Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk

mengetahui dan mengukur nilai dengan cara dan aturan yang telah

ditentukan. Hasil evaluasi biasanya berbentuk nilai atau sifat-sifat dari

objek yang bersangkutan. Selain menggunakan tes, evaluasi juga dapat

dilakukan melalui data seperti observasi, dan wawancara. Evaluasi

diartikan sebagai proses mengukur dan menilai secara sistematis dan

berkelanjutan untuk menentukan kualitas berdasarkan dengan ketentuan

kriteria tertentu. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan

sehingga dapat ditentukan nilai dan arti dari sesuatu yang dievaluasi

(Asrul, 2022).

2. Teknologi Informasi

Teknologi informasi adalah perkembangan dalam dunia teknologi

yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari, seperti mendapatkan informasi

maupun memberikan informasi. Dengan adanya teknologi informasi

mempermudah menjalankan tugas-tugas yang berhubungan dengan

pemrosesan informasi. Perkembangan teknologi informasi memiliki

peningkatan yang pesat, dimulai dari media cetak yang beralih ke media
online, dan seluruh peralatan informasi terus berubah semakin canggih

seiring berjalannya waktu. Dari perkembangan yang semakin pesat ini,

teknologi informasi dapat membantu segala hal yang dilakukan seperti

halnya mengevaluasi tata kelola suatu peusahaan atau organisasi dan

pekerjaan lainnya tentu akan terasa sangat mudah dijalani. Dengan

pemanfaatan teknologi informasi, perusahaan dapat mengetahui tujuannya

tercapai atau tidak (Taufik, 2022).

3. Tata Kelola Teknologi Informasi

Tata kelola teknologi informasi (TI) merupakan proses yang

dilakukan untuk mengelola pemanfaatan dan pemantauan pengambilan

keputusan teknologi informasi untuk memfokuskan value delivery

(mengirimkan nilai) kepada penanggung jawab dalam sebuah perusahaan

atau organisasi sehingga dapat dipastikan bahwa TI mendukung visi dan

misi perusahaan. Tata kelola TI memiliki peran antara lain:

a. Membantu pengawasan pada perusahaan atau organisasi secara

menyeluruh agar tujuan bisnis dapat dilakukan secara efektif dan

efesien.

b. Menjadi pendorong utama dalam pencapaian visi, misi, dan tujuan

bisnis.

c. Penerapan tata kelola TI dapat mempermudah pekerjaan pada setiap

bidang.

d. Meminimalisir biaya operasional.


e. Meningkatkan layanan pelanggan dan daya tanggap menjadi lebih baik

secara keseluruhan.

f. Meningkatkan kinerja tim meliputi kepatuhan, pemahaman, dan

pengembangan pengetahuan (Febriani, 2021).

Tata kelola TI dapat disebut sebagai good governance atau bagian

yang tidak dapat terpisahkan dari tata kelola perusahaan. Tata kelola TI

menjadi bagian sentral dari banyak proses bisnis, artinya tata kelola

perusahaan dan tata kelola TI tidak lagi dianggap sebagai dua hal yang

terpisah. Terdapat lima fokus area atau manfaat dalam tata Kelola TI,

yaitu:

a. Penyampaian Nilai

Fokus pada proses TI sehingga dapat memastikan pemanfaatan TI

tersampaikan, dan optimalisasi biaya sesuai harapan serta mencapai

hasil yang diinginkan dan melakukan eksploitasi kesempatan yang ada.

b. Penyelarasan Strategis

Memastikan hubungan perencanaan organisasi dan TI selaras dengan

cara menetapkan, memelihara, dan penyesuaian operasional TI dengan

bisnis.

c. Manajemen Sumber Daya

Fokus pada kegiatan untuk mengoptimalkan dan mengelola sumber

daya TI dengan aplikasi, informasi, infrastruktur dan sumber daya

manusia.
d. Manajemen Risiko

Memelihara pengelolaan risiko, menciptakan kesadaran anggota untuk

memahami risiko, kebutuhan organisasi, dan risiko potensial yang

terjadi.

e. Manajemen Kinerja

Ikut serta dalam melaksanakan dan mengawasi proses jalannya

pelaksanaan rencana, proyek, pemanfaat sumber daya, hingga

pencapaian hasil TI sehingga performa pelayanan sesuai yang

diharapkan (Muliani, 2023).

