Bab I - 3
Bab I - 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat
dan bahagia. Michael Kirk dalam Yusuf, dkk (2015) mendefinisikan orang
yang sehat jiwa adalah orang yang bebas dari gejala gangguan psikis, serta
dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada padanya. Chausen dalam
Yusuf, dkk (2015) mengatakan bahwa orang yang sehat jiwanya adalah
orang yang dapat mencegah gangguan mental akibat berbagai stressor, serta
dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara
& Muhith, 2011). Untuk mencapai kesehatan jiwa yang optimal, maka perlu
1
2
Selain kondisi jiwa yang sehat ada keadaan dimana jiwa mengalami
gangguan jiwa yang sering kita temukan di masyarakat salah satunya adalah
yang parah. Pada fase aktif biasanya gejalanya lebih terlihat. Gejala
atau hilangnya fungsi normal (apatis dan anhedonia). Sebagian besar klien
25 tahun, akan tetapi ada juga gejala awal yang muncul sebelum usia 15
tahun dan diakhir setelah usia 40 tahun. Orang yang mengalami skizofrenia
3
Varcarolis, 2018).
terkait dengan rangsangan eksternal nyata dan dapat melibatkan salah satu
visual atau persepsi yang salah terdiri dari gambar yang berbentuk,
halusinasi taktil atau persepsi yang salah tentang indera sentuhan, halusinasi
2018), sekitar 70% halusinasi yang dialami klien gangguan jiwa adalah
halusinasi dengar atau suara, 20% halusinasi penglihatan dan 10% adalah
tahun 2030, gangguan jiwa juga berhubungan dengan bunuh diri, lebih
dari 90% dari satu juta kasus bunuh diri setiap tahunnya akibat gangguan
menyerang lebih dari 21 juta penduduk di dunia dan lebih sering terjadi
pada laki – laki yaitu sekitar 12 juta orang, sementara pada perempuan
Selain itu, masalah yang muncul adalah adanya stigma, diskriminasi dan
kenaikan menjadi 1,8 per mil dari nilai sebelumnya tahun 2013 adalah 1,7
penderita gangguan jiwa. Provinsi dengan gangguan jiwa berat yaitu Bali
dengan prevelansi 11% dan terendah yaitu kepulauan Riau 3%, sedangkan
Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada bulan Januari s.d Maret 2019 terdapat
diri, 1 (1,6%) pasien dengan isolasi sosial, 1 (1,6%) pasien dengan harga
sendiri, orang lain dan juga lingkungan sekitar (Satrio, dkk, 2015). Hal ini
dirinya sendiri maupun orang lain (Roger, dkk, 1990 dalam Birchwood,
aktivitas terjadwal pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri
yang sering kali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami
aktivitas secara teratur dari bangun tidur sampai tidur malam, tujuh hari
Ingat. Dzikir juga diartikan “menjaga dalam ingatan”. Jika berdzikir kepada
Allah artinya kita tetap menjaga agar selalu ingat kepada Allah ta’alla.
Dzikir menurut syara’ adalah mengingat Allah dengan etika tertentu yang
hati dan mengagungkan Allah. Tujuan dari dzikir adalah untuk mensucikan
hati dan jiwa, bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah, menyehatkan
tubuh, dan mencegah diri dari bahaya nafsu (Fatihuddin, 2010 dalam
Dermawan, 2017).
halusinasi yang dilakukan oleh Wahyu Catur Hidaya, dkk (2014), tentang
Hasil analisis bivarit dengan uji wilcoxon menunjakkan ada pengaruh terapi
di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta selama 12 hari, dan didapatkan hasil
yang menujukkan tanda dan gejala yang berbeda sebelum dilakukan terapi
baik dan benar dapat membuat hati menjadi tenang dan rileks. Terapi Dzikir
juga dapat diterapkan pada klien halusinasi, karena ketika klien melakukan
menghilangkan suara – suara yang tidak nyata dan lebih dapat menyibukkan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teroritis
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Penulis
psikoreligius Dzikir.
3) Bagi Pasien
4) Bagi Keluarga
Penerapan ini dapat menjadi salah satu cara yang mudah seehingga
kerumahnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
a. Definisi Halusinasi
sensori ini meliputi seluruh panca indera. Salah satu gangguan jiwa
b. Jenis Halusinasi
1) Halusinasi Pendengaran
2) Halusinasi Penciuman
jorok, dan bau tengik seperti darah, urin, tinja. Bau yang
3) Halusinasi Penglihatan
sebaliknya mengerikan.
4) Halusinasi Pengecapan
berupa rasa logam, pahit, busuk, tak sedap, anyir seperti darah,
5) Halusinasi Perabaan
adanya stimulus.
menyakitkan.
14
6) Halusinasi Chenesthetik
7) Halusinasi Kinestetik
c. Fase Halusinasi
oleh halusinasinya.
berakhir dalam waktu empat jam atau sehari jika tidak ada
intervensi teraupetik.
16
dihantui terror dan panik, potensi kuat untuk bunuh diri dan
pada lingkungannya.
17
hayal.
ketakutan tersebut.
dan gejala yang muncul (Stuart dan Laraia, 2005 dalam Satrio,
dkk, 2015).
2015).
g. Sumber Koping
2015).
h. Mekanisme Koping
1) Regresi
2) Proteksi
3) Menarik diri
internal
a) Data Subyektif :
b) Data Obyektif :
1) Distorsi sensori
a) Data subyektif :
1) Menyatakan kesal
b) Data obyektif :
2) Curiga
4) Mondar mandir
5) Bicara sendiri
dosa dan maksiat. Dzikir memelihara diri dari was – was setan,
25
maupun buruk
1) Fase Orientasi
dialami
dilakukan
27
2) Fase Kerja
halusinasi
hausinasi
kembali
klien
3) Fase Terminasi
psikoreligius Dzikir
B. Penelitian Terkait
halusinasi yang dilakukan oleh Wahyu Catur Hidaya, dkk (2014), tentang
suara – suara palsu, saat waktu luang dan ketika klien selesai
dan gejala yang berbeda sebelum dilakukan terapi psikoreligius Dzikir dan
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
A. Desain
yang menjadi kasus tersebut secara lebih jauh dianalisis dan diberikan
Dermawan 2017), dan didukung oleh buku dan hasil jurnal – jurnal yang
B. Subyek Penerapan
Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung tahun 2020.
menjijikkan)
C. Batasan Istilah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung selama 3 hari pada bulan April.
E. Instrumen Penerapan
adalah lembar observasi untuk mengukur tanda dan gejala pada klien
observasi dibuat oleh penulis berdasarkan buku SDKI (2016), tanda dan
gejala tersebut meliputi data subyektif dan obyektif mayor, subyektif dan
33
obyektif minor yang dilihat dengan pilihan ceklis ( ) jika ditemukan dan
diberikan skor (10). Jika ditemukan klien diberi skor (10) dan jika tidak
F. Pengumpulan Data
1. Pengkajian
masalah yang sedang dialami pasien apabila tidak ada keluarga yang
berkunjung.
2. Diagnosa
3. Intervensi
4. Implementasi
dilakukan selama 3 hari secara rutin setelah solat dan tambahan saat
5. Evaluasi
G. Analisis Data
dokumentasi, dengan cara memilih mana yang penting dan yang akan
sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2016). Analisis data pada karya tulis
H. Etika Penerapan
manusia.
3. Confidentiality (kerahasiaan)