Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMAKOLOGI

“FARMAKOLOGI OBAT ANTIDIABETES”

Disusun Oleh :
Kelompok III
1. Fransisca Novita Dewi (21011088 )
2. Habib Herbowo (21011095 )
3. Hafish Naufal Septian (21011096 )
4. Harzi Khairiah (21011103 )
5. Haura May Farhani (21011104 )
6. Julia Irma (21011111 )
7. Julia khoirunnisa (21011112 )
8. Lailatul Hadist ( 21011119)
9. Laras Karmila Z. ( 21011119 )
10. Liza ( 21011127 )

Dosen Pengampu : apt. Fitra Fauziah M. Farm

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat,
karunia, taufik, dan hidayah-Nya hingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Farmakologi Obat untuk PeNyakit Diabetes” ini dengan
tetap waktu dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi
II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pengetahuan mekanisme Farmakologi Obat untuk Pemyakit Diabetes.

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Apt. Fitra Fauziah, M.Farm yang
telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari dengan sangat bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang telah kami
selesaikan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Padang, 11 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
2.1 Definisi Diabetes Melitus.......................................................................................3
2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus.................................................................................4
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko Diabetes Melitus ....................................................4
2.4 Patofisiologi Diabetes Melitus...............................................................................6
2.5Penyebab dan Gejala Diabetes Melitus............................................................7
2.6 Pengobatan Diabetes Melitus................................................................................8
2.7 Obat-obatan Diabetes Melitus.............................................................................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................14
3.2 Saran...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang


disebabkan oleh gagalnya organ pankreas dalam memproduksi hormon
insulin secara memadai. Penyakit ini bisa dikatakan sebagai penyakit
kronis karena dapat terjadi secara menahun. Berdasarkan penyebabnya
diabetes melitus di golongkan menjadi tiga jenis, diantaranya diabetes
melitus tipe 1, tipe 2 dan diabetes melitus gestasional.Diabetes melitus tipe
1 disebabkan karena reaksi autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan
tubuh menyerang sel beta pada pankreas sehingga tidak bisa memproduksi
insulin sama sekali. Sedangkan diabetes melitus tipe 2 terjadi karena akibat
adanya resistensi insulin yang mana sel-sel dalam tubuh tidak mampu
merespon sepenuhnya insulin. Diabetes gestasional disebabkan karena
naiknya berbagai kadar hormon saat hamil yang bisa menghambat kerja
insulin. Maka dari itu, untuk mengetahui bahwa seseorang mengidap
penyakit diabetes melitus dapat ditegakkan melalui pemeriksan klinis
berupa pemeriksaan kadar gula darah.
Menurut International Diabetes Federation (2019) jumlah penderita
diabetes melitus diseluruh dunia mengalami peningkatan menjadi 463 juta
jiwa pada tahun 2019 dan jumlah kematian pada kasus ini yaitu 4,2 juta
jiwa yang mana Indonesia menjadi urutan ke 7 dengan jumlah penderita
10,7 juta. IDIABETIC FOOT juga memperkirakan bahwa pada tahun 2045
kasus diabetes akan meningkat menjadi 700 juta. Selain itu, Menurut
RISKESDAS (2018) menyebutkan bahwa jumlah prevelensi kasus diabetes
melitus di Indonesia menurut diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15
tahun sebesar 2%. Angka tersebut menunjukan peningkatan jika
dibandingkan pada tahun 2013 dengan prevelensi 1.5% . Selain itu, jumlah

