

4. Ultrasonic selama 10 menit Paracetamol 20 mg

➢ Pembuatan larutan deret Paracetamol 8, 10, 12, 14, 16 ppm dalam labu 10
ml

V1 x N1 = V2 x N2

8 ppm 10 ppm

200 ppm = 10 ml x 8 ppm 200 ppm = 10 ml x 10 ppm

V1 = 10 ml x 8 ppm / 200 ppm V1 = 10 ml x 10 ppm / 200

V1 = 0.4 ml V1 = 0.5 ml

12 ppm 14 ppm

200 ppm = 10 ml x 12 ppm 200 ppm = 10 ml x 14 ppm

V1 = 10 ml x 12 ppm / 200 ppm V1 = 10 ml x 14 ppm / 200

V1 = 0.6 ml V1 = 0.7 ml

16 ppm

200 ppm = 10 ml x 16 ppm

V1 = 10 ml x 16 ppm / 200 ppm

V1 = 0.8 ml
Prosedur

1. Masukan larutan baku Paracetamol 200 ppm kedalam buret

2. Teteskan ke labu 10 ml sesuai dengan pergitungan diatas

3. Tambahkan NaOH 0.1 N sebanyak 2 ml

4. Tambah aquadest sampai batas labu

5. Homogenkan

6. Ultrasonik 10 menit Proses Ultrasonic

➢ Penentuan kadar Paracetamol

1. Timbang Paracetamol 0.5 g masukkan ke dalam labu 50 ml

2. Tambahkan NaOH 0.1 N 2 ml

3. Tambah aquadest sampai batas labu

4. Homogenkan

5. Ultrasonik 10 menit

6. Pipet 10 mL, masukkan ke dalam labu 10 ml

7. Tambahkan NaOH 0.1 N 1 mL

8. Homogenkan

9. Ultrasonik 10 menit

Percobaan 2

Metode kurva standar

1. Pembuatan larutan induk 1000 ppm dalam labu 100 ml

2. Pembuatan larutan induk 100 ppm dalam labu 100 ml

3. Pembuatan deret standar Methylen blue dengan konsentrasi 1,2,3,4,5 ppm dalam
labu 100 ml
➢ Pembuatan larutan induk Methylene blue 1000 ppm dalam labu 100 ml

Ppm = Berat / L

1000 mg/L = Berat / 0,1 L

Berat = 100 mg ~ 0.1 gr

Cara buat:

1. Timbang Methylen blue 0.1 gr

2. Masukkan ke labu 100 ml Mehtylen blue 100 mg

3. Tambahkan aquadest ad 100 ml, homogenkan

➢ Pembuatan larutan induk Methylene blue 100 ppm dalam labu 100 ml

1000 ppm = 100 ml x 100 ppm

V1 = 100 ml x 100 ppm / 1000 ppm

V1 = 10 ml

Cara buat:

1. Masukan lautan induk Methylen blue 1000 ppm kedalam buret

2. Masukkan sebanyak 10ml ke dalam labu 100 ml

➢ Pembuatan larutan deret Methylen blue 1, 2, 3, 4, 5 ppm dalam labu 100 ml

1 ppm 2 ppm

100 ppm = 100 ml x 1 ppm 100 ppm = 100 ml x 2 ppm

V1 = 100 ml x 1 ppm / 100 ppm V1 = 100 ml x 2 ppm / 100

V1 = 1 ml V1 = 2 ml
3 ppm 4 ppm

100 ppm = 100 ml x 3 ppm 100 ppm = 100 ml x 4 ppm

V1 = 100 ml x 3 ppm / 100 ppm V1 = 100 ml x 4 ppm / 100

V1 = 3 ml V1 = 4 ml

5 ppm

100 ppm = 100 ml x 5 ppm

V1 = 100 ml x 5 ppm / 100 ppm

V1 = 5 ml

Prosedur

1. Masukan larutan baku Methylen blue 100 ppm kedalam buret

2. Teteskan ke labu 100 dengan volume sesuai pergitungan diatas

3. Tambah aquadest sampai batas labu

4. Homogenkan Deret standar MLB

Percobaan 3

1. Pembuatan larutan induk CTM 1000 ppm dalam labu 100 ml

2. Pembuatan intermediet CTM 500 ppm dalam labu 100 ml

3. Pembuatan larutan deret 15,20,25,30 ppm dalam labu 10ml

➢ Pembuatan larutan induk CTM 1000 ppm dalam labu 100 ml

Ppm = Berat / L

1000 mg/L = Berat / 0,1 L

Berat = 100 mg ~ 0.1 gr


Cara buat:

