Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH VIROLOGI

TENTANG

VIRUS DENGUE

OLEH

KELOMPOK 8

Richard Boimau PO5303333210757


Rivania R. Nggiri PO5303333210758
Saraswati Babang Noti PO5303333210759
Sisilia Boisala PO5303333210760

PRODI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami tentang "Virus Dengue ".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Kupang, 02 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB IPENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

C. Tujuan ............................................................................................................................ 2

D. Manfaat .......................................................................................................................... 2

BAB IIPEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian Virus Dengue ............................................................................................. 3

B. Epidemiologi .................................................................................................................. 4

C. Patofisiologi Dan Respon Imun Terhadap Virus Dengue ......................................... 8

D. Tanda Dan Gejala Klinis Dbd ................................................................................... 10

E. Diagnosis Laboratorium ............................................................................................. 12

BAB IIIPENUTUP ................................................................................................................. 16

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 16

B. Saran ............................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini, infeksi virus Dengue tetap menjadi
masalah kesehatan di Indonesia.
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dari genus flavivirus yang dinalarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini terutama menyerang anak yang ditandai dengan panas tinggi, perdarahan dan
dapat menyebabkan kematian. Peningkatan penderita penyakit ini sering terjadi dari tahun
ke tahun yang berkaitan erat dengan perubahan musim iklim kondisi cuaca panas-hujan
yang bergantian bahkan sampai menimbulkan kondisi luar biasa di daerah tertentu.
WHO menyebutkan bahwa dalam 50 tahun terakhir, insiden penyakit DBD telah
meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke negara-negara baru dan
pada dekade ini penyakit demamberdarah telah menyebar dari daerah perkotaan ke daerah
pedesaan (World Health Organization, 2019) Diperkirakan ada sekitar 50 juta infeksi
dengue terjadi setiap tahan dan sekitar 2.5 miliar orang hidup di negara endemik DBD.
Jumlah kasus DBD menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah, luas
wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) setiap
tahun. Meningkatnya wilayah yang terjangkit DBD, disebabkan semakin baiknya sarana
transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap
pembersihan sarang nyamuk (PSN), vektor nyamuk ditemukan di berbagai pelosok tanah
air serta adanya serotypevirus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Jumlah kasus DBD di
Indonesia tahun 2020 sebanyak 108.303 kasus jumlah kematian sebesar 444 orang, dengan
demikian IR (Incidence Rate) DBD pada tahun 2020 adalah 40 per 100,000 penduduk dan
Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,7% (Kemenkes, 2020).
Pandemi COVID-19 menempatkan tekanan besar pada perawatan kesehatan dan
sistem manajemen di seluruh dunia. WHO telah menekankan pentingnya mempertahankan
upaya untuk mencegah, mendeteksi dan mengobati penyakit yang ditularkan melalui vektor
seperti demam berdarah dan penyakit arboviral lainnya selama periode penting ini, karena
jumlah kasus meningkat di beberapa negara, yang memaparkan populasi perkotaan pada
risiko tertinggi untuk kedua penyakit tersebut. Dampak gabungan epidemi COVID-19 dan

1
demam berdarah berpotensi menghasilkan konsekuensi yang menghancurkan hagi populasi
yang berisiko. Jumlah kasus demam berdarah terbesar yang pernah dilaporkan secara
global terjadi pada tahun 2019. Semua Wilayah WHO terkena dampaknya, dan penularan
demam berdarah tercatat di Afghanistan untuk pertama kalinya (WHO, 2021).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Virus Dengue ?
2. Bagaimana Epidemiologi dari DBD akibat Virus Dengue ?
3. Bagaimana patofisiologi dan respon imun terhadap virus Dengue ?
4. Bagaimana gejala klinis akibat infeksi virus Dengue ?
5. Bagaimana cara mendiagnosis virus dengue di laboratorium ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Virus Dengue
2. Untuk mengetahui epidemiologi dari DBD akibat Virus Dengue
3. Untuk mengetahui patofisiologi dan respon imun terhadap Virus Dengue
4. Untuk mengetahui gejala klinis akibat infeksi Virus Dengue
5. Untuk mengetahui cara mendiagnosis Virus Dengue di laboratorium
D. Manfaat
Untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan bagi penulis dan pembaca
terkait dengan Virus Dengue yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (
DBD ).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Virus Dengue