1
kasus tertinggi terjadi di provinsi Jakarta ( 3,4 %) dan terendah dimiliki
oleh provinsi Nusa Tenggara Timur (0,9%).
Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menekan
kasus diabetes melitus di Indonesia, salah satunya dengan cara
mengedukasi. Namun, menurut pusat data dan informasi kementerian
kesehatan RI tingkat ketidakpatuhan penderita diabetes melitus masih
memiliki angka yang cukup tinggi untuk tahun 2018. Hal ini dibuktikan
pada data prevelensi konsumsi makanan dan minuman manis, yang mana
47,8 % responden mengonsumsi makanan manis 1-6 kali/minggu dan
hanya 12% responden mengonsumi nya < 3 kali perbulan. Selain itu,
prevelensi aktivitas fisik di Indonesia pada tahun 2018 yaitu 66,5 % yang
mana mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2013 dengan jumlah
73,9%(Kemenkes RI, 2020).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Diabetes Melitus?
2. Apa saja Klasikasi Diabetes Melitus?
3. Apa saja Etiologi dan Faktor Resiko Diabetes Melitus ?
4. Apa saja Patofisiologi Diabetes Melitus?
5. Apa saja Penyebab dan Gejala Diabetes Melitus?
6. Apa saja Pengobatan Diabetes Melitus?
7. Apa saja Obat-obatan Diabetes Melitus?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian Diabetes Melitus
2. Untuk memahami Klasifikasi Diabetes Melitus
3. Untuk memahami etiologi dan Faktor Resiko Diabetes Melitus
4. Untuk memahami Patofisiologi Diabetes Melitus
5. Untuk memahami Penyebab dan Gejala Diabetes Melitus
6. Untuk memahami Pengobatan Diabetes Melitus
7. Untuk mengetahui Obat-obatan Diabetes Melitus

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Diabetes Melitus


Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang bersifat
progresif,dikarakteristikan oleh ketidakmampuan tubuh untuk
memetabolisme karbohidrat,lemak, dan protein, yang mengarah kepada
hiperglikemia (kadar gula darah yangtinggi) (Black, 2009).
Menurut Sherwood (2012), diabetes secara harfiah
artinya“mengalirkan”, yang menunjukkan pengeluaran urin dalam jumlah
besar. Mellitusartinya “manis”. Urin pasien DM terasa manis kerena
banyaknya glukosa dalam urin. Diabetes mellitus sejauh ini adalah
penyakit endokrin yang paling sering ditemukan. Diabetes miletus
merupakan penyakit yang banyak diderita pada kalangan masyarakat,
terutama pada kalangan masyarakat urban. Diabetes miletus adalah
penyakit diakibatkan karena produksi insulin yang sedikit atau tidak
efektifan insulin walaupun produksinya dalam jumlah yang normal.
Diabetes melitus (DM) disebabkan oleh gangguan metabolisme
yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai dengan peningkatan gula
darah atau sering disebut dengan kondisi hiperglikemia yang disebabkan
karena menurunnya jumlah insulin dari pankreas. Penyakit DM dapat
menimbulkan berbagai komplikasi baik makrovaskuler maupun
mikrovaskuler. Penyakit DM dapat mengakibatkan gangguan
kardiovaskular yang dimana merupakan penyakit yang terbilang cukup
serius jika tidak secepatnya diberikan penanganan sehingga mampu
meningkatkan penyakit hipertensi dan infark jantung (Saputri, 2016).
Diabetes memiliki 2 tipe yakni diabetes melitus tipe 1 yang
merupakan hasil dari reaksi autoimun terhadap protein sel pulau pankreas,
kemudian diabetes tipe 2 yangmana disebabkan oleh kombinasi faktor
genetik yang berhubungan dengan gangguan sekresi insulin, resistensi

3
insulin dan faktor lingkungan seperti obesitas, makan berlebihan, kurang
makan, olahraga dan stres, serta penuaan (Ozougwu et al., 2013).