4. Framework Tata Kelola Teknologi Informasi

Membuat tata kelola TI harus berdasarkan framework yang

membahas tentang panduan cara menyusun tata kelola TI dengan benar

sesuai arahan dari setiap framework. Berikut ini beberapa framework yang

dapat digunakan untuk membahas tata kelola TI, yaitu:

a. Information Technology Infrastrukture Library (ITIL) dikembangkan

tahun 1980 merupakan framework yang menekankan pada manajemen

layanan TI dan disebut sebagai standar industry pengembangan

perangkat lunak. ITIL adalah suatu rangkaian konsep dan teknik

pengelolaan infrastruktur, pengembangan, dan operasi teknologi

informasi. ITIL menyediakan praktik terbaik dalam merencanakan,

merancang dan mengimplementasikan kemampuan pengelolaan layanan


secara efektif. ITIL berisi tentang manajemen insiden, masalah,

konfigurasi, perubahan, keuangan layanan TI dan lainnya (Joyto, 2021).

Gambar 2.1 Fondasi ITIL

b. COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway

Commission) didirikan tahun 1985 yang berfokus pada aspek bisnis

seperti risiko perusahaan, dan meningkatkan kualitas pelaporan

finansial (etika bisnis, control internal, dan corporate governance).

Terdapat tiga dimensi cara kerja COSO, yaitu pertama komponen

kontrol COSO yang mengidentifikasi lima komponen kontrol yang

diintegrasi dan dijalankan untuk mencapai sasaran kontrol internal

(monitoring, information and communications, control activities, risk

assessment, dan control environment). Kedua, sasaran kontrol internal


yaitu operations agar mencapai tujuan bisnis dengan efektif dan efesien,

financial reporting, dan compliance yang bertujuan untuk pemenuhan

aturan hukum yang dipercaya. Ketiga yaitu unit/aktivitas terhadap

organisasi yang harus terhubung satu dengan lainnya (Sembilla, 2018).

Gambar 2.2 Komponen kontrol COSO

c. ISO (International Organization for Standardization) dan IEC

(Electrotechnical Commission) yaitu sebuah sistem untuk melakukan

standarisasi dengan skala internasional. ISO/IEC memiliki beberapa

versi dengan salah satunya yaitu ISO/IEC 25010. ISO/IEC 25010

adalah standar internasional untuk pengukuran perangkat lunak dan

disebut juga sebagai model kualitas sistem dan perangkat lunak yang

merupakan bagian dari System and software Quality Requirements and

Evaluation (SQuaRE) yang diterbitkan pada tahun 2011 untuk


mengganti dan merevisi model kualitas ISO/IEC 9126-1 dan

memperbaiki kekurangan pada model sebelumnya (Gunawan, 2021).

Gambar 2.3 Model Kualitas ISO/IEC 25010:2011

d. COBIT (Control Objective for Information and Related Technology)

dikembangkan oleh oleh (IT Governance Institute (ITGI) yang menjadi

bagian dari Information Sistems Audit and Control Association

(ISACA) merupakan framework yang terfokus pada tata kelola dan

manajemen TI atau disebut juuga sebagai kerangka panduan tata kelola

TI (Wajhillah, 2019).

Awal mula COBIT pada tahun 1996 yaitu COBIT versi 1 yang

terfokus pada bidang audit, tahun 1998 COBIT versi 2 yang terfokus

pada tahap control, tahun 2003 yaitu COBIT 3 dengan kualifikasi

bidang manajemen, pada tahun 2005 munculah COBIT 4 yang memicu

pada bidang TI, dan COBIT memperbarui versinya pada tahun 2007

menjadi versi 4.1 yang membedakan nilai dan risiko TI. Pada tahun

2012 muncul COBIT 5 yang menekankan fokus tata kelola dengan

manajemen TI, lalu pada tahun 2018 adanya COBIT 2019 dengan

pembaharuan yang menambah faktor desain dan fokus area agar lebih

praktis dan sesuai kesepakatan.


