Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Sewa Menyewa Atau Upah Mengupah

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Fiqih II
Dosen pengampu : Muchlison,M.Ag

Disusun Ol

Disusun Oleh :

1. Haida Putri
2. Nuria Tul Hifni
3. Abdul Hadamean
4. Martua

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


PADANG LAWAS ( STIT PL )
GUNUNGTUA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Gunungtua, Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ijarah ............................................................................. 3
2.2 Dasar Hukum ijarah ........................................................................ 4
2.3 Rukun dan Syarat-syarat Ijarah ...................................................... 5
2.4 Upah dalam Pekerjaan Ibadah ........................................................ 6
2.5 Menyewakan Barang Sewaan ......................................................... 6
2.6 Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah ................................................ 7
2.7 Pengembalian Barang Sewaan ........................................................ 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 9
3.2 Saran .............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan muamalah adalah
Ijarah.Ijarah sering disebut dengan “upah” atau “imbalan”. Kalau sekiranya kitab-
kitab fiqh sering mmenerjemahkan kata Ijarah dengan “sewa-menyewa”, maka hal
tersebut janganlah diartikan menyewa sesuatu barang untuk diambil manfaatnya
saja, tetapi harus dipahami dalam arti yang luas.
Manusia merupakan makhluk social yang tak dapat hidup tanpa bantuan
orang lain. Dalam hidupnya, manusia bersosialisi dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, yang termasuk di dalamnya merupakan kegiatan
ekonomi.Segala bentuk interaksi social guna memenuhi kebutuhan hidup manusia
memerlukan ketentuan-ketentuan yang membatasi dan mengatur kegiatan
tersebut.
Selain dipandang dari sudut ekonomi, sebagai umat muslim, kita juga
perlu memandang kegiatan ekonomi dari sudut pandang islam. Ketentuan-
ketentuan yang harus ada dalam kegiatan ekonomi sebaiknya juga harus
didasarkan pada ssumber-sumber hokum islam, yaitu Al’Qur’an dan Al-Hadits.
Konsep Islam mengenai muamalah amatlah baik.Karena menguntungkan
semua pihak yang ada di dalamnya.Namun jika moral manusia tidak baik maka
pasti ada pihak yang dirugikan.Akhlakul Karimah secara menyeluruh harus
menjadi rambu-rambu kita dalam ber-muamalah dan harus dipatuhi sepenuhnya.
Dan di sini kami membahas lebih lengkap dan jelas mengenai salah satu
dari bentuk interaksi sosial manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
(kegiatan ekonomi), yaitu Ijarah

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Ijarah?
2. Bagaimana Dasar Hukum Ijarah?
3. Bagaimana Rukun dan Syarat-syarat Ijarah?
4. Bagaimana Upah dalam Pekerjaan Ibadah?

1
5. Bagaimana Menyewakan Barang Sewaan?
6. Bagaimana Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah?
7. Bagaimana pengembalian Barang Sewaan?

1.3 Tujuan
Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang :
1. Pengertian Ijarah
2. Dasar Hukum ijarah
3. Rukun dan Syarat-syarat Ijarah
4. Upah dalam Pekerjaan Ibadah
5. Menyewakan Barang Sewaan
6. Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah
7. Pengembalian Barang Sewaan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ijarah
Menurut etimologi, ijarah adalah ‫(بيع المنفعة‬menjual manfa’at). 1 Al-ijarah
berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya ialah al-‘iwadh yang arti
dalam bahasa Indonesianya ialah ganti dan upah. Sewa-menyewa atau dalam
bahasa arab ijarah berasal dari kata ‫اجر‬yang sinonimnya:
1. ‫اكوى‬yang artinya menyewakan, seperti dalam kalimat ‫( اجرالشئ‬menyewakan
sesuatu)
2. ‫اعطا ه اجرا‬yang artinya ia member upah, seperti dalam kalimat ‫اجرفالناعلى‬
‫(كذا‬ia memerikan kepada si fulan upah sekian)
3. ‫اثابه‬yang artinya memberinya pahala, seperti dalam kalimat‫(اجرهللا عبده‬Allah
memberikan pahala kepada hamba-Nya)2
Sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda-beda mendefinisikan ijarah,
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Ulama Hanafiyah

َ ٌ ‫ع ْقد‬
‫علَى ال ُمنَافِ ِع ِبعَ ْوض‬ َ
Artinya: “Akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti.”
b. Ulama Asyafi’iyah