2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus


Menurut Blac (2009), diabetes melitus diklasifikasikan menjadi
empatderajat klinis berbeda yang terdiri atas tipe 1, tipe 2, gestasional, dan
jenis spesifiklain dari diabetes melitus.
 Diabetes melitus tipe 1 adalah hasil dari autoimunitas kerusakan sel
beta, yang mengarah kepada defisiensi hormon insulin
 Diabetes melitus tipe 2 adalah hasil dari kerusakan pengeluaran
insulin ,secara pogresif yang disertai dengan resistensi insulin, biasa
nya berkaitan denganobesitas.
 Diabetes melitus gestasional adalah jenis diabetes melitus yang
didiagnosisselama masa kehamilan.
 Diabetes melitus jenis lain, mungkin terjadi sebagai hasil dari
kerusakangenetik di fungsi sel beta, penyakit kelenjar pankreas
(misalnya sistikfibrosis), atau penyakit yang diinduksi penggunaan
obat-obatan.

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko pada Diabetes Melitus


 Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1, yang sebelumnya disebut IDDM
atau juvenile-onsetdiabetes mellitus, dikarakteristikan oleh kerusakan sel
beta pankreas, yangmengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes mellitus
tipe 1 adalah salah satu penyakit yang paling umum terjadi pada anak-
anak, tiga sampai empat kali lebihumum dibandingkan dengan penyakit
anak-anak lainnya seperti sistik fibrosis,artritis rheumatoid anak-anak, dan
leukemia (Black, 2009). Kejadian diabetesmellitus tipe 1 pada pria dan
wanita hampir sama dengan kondisi lebih umumterjadi pada orang African
Americans, Hispanic Americans, Asian Americans,dan Native Americans.

4
Diabetes mellitus tipe 1 diwariskan dalam bentuk alel heterozigot.
Kembaridentik memiliki risiko 25%-50% mewariskan penyakit ini,
sedangkan saudarakandung berisiko 6% dan keturunan berisiko 5%.
Sebuah gabungan juga terjadiantara diabetes melitus tipe 1
dan Human Leukocyte Antigens (HLAs). Faktor lingkungan seperti
paparan virus yang mencetuskan proses autoimunitas yang menghancurkan
sel beta. Islet Cell Antibodies (ICAs) kemudian muncul,memingkat dalam
hitungan bulan dan tahun seiring dengan hancurnya sel-sel beta.Hal ini
mempercepat hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang
terjadiketika 80%-90% massa sel beta telah dihancurkan.

 Tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2, yang sebelumnya disebut NIDDM atau


adult-onsetdiabetes mellitus, adalah gangguan yang melibatkan faktor
genetik danlingkungan. Diabetes mellitus adalah jenis paling umum dari
diabetes melitus,mempengaruhi 90% dari seluruh orang yang menderita
diabetes melitus. Diabetesmellitus tipe 2 biasanya didiagnosis pada umur
diatas 40 tahun dan lebih umumdiantara orang dewasa, orang dewasa
dengan obesitas, dan pada beberapa populasi etnis dan ras (Black, 2009).
Akan tetapi, diagnosis diabetes melitus tipe 2 pada anak-anak dan remaja
sedang mengalami peningkatan, terutama pada orangAfrican Americans
dan Hispanic/Latino Americans. Rata-rata, orang-orang yangdidiagnosis
diabetes melitus tipe 2 telah memiliki diagnosis sekitar 6,5 tahunsebelum
identifikasi klinis dan perawatan.
Prevalensi diabetes melitus tipe 2 sangat mencolok pada orang
NativeAmericans, Africa Americans, Hispanic Americans, tentunya pada
orang dewasadan obesitas. Diabetes melitus adalah penyebab utama
kebutaan baru pada orangdewasa yang berumur 20 hingga 74 tahun dan
penyebab utama gagal ginjalkronis, terhitung sekitar 40% dari kasus baru
yang ada (Black, 2009).Diabetes melitus tipe 2 tidak tergabung dengan tipe

5
jaringan HLAs, dansirkulasi ICAs jarang hadir. Keturunan memainkan
peran utama dalam ekspresidiabetes melitus tipe 2. Penyakit ini lebih
umum terjadi pada kembar identik(58%-75%) dibandingkan pada populasi
secara umum.
Obesitas adalah faktor risiko paling utama, dimana 85% orang
dengandiabetes melitus tipe 2 menjadi obesitas (Black, 2009). Hal ini tidak
jelas apakahkepekaan jaringan (hati dan otot) yang lemah kepada insulin
atau sekresi insulinyang lemah yang menjadi kerusakan utama pada
diabetes melitus tipe ini.