5. Framework Penilitian

Penelitian evaluasi tata kelola pada PT Ardan Greenland

Propertindo menggunakan framework atau kerangka kerja COBIT 5.

COBIT 5 memiliki lima prinsip yang saling berkaitan, Lima prinsip

tersebut, yaitu:

a. Prinsip 1: Menemukan kebutuhan stakeholder

b. Prinsip 2: Mencakup keseluruhan enterprise

c. Prinsip 3: Mengaplikasikan kerangka kerja terintegrasi

d. Prinsip 4: Menciptakan pendekatan secara menyeluruh

e. Prinsip 5: Memisahkan tata kelola dan manajemen (Syuhada, 2021).

Gambar 2.4 Prinsip COBIT 5


Kerangka kerja COBIT 5 terdiri dari lima prinsip dan tujuh enabler.

Penyelarasan prinsip memungkinkan untuk membangun framework tata

kelola dan manajemen yang efektif berdasar pendekatan holistik dari

enabler sehingga dapat mengoptimalisasikan investasi teknologi dan

menguntungkan stakeholder (Darmawan, 2019). COBIT 5 memungkinkan

pengelolaan tata kelola dan manajemen harus dilakukan secara holistik

untuk enterprise, mengelola seluruh bisnis, dan bertanggung jawab pada

seluruh area teknologi informasi. Kategori enabler yang saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan saling menentukan

keberhasilan penerapan COBIT 5. Kerangka kerja tersebut antar lain:

a. Principles, Policies, and Framework sebagai sarana penerjemah

kebiasaan yang diinginkan untuk menjadi panduan praktik manajemen

sehari-hari.

b. Processes mengarah pada segala aktivitas teratur dan output yang

dihasilkan dapat mencapai seluruh tujuan TI.

c. Organizational Structure merupakan tolak ukur atau pondasi dalam

pengambilan keputusan.

d. Culture, Ethics, and Behavior faktor keberhasilan tata kelola dan

manajemen.

e. Information yaitu informasi dengan baik yang dibutuhkan agar

organisasi berjalan.
f. Service, Infrastructure and Applications yaitu hubungan antara

infrastruktur teknologi dan aplikasi yang menyediakan proses serta

layanan bagi organisasi.

g. People, Skills and Competencies merupakan hubungan antar individu

dan kebutuhan agar semua aktivitas terpenuhi sehingga mencapai

kesuksesan dan membuat keputusan yang tepat (Purwaningrum, 2021).

Gambar 2.5 Tujuh Kategori COBIT 5 (Enabler)


COBIT 5 menyediakan model proses yang dapat digunakan pada

kegiatan TI dengan lima domain proses dan 37 sub domain yang saling

terkait, dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Proses Domain COBIT 5

No Domain Sub Domain Keterangan

1. Evaluate Direct EDM01 pastikan pengaturan dan


and Monitor pemeliharaan kerangka tata kelola
(EDM)
EDM02 pastikan pengiriman manfaat

EDM03 pastikan optimalisasi risiko

EDM04 pastikan pengoptimalan sumber


daya
EDM04 pastikan transparansi pemangku
keuntungan

2. Align Plan and APO01 kelola manajemen TI


Organize (APO)
APO02 kelola strategi

APO03 kelola konsep perusahaan

APO04 kelola inovasi

APO05 kelola poortofolio

APO06 kelola anggaran dan biaya

APO07 kelola manusia dan sumber daya

APO08 kelola mitra kerja

APO09 kelola layanan perjanjian

APO010 kelola supplier

APO011 kelola kualitas

APO012 kelola risiko

APO013 kelola keamanan

3. Build Acquire BAI01 kelola program kerja dan proyek


and
Implementation BAI02 kelola definisi persyaratan
(BAI)
BAI03 kelola identifikasi dan bangun
social