Klasifikasi virus Dengue
Genus : Flavivirus
Famili : Flaviviridae
Spesies : Virus Dengue

Gambar Bentuk Virus Dengue Famili Flaviviridae

Virus dengue memiliki empat serotip (DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4)
dapat dibedakan dengan metode serologi. Secara genetik keempat serotipe berasal dari satu
asal yang sama. Infeksi salah satu serotipe akan menghasilkan imunitas seumur hidup
terhadap serotipe virus tersebut, tetapi hanya memberikan perlindungan beberapa bulan
terhadap infeksi serotipe virus lainnya. Infeksi sekunder dengan serotipe virus dengue
lainnya atau jika terjadi infeksi ganda (multiple infection) dengan serotipe yang berbeda
dapat menimbulkan demam berdarah dengue (DBD) atau dengue shock syndrome (DSS).
Virus dengan virion berukuran sekitar 50 nanometer ini mempunyai genom single-strand
RNA yang tersusun dari tiga struktur protein gen yang memberi petanda protein inti atau
nukleokapsid (C), protein membran (M) dan protein selubung (E). Selain itu terdapat tujuh
gen non -struktural (NS) yaitu NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NS5.
Glikoprotein pada selubung virus (envelope glycoprotein) atau NS1 penting dalam
menentukan diagnosis dan sifat 6 patologi virus. NS1 berukuran 45 kDa dan berhubungan
dengan kemampuan hemaglutinasi dan netralisasi virus dengue (Soedarto, 2012).

3
Penyakit DBD merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.
Berdasarkan jenisnya virus ini merupakan kelompok B Arthropod borne virus
(Arboviruse). Infeksi dengue merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui vektor
nyamuk, terutama nyamuk Aedes aegypti (Depkes, 2014).
B. Epidemiologi
Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari
seluruh dunia menunjukan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam
berdarah dengue setiap tahunnya.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama
A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang
berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus
dengue yaitu:

a. Vektor

Vektor utama yang menyebabkan penularan virus dengue adalah nyamuk Aedes,
terutama dua spesies Aedes yang sering menularkan virus dengue. Berikut adalah dua
spesies Aedes yang menjadi vektor penularan virus dengue :

1) Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor utama dalam penularan virus dengue di
berbagai wilayah di seluruh dunia. Mereka memiliki kebiasaan menggigit manusia,
terutama pada pagi dan sore hari. Nyamuk ini sering berkembang biak di wadah air
yang tergenang, seperti bak mandi, ember, dan tempat-tempat lain di sekitar
pemukiman manusia.

2) Aedes albopictus

4
Selain Aedes aegypti, Aedes albopictus juga dapat bertindak sebagai vektor virus
dengue. Nyamuk ini dikenal sebagai "nyamuk harimau Asia" karena pola garis
putih di tubuhnya. Mereka dapat berkembang biak dalam berbagai jenis wadah air
dan memiliki kebiasaan menggigit manusia

Transmisi vektor yang menyebabkan penularan virus dengue, yaitu


perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor dilingkungan,
dan transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain.

b. Host

Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor
yang mempengaruhi manusia adalah :

1. Usia

Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi
virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru
berumur beberapa hari setelah lahir. Penyakit yang disebabkan virus dengueini
terutama menyerang pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun.

2. Jenis kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan demam


berdarah dengue dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin gender),

3. Nutrisi

Teori nutrisi mempengaruhi derajat benut ringan penyakit dan ada hubungannya
dengan teori imunologi, bahwa gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi
dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi
virus dengue yang berat.

4. Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan


infeksi virus dengue

5
c. Lingkungan (environment)

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit DBD, yaitu :

1. Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai Negara
terutama di Negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30" Lintang Utara dan
40 Lintang Selatan seperti Asia Tenggara dengan tingkat kejadian demam berdarah
dengue sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Penyakit ini masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik
yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara
lain.

2. Musim

Negara dengan empat musim, epidemi demam berdarah dengue berlangsung


pada musim panas, meskipun ditemukan kasus demam berdarah dengue sporadis
pada musim dingin. Wilayah Asia Tenggara epidemik demam berdarah dengue
terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, dan Malaysia epidemi
demam berdarah dengue terjadi beberapa minggu setelah musim hujan Periode
epidemik yang: terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya
dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan
aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk
masa inkubasi.