2.4 Patofisiologi Diabetes Melitus


 Tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 disebabkan karena berkurang atau rusaknya


sel betasebagai penghasil insulin pada pankreas yang menyebabkan
produksi insulinemenjadi berkurang atau tidak terproduksi lagi. Pada saat
makanan yang masuk kedalam tubuh, maka makanan tersebut akan dirubah
menjadi glukosa. Glukosakemudian masuk ke dalam aliran darah.
Selanjutnya pankreas menghasilkansedikit insulin atau tidak menghasilkan
insulin sama sekali karena kerusakan sel beta pada pulau langerhans yang
terdapat pada pankreas. Insulin yang dihasilkantersebut akan masuk ke
dalam aliran darah, selanjutnya dikarena jumlah insulinyang diproduksi
dengan glukosa yang masuk ke dalam tubuh terlalu sedikit
makamenyebabkan penumpukan glukosa dalam darah.
 Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 disebabkan karena kurangya sensitivitas
terhadapinsulin (disebabkan kurangnya jumlah reseptor insulin
dipermukaan sel) yangditandai dengan meningkatnya kadar insulin dalam
darah. Pada awalnya makanyang masuk ke dalam tubuh akan diubah
menjadi glukosa, kemudian glukosaakan masuk ke dalam aliran darah.

6
Selanjutnya pankreas akan menghasilkaninsulin, dan insulin tersebut akan
masuk ke dalam pembuluh darah. Namuninsulin tersebut mengalami
penurunan sensitivitas, sehingga glukosa menumpukdalam darah dan tidak
dapat masuk ke dalam sel.

2.5 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus


Gejala-gejala akut DM disebabkan oleh kurang adekuatnya kerja
insulin.Karena insulin adalah satu-satunya hormon yang mampu
menurunkan kadarglukosa darah, salah satu gambaran yang menonjol pada
DM adalh peningkatankadar glukosa darah, atau hiperglikemia. Jika telah
berkembang penuh secaraklinis, diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial,aterosklerotik, dan penyakit vaskular
mikroangiopati dan neuropati. Manifestasiklinis hiperglikemia biasanya
sudah bertahun-tahun mendahului timbulnyakelainan klinis dari penyakit
vaskularnya. Pasien dangan kelainan toleransiglukosa ringan (ganggua
glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapattetap berisiko
mengalami komplikasi metabolik diabetes (Price & Wilson, 2012).

2.6 Penyebab dan Gejala Diabetes Melitus


Diabetes sering disebabkan oleh faktor genetik dan perilaku atau
gaya hidup seseorang. Selain itu faktor lingkungan sosial dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan juga menimbulkan penyakit diabetes dan
komplikasinya. Diabetes dapat memengaruhi berbagai sistem organ tubuh
manusia dalam jangka waktu tertentu, yang disebut komplikasi.
Komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi pembuluh darah mikrovaskular
dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan sistem
saraf (neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata
(retinopat) (Rosyada, 2013).

Gejala dari penyakit DM yaitu antara lain:

7
1. Poliuri (sering buang air kecil)

Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam hari
(poliuria), hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal
(>180mg/dl), sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine. Guna
menurunkan konsentrasi urine yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air
sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga urine dalam jumlah besar
dapat dikeluarkan dan sering buang air kecil. Dalam keadaan normal,
keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi pada pasien DM yang tidak
terkontrol, keluaran urine lima kali lipat dari jumlah ini. Sering merasa
haus dan ingin minum air putih sebanyak mungkin (poliploidi). Dengan
adanya ekskresi urine, tubuh akan mengalami dehidrasi atau dehidrasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka tubuh akan menghasilkan rasa
haus sehingga penderita selalu ingin minum air terutama air dingin, manis,
segar dan air dalam jumlah banyak.

