Anda di halaman 1dari 16

PENDEKATAN KEILMUAN SEJARAH TERHADAP

ASPEK HISTORISITAS ISLAM

Dosen Pengampu: H. Edi Darmawijaya, S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh

Rihhadatul Aisyi : (220102113)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kami kesehatan dan kemampuan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PENDEKATAN KEILMUAN
SEJARAH TERHADAP ASPEK HISTORISITAS ISLAM” ini dengan baik.
Shalawat serta salam selalu kita curah limpahkan kepada baginda Rasulullah
Nabi Muhammad SAW tentunya kepada para sahabatnya, keluarga, tabi’i dan
tabi’at nya, hingga kepada kita selaku umatnya di akhir zaman ini. Tidak lupa
juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan konstribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kajian Islam dengan dosen pengampu H. Edi Darmawijaya, S.Ag.,
M.Ag.. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga penulis. Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Saya berharap
semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Banda Aceh, 9 September 2023


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Masalah............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Keilmuan Sejarah....................................................2
B. Ragam Perspektif yang Digunakan Berdasar Teori-teori yang
Berkembang dalam Ilmu Sejarah.................................................................3
C. Moderasi Terhadap Pendekatan dan Perspektif...........................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi keislaman semakin berkembang. Islam tidak lagi dipahami hanya
dalam pengertian tekstual dan doktriner, tetapi telah menjadi fenomena yang
kompleks. Islam tidak hanya sebagai pedoman hidup. Islam telah melebur
menjadi sebuah sistem budaya, peradaban, komunitas dan sebagainya
sehingga mempengaruhi perkembangan dunia.1 Mengkaji dan mendekati
Islam, tidak lagi mungkin hanya dari satu aspek, karenanya dibutuhkan
metode dan pendekatan interdisipliner. Islam telah menjadi kajian yang
menarik minat banyak kalangan. Tentunya semua aspek kehidupan tidak
lepas dari faktor sejarah, sejarah merupakan bukti yang nyata bahwa sesuatu
telah ada, dan karena dengan sejarah, manusia bisa belajar apa saja yang telah
terjadi. Dalam metodologi islam, diperlukan sejarah untuk mengetahui
kebenaran yang valid keadaan masa lampau, untuk itu sangatlah urgan dalam
mengkaji ajaran Islam dengan menggunakan pendekatan Sejarah (Historis).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Pendekatan Keilmuan Sejarah?
2. Bagaimana Ragam Perspektif yang Digunakan Berdasar Teori-teori yang
Berkembang dalam Ilmu Sejarah?
3. Bagaimana Moderasi Terhadap Pendekatan dan Perspektif?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Pendekatan Keilmuan Sejarah.
2. Mengetahui Ragam Perspektif yang Digunakan Berdasar Teori-teori yang
Berkembang dalam Ilmu Sejarah.
3. Mengetahui Moderasi Terhadap Pendekatan dan Perspektif.

1
Abdullah, M. Amin, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta;1996.
hlm 46.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Keilmuan Sejarah


Sebelum memperhatikan pengertian dari Pendekatan secara utuh, perlu
memperhatikan arti kata dari pendekatan itu sendiri. Pendekatan Secara
etimologi adalah derivasi kata dekat, artinya tidak jauh, setelah mendapat
awalan pe dan akhiran an maka artinya (a) proses, perbuatan, cara mendekati
(b) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan
dengan orang yang diteliti atau metode-metode untuk mencapai pengertian
tentang masalah penelitian.2 Pendekatan dari sudut terminologi adalah cara
pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang
selanjutnya digunakan dalam memahami agama.3 Dari keterangan di atas,
dapat kita pahami bahwa pendekatan merupakan sudut pandang objek kajian
yang akan digunakan dalam mengkaji apa saja yang akan ditelitinya dengan
metode ilmiah.
Sejarah berasal dari bahasa Arab Syajarotun yang berarti pohon. Kata ini
berkembang kemudian menjadi akar, keturunan, asal usul, riwayat dan sisilah.
Dalam bahasa Inggris, kata sejarah dikenal dengan sebutan history, yang
berasal dari bahasa yunani istoria yang berarti ilmu. Namun menurut kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Sejarah mempunyi arti; 1 asal-usul
(keturunan) silsilah; 2 kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau; riwayat; tambo: cerita; 3 pengetahuan atau uraian tentang
peristiwa dan kejadian yg benar-benar terjadi di masa lampau; ilmu sejarah.
Dari beberapa arti di atas, Sejarah merupakan kejadian yang terjadi pada

