Anda di halaman 1dari 5

Nama : Elsi Fatiya Rahmadila

NIM :2110112035
Kelas : Hukum Pajak 3.1

1. Ketentuan UUD 1945 yang mengatur tentang pajak dan landasan filosofis
pemungutan pajak
 Pasal 23A Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 194 telah
mengatur bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang.
 Tugas negara pada prinsipnya berusaha dan bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan bagi rakyatnya. Itulah sebabnya maka negara harus tampil ke
depan dan turut campur tangan, bergerak aktif dalam bidang kehidupan
masyarakat, terutama dibidang perekonomian guna tercapainya kesejahteraan
umat manusia.
 Untuk mencapai dan menciptakan masyarakat yang sejahtera, dibutuhkan
biaya- biaya yang cukup besar. Demi berhasilnya usaha ini, negara mencari
pembiayaannya dengan cara menarik pajak. Penarikan atau pemungutan pajak
adalah suatu fungsi yang harus dilaksanakan oleh negara sebagai suatu fungsi
esensial. Memang dibeberapa negara yang sudah maju, pajak sudah
merupakan suatu conditiesine qua non bagi penambahan keuangan negara.
Tanpa pemungutan pajak sudah bisa dipastikan bahwa keuangan negara akan
lumpuh lebih-lebih lagi bagi negara yang sedang membangun seperti
Indonesia, atau negara yang baru bebas dari belenggu kolonialis pajak
merupakan darah bagi tubuh negara. eori-teori yang memberikan dasar
pembenaran atau landasan filosofis daripada wewenang negara untuk
memungut pajak dengan cara yang dapat dipaksakan. Teori-teori tersebut
adalah:

1) Teori asuransi

Menurut teori ini; negara dalam melaksanakan tugasnya/ fungsinya,


mencakup pula tugas perlindungan terhadap jiwa dan harta benda perseorangan.
Oleh sebab itu, negara bekerja atau bertindak sebagai perusahaan asuransi. Untuk
perlindungan itu, warga negara membayar premi dan pembayaran pajaklah yang
dapat dipandang sebagai premi itu. Teori ini sudah lama ditinggalkan, dan
sekarang praktis tidak ada lagi pembelanya, sebab negara tidak mengganti
kerugian bila timbul kerugian atas orang-orang yang bersangkutan, misalnya
dibunuh atau hartanya dicuri.

2) Teori kepentingan

Menurut teori ini pajak itu mempunyai hubungan dengan kepentingan


individu yang diperoleh dari pekerjaan negara. Makin banyak mengenyam atau
menikmati jasa dari pekerjaan pemerintah, makin besar juga pajaknya. Teori ini
meskipun masih berlaku pada retribusi, tetapi sulit diterima sebab orang miskin
dan penganggur yang memperoleh bantuan dari pemerintah, menikmati atau
menganyam banyak sekali jasa dari pemerintah, menikmati atau mengenyam
banyak sekali jasa dari pekerjaan pemerintah dan mereka bahkan disebabkan
membayar pajak.

3) Teori kewajiban pajak mutlak (teori pengorbanan)


Teori ini berpangkal tolak dari ajaran organik kenegaraan (Organische
Staatsleer) dan berpendirian bahwa tanpa negara maka individu tidak mungkin
bisa hidup bebas berusaha dalam negara. Oleh karena itu, negara mempunyai
hak mutlak untuk memungut pajak. Tanpa negara, maka individu pun tidak ada,
dan pembayaran pajak oleh individu kepada negara adalah dipandang sebagai
tanda pengorbanan atau tanda baktinya kepada negara.

Teori ini terlalu menitikberatkan kepada negara yaitu seolah-olah individu


itu tidak dapat hidup tanpa negara, tetapi negara dapat hidup tanpa individu.
Padahal realitasnya tidak demikian, sebab negara pun tak mungkin hidup/ ada
tanpa individu.

4) Teori gaya beli

Teori ini mengajarkan : bahwa fungsi pemungutan pajak, jika dipandang


sebagai gejala dalam masyarakat disamakan dengan POMPA, yaitu mengambil
gaya beli dari rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga negara dan
kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat dengan tujuan untuk memelihara
hidup masyarakat atau untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Teori ini banyak penganutnya, karena kepraktisannya. Teori ini berlaku


sepanjang masa baik dalam ekonomi liberal, bahkan juga dalam masyarakat
sosialistis, meskipun tidak luput dari variasi-variasi dalam coraknya. Teori ini
tidak mempersoalkan asal mula negara memungut pajak, melainkan hanya
melihat kepada “efek” yang baik sebagai dasar keadilan pemungutan pajak dan
bukan kepentingan individu, maupun bukan kepentingan negara, melainkan
kepentingan masyarakat yang meliputi keduanya. Dengan demikian teori ini
menitikberatkan kepada fraksi kedua dari fraksi pajak, yaitu fraksi mengatur
(regulerend).