2. Polifagi (cepat merasa lapar)

Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga.


Insulin menjadi bermasalah pada penderita DM sehingga pemasukan gula
ke dalam sel-sel tubuh kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi
kurang. Ini adalah penyebab mengapa penderita merasa kurang tenaga.
Selain itu, sel juga menjadi miskin gula sehingga otak juga berfikir bahwa
kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh kemudian berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan alarm rasa lapar.

3. Berat badan menurun

Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup dari


gula karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan
protein yang ada di dalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Dalam
sistem pembuangan urine, penderita DM yang tidak terkendali bisa
kehilangan sebanyak 500 gr glukosa dalam urine per 24 jam (setara dengan
2000 kalori perhari hilang dari tubuh). Kemudian gejala lain atau gejala

8
tambahan yang dapat timbul yang umumnya ditunjukkan karena
komplikasi adalah kaki kesemutan, gatal-gatal, atau luka yang tidak
kunjung sembuh, pada wanita kadang disertai gatal di daerah selangkangan
(pruritus vulva) dan pada pria ujung penis terasa sakit (balanitis)
(Simatupang, 2017).

2.7 Cara Pemeriksaan, Pengobatan dan Pencegahan

Macam pemeriksaan diabetes melitus yang dapat dilakukan yaitu:


pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS), pemeriksaan gula darah puasa
(GDP), pemeriksaan gula darah 2 jam prandial (GD2PP), pemeriksaan
hBa1c, pemeriksaan toleransi glukosa oral (TTGO) berupa tes ksaan
penyaring. Menurut Widodo (2014), bahwa dari anamnesis sering
didapatkan keluhan khas diabetes berupa poliuria, polidipsi, polifagia dan
penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Keluhan lain yang
sering disampaikan adalah lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi dan pruritus vulvae.

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula darah sebagai


berikut:

1. Gula darah puasa > 126 mg/dl

2. Gula darah 2 jam > 200 mg/dl

3. Gula darah acak > 200 mg/dl.

Acuan ini berlaku di seluruh dunia, dan di Indonesia, Departemen


Kesehatan RI juga menyarankan untuk mengacu pada ketentuan tersebut.
Kemudian cara diagnosis yang lain adalah dengan mengukur HbA1c >
6,5% 6. Pra- diabetes adalah penderita dengan kadar glukosa darah puasa
antara 100 mg/dl sampai dengan 125 mg/dl (IFG); atau 2 jam puasa antara
140 mg/dl sampai dengan 199 mg/dl (IGT), atau kadar A1C antara 5,7–
6,4% 6,7”.

9
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita diabetes melitus
yaitu dengan terapi insulin, mengonsumsi obat diabetes, mencoba
pengobatan alternatif, menjalani operasi dan memperbaiki life style (pola
hidup sehat) dengan memakan makanan yang bergizi atau sehat, olahraga.

Menurut Kementerian Kesehatan (2010), dengan memahami faktor


risiko, diabetes melitus dapat dicegah. Faktor risiko DM dibagi menjadi
beberapa faktor risiko, namun ada beberapa yang dapat diubah oleh
manusia, dalam hal ini dapat berupa pola makan, pola aktivitas, dan
pengelolaan stres. Faktor kedua merupakan faktor risiko, namun sifatnya
tidak dapat diubah, seperti umur, jenis kelamin, dan faktor penderita
diabetes dengan latar belakang keluarga (Suiraoka, 2012).

2.8 Obat-obatan Diabetes Melitus

1. Metformin

Metformin umumnya menjadi obat pertama yang diresepkan untuk


penderita diabetes tipe 2. Obat diabetes ini bekerja dengan mengurangi
pembentukan glukosa di organ hati dan meningkatkan fungsi insulin dalam
mengendalikan kadar gula darah.