2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: DPKRI
1998.

3
Mudzhar, Atho, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 1998. hlm 12.

2
masa lampau, baik yang berkaitan dengan sosial, pendidikan, dan apapun
yang benar-benar telah terjadi.
Dari hal inilah pendekatan sejarah dalam studi islam dapat diartikan
sebuah sudut pandang objek kajian yang akan diteliti secara ilmiah dengan
berdasar sejarahnya. Tentunya sejarah yang diangkat ke permukaan adalah
sejarah terkait kajian islam yang menjadi objeknya. Dalam menyatakan teori
pendekatan sejarah dalam meneliti harus benar-benar kukuh agar tidak terjadi
munculnya teori pendekatan lainnya. Sebab munculnya pendekatan sendiri
dalam sebuah rencana kajian studi islam menjadikan pengkrucutan sebuah
cara memandang objek kajian tersebut. Sehingga ketika terdapat teori-teori
lain akan mengembalikan kajian tersebut bersifat umum.

B. Ragam Perspektif yang Digunakan Berdasarkan Teori-teori yang


Berkembang dalam Ilmu Sejarah
1. Teori Gerak Siklus Sejarah Ibnu Khaldun
Teori Gerak Siklus Sejarah Ibnu Khaldun adalah pandangan historis yang
dikemukakan oleh Ibnu Khaldun, seorang sejarawan dan filsuf sosial Islam.
Teorinya menguraikan evolusi peradaban manusia melalui empat fase utama:
a. Fase Primitif atau Nomaden: Pada fase ini, manusia hidup dalam
kelompok-kelompok nomaden dengan kehidupan kasar. Mereka memiliki
solidaritas dan ketangguhan yang memungkinkan mereka mengatasi
kesulitan lingkungan dan mendapatkan kekuasaan.
b. Fase Urbanisasi: Fase kedua adalah fase urbanisasi di mana masyarakat
berkembang menjadi perkotaan. Peradaban berkembang, kebudayaan
meningkat, dan kota-kota tumbuh.
c. Fase Kemewahan: Fase ketiga ditandai oleh kemewahan, kekayaan, dan
pengejaran nafsu kepuasan dan kesenangan. Solidaritas melemah karena
perpecahan dalam masyarakat.