5) Teori gaya pikul

Teori ini mengajarkan: bahwa pemungutan pajak harus sesuai dengan


kekuatan membayar dari siwajib pajak (individu). Tekanan semua pajak-pajak
harus sesuai dengan gaya pikul si wajib pajak dengan memperhatikan pada
besarnya penghasilan dan kekayaan, juga pengeluaran belanja wajib pajak
tersebut. Gaya pikul ini dipengaruhi oleh bermacam-macam komponen, terutama :

1. Pendapatan
2. Kekayaan dan
3. Susunan dari keluarga wajib pajak dengan memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi keadaannya.
Prinsip manfaat, salah satu tujuan kegiatan pemerintah pada masyarakat
adalah menciptakan manfaat dapat dinikmati oleh seluruh warga negara, baik sebagai
konsumen maupun produsen. Apabila manfaat yang diterima masyarakat/warga
negara dirasakan besar, maka warga negara akan bersedia untuk membayar manfaat
tersebut juga dalam jumlah yang besar. Pembayaran tersebut bukan saja dalam bentuk
uang seperti pembayaran pajak, tetapi bahkan melebihi dari itu seperti: rasa cinta
tanah air, rasa ingin berkorban untuk nusa dan bangsa.
Pemerintah memberikan pulic service (pelayanan jasa) kepada warganya baik
secara perorangan maupun secara kolektif, dan warga negara memberikan
kontraprestasi berupa uang dalam bentuk pembayaran pajak kepada pemerintah.
Pemberian jasa oleh pemerintah kepada warganya yang dirasakan besar
manfaatnya,akan menimbulkan rasa kesadaran yang tinggi untuk mengabdi kepada
negara. Rendahnya kesadaran warga negara untuk membayar pajak kepada negara
banyak ditentukan oleh sejauh mana rakyat dapat mengenal dan menikmati manfaat
jasa-jasa dari negara. Jasa-jasa dari negara seperti: jaminan keamanan/ ketertiban,
pelayanan yang memuaskan sewaktu warga negara mengurus kepentingannya yang
berhubungan dengan hak-hak perdatanya seperti mengurus kartu penduduk dan surat
keterangan lainnya.
Bilamana pemerintah kurang memperhatikan pelayanan yang baik terhadap
warganya, maka warga negara/ rakyat akan berkurang juga kesadarannya untuk
memberikan kontraprestasi kepada negara dalam bentuk pembayaran pajak.

2. Indikator UU Pajak yang baik


1) bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban
dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan dan
pembangunan nasional.
2) bahwa tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak, sebagai
pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota
masyarakat Wajib Pajak itu sendiri. Pemerintah (aparat perpajakan) hanya
bertugas melakukan pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak berdasarkan ketentuan yang
digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
3) bahwa Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan
kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, dan membayar
sendiri pajaknya yang terutang (self assessment system), sehingga melalui
sistem ini diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapih, terkendali,
sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh Wajib Pajak.

3. Kenapa pajak merupakan hal yang fundamental dalam peneriaan negara dan apa
penerimaan negara lainnya
= Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara. Untuk melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana
yang tidak sedikit, dan ditopang melalui peneriman pajak. Oleh karena itu, pajak
sangat dominan dalam menopang pembangunan nasional.
= Dasar hukum dari sumber penerimaan negara diatur dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat
(3) , “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Pasal tersebut
menjelaskan bahwa negara dalam hal ini pemerintah diberikan kewenangan oleh
UUD 1945 untuk menguasai bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya untuk kemakmuran rakyat sebesar-besarnya. Artinya negara harus dapat
memanfaatkan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya menjadi
sumber penerimaan negara.
= Sementara dasar hukum pemungutan pajak diatur dalam UUD 1945 pada pasal 23
ayat (2) “Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang”. Selain
itu, dalam ketentuan lain tentang pemungutan pajak sehingga pungutan itu dinilai sah
seperti Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang PPh, UU No. 42 tahun 2009
tentang PPN.
= Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 menetapkan bahwa setiap pajak yang dipungut oleh
pemerintah harus berdasarkan undang-undang. Itu berarti bahwa setiap pungutan
pajak harus terlebih dahulu mendapat persetujuan rakyat yang direpresentasikan
dalam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam bentuk undang-undang.
= Pemerintah pada setiap tahun anggaran menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN) untuk diajukan kepada DPR agar memperoleh
persetujuan dan kemudian diundangkan dalam bentuk undang-undang formal APBN.
Pajak yang dipungut oleh pemerintah untuk membiayai kepentingan umum atau
kepentingan rakyat itu sendiri. Tentunya ini mempunyai konsekuensi logis bahwa
rakyat berhak untuk mengetahui jumlah dan bagaimana uang yang dibelanjakan untuk
kepentingan umum.

=Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sebagian besar sumber pemasukan suatu
negara berasal dari pajak. Pajak yang didapat biasanya digunakan untuk membangun
infrastruktur dan membiayai kegiatan operasional pemerintah. Selain pajak, negara
juga menerima sumber pemasukan lain yang dikenal sebagai pendapatan nonpajak.
= Di Indonesia, sumber penerimaan negara nonpajak telah diatur oleh UU No. 20
Tahun 1987 Tentang Jenis-Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak. Dalam Undang-
Undang tersebut, tercantum setidaknya 7 jenis pemasukan nonpajak, 5 di antaranya
adalah:

1) Pengelolaan Dana Pemerintahan

Terbagi menjadi dua, sumber pemasukan bukan pajak hasil pengelolaan


dana pemerintah bisa berasal dari penerimaan jasa giro dan penerimaan dari sisa
anggaran yang telah digunakan. Setiap tahun, pemerintah pasti memiliki anggaran
yang dicairkan untuk pengeluaran rutin dan pembangunan.Dari anggaran yang
sudah direncanakan biasanya terdapat sisa uang yang belum digunakan. Sisa
inilah yang dimasukkan ke dalam sumber pemasukan lain dan tidak berasal dari
pajak.

2) Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Indonesia termasuk salah satu negara dengan sumber daya alam (SDA)
yang cukup kaya. Melihat potensi tersebut, pemerintah negara kita berusaha
mengelola SDA dengan baik sehingga hasilnya bisa dinikmati oleh seluruh rakyat
Indonesia. Inilah mengapa sumber penerimaan negara nonpajak yang kedua
berasal dari pemanfaatan SDA. Sumber pemasukan ini masih digolongkan lagi
menjadi 3, yaitu:

 Keuntungan dari pengelolaan ikan di laut ataupun sungai.


 Keuntungan dari pengelolaan pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
 Keuntungan dari pertambangan baik emas, batu bara, perak, dan lain
sebagainya kecuali minyak bumi serta gas (Migas).

3) Pengelolaan Kekayaan Negara


Seperti halnya masyarakat, negara kita juga memiliki aset dan kekayaan
yang dikelola dengan baik. Kekayaan tersebut bisa berupa SDA, perusahaan
milik pemerintah (BUMN), sertifikat dan surat berharga, hingga saham dan
obligasi. Dari kekayaan tersebut pemerintah Indonesia bisa mendapat keuntungan.
Beberapa contoh sumber penerimaan negara bukan pajak yang diterima oleh
pemerintah Indonesia:

 Laba dari berbagai aktivitas pemerintahan resmi seperti biaya perizinan,


pelayanan publik, tarikan parkir, dan masih banyak lagi.
 Hasil penjualan saham dan sertifikat berharga, seperti saham BUMN,
kepemilikan daerah, dan berbagai jenis saham lainnya.
 Laba dari kontribusi saham yang dimiliki pemerintah di sebuah perusahaan
baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

4) Pemasukan dari Pelayanan dari Berbagai Instansi Pemerintahan

Berbeda dengan sebelumnya, sumber pendapatan yang keempat ini bukan


bersifat laba atau keuntungan tetapi murni pendapatan yang diperoleh dari
berbagai aktivitas pemerintah. Beberapa jenis pelayanan pemerintahan yang
menjadi sumber pendapatan negara di antaranya,

 Pemasukan dari biaya pelayanan masyarakat di bidang pendidikan baik formal


maupun nonformal.
 Pemasukan dari biaya pelayanan yang disediakan untuk masyarakat di bidang
kesehatan.
 Pemasukan dari pemberian hak paten, hak cipta, serta mereka ke pihak terkait
yang menggunakan pelayanan pemerintah.

5) Pemasukan dari Berbagai Keputusan Pengadilan yang Diselenggarakan


di Indonesia

Pernah dengar denda atau biaya perkara yang harus dibayarkan terdakwa
sesaat setelah memperoleh putusan pengadilan? Biaya tersebut termasuk salah
satu sumber penerimaan negara nonpajak dan langsung masuk ke kas pemerintah.
Besaran denda juga tergantung UU terkait dan beberapa dasar hukum lalu
disahkan oleh putusan pengadilan. Selain dari denda dan biaya perkara,
pemerintah juga mendapatkan sumber dana kelima ini dari beberapa hal terkait
lain, seperti:

 Proses pelelangan barang yang melibatkan instansi pemerintah seperti Kantor


Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
 Hasil rampasan penyusup yang tertangkap pihak berwajib (contoh: masuknya
kapal asing ke wilayah perairan Indonesia dan mengambil SDA berupa ikan
secara ilegal).
 Hasil denda sebuah pelanggaran yang terjadi di luar pengadilan (contoh: denda
karena tidak mematuhi rambu lalu lintas atau tidak menggunakan helm).

Anda mungkin juga menyukai