BAI04 kelola ketersediaan dan kapasitas

BAI05 kelola pengaktifan perubahan


organisasi

BAI06 kelola perubahan

BAI07 kelola tantangan perubahan dan


transisi

BAI08 kelola pengetahuan

BAI09 kelola aset


BAI010 kelola konfigurasi

4. Deliver Service DSS01 kelola operasi


and Support
(DSS) DSS02 kelola permintaan layanan dan
insiden

DSS03 kelola masalah

DSS04 kelola kontinuitas

DSS05 kelola layanan keamanan

DSS06 Kelola Kontrol Proses Bisnis

5. Monitor MEA01 memantau, mengevaluasi, dan


Evaluate and kinerja
Assess (MEA)
MEA02 memantau, mengevaluasi, dan aset
sistem pengendalian internal

MEA03 memantau, mengevaluasi, dan


kepatuhan aset dengan persyaratan
eksternal
COBIT 5 membuat perbedaan yang jelas antara tata kelola dan

manajemen. Dari kedua perbedaan tersebut mencakup segala kegiatan,

struktur organisasi, kebijakan dan prosedur, arus informasi, budaya,

keterampila dan infrastruktur yang berbeda. Hasil luaran COBIT 5 yaitu

mendefinisikan seluruh komponen yang menjelaskan proses mana yang

harus diambil, dan menentukan siapa yang berhak untuk memutuskan

sebuah kesimpulan strategi dan tujuan bisnis yang akan membawa

perusahaan mencapai good corporate governance.

Penerapan COBIT 5 pada perusahaan dapat membantu

mengoptimalkan kinerja, risiko, dan sumber daya manusia. Dalam proses

tata kelola dan manajemen TI, COBIT 5 terbagi menjadi dua bagian yaitu

Governance dan Management seperti gambar 2.6.


Gambar 2.6 Governance and Management

Fungsi kedua bagian ini mencakup berbagai tujuan, organisasi, dan

kegiatan yang berbeda. Berdasarkan peranannya, Governance untuk

mengevaluasi, mengarahkan dan memantau interaksi antar tata kelola dan

management agar menghasilkan sistem tata kelola efektif dan efesien

(Doni, 2017). Perbedaan Governance dan management adalah sebagai

berikut:

a. Governance merupakan tata kelola yang berfungsi untuk memastikan

segala tujuan perusahaan tercapai dengan dilakukannya evaluasi

terhadap ketersediaan kebutuhan, situasi dan kondisi, pilihan

stakeholder yang akan menentukan arah agar tujuan yang telah

disepakati dapat terpenuhi. Tata kelola pada setiap perusahaan

mayoritas ada ditangan penanggung jawab dibawah pimpinan

perusahaan.

b. Management adalah segala proses yang memiliki fungsi untuk

perencanaan, pembangunan, menjalankan sekaligus memonitor segala


macam aktivitas yang dilakukan untuk tercapainya tujuan yang telah

disepakati bersama.

COBIT 5 memiliki goals untuk perencanaan audit yaitu hubungan

antara tujuan TI dan strategi bisnis yang harus sejalan. Tujuan TI harus

mendukung tujuan bisnis (Moonda, 2020), Tahapan proses audit dapat

dilakukan sebagai berikut:

a. Pemetaan Enterprise Goals

Pemetaan tujuan bisnis pada COBIT 5 dapat dilakukan dengan

kesesuaian antara enterprise goals COBIT 5 dan misi perusahaan. Jika

tujuan atau misi perusahaan yang menjadi objek memiliki keterkaitan

sangat kuat maka dikategorikan sebagai primary (P). Sebaliknya jika

keterkaitannya lemah dapat dikategorikan sebagai secondary (S).