3
d. Fase Kemunduran: Pada fase ini, pemerintahan dan kerajaan kehilangan
kemampuannya dalam mempertahankan diri. Kemunduran terjadi, dan
daur kultural berakhir, membuka jalan untuk daur baru.
Selain itu, Ibnu Khaldun juga mencatat bahwa kelompok-kelompok yang
terkalahkan cenderung mengekor kelompok yang menang dalam berbagai
aspek kehidupan seperti slogan, pakaian, kendaraan, dan tradisi.
Inti dari teori ini adalah pemahaman tentang perubahan siklus sejarah
yang terjadi secara alami dalam masyarakat manusia, dengan pergeseran dari
fase ke fase sebagai respons terhadap lingkungan dan dinamika sosial.
2. Teori Daur Kultural Spiral Giambattista Vico
Teori Daur Kultural Spiral Giambattista Vico menggambarkan
pandangan sejarah yang berbeda dari teori siklus. Pokok-pokok pemikirannya
adalah:
a. Tidak seperti Roda yang Berputar Sendiri: Vico menolak ide bahwa
sejarah adalah siklus yang berulang tanpa perubahan. Sebaliknya, ia
melihat sejarah sebagai gerakan spiral yang naik, dengan setiap periode
sejarah lebih maju daripada sebelumnya.
b. Gerakan Spiral yang Mendaki: Analoginya adalah gerakan pendaki
gunung yang berkeliling melalui jalur melingkar ke atas. Setiap putaran
spiral menghasilkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang
dunia dan kemanusiaan.
c. Tiga Fase Perkembangan: Vico mengidentifikasi tiga fase utama dalam
sejarah manusia. Pertama, fase telogis yang berpusat pada keyakinan
agama. Kedua, fase herois yang menyoroti tindakan heroik dan
kepemimpinan. Ketiga, fase humanistis yang menekankan pemahaman dan
kemanusiaan.
d. Pola-pola Budaya Terkait: Ide kemajuan budaya terjadi dalam lingkaran
sejarah yang saling berhubungan. Aspek budaya seperti agama, politik,
seni, sastra, hukum, dan filsafat saling memengaruhi dan menciptakan
corak budaya yang khas di setiap periode.

4
Teori ini menekankan bahwa sejarah manusia adalah proses yang
berkembang, di mana setiap fase membawa perubahan dan pemahaman yang
lebih dalam tentang dunia dan kemanusiaan. Ini menciptakan pemahaman
yang lebih kompleks dan mendalam tentang dinamika peradaban manusia
seiring berjalannya waktu.
3. Teori Tantangan dan Tanggapan Arnold Toynbee
Teori Tantangan dan Tanggapan Arnold Toynbee adalah pandangan
tentang perkembangan peradaban manusia yang berfokus pada cara
peradaban merespons tantangan. Poin-poin utamanya adalah:
a. Peradaban Primer: Toynbee mengidentifikasi enam peradaban asal, dan
semua peradaban lainnya berasal dari salah satu dari ini. Beberapa
peradaban bertahan, sementara yang lain punah.
b. Tantangan dan Tanggapan: Peradaban muncul sebagai tanggapan terhadap
berbagai tantangan, baik dari lingkungan fisik maupun konflik antar
manusia.
c. Tantangan Beragam: Tantangan yang memicu munculnya peradaban bisa
berupa wilayah yang ganas, daerah baru, persaingan, tekanan eksternal,
atau tempat pembuangan.
d. Kurva Linear: Hubungan antara tantangan dan tanggapan berbentuk kurva
linear, yang artinya tantangan yang terlalu lemah atau terlalu keras tidak
akan menghasilkan tanggapan yang memadai.
e. Peran Elit Kreatif: Elit kreatif memainkan peran penting dalam
memberikan tanggapan yang memadai terhadap tantangan. Mereka
memimpin dalam menciptakan perubahan sosial.
f. Tugas Minoritas Kreatif: Seluruh tindakan sosial adalah hasil karya
individu kreatif atau minoritas yang kreatif. Tugas mereka adalah
membantu kelompok yang stagnan untuk mencapai kemajuan.
Teori ini menggambarkan sejarah manusia sebagai proses kompleks yang
dipengaruhi oleh berbagai tantangan dan bagaimana masyarakat
meresponsnya.