3. Suhu

Suhu memengaruhi penularan virus dengue karena suhu memengaruhi berbagai


aspek dalam kehidupan vektor penyakitnya, yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Berikut beberapa alasan mengapa suhu sangat penting dalam penularan
virus dengue :

6
a) Pengaruh pada Siklus Hidup Nyamuk: Suhu memengaruhi laju perkembangan
telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa. Suhu yang lebih tinggi dapat
mempercepat siklus hidup nyamuk, memungkinkan populasi nyamuk untuk
berkembang lebih cepat.
b) Aktivitas Nyamuk: Suhu juga mempengaruhi aktivitas nyamuk. Pada suhu yang
lebih tinggi, nyamuk cenderung lebih aktif dan mungkin lebih sering menggigit
manusia untuk mencari darah, yang diperlukan untuk meneruskan virus dengue
dari satu individu ke individu lain.
c) Reproduksi Nyamuk: Suhu yang lebih hangat dapat meningkatkan tingkat
reproduksi nyamuk. Ini berarti ada lebih banyak nyamuk yang dapat bertindak
sebagai vektor dalam penularan virus dengue.
d) Masa Hidup Virus: Suhu juga memengaruhi masa hidup virus dengue di dalam
nyamuk. Pada suhu yang lebih tinggi, virus dapat bertahan lebih lama dalam
nyamuk, meningkatkan peluang untuk penularan saat nyamuk menggigit
manusia.
e) Perilaku Manusia: Suhu yang lebih tinggi juga dapat mempengaruhi perilaku
manusia, seperti meningkatnya aktivitas luar ruangan dan penggunaan pakaian
yang lebih terbuka, yang dapat meningkatkan risiko gigitan nyamuk.

4. Sanitasi

Sanitasi yang buruk atau tidak memadai dapat menjadi faktor yang mendukung
penularan virus dengue, meskipun bukan penyebab langsung. Hal ini terkait dengan
peran nyamuk Aedes sebagai vektor utama virus dengue. Berikut adalah beberapa
cara di mana sanitasi yang buruk atau tidak memadai dapat mempengaruhi
penularan virus dengue:

1) Tempat Perkembangbiakan Nyamuk

Nyamuk Aedes, seperti Aedes aegypti, cenderung berkembang biak di


wadah air yang tergenang. Sanitasi yang buruk, seperti adanya tempat-tempat
genangan air di sekitar pemukiman manusia, seperti bak mandi yang tidak
ditutup atau barang-barang bekas yang mengandung air, dapat menciptakan
lingkungan yang ideal bagi perkembangbiakan nyamuk ini.

7
2) Penumpukan Sampah

Tempat-tempat penumpukan sampah atau barang bekas yang tidak


terkelola dengan baik dapat menjadi tempat penumpukan air hujan, yang
kemudian dapat digunakan oleh nyamuk Aedes sebagai tempat berkembang
biak.

4. Kepadatan Penduduk

Kepadatan populasi manusia yang tinggi dalam daerah yang kurang memiliki
akses sanitasi yang memadai dapat meningkatkan risiko penularan virus dengue.
Populasi yang padat dapat menciptakan lebih banyak peluang bagi nyamuk Aedes
untuk menggigit manusia.