Pemetaan enterprise goals COBIT 5 dapat dilihat pada tabel 1.2.

b. Pemetaan Enterprise Goals terhadap IT-Related Goals

Tahap kedua yaitu hasil pemetaan tujuan enterprise goals

dipetakan Kembali ke dalam IT-related goals dengan hal yang sama

yaitu pemberian tanda “P” dan “S”. Terdapat 17 enterprise goals dalam

kolom dan 17 IT-related goals pada baris yang keduanya

dikelompokkan oleh COBIT 5, dapat dilihat pada tabel 1.3.

c. Pemetaan IT-Related Goals dengan Domain Proses COBIT 5

Pemetaan ini sama halnya dengan tahap enterprise goals terhadap

IT-related goals yaitu pemberian kategori “P” dan “S”. Setiap tujuan TI
memiliki proses TI yang sesuai sehingga hasil proses yang didapat akan

dijasikan sebagai penilaian. Terdapat 17 IT-related goals dan 37 proses

COBIT 5, dapat dilihat pada lampiran 1.1.


Tabel 1.2 Tujuan bisnis COBIT 5
Keterkaitan Dengan Tujuan Tata Kelola
Dimensi Balance
Kode Tujuan Bisnis Usaha Manfaat yang Mencegah Optimalisasi
Scorecard
didapat Resiko Sumberdaya
01 Nilai pemangku kepentingan dari investasi bisnis P S
02 Portofolio produk dan layanan yang kompetitif P P S
Keuangan 03 Resiko bisnis yang dikelola (pengamanan aset perusahaan) P S
04 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan eksternal P S S
05 Transparansi keuangan P S
06 Budaya layanan berorientasi pelanggan P
07 Kelangsungan dan ketersediaan layanan bisnis P
Konsumen 08 Respon tangkas terhadap lingkungan bisnis yang berubah P S
09 Pengambilan keputusan yang strategis berbasis informasi P P P
10 Optimalisasi biaya pengiriman layanan P P
11 Optimalisasi fungsi proses bisnis P P
12 Optimalisasi proses bisnis P P
Internal 13 Program perubahan bisnis terkelola P P S
14 Produktivitas operasional dan staf P P
15 Kepatuhan terhadap kebijakan internal P
Pembelajaran dan 16 Orang yang terampil dan termotivasi S P P
Pengembangan 17 Budaya inovasi produk dan bisnis P
Tabel 1.3 Tujuan bisnis usaha
Tujuan Bisnis Usaha

Optimalisasi fungsi proses


kepentingan dari investasi

Optimalisasi proses bisnis


Program perubahan bisnis

Produktivitas operasional
Respon tangkas terhadap

Orang yang terampil dan


layanan yang kompetitif

Pengambilan keputusan
lingkungan bisnis yang
Transparansi keuangan

berorientasi pelanggan

yang strategis berbasis


Portofolio produk dan

hukum dan peraturan

ketersediaan layanan
Kepatuhan terhadap

Kepatuhan terhadap
pengiriman layanan
Resiko bisnis yang

Optimalisasi biaya
Kelangsungan dan

kebijakan internal
Nilai pemangku

Budaya layanan

informasi
eksternal

terkelola
berubah
dikelola

dan staf
bisnis

bisnis

bisnis
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16
Tujuan Terkait Penggunaan TIK Keuangan Konsumen Internal
0 Keselarasan TI dan strategi bisnis P P S P S P P S S P S
1
0 Kepatuhan dan dukungan TI untuk kepatuhan bisnis terhadap hukum dan peraturan eksternal S P P
2
0 Komitmen manajemen eksekutif untuk membuat keputusan terkait TI P S S S S S P S
Keuangan

3
0 Risiko bisnis terkait TI yang dikelola P S S S S S S
4
0 Menyadari manfaat dari investasi dan portofolio layanan yang mendukung TI P P S S S S P S
5
0 Transparansi biaya, manfaat dan risiko TI S S P S P S
6
0 Penyampaian layanan TI sesuai dengan kebutuhan bisnis P P S S P S P S P S S S
Konsumen

7
0 Penggunaan aplikasi, informasi dan solusi teknologi yang memadai S S S S S S S P S P S
8
0 Kelincahan TI S P S S P P S S S
9
1 Keamanan informasi, infrastruktur pemrosesan dan aplikasi P P P P
0
1 Optimalisasi aset, sumber daya, dan kemampuan TI P S S P S P S S
1
Internal