5
4. Teori Dialektika Kemajuan Jan Romein
Jan Romein adalah sejarawan Belanda yang menyajikan teori "Dialektika
Kemajuan." Poin-poin kunci teorinya adalah:
a. Lompatan dalam Sejarah: Romein melihat sejarah manusia sebagai gejala
lompatan yang tiba-tiba, bukan perkembangan bertahap. Ini mirip dengan
mutasi dalam dunia alam.
b. Keterbelakangan dan Keunggulan: Kemajuan baru jarang terjadi dalam
masyarakat yang sudah mencapai tingkat kesempurnaan tertentu dalam
suatu bidang. Sebaliknya, keterbelakangan dapat menjadi keunggulan
karena memberikan peluang untuk mengejar ketinggalan. Sebuah
kemajuan yang cepat di masa lalu dapat menjadi penghambat kemajuan
lebih lanjut.
Teori ini menggambarkan dinamika kompleks kemajuan dalam sejarah
manusia, dengan mengakui bahwa kemajuan bisa muncul secara tiba-tiba dan
bahwa kondisi keterbelakangan dapat menjadi peluang untuk pertumbuhan
lebih lanjut.
5. Teori Despotisme Timur Wittfogel
Teori Despotisme Timur oleh Karl Wittfogel, seperti yang diuraikan
dalam bukunya "Oriental Despotism," berfokus pada karakteristik masyarakat
Asia, terutama yang didasarkan pada irigasi besar-besaran, dan
mengemukakan poin-poin penting sebagai berikut:
a. Produksi dan Hidrolis: Wittfogel mengidentifikasi masyarakat Asia yang
berdasar pada irigasi atau struktur hidrolis sebagai tipikal "Despotisme
Timur." Masyarakat ini dicirikan oleh struktur birokrasi yang kuat,
terpusat, dan otoriter.
b. Perbedaan dengan Masyarakat Feodal: Dia membedakan masyarakat Asia
ini dengan masyarakat feodal di Eropa Barat dan Jepang. Masyarakat Asia
memiliki pemerintahan yang lebih sentralistik dan kuat, sementara
masyarakat feodal cenderung lebih terdesentralisasi.

6
c. Keterhambatan Kemajuan Modern: Wittfogel berpendapat bahwa
masyarakat Asia yang didominasi oleh birokrasi tidak mampu
mengembangkan struktur modern. Dia meragukan kemampuan mereka
untuk berkembang menuju kapitalisme borjuis atau masyarakat modern.
d. Kritik terhadap Uni Soviet dan Cina: Wittfogel mengklaim bahwa Uni
Soviet (Rusia) dan Cina tidak dapat menawarkan model yang diinginkan
oleh bangsa-bangsa lain. Dia menyarankan bahwa satu-satunya jalan
menuju kemajuan adalah mengikuti jalan "peradaban modern berdasarkan
hak milik" yang lebih demokratis.
Teori ini menekankan perbedaan antara struktur politik Asia Timur dan
masyarakat feodal Eropa serta mengajukan keraguan terhadap kemampuan
masyarakat Asia untuk mengembangkan sistem modern.
6. Teori Perkembangan Sejarah dan Masyarakat Karl Marx
Karl Marx, seorang ilmuwan sosial revolusioner Jerman,
mengembangkan teori perkembangan sejarah dan masyarakat yang dikenal
sebagai "materialisme historis." Poin-poin penting dalam teorinya adalah
sebagai berikut:
a. Struktur Ekonomi dan Suprastruktur: Marx berpendapat bahwa fondasi riil
masyarakat terletak pada struktur ekonominya dan hubungannya dengan
produksi. Struktur ini mempengaruhi pembentukan "suprastruktur" hukum,
politik, dan kesadaran sosial.
b. Tenaga Produktif: Perkembangan tenaga produktif dalam masyarakat
berperan penting. Tenaga produktif yang berkembang bisa menghasilkan
konflik dengan struktur produksi yang ada, memicu era revolusi sosial.
c. Konflik dan Perubahan: Konflik dalam masyarakat akibat pertentangan
antara tenaga produktif dan relasi produksi yang ada dapat menghasilkan
perubahan. Perubahan ini menciptakan relasi produksi yang baru dan lebih
tinggi.