C. Patofisiologi Dan Respon Imun Terhadap Virus Dengue


Hingga kini, sebagian besar ahli masih menganut the secondary heterologous infection
hypothesis atau the sequential infection hypothesis yang menyatakan ahwa DBD dapat
terjadi apabila seseorang setelah terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi
kedua dengan virus dengue serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun
(Sumameno, 2010)
Peran sistem imun dalam infeksi virus dengue adalah
a. Infeksi pertama kali (primer) menimbulkan kekebalan seumur hidup untuk
serotipe penyebab.
b. Infeksi sekunder dengan serotipe virus yang berbeda (secondary heterologeus
infection) memberikan manifestasi klinis berat daripada infeksi primer.
Secara umum, patogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh interaksi berbagai
komponen dari respons imun atau reaksi inflamasi yang terjadi secara terintegrasi. Sel imun
yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus dengue, yaitu sel dendrit,
monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit. Akibat interaksi tersebut akan dikeluarkan
berbagai mediator antara lain sitokin, peningkatan aktivitas sistem komplemen, serta terjadi
aktivasi limfosit T. Apabila aktivasi sel imun berlebihan, akan diproduksi sitokin (terutama
proinflamasi) dan mediator inflamasi lain dalam jumlah banyak. Akibat produksi berlebih
dari zat-zat tersebut akan menimbulkan berbagai kelainan yang akhirnya menimbulkan
tanda dan gejala dari infeksi virus dengue.
Imunopatogenesis virus dengue terbagi menjadi :

8
1. Respon imun humoral
Respons imun humoral diperankan oleh limfosit B dengan menghasilkan
antibodi spesifik terhadap virus dengue. Antibodi yang dihasilkan melindungi diri
dari terjadinya penyakit berat, namun sebaliknya dapat pula menjadi pemicu
terjadinya infeksi berat melalui mekanisme antibody-dependent enhancement
(ADE). Virus dengue mempunyai empat serotipe yang secara antigenik berbeda.
Infeksi virus dengue primer oleh suatu serotip tertentu dapat menimbulkan
kekebalan yang menetap untuk serotipe bersangkutan (antibodi homotipik). Pada
saat bersamaan, sebagai bagian dari kekebalan silang (cross imunity) akan dibentuk
antibodi untuk serotipe lain (yang berbeda). Jika terjadi infeksi oleh serotipe yang
berbeda, maka antibodi heterotipik yang bersifat non atau subneutralisasi berikatan
dengan virus atau partikel tertentu dari virus serotipe yang baru membentuk
kompleks imun. Kompleks imun akan berikatan dengan reseptor Fcけ yang banyak
terdapat terutama pada monosit dan makrofag, sehingga memudahkan virus
menginfeksi sel. Virus bermultiplikasi di dalam sel dan selanjutnya virus keluar dari
sel, sehingga terjadi viremia. Kompleks imun juga mengaktifkan kaskade
komplemen untuk menghasilkan C3a dan C5a yang mempunyai dampak langsung
terhadap peningkatan permeabilitas vaskular (Sri dkk, 2014).
2. Respon imun selular
Respons imun selular yang berperan yaitu limfosit T (sel T). Respons sel T
terhadap infeksi virus dengue dapat tidak menimbulkan penyakit atau hanya berupa
infeksi ringan, namun juga sebaliknya dapat terjadi hal yang merugikan bagi
pejamu. Sel T spesifik untuk virus dengue dapat mengenali sel yang terinfeksi virus
dengue dan menimbulkan respons beragam berupa proliferasi sel T,
menghancurkan (lisis) sel terinfeksi dengue, serta memproduksi berbagai sitokin.
Pada penelitian in vitro, diketahui bahwa baik sel T CD4 maupun sel T CD8 dapat
menyebabkan lisis sel target yang terinfeksi dengue. Sel T CD4 lebih banyak
sebagai penghasil sitokin, sedangkan sel T CD8 lebih berperan untuk lisis sel target
dibanding dengan produksi sitokin (SR, 2014). Pada infeksi sekunder oleh virus
dengue serotipe yang berbeda, sel T memori mempunyai aviditas yang lebih besar
terhadap serotipe yang sebelumnya dibanding dengan serotipe virus yang baru.
Fenomena lisis terhadap virus yang baru tidak optimal, sedangkan produksi sitokin