‫اإلبَا َح ِة ِبعَ ْوض َم ْعلُ ْوم‬


ِ ‫صودة َم ْعلُو َمة ُمبَا َحة قَا ِبلَة ِللبَدْ ِل َو‬
ُ ‫علَى َم ْنفَعَة َم ْق‬
َ ٌ ‫ع ْقد‬
َ
Artinya: “Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan
mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.”
c. Ulama Malikiyah dan Hanabilah

‫ت َ ْم ِليْكُ َمنَافِ ِع شَيء ُمبَا َحة ُمدَّة ً َمعْلُ ْو َمةً بِعَ ْوض‬
Artinya: “Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu
dengan pengganti.”3
d. Menurut syaikh Syihab Al-Din dan Syaikh Umairah bahwa yang
dimaksud denganijaroh ialah:“Akad atas manfa’at yang diketahui dan

1
Prof. DR.H. Rachmat Syafei,MA. FIQIH Muamalah. (Bandung:CV PUSTAKA SETIA.
2001) hlm.121
2
Drs. H.Ahmad Wardi Muslich. Fiqh Muamalat (Jakarta:Amzah.2010)hlm.315
3
Prof. DR.H. Rachmat Syafei,MA. FIQIH Muamalah. hlm.122

3
disengaja untuk member dan membolehkan dengan imbalan yang
diketahui ketika itu”.
e. Menurut Muhammad Al-Syarbini Al-Khatib bahwa yang dimaksud
dengan ijarohadalah:“Pemilikan manfaat dengan adanya imbalan dan
syarat-syarat.”
f. Menurut Sayyid Sabiq bahwa Ijaroh ialah suatu jenis akad untuk
mengambilmanfaat dengan jalan penggantian.
g. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie bahwa ijarah adalah:“Akad yang objeknya
ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat
dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat.”
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kiranya dapat dipahami bahwa ijarah
adalah menukar sesuatu dengan ada imbalannya, diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia berarti sewa-menyewa dan upah-mengupah, sewa menyewa adalah:

‫بيع المنافع‬
“Menjual manfaat”
Dan upah mengupah adalah

‫بيع القوة‬
“Menjual tenaga atau kekuatan.”4
Ada beberapa istilah dan sebutan yang berkaitan dengan ijarah, yaitu
mu’jir, musta’jir, ma’jur dan ajru atau ijarah.ma’jir ialah pemilik benda yang
menerima uang (sewa) atas suatu manfaat.Musta’jir ialah orang yang memberikan
uang atau pihak yang menyewa.Ma’jur ialah pekerjaan yang diakadkan
manfaatnya.Sedangkan ajr atau ujrah ialah uang (sewa) yang diterima sebagai
imbalan atas manfaat yang diberikan.5

2.2 Dasar Hukum ijarah


Dasar-dasar hukum atau rujukan iajarah adalah al-qur’an, al-sunnah dan al-
ijma’
Dasar hukum ijarah dalam alqur’an adalah

4
Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si. FIQH MUAMALAH. (Jakarta:PT RAJA GRAFINDO
PERSADA.2002) hlm.114-115
5
Qomarul Huda.Fiqh muamalah(Yogyakarta:teras.2011) hlm.77

4
)‫فان ا رضعن لكم فا تو هن اجورهن (الطالق‬
Artinya: “Jika mereka telah menyusukan anakmu, maka berikanlah upah
mereka” (Al-Thalaq: 6).
Dasar hukum ijarah dari al-hadits adalah

‫اعطو ااالجيرا جره قبل ا ن يجف عر قه‬


“Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum krtingatnya kering.” (Riwayat
Ibnu Majah)
Landasan Ijma’nya ialah semua umat sepakat, tidak ada seorang ulama
pun yang membantah kesepakatan (ijma’) ini, sekalipun ada beberapa orang
diantara mereka yang berbeda pendapat, tetapi hal itu tidak dianggap. 6

2.3 Rukun dan Syarat-syarat Ijarah


Menurut Hanafiyah rukun ijarah hanya satu yaitu ijab dan qabul dari dua belah
pihak yang bertransaksi. Adapun menurut jumhur ulama iajarah ada empat yaitu:
1. Dua orang yang berakad
2. Sighat (ijab dan qabul)
3. Sewa atau imbalan
4. Manfaat
Adapun syarat-syarat ijarah sebagimana yang ditulis Nasrun Haroen
sebagai berikut:
1. Yang terkait dengan dua orang yang berakad. Menurut ulama Syafi’iyah
dan Hanabalah disyaratkan ytelah balig dan berakal.
2. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya melakukan akad
al-ijarah
3. Manfaat yang menjadi objek ijarah harus dikatahui, sehingga tidak muncul
perselisihan dikemudian hari
4. Objek ijarah itu boleh diserahkan dan digunakan secara langsung dan tidak
ada cacatnya
5. Objek ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’
6. Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa

6
Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si. FIQH MUAMALAH. hlm.116-117

5
7. Objek ijarah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan
8. Upah atau sewa dalam ijarah harus jelas

2.4 Upah dalam Pekerjaan Ibadah


Para ulama berbeda sudut pandang dalam hal upah atau imbalan terhadap
pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya ibadah atau perwujudan ketaatan kepada Allah.
Madzhab hanafi berpendapat bahwa ijarah dalam perbuatan ibadah atau ketaatan
kepada Allah seperti menyewa orang lain untuk sholat, puasa, haji atau membaca
alqur’an yang pahalanya dihadiahkan kepada orang tertentu seperti kepada arwah
orang tua yang menyewa, menjadi muadzin, menjadi imam, dan lain-lain yang
sejenis haram hukumnya mengambil upah dari pekerjaan tersebut berdasarkan
sabda Rasulullah SAW:

‫اقرؤالقران والتاؤكلوابه‬
“bacalah olehmu alqur’an dan janganlah kamu cari makan dengan jalan itu”.
Perbuatan seperti adzan, shalat, haji, puasa, membaca alqur’an dan dzikir adalah
tergolong perbuatan untuk taqarrub kepada Allah, karenanya tidak boleh
mengambil upah untuk pekerjaan itu selain dari Allah.
Menurut madzhab Hambali, boleh mengambil upah dari pekerjaan-
pekerjaan mengajar alqur’an dan sejenisnya, jika tujuannya termasuk untuk
mewujudkan kemaslahatan.Tetapi haram hukumnya mengambil upah jika
tujuannya termasuk kepada taqqrrub kepada Allah.
Madzhab maliki, Syafi’I dan ibnu Hazm, membolehkan mengambil upah
sebagai iambalan mengajar aklqur’an dan kegiatan-kegiatan sejenis, karena hal ini
termasuk jenis imbalan dari perbuatan yang diketahui (terukur) dan dari tenaga
yang diketahui pula. Ibnu Hazm mengatakan bahwa mengambil upah sebagai
imbalan mengajar alqur’an dan kegiatan sejenis, baik secara bulanan atau secara
sekaligus dibolehkan dengan alasan tidak ada nash yang melarangnya.

2.5 Menyewakan Barang Sewaan


Menurut Sayyid sabiq, penyewa dibolehkan menyewakan lagi barang
sewaan tersebut pada orang lain, dengan syarat penggunaan barang itu sesuai
dengan penggunaan yang dijanjikan ketika akad awal.Sementara itu, menurut

6
Hendi Suhendi bila ada kerusakan pada benda yang disewa, maka yang
bertanggung jawab adalah pemilik barang (al-mu’jir) dengan syarat kerusakan itu
bukan akibat dari kelalaian penyewa atau al-musta’jir maka yang bertanggung
jawab adalah penyewa atau al-musta’jir itu sendiri.7

2.6 Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah


Para ulama fiqih berbeda pendapat tentang sifat akad ijarah, apakah
bersifat mengikat kedua belah pihak atau tidak.Ulama Hanafiah berpendirian
bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat, tetapi boleh dibatalkan secara sepihak
apabila terdapat udzur dari salah satu pihak yang berakad seperti salah satu pihak
sudah wafat atau kehilangan kecakapan bertindak dalam hukum.
Adapun jumhur ulama dalam hal ini mengatakan bahwa akad ijaraj itu
seperti mengikat kecuali ada cacat atau barang itu tidak boleh
dimanfaatkan.Akibat berbeda pendapat ini dapat diamati dalam kasus apabila
seorang meninggal dunia.Menurut ulama Hanafiah, apabila salah seorang
meninggal dunia maka akad ijarah batal karena manfaat tidak boleh
diwariskan.Akan tetapi jumhur ulama mengatakan, bahwa manfaat itu boleh
diwariskan karena termasuk harta (al-mal).Oleh sebab itu kematian salah satu
pihak yang berakad tidak membatalkan akad ijarah.8
Selanjutnya sampai kapankah akad ijarah itu berakhir?. Menurut al-kasani
dalam kitab al-Bada’iu ash-shanaa’iu, menyatakan bahwa akad ijarah berakhir
bila ada hal-hal sebagai berikut:
1. Objek ijarah hilang atau musnah
2. Tenggang waktu yang disepakati dala akad ijarah telah berakhir
3. Wafatnya salah seorang yamh berakad
4. Apabila ada udzur dari salah satu pihak
Sementara itu, menurut Sayyid sabiq, ijarah akan menjadi batal dan berakhir bila
ada hal-hal sebagai berikut:
1. Terjadinya cacat pada barang sewaan ketika ditangan penyewa
2. Rusaknya barang yang disewakan