1. Timbang CTM 0.1 gr

2. Masukkan ke labu 100 ml

3. Tambahkan aquadest ad 100 ml, homogenkan

➢ Pembuatan larutan induk CTM 500 ppm dalam labu 100 ml

1000 ppm = 100 ml x 500 ppm

V1 = 100 ml x 500 ppm / 1000 ppm

V1 = 50 ml

Cara buat:

1. Masukan lautan induk CTM 1000 ppm kedalam buret

2. Masukkan sebanyak 50 ml ke dalam labu 50ml

➢ Pembuatan larutan deret CTM 15, 20, 25, 30, 35 ppm dalam labu 10 ml

15 ppm 20 ppm

500 ppm = 10 ml x 15 ppm 500 ppm = 10 ml x 20 ppm

V1 = 10 ml x 15 ppm / 500 ppm V1 = 10 ml x 20 ppm / 500

V1 = 0.3 ml V1 = 0.4 ml

25 ppm 30 ppm

500 ppm = 10 ml x 25 ppm 500 ppm = 10 ml x 30 ppm

V1 = 10 ml x 25 ppm / 500 ppm V1 = 10 ml x 30 ppm / 500

V1 = 0.5 ml V1 = 0.6 ml
35 ppm

500 ppm = 10 ml x 35 ppm

V1 = 10 ml x 35 ppm / 500 ppm

V1 = 0.7 ml

Prosedur

1. Masukan larutan baku CTM 500 ppm kedalam buret

2. Teteskan ke labu 10 dengan volume sesuai pergitungan diatas

3. Tambah aquadest sampai batas labu

4. Homogenkan

➢ Penentuan kadar CTM

1. Timbang CTM 100 mg dan 200 mg

2. Masukan ke dalam labu 10 ml

3. Tambahkan aquadest, homogenkan

4. Saring menggunakan kertas saring

5. Ukur absorbansi sampel dan hitung konsentrasi CTM

F. HASIL

Dari percobaan yang telah dilakukan di dapatkan hasil sebagai berikut,

Percobaan 1

Didapatkan hasil Panjang gelombang

sampel paracetamol yaitu 291 nm, dan

nilai absorbansi dari larutan deret paracetamol

dapat dilihat pada gambar disamping.


Percobaan 2

Didapatkan hasil Panjang gelombang sampel

Methylen blue yaitu Panjang gelombang

maks : 661,50 dan min : 418,50.

Dan hasil pengujian konsentrasi sampel Methylen blue dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:

Hasil perhitungan konsentrasi sampel Methylen blue:


Percobaan 3

Didapatkan hasil Panjang gelombang sampel

CTM yaitu Panjang gelombang

maks : 364,60 dan min : 211,11.

Dan hasil pengujian konsentrasi sampel CTM dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Hasil perhitungan konsentrasi sampel CTM:


G. PEMBAHASAN

Pada percobaan 1 di dapat hasil larutan sampel yang keruh, kemungkinan


diakibatkan dari pengenceran yang kurang teliti saat menggunakan buret dan saat proses
ultrasonic tidak tepat dalam lamanya waktu yang di perlukan.

Pada percobaan 2, setelah diuji dengan alat di dapat hasil konsentrasi yang tidak
sesuai, diakibatkan dari kurang teliti saat proses pengenceran menggunakan buret
dikarenakan adanya kebocoran pada buret pada saat digunakan.

Pada percobaan 3, setelah diuji dengan alat di dapat hasil Panjang gelombang yang
tidak sesuai dikarenakan kondisi bahan baku sampel yang kurang baik, dan hasil
konsentrasi tidak sesuai diakrenakan kurang teliti pada saat pengenceran dan
penyaringan sampel.

H. KESIMPULAN

Dari semua percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil yang tidak sesuai
standar, ketidaksesuaian tersebut dipengaruhi banyak penyebab, tetapi paling banyak
dipengaruhi dari kurangnya ketelitian mahasiswa dalam melakukan langkah-langkah
yang telah ditentukan.

I. SARAN

Lebih ditingkatkan lagi ketelitian dalam melakukan setiap prosedur dalam praktikum,
dan untuk sampel percobaan semoga dapat disediakan yang sesuai dengan standar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fessenden RJ, Fessenden JS. 1991. Kimia Organik Jilid 1. Ed ke-3. AH Pudjaatmaka
Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry
2. Team Kbk Kimia Farmasi. 2022. Modul Praktikum Analisis Instrumen. Fakultas Sains
Dan Teknologi. Institut Sains Dan Teknologi Al-Kamal. Jakarta.
3. Sumar, Hendayana. 1994. Kimia Analisis Farmasi. Jakarta: UI Press.
4. Khopkar S. M. 1990. Konsep Kimia ANalitik., UI-Press, Jakarta
5. Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry., Mc. Graw Hill, New York.
6. Sastrohamidjojo H. (1991) Spektroskopi., Liberty, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai