اْلِكٰت َب ِباْلَح ِّق ُمَص ِّد ًقا ِّلَم ا َبْيَن َيَد ْيِه ِم َن اْلِكٰت ِب َو ُمَهْيِم ًنا َع َلْيِه َو َاْنَز ْلَنٓا ِاَلْيَك ِبَم ٓا َاْنَز َل ُهّٰللا َو اَل َتَّتِبْع َاْهَو ۤا َء ُهْم َع َّم ا َج ۤا َء َك ِم َن اْلَح ِّۗق ِلُك ٍّل َفاْح ُك ْم َبْيَنُهْم ِش ْر َع ًة َّو ِم ْنَهاًجاۗ َو َلْو َش ۤا َء ُهّٰللا َلَج َع َلُك ْم ُاَّم ًة َّو اِح َد ًة َّو ٰل ِكْن ِّلَيْبُلَو ُك ْم َج َع ْلَنا ِم ْنُك ْم ِفْي َم ٓا ٰا ٰت ىُك ْم َفاْسَتِبُقوا اْلَخ ْيٰر ِۗت ِاَلى ِهّٰللا َم ْر ِج ُع ُك ْم َج ِم ْيًعا َفُيَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم ِفْيِه َتْخ َتِلُفْو َۙن Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Q.S Al-Maidah/5:48 2. QS At-Taubah ayat 105 (Etos Kerja) َو ُقِل اْع َم ُلْو ا َفَسَيَر ى ُهّٰللا َع َم َلُك ْم َو َر ُسْو ُلٗه َو اْلُم ْؤ ِم ُنْو َۗن َو َس ُتَر ُّد ْو َن ِاٰل ى ٰع ِلِم اْلَغْيِب َو الَّش َهاَد ِة َفُيَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم َتْع َم ُلْو َۚن Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.” Q.S At-taubah/9:105 -Kandungan dalam QS. Al-Maidah/5:48 Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt. dengan haq (kebenaran), yakni haq dalam kandungannya, cara turunnya, maupun yang mengantarnya turun (Jibril a.s.). Kitab Al-Qur’an berfungsi membenarkan kitab- kitab sebelumnya. Kitab suci Al-Qur’an juga menjadi pengawas, pemelihara, penjaga kitabkitab terdahulu dan menjadi tolok ukur kebenaran terhadapnya, serta menjadi saksi untuk keabsahannya. Allah Swt. memerintahkan agar menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Tiap-tiap umat memiliki aturan (syariat) yang akan menuntunnya menuju kebahagiaan abadi. Allah Swt. telah menjadikan syariat Nabi Muhammad Saw. sebagai penyempurna syariat para nabi terdahulu serta membatalkan syariat sebelumnya. -Kandungan dalam QS. At-Taubah/9:105 Allah Swt. memerintahkan untuk beramal saleh hingga manfaatnya bisa dirasakan oleh diri sendiri maupun masyarakat luas. Setiap amal akan dilihat oleh Allah Swt., Rasulullah Saw. dan mukminin di akhirat kelak dan manusia akan dibalas sesuai dengan amal tersebut. Janganlah merasa amalnya sudah cukup banyak untuk bekal hidup di akhirat. Setiap manusia akan kembali ke kampung akhirat, dan menerima balasan. -Kisah yang berkaitan dengan berlomba-lomba dalam kebaikan adalah sebagaimana kisah berikut: Pada zaman Rasulullah SAW, sempat terjadi persaingan di antara umat Islam dalam melakukan kebaikan. Namun, Rasulullah SAW tampak menyikapinya dengan sangat bijak. Diceritakan orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin dan sebagian Anshar dengan kondisi yang sama merasa bahwa kemampuan untuk melakukan dan memperbanyak kebaikan mereka sangat terbatas karena tidak memiliki harta untuk sedekah. Mereka lalu bertanya kepada Rasulullah SAW untuk mendapatkan jalan keluar. Nabi SAW paham betul ambisi dan kerinduan kaumnya itu untuk mencapai derajat tinggi di sisi Allah SWT, beliau lalu mengobati jiwa mereka dengan memperlihatkan begitu luasnya pintu-pintu kebaikan. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa terdapat amal-amal lain yang pahalanya sama dengan orang bersedekah. Setiap orang memiliki keutamaan sesuai dengan kemampuannya. Sebagaimana firman-Nya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al Baqarah: 286) -Kisah yang berkaitan dengan etos kerja adalah sebagaimana kisah berikut: Etos kerja atau kerja keras sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saat beliau masih berumur 12 tahun. Saat itu beliau sudah berniaga lintas negara (ekspor-impor) hingga ke negeri Syam bersama Abu Thalib. Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib juga merupakan figur teladan dalam bekerja keras. Pada suatu hari Rasulullah Saw. masuk ke masjid dan melihat Abu Umamah, salah satu sahabat Anshar sedang duduk termenung seperti sedang merasa susah. Nabi Saw. bertanya: “mengapa engkau duduk sendirian di masjid, padahal ini bukan saatnya mengerjakan salat?”. Abu Umamah menjawab: “Saya ini sedang banyak hutang, pailit, dan tidak punya semangat untuk bekerja. Saya selalu diliputi perasaan cemas dan ragu” Mendengar jawaban tersebut, Rasululullah Saw. memberi nasihat kepada Abu Umamah, “jauhilah perasaan ragu dan putus asa, malas dan lemah kemampuan, pengecut dan kikir, gemar berhutang, dan hubungan kurang baik dengan sesama manusia”. Abu Umamah bersungguh- sungguh melaksanakan semua nasihat tersebut. Akhirnya kehidupan Abu Umamah menjadi lebih baik dan bahagia. -Meyakini sikap kompetetif dalam kebaikan dan etos kerja: Dengan meyakini bahwa sifat kompetetif dalam kebaikan dan etos kerja maka akan membuat kita semakin berusaha dalam mencapai hal yang ingin diraih dan semakin menjadikan kita orang yang tidak mudah menyerah daan selalu berusaha Kesimpulan: Dalam melakukan suatu perkara yang baik, seperti berbuat kebaikan dan bekerja kita dianjurkan untuk berlomba-lomba dan tidak menyerah, serta tidak pernah merasa puas dalam melakukan kebaikan yang diniatkan karena Allah SWT dan bukan pujian manusia