1 Pemberdayaan dan dukungan proses bisnis dengan mengintegrasikan aplikasi dan teknologi ke S P S S S S P S S S
2 dalam proses bisnis
1 Penyampaian program, pemberian manfaat, tepat waktu, sesuai anggaran, dan memenuhi P S S S S S P
3 persyaratan dan standar kualitas
1 Ketersediaan informasi yang andal dan berguna untuk pengambilan keputusan S S S S P P S
4
1 Kepatuhan TI dengan kebijakan internal S S P
5
1 Komponen dan motivasi bisnis dan personal TI S S P S S P P
6
PP

1 Pengetahuan, keahlian dan inisiatif untuk inovasi bisnis S P S P S S S S


7
6. Skala Likert

Skala Likert adalah metode untuk mengukur sikap, dan pendapat

seseorang terhadap suatu objek. Disebut sebagai skala psikometrik yang

umumnya digunakan untuk kuesioner, dan merupakan metode yang paling

sering digunakan dalam riset berupa survei (Suwandi, 2018).

Menurut (Hanifah., 2020) mengatakan bahwa cara kerja skala

Likert yaitu memberikan kuesioner kepada responden untuk mengisi

tingkat persetujuan terhadap pertanyaan atau pernyataan yang diajukan.

Pertanyaan atau pernyataan yang digunakan disebut dengan variable

penelitian dan ditetapkan secara spesifik. Menurut (Adjie, 2022)

perhitungan kuesioner tersbut dapat dilakukan dengan rumus berikut:

Jumlah skor tiap responden


Rata-rata =
Jumlah responden

Tingkat persetujuan skala Likert memiliki lima tahapan, yaitu

sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RG), tidak setuju (TS), dan

sangat tidak setuju (STS) atau dengan penentuan skor 1, 2, 3, 4, 5 seperti

tabel 1.4.

Tabel 1.4 Skala Likert


No Keterangan
1 Sangat tidak setuju (TS) 1
2 Tidak setuju (TS) 2
3 Ragu-ragu (RR) 3
4 Setuju (S) 4
5 Sangat setuju (STS) 5
7. Maturity Level (Tingkat Kematangan)

Mengukur tingkat kematangan dilakukan untuk mengetahui proses

pencapaian tujuan bisnis. Menghitung tingkat kematangan diperoleh dari

nilai rata-rata jawaban responden pada setiap domain. Menurut (Adjie,

2022) perhitungan tingkat kematangan dapat dilakukan dengan rumus

berikut:

Jumlah skor rata-rata


Maturity Level =
Jumlah pertanyaan

Tingkat kematangan memiliki enam tingkatan yaitu 0, 1, 2, 3, 4,

dan 5 yang dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut.

Gambar 2.7 Tingkat kematangan

Terdapat kriteria nilai pada masing - masing tingkat kematangan

dan juga keterangannya. Menurut (Pasha, 2020) nilai tersebut dapat dilihat

pada tabel 2.5.

Tabel 2.5 Nilai tingkat kematangan


No Indeks Nilai Keterangan
1 0 0.0 – 0.50 Tidak dilakukan
2 1 0.51 – 1.50 Inisialisasi
3 2 1.51 – 2.50 Dapat diulang
4 3 2.51 – 3.50 Ditetapkan
5 4 3.51 – 4.50 Diatur
6 5 4.51 – 5.00 Dioptimalisasikan

8. Capability Level (Level Kapabilitas)

Capability level merupakan sebuah model yang menggambarkan

bagaimana proses dalam organisasi atau perusahaan berjalan. Pengukuran

capability level dilakukan berdasarkan jawaban responden (Megawati,

2020). Menurut (Adjie, 2022) perhitungan dapat dilakukan menggunakan

rumus berikut:

Nilai kapabilitas
Capability Level =
Jumlah domain

Tingkat penilaian level kapabilitas memiliki enam kategori dan

artinya masing – masing. Tingkatan tersebut dapat dilihat seperti gambar

2.8.

Gambar 2.8 Level Kapabilitas


Perhitungan untuk dapat menilai domain proses, COBIT 5

memiliki model pengukuran yaitu process assessment model (PAM). PAM

memberikan teknik pengukuran skala bertingkat seperti