7
PROF.DR.H.ABDUL RAHMAN GHAZALY,M.A dkk. FIQH MUAMALAT
(Jakarta:KENCANA.2012) hlm.278-282
8
PROF.DR.H.ABDUL RAHMAN GHAZALY,M.A dkk. FIQH MUAMALAT hlm.283

7
3. Rusaknya barang yang diupahkan
4. Telah terpenuhinya manfaat yang diakadkan sesuai dengan masa yang
telah ditentukan dan selesainya pekerjaan
5. Menurut Hanafi salah satu pihak dari yang berakad boleh
membatalkanijarah jika ada kejadian-kejafian yang luar biasa.

2.7 Pengembalian Barang Sewaan


Menurut Sayyid Sabiq jika akad ijarah telah berakhir, penyewa berkewajiban
mengembalikan barang sewaan. Jika barang itu berbentuk barang yang dapat
dipindah (barang bergerak) seperti kendaraan, binatang dan sejenisnya, ia wajib
menyerahkannya langsung pada pemiliknya. Dan jika berbentuk barang yang
tidak dapat berpindah (barang yang tidak dapat bergerak) seperti rumah, tanah,
bangunan, ia berkewajiban menyerahkan kepada pemiliknya dalam keadaan
kosong, seperti keadaan semula. Madzhab Hambali berpendapat bahwa ketika
ijarah telah berakhir penyewa harus melepaskan barang sewaan dan tidak ada
kemestian mengembalikan untuk menyerahterimakannya, seperti barang
titipan.Selanjutnya mereka juga berpendapat bahwa setelah berakhirnya masa
akad ijarah dan tidak terjadi kerusakan yang tanpa disengaja, maka tidak ada
kewajiban menanggung bagi penyewa. 9

9
Prof. DR.H. Rachmat Syafei,MA. FIQIH Muamalah. hlm.121

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Secara etimologis al-ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut
bahasanya ialah al-iwadh yang arti dalam bahasa indonesianya adalah
ganti dan upah.
2. Rukun Ijarah Menurul Jumhurul ulama’ rukun ijarah ada 4 ( Empat ), yaitu
Aqid ( orang yang aqad ), Shighat akad, Ujrah ( Upah )Dan Manfaat
3. Syarat ijarah terdiri empat macam sebagaimana syarat dalam jual beli
yaitu, Syarat terjadinya akad, Syarat pelaksanaan akad ( an-nafadz ),
Syarat sah ijarah, Dan Syarat Kelaziman.
4. Sifat Ijarah Menurut ulama’Hanafiyah, ijarah adalah akad lazim yang di
dasarkan pada firman Allah SWT yang boleh di batalkan.
5. Hukum ijarah sahih adalah tetapnya kemanfaatan bagi penyewa, Dan
tetapnya upah bagi pekerja atau orang yang menyewakan ma’qud alaih.
6. Ijarah terbagi 2 ( Dua ) yaitu Ijarh terhadap benda atau sewa menyewa,
Dan ijarah atas pekerjaan atau upah mengupah.
7. Di Bolehkan iijarah atas barang mubah seperti, rumah, kamar, Dan lain-
lain. Tetapi di larang ijarah terhadap benda-benda yang di haramkan.
8. Menurut ulama’ Syafi’iyah, jika bekerja di tempat yang di miliki oleh
penyewa, ia tetap memperoleh upah. Sebalinya, apabila barang berada di
tangannya, ia tidak mendapatkan upah

3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalanm
makalah kami.Sehingga kami mengharapkan keritikan dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun untuk penbuatan makalah kami berikutnya.
Harapan kami semoga makalah kami dapat memberi manfaat bagi penulis
pada khususnya dan pada pembaca umumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA
GHAZALY ABDUL RAHMAN dkk.FIQH MUAMALAT
Jakarta:KENCANA.2012
Huda,Qomarul.Fiqh muamalah.Yogyakarta:teras.2011
Suhendi, Hendi .FIQH MUAMALAH. Jakarta:PT RAJA GRAFINDO
PERSADA.2002
Syafei, Rachmat. FIQIH Muamalah. Bandung:CV PUSTAKA SETIA. 2001
Wardi Muslich, Ahmad. Fiqh Muamalat.Jakarta:Amzah.2010

10

Anda mungkin juga menyukai