9
berlebihan. Sitokin yang dihasilkan oleh sel T berperan dalam memacu respons
inflamasi dan meningkatkan permeabilitas sel endotel vaskular (Soegijanto, 2013)
3. Autoimun
Virus dengue mempunyai beberapa komponen protein yang berperan dalam
pembentukan antibodi spesifik diantaranya protein E, prM, dan NS1. Protein yang
berperan dalam mekanisme autoimun adalan protein NS1.Antibodi terhadap protein
NS1 menunjukkan reaksi silang dengan sel endotel dan trombosit sehingga
menimbulkan gangguan pada kedua sel tersebut dan memacu respons inflamasi. Sel
endotel yang diaktivasi oleh antibodi terhadap protein NS1 dengue ternyata dapat
mengekspresikan sitokin, kemokin, dan molekul adhesi (SR, 2014) Selain itu,
antibodi terhadap prM juga dapat menyebabkan reaksi autoimun. Autoantibodi
terhadap protein prM dapat beraksi silang dengan sel endotel. Proses autoimun ini
diduga kuat terdapat kesamaan atau kemiripan antara protein NS1 dan prM dengan
komponen tertentu pada sel endotel dan trombosit yang disebut sebagai molecular
mimicry. Autoantibodi yang bereaksi dengan komponen yang dimaksud,
mengakibatkan sel yangmengandung molekul hasil ikatan antara keduanya akan
dihancurkan oleh makrofag atau mengalami kerusakan. Akibatnya, pada trombosit
akan terjadi trombositopenia dan pada sel endotel terjadi peningkatan permeabilitas
yang mengakibatkan perembesan plasma.
D. Tanda Dan Gejala Klinis DBD
Deman Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
dengue melalui gigitan nyamuk Aedes terutama Aedes aegypti. Demam dengue merupakan
penyakit akibat nyamuk yang berkembang paling pesat di dunia. Gejala atau tanda untuk
identifikasi cepat Infeksi dengue dapat menyebabkan infeksi tanpa gejala atau gejala,
dengan sekitar 20% menyebabkan gejala. Secara umum DF adalah penyakit demam sendiri,
yang muncul 3-10 hari setelah nyamuk yang terinfeksi menggigit seseorang.
1. Fase awal demam:
a) Tahap awal infeksi dengue dapat digambarkan sebagai penyakit “mirip flu”
ringan dengan gejala yang mirip dengan malaria, influenza, chikungunya dan
Zika. Penyakit ini ditandai dengan: nyeri retro-orbital, demam, sakit kepala
hebat, nyeri sendi dan otot yang intens. nyeri, dan mual.
b) Ditandai dengan timbulnya demam berat yang cepat yang berlangsung dari 2
sampai 7 hari. Pada saat ini, dengue dapat dibedakan dari penyakit serupa
lainnya dengan menggunakan tes tourniquet.69,70 Sebagian besar pasien
10
DENV dapat untuk pulih sepenuhnya setelah periode demam tanpa memasuki
fase kritis penyakit.

2. Fase kritis:
a) Menunjukkan tanda-tanda peringatan, termasuk sakit perut yang parah,
muntah terus-menerus, perubahan suhu yang nyata, manifestasi hemoragik,
atau perubahan status mental. Umumnya, pasien menjadi lebih buruk karena
suhu mereka mencapai 37,5-38ºC setelah penurunan drastis jumlah trombosit
menyebabkan kebocoran plasma dan syok dan/atau akumulasi cairan dengan
gangguan pernapasan; perdarahan kritis, dan kerusakan organ. Tanda-tanda
peringatan hampir selalu terlihat pada pasien sebelum onset syok termasuk
kegelisahan, kulit dingin lembab, nadi cepat lemah, dan penyempitan tekanan
nadi. Pasien yang mengalami syok kemungkinan besar kehilangan volume
plasma yang besar. melalui kebocoran pembuluh darah. Pasien DSS harus
dipantau secara ketat, karena syok hipotensi dapat dengan cepat berubah
menjadi gagal jantung dan henti jantung.
b) Demam berdarah dapat menyebabkan manifestasi penyakit yang lebih parah
seperti perdarahan dan kebocoran pembuluh darah. Selama presentasi
penyakit yang parah, pasien dapat datang dengan efusi pleura, perdarahan,
trombositopenia dengan <100.000 trombosit/mL, peningkatan kadar
hematokrit, kegelisahan, sakit perut, muntah, dan penurunan suhu secara tiba-
tiba.