7
d. Kelas Sosial: Marx mengidentifikasi kelas sosial sebagai elemen penting
dalam analisisnya. Negara dan pemerintahan kelas digunakan untuk
menjaga kepentingan kelas tersebut.
e. Kapitalisme dan Hancurnya Sendiri: Marx melihat bahwa kapitalisme,
dengan dorongan terus-menerus untuk meningkatkan produktivitas,
akhirnya akan menghancurkan dirinya sendiri. Ini karena kapitalisme
menciptakan ketegangan antara kelas yang berbeda dan menciptakan
kondisi yang mengarah pada perubahan sosial.
f. Akhir Sejarah Manusia: Marx berpendapat bahwa dengan hilangnya kelas
kelas dan perkembangan kapasitas produktif yang tinggi, masyarakat akan
mencapai akhir sejarah manusia, yang ditandai oleh kemanusiaan yang
lebih merata.
Teori Marx menggaris bawahi peran utama faktor ekonomi dalam
membentuk sejarah dan masyarakat, serta konflik kelas sebagai penggerak
perubahan sosial.
7. Teori Feminisme Wollstonecraft
Mary Wollstonecraft adalah seorang pemikir feminis yang lahir di
Inggris pada tahun 1759. Pemikiran utamanya, seperti yang terdokumentasi
dalam bukunya "A Vindication of the Rights of Woman" (1792), adalah:
a. Subordinasi Wanita: Wollstonecraft mencatat bahwa subordinasi wanita
terhadap pria adalah ciri universal yang mencolok dalam masyarakat. Ini
terjadi meskipun banyak kemajuan telah dicapai dalam politik dan budaya,
tetapi wanita masih sering ditempatkan dalam posisi yang lebih rendah.
b. Pandangan Negatif Terhadap Wanita: Wanita sering kali dianggap kurang
mampu dan memiliki bakat yang lebih rendah, pandangan ini bahkan
dipegang oleh beberapa wanita sendiri.
c. Kapasitas Rasional Wanita: Wollstonecraft menekankan bahwa baik pria
maupun wanita memiliki kemampuan rasional dan kapasitas untuk
memperbaiki diri. Namun, sosial dan budaya sering membatasi
kemampuan wanita untuk berkontribusi pada masyarakat.

8
d. Pendidikan Wanita: Dia mengadvokasi pendidikan yang lebih baik bagi
wanita, percaya bahwa wanita yang terdidik akan menjadi warga yang
lebih baik, istri, dan ibu. Pendidikan akan membantu wanita menjadi lebih
rasional dan berkontribusi pada kehidupan moral, budaya, dan politik.
e. Status Wanita: Wollstonecraft menegaskan bahwa wanita tidak boleh
ditempatkan dalam status "inferior," dan bahwa pendidikan yang lebih
baik akan membantu mereka mencapai status yang setara dengan pria.
Pemikiran Wollstonecraft menjadi salah satu dasar bagi gerakan
feminisme dan pengakuan akan pentingnya pendidikan dan kesetaraan hak
bagi wanita dalam masyarakat.

C. Moderasi Terhadap Pendekatan dan Perspektif


Moderasi dalam penggunaan pendekatan dan perspektif dalam
memahami sejarah Islam adalah prinsip yang sangat penting. Prinsip ini
mencerminkan kebijaksanaan dalam pendekatan terhadap penelitian sejarah
Islam, mengakui kerumitan dan multidimensionalitas subjek ini. Berikut
penjelasan yang lebih rinci dan dukungannya dengan beberapa sumber kunci:
1. Kesadaran akan Keterbatasan Pendekatan dan Perspektif:
Sejarawan harus menyadari bahwa setiap pendekatan dan perspektif
memiliki keterbatasan yang inheren. Ini dapat termasuk bias metodologis,
keterbatasan dalam cakupan data, atau keterbatasan dalam penafsiran.
Kesadaran akan keterbatasan ini memungkinkan sejarawan untuk menjauh
dari pemikiran bahwa satu pendekatan atau perspektif dapat memberikan
pandangan yang lengkap tentang sejarah Islam.
2. Pemilihan yang Bijak:
Dalam konteks penelitian sejarah Islam, pemilihan pendekatan dan
perspektif harus bijaksana. Sejarawan harus mempertimbangkan dengan
cermat pertanyaan penelitian mereka dan tujuan mereka. Misalnya, jika
penelitian fokus pada perkembangan ekonomi dalam sejarah Islam, maka