Konsumsi metformin dapat menimbulkan efek samping, seperti


mual, sakit perut, perut kembung, dan diare. Namun, efek samping tersebut
akan berkurang seiring tubuh beradaptasi dengan obat diabetes ini.
Metformin bisa dikombinasikan dengan obat diabetes lainnya atas anjuran
dokter.

2. Sulfonilurea

Sulfonilurea merupakan obat diabetes tipe 2 yang berfungsi untuk


menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pankreas
memproduksi lebih banyak insulin.

10
Jumlah insulin yang terlalu banyak dalam tubuh terkadang
menimbulkan efek samping, yaitu hipoglikemia atau rendahnya gula darah
yang ditandai dengan pusing, banyak berkeringat, tubuh gemetaran, dan
kesemutan.

Untuk mengurangi keparahan efek sampingnya, penderita diabetes


yang mengonsumsi sulfonilurea dianjurkan selalu makan dengan teratur.
Jenis obat diabetes ini biasanya dijadikan sebagai alternatif metformin atau
bisa juga dikombinasikan dengan metformin.

3. Meglitinide

Cara kerja meglitinide sebenarnya sama dengan sulfonilurea, yaitu


merangsang pankreas agar menghasilkan lebih banyak insulin. Bedanya,
meglitinide bekerja lebih cepat daripada sulfonilurea dan tidak bertahan
lama di dalam tubuh.

Efek samping yang dapat muncul dari obat diabetes ini pun mirip
dengan sulfonilurea, yaitu cepat menurunkan kadar gula darah dan
meningkatkan berat badan.

4. Thiazolidinediones

Obat diabetes yang satu ini memiliki cara kerja yang mirip dengan
metformin, yaitu mengurangi pembentukan glukosa di hati dan
meningkatkan aktivitas insulin. Salah satu contoh jenis obat golongan ini
adalah pioglitazone.

Konsumsi thiazolidinediones diketahui dapat meningkatkan risiko


terkena penyakit jantung. Oleh karena itu, dokter juga akan memantau
kesehatan jantung penderita diabetes yang mengonsumsi obat ini.

5. Inhibitor DPP-4

Inhibitor DPP-4 mampu merangsang pelepasan insulin ketika gula


darah meningkat yang terjadi setelah makan dan menghambat pelepasan

11
glukosa dari hati. Kabar baiknya, obat diabetes ini jarang menyebabkan
hipoglikemia.

Namun, inhibitor DPP-4 tetap mungkin untuk menimbulkan efek


samping, misalnya sakit tenggorokan, sakit perut, hidung tersumbat, diare,
hingga pankreatitis akut. Beberapa contoh obat diabetes dari golongan
penghambat DPP-4 adalah alogliptin, sitagliptin, dan linagliptin.

6. Inhibitor SGLT2

Obat diabetes ini memengaruhi fungsi penyaringan darah di ginjal


dengan menghambat kembalinya glukosa ke aliran darah. Glukosa yang
berlebihan kemudian akan keluar dari tubuh melalui urine. Contoh obat
diabetes dari golongan ini adalah empagliflozin dan dapagliflozin.

Konsumsi inhibitor SGLT2 bisa menimbulkan beberapa efek


samping, seperti infeksi saluran kemih dan infeksi jamur vagina. Namun,
obat diabetes jenis ini diketahui bisa mengurangi risiko terjadinya penyakit
ginjal.

7. Agonis reseptor GLP-1 (Inkretin Mimetik)

Agonis reseptor GLP-1 (golongan obat inkretin mimetik) diresepkan


dokter jika obat-obatan diabetes melitus seperti yang sudah disebutkan di
atas belum mampu mengontrol kadar gula darah.

Obat kencing manis ini diberikan melalui suntikan maupun oral.

GLP-1 merupakan salah satu jenis hormon inkretin yang dihasilkan tubuh.