11
E. Diagnosis Laboratorium
1. Identifikasi dan Isolasi Virus
Pada awal infeksi, identifikasi dan isolasi virus dengue secara tradisional adalah
satu-satunya cara untuk mendiagnosis infeksi dengue saat ini. Dalam teknik ini serum
dari pasien dipaparkan pada sel nyamuk. Setelah amplifikasi virus pada sel yang
terinfeksi, serotipe tersebut diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal
spesifik untuk setiap serotipe dengue. Teknik ini hanya sensitif ketika ada partikel
menular yang relatif tinggi di dalam serum. Viremia untuk virus dengue berlangsung
singkat, biasanya dimulai dua atau tiga hari sebelum serangan demam dan berlangsung
sampai empat atau lima hari waktu sakit. Sebagai pilihan dalam mendeteksi virus untuk
diagnosis rutin dalam sampel serum penderita, walaupun virus dengue dapat juga
dideteksi dalam plasma, leukosit, dan dalam beberapa jaringan yang diperoleh dari
otopsi.
Inokulasi intratoraks nyamuk adalah sistem yang paling sensitif untuk isolasi
virus dengue, tetapi karena diperlukan keterampilan teknis tertentu dan fasilitas khusus
untuk inokulasi langsung nyamuk, maka kultur sel lebih baik untuk diagnosis rutin.
Sampai saat ini identifikasi virus dengue umumnya dicapai dengan teknik
imunofluoresens yang menggunakan serotipe spesifik monoklonal antibodi anti dengue
di kepala nyamuk yang hancur atau sel yang terinfeksi. Kenyataannya beberapa strain
tidak mudah diidentifikasi karena konsentrasi yang rendah dari virus.
2. Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction ( RT-PCR ) dari serum atau
plasma
RT-PCR dapat dilakukan dengan cara on-step, nested RT-PCR atau nucleic acid
sequence-based amplification ( NASBA ). Dewasa ini di luar negeri telah banyak
dilakukan pemeriksaan RT-PCR dengan menggunakan alat real-time PCR, dimana
hasil yang didapat lebih cepat dan bersifat kuantitatif. Keberhasilan PCR juga
tergantung dari tahapan pengambilan serum dan variabilitas yang luas antar
laboratorium dimana masih dibutuhkan standarisasi yang lebih baik. Hasil positif akan
didapatkan lebih banyak pada keadaan viremia.
3. Deteksi Antigen
Produksi gen NS1 merupakan glikoprotein yang dihasilkan oleh semua
flavivirus dan penting untuk replikasi dan viabilitas virus. Selama replikasi virus, NS1
terlokalisir dalam organel sel. Protein NS1 disekresikan oleh sel mamalia, tetapi tidak
oleh sel-sel serangga. Bentuk protein sekresi berupa heksamer, yang terdiri dari subunit
12
dimer. Glikolisasi protein ini diyakini penting untuk sekresi. Antigen NS1 muncul awal
pada hari pertama setelah serangan demam dan menurun ke tingkat tidak terdeteksi
setelah 5-6 hari. Protein NS1 merupakan antigen yang memperbaiki dan saling
melengkapi, serta juga menghasilkan respon imun humoral yang sangat kuat. Dalam
enam tahun terakhir terdapat beberap studi yang menyikapi penggunaan antigen NS1
dan antibodi anti-NS1 sebagai alat untuk diagnosis demam berdarah.
4. Uji Serologik
a. Mac ELISA
Mac ELISA merupakan uji serologik klasik untuk dengue dengan menggunakan
antigen spesifik dengue dari seluruh serotipe ( DEN 1-4 ) untuk menangkap antibodi
IgM spesifik anti-dengue pada sampel serum. Sebagian besar antigen yang
digunakan untuk pengujian ini berasal dari protein envelope virus dengue.
Keterbatasan uji ini termasuk kekhususan dari antigen dan reaktivitas silang dengan
flavivirus lainnya. Keterbatasan ini harus dipertimbangkan ketika bekerja di daerah
dimana terdapat beberapa jenis flavivirus. Deteksi IgM tidak berguna untuk
penentuan serotipe dengue karena reaktivitas silang antibodi, infeksi bahkan selama
infeksi primer.
b. IgG ELISA
Pemeriksaan IgG ELISA klasik digunakan untuk mendeteksi infeksi dengue
sebelumnya, yaitu dengan meneggunakan antigen, sama halnya dengan Mac
ELISA. Pengujian biasanya dilakukan dengan pengenceran berulang dari serum, di
uji untuk menentukan titik akhir pengenceran. Uji ini berkolerasi dengan tes
hemaglutinasi yang digunakan di masa lalu. Semakin tinggi pengenceran pada titik
akhir, respon yang diperoleh lebih kuat setelah infeksi. Secara umum, IgG ELISA
tidak memiliki kekhususan dalam kelompok-kelompok serotipe kompleks
flavivirus, namun menurut Cardosa et al, menunjukan bahwa respon IgG untuk
premembran dari protein adalah spesifik untuk individu yang terinfeksi flavivirus.
Tidak ada rekasi silang, dapat diamati ketika serum diuji dari individu yang
terinfeksi dengan virus dengue.
Suatu kekhususan yang sangat baik dari IgG spesifik anti dengue diperoleh
Baretto Dos Santos et al. pada uji menggu-nakan polipeptida rekombinan yang
terletak di bagian N- terminal dari protein envelope. Meskipun deteksi IgG spesifik
telah diganti-kan dalam diagnosis infeksi akut, studi sero-epidemiologis yang
terbaik dengan menggu-nakan ELISA untuk mendeteksi IgG spe-sifik. Aviditas
13
IgG ELISA dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu infeksi pri-mer atau
sekunder, dan dapat lebih berguna dibandingkan dengan uji hemaglutinasi inhibisi
untuk tujuan ini.
c. IgM/IgG Ratio ( Rasio IgG/IgM )
Pemeriksaan ini digunakan untuk mem-bedakan infeksi primer dan sekunder
DBD. Infeksi virus dengue ditetapkan sebagai primer jika rasio IgM/IgG lebih besar
dari 1,2, atau sekunder jika rasio kurang dari 1,2. Sistem pengujian rasio ini telah
diadopsi oleh vendor komersial seperti PanBio. Falconar et al, ini menunjukkan
bahwa rasio ini bervariasi, tergantung pada apakah pasien memiliki infeksi
serologik dengue klasik atau non-klasik. Mereka kemudian merevisi rasio tersebut
dengan mempertim-bangkan empat sub kelompok klasik dengan infeksi dengue.
Rasio yang disesuaikan ada-lah jika > 2,6 secara pasti dikategorikan 100% infeksi
demam berdarah serologik klasik, sedangkan jika < 2,6 menunjukkan 90% infeksi
serologik non klasik.
d. Plaque Reduction and Neutralization test (PRNT) dan Microneutralization Assay
Merupakan alat uji serologik yang pa-ling spesifik untuk penentuan antibodi
dengue dan digunakan untuk menentukan infeksi serotipe pada serum penderita
yang sudah sembuh. Uji ini mengukur titer anti-bodi penetralisir dalam serum
individu ter-infeksi dan menentukan tingkat perlindungan individu itu terhadap
virus yang meng-infeksi. Uji ini didasarkan pada prinsip interaksi virus dan
antibodi, yang mengaki-batkan inaktivasi virus sedemikian rupa se- hingga tidak
lagi dapat menginfeksi dan bereplikasi dalam kultur set. Beberapa variabilitas yang
ditemukan dalam pengujian ini disebabkan perbedaan interpretasi hasil.
e. Haemagglutination-inhibition (HI) Test
Uji HI merupakan uji serologik yang dianjurkan menurut standar WHO,2 dan
dapat mendeteksi antibodi anti dengue, baik IgM maupun IgG dalam serum. Infeksi
virus dengue akut ditandai dengan terdapat-nya peningkatan titer empat kali atau
lebih antara sepasang sera yaitu serum akut dan serum konvalesen.
Akhir-akhir ini IgM maupun IgG anti-dengue telah dapat dideteksi dengan
menggunakan pemeriksaan Dengue Blot/Dengue Stick/Dot Imunoassay Dengue.
Uji ini merupakan salah satu uji pilihan untuk diagnosis infeksi dengue akut, baik
primer ataupun sekunder, dengan melihat terdeteksinya kadar IgM anti-dengue
pada serum tunggal. Terdeteksinya IgG anti-dengue dapat dipakai untuk melihat