9
pendekatan ekonomi atau marxisme mungkin lebih sesuai daripada
pendekatan yang lebih budaya atau agama.
3. Kombinasi Pendekatan:
Terkadang, menggabungkan beberapa pendekatan atau perspektif dapat
menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang sejarah Islam.
Pendekatan multi-disiplin dapat membantu mengungkap berbagai aspek
dalam kajian sejarah. Sebagai contoh, dalam menganalisis peran agama
dalam sejarah Islam, sejarawan dapat menggabungkan pendekatan
hermeneutika untuk memahami teks-teks agama dengan pendekatan sosial
untuk memahami dampak agama pada masyarakat.
4. Menghindari Ekstremisme dalam Interpretasi:
Moderasi juga mencakup menghindari ekstremisme dalam menafsirkan
data sejarah. Sejarawan harus berhati-hati agar tidak terlalu menggebu-
gebu dalam menafsirkan bukti-bukti historis. Hal ini dapat mengarah pada
kesalahan interpretasi yang serius dan mengurangi validitas penelitian.
5. Keterbukaan terhadap Kritik:
Sejarawan harus terbuka terhadap kritik konstruktif terhadap pendekatan
dan perspektif yang mereka gunakan. Keterbukaan ini memungkinkan
untuk pembaharuan dan perbaikan dalam penelitian sejarah. Dalam dunia
yang semakin terhubung, berbagi pandangan dan analisis dengan
sejarawan lain juga penting dalam membangun pemahaman yang lebih
baik tentang sejarah Islam.
6. Konteks Penelitian yang Jelas:
Sebelum memilih pendekatan dan perspektif, sejarawan harus memiliki
konteks penelitian yang jelas. Mereka perlu memahami dengan baik apa
yang ingin mereka teliti, pertanyaan penelitian apa yang ingin mereka
jawab, dan bagaimana pendekatan dan perspektif yang mereka pilih akan
membantu mencapai tujuan tersebut. Ini membantu menghindari
penyimpangan dari tujuan awal penelitian.

10
Dengan mempraktikkan prinsip-prinsip moderasi ini, sejarawan dapat
menghasilkan penelitian yang lebih berimbang, akurat, dan komprehensif
dalam memahami sejarah Islam. Hal ini membantu menghindari kesalahan
interpretasi yang mungkin timbul dari penggunaan pendekatan atau perspektif
yang tidak sesuai atau ekstrem. Selain itu, ini juga memperkuat kredibilitas
penelitian sejarah Islam yang dilakukan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan dalam konteks studi sejarah Islam adalah sudut pandang atau
paradigma yang digunakan dalam penelitian ilmiah terkait dengan sejarah
objek kajian Islam. Sejarah, dalam hal ini, mengacu pada peristiwa dan
kejadian yang terjadi di masa lampau yang secara akurat dicatat dan diteliti.
Pendekatan sejarah ini memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam
tentang perkembangan dan asal-usul Islam serta penggunaannya dalam
konteks studi ilmiah. Dengan pendekatan ini, penelitian menjadi lebih
terfokus dan dapat menghindari penggunaan pendekatan lain yang dapat
membingungkan dalam analisis studi Islam.

B. Saran
Dari makalah ini kami yakin masih banyak kesalahan dan kekurangan,
untuk lebih memperdalam pengetahuan, dan kesempurnaannya makalah ini
maka dengan senang hati kami menerima kritikan dan saran dari dosen
pengampu dan teman-teman sekalian.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin. (1996). Studi Agama Normativitas atau Historisitas,


Yogyakarta.
Mudzhar, Atho. (1998). Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

13

Anda mungkin juga menyukai