GLP-1 bekerja dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas


setelah makan. Obat agonis reseptor GLP-1 bekerja dengan cara meniru
kerja GLP-1 tersebut.

Hormon inkretin dapat merangsang pelepasan insulin setelah makan


sehingga meningkatkan produksi insulin dan menurunkan glukagon.

12
Glukagon bekerja dengan cara merangsang hati mengeluarkan cadangan
glukosa saat tubuh sedang kekurangan glukosa, misalnya saat berpuasa.

Obat diabetes ini juga membantu memperlambat pencernaan


sehingga mencegah lambung cepat kosong dan menahan nafsu makan.

8. Inhibitor Alfa-Glukosidase

Cara kerja inhibitor alfa-glukosidase agak berbeda dengan obat


diabetes lainnya. Inhibitor alfa-glukosidase bekerja dengan menghambat
pemecahan karbohidrat dari makanan menjadi glukosa untuk
mengendalikan kadar gula darah.

Contoh dari obat diabetes ini adalah acarbose dan miglitol. Efek
samping yang umumnya ditimbulkan berupa sakit perut, diare, dan perut
kembung.

9. Insulin

Pankreas penderita diabetes tipe 1 tidak bisa lagi memproduksi


insulin, sehingga insulin diberikan melalui suntikan untuk menjaga kadar
gula darah dalam kondisi normal.

Suntik insulin adalah satu-satunya obat diabetes yang diberikan


kepada penderita diabetes tipe 1. Selain itu, penderita diabetes tipe 2 dan
diabetes gestasional juga dapat diberikan suntik insulin jika dibutuhkan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang bersifat
progresif,dikarakteristikan oleh ketidakmampuan tubuh untuk
memetabolisme karbohidrat,lemak, dan protein, yang mengarah kepada
hiperglikemia (kadar gula darah yangtinggi).

Diabetes melitus (DM) disebabkan oleh gangguan metabolisme


yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai dengan peningkatan gula
darah atau sering disebut dengan kondisi hiperglikemia yang disebabkan
karena menurunnya jumlah insulin dari pankreas.

Diabetes memiliki 2 tipe yakni diabetes melitus tipe 1 yang


merupakan hasil dari reaksi autoimun terhadap protein sel pulau pankreas,
kemudian diabetes tipe 2 yangmana disebabkan oleh kombinasi faktor
genetik yang berhubungan dengan gangguan sekresi insulin, resistensi
insulin dan faktor lingkungan seperti obesitas, makan berlebihan, kurang
makan, olahraga dan stres, serta penuaan.

3.2 Saran
Menyadari bahwa Penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya Penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan lebih
relevan yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan. Oleh karena itu,
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan pembuatan makalah-makalah dengan tema yang
sama kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary, et. al. (2009). Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Black, Joyce M. & Hawks, Jane Hokanson. (2009). Medical-Surgical


Nursing:Clinical Management for Positive Outcomes. 8th ed. St.
Louis, Missouri:Saunders Elsevier.

Campbell, Neil A, et. al. (2004). Biologi.Ed 5. Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Carton, James, et. al. (2007).Clinical Pathology. New York: Oxford


UniversityPress, Inc.

Corwin, Elizabeth J. (2001).Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patologi. Ed 3. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Ozougwu, J.C., Obimba, K.C., Belonwu, C.D., & Unakalamba, C.B. 2013.
The pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes
mellitus. Journal of Physiology and Pathophysiology. vol. 4(4): 6-14.
doi: 10.5897/JPAP2013.0001 ISSN 2I41-260X.

Simatupang, R. (2017). Pengaruh pendidikan kesehatan melalui media leaflet


tentang diet DM terhadap pengetahuan pasien DMDI RSUD Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kohesi. vol.
1(2): 163-174.

15
Suiraoka.( 2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widodo, F.Y. (2014). Pemantauan penderita diabetes mellitus. Jurnal Ilmiah


Kedokteran. vol. 3(2): 55- 89

16

Anda mungkin juga menyukai