14
apakah infeksi tersebut primer atau sekun-der, tergantung dari standardisasi
masing-masing reagen yang telah ditetapkan setara dengan berapa kadar HI-nya
5. Pemeriksaan Hematology
Nilai hematokrit dan trombosit biasa-nya teratur selama fase akut dari infeksi
dengue. Keduanya harus diperiksa dengan hati-hati menggunakan protokol, reagen
dan peralatan standar. Penurunan nilai trombosit dibawah 100.000/μL mungkin
dapat dilihat pada DD tetapl ciri-ciri trombositopenia dibawah 100.000/μL yang
terus menerus, ditemukan pada DBD. Tronibositopenia biasanya terdapat antara
hari ketiga sampai hari kedelapan selama perjalanan penyakit.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam berdarah adalah masalah kesehatan yang serius karena hamper tiap tahun
selalu ada dan bahkan kadang-kadang meningkat tajam megarah kekajadian luar biasa
(KLB). Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes
aegypti. Penyakit demam berdarah dalam keadaan gawat memerlukan pertolongan segera
dan semakin cepat ditolong makin besar kemungkinan untuk sembuh kembali. Pada seting
prehospital masyarakat dan keluarga harus waspada terhadap tanda dan gejala yang
dikeluhkan oleh pasien. Koordinasi dengan instansi terkait, missal dinas kesehatan adalah
penting dalam rangka pencegahan penularan demam berdarah. Peran masyarakat sangat
penting karena tanpa peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk maka
sebesar apapun dana yang dikeluarkan dan sebagus apapun program pemerintah tidak akan
optimal dalam penanggulangan dan pemberantasan penyakit demam berdarah. Untuk dapat
merawat pasien DBD dengan baik, diperlukan dokter dan perawat yang terampil, sarana
laboratorium yang memadai, cairan kristaloid dankoloid, serta bank darah yang senantiasa
siap bila diperlukan. Kunci keberhasilan tatalaksana DBD/DSS terletak pada ketrampilan
para dokter untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu
(fase kritis, fase syok) dengan baik.
B. Saran
a. Diharapkan masyarakat berperan aktif dalam melaksanakan kebersihan lingkungan
terutama dalam melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk guna menekan kecil
mungkin peluang nyamuk untuk bersarang serta berkembang biak dengan
melaksanakan Menguras, Menutup tempat-tempat penumpungan air baik diluar rumah
maupun di dalam rumah serta Mengubur membakar barang bekas
b. Diharapkan petugas Kesehatan lebih rutin untuk melaksanakan penyuluhan di
masyarakat tentang perkembangan DBD agar masyarakat lebih memahami tentang
penyakit Demam Berdarah serta pentingnya melaksanakan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) guna menekan terjadinya perkembangan kasus Demam Berdarah di
masyarakat, bekerja sama dengan lintas sektor yang terkait untuk bersama-sama
berperan aktif di dalam menckan kasus Demam Berdarah di masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

A, S. (2014). Demam Berdarah Dengue ( DBD). Medula, 2,(2)-15.

Brasier. A. R., Ju. H., Garcia. J., Spratt. H. M., Forshey. B. M., Helsey. E. S. (2012). A three-
component biomarker panel for prediction of dengue hemorraghic fever. Am. J. Trop. Med.
Hyg. 86(2): 341-348.

Danny, Wiradharma. 2009. Diagnosis cepat demam berdarah dengue. Jurnal Kedokteran
Trisakti.,

Departemen Kesehatan.2014. Tentang Demam Berdarah Dengue

https://fkm.unair.ac.id/kenali-lebih-dini-tanda-dan-gejala-dbd/

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. ( 2020 ). Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta
: Kementerian Kesehatan RI.

Soegijanto, S. (2013) Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Airlangga University Press.

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemorhagic fever. Jakarta: Sugeng Seto

Sholihul huda. 2017. “Gambaran Perilaku Keluarga Daerah Urban Dalam Pencegahan
Kejadian Demam Berdarah Didaerah Endemis Demam Berdarah Kabupaten Kendal”. Jurnal
Keperawatan Dan Kesehatan Masyrakat.

Vasanwala. F. F., Puvanendran. R., Chong. S. F., Ng. J. M., Suhail. S. M., Lee. K. H. (2011).
Could peak proteinuria determine whether patient with dengue fever develop dengue
hemorraghic/dengue shock syndrome/- A prospective cohort study. BMC Infectious Diseases.

WHO. 2020. Deman Berdarah Dengue. Jakarta : EGC

17

Anda mungkin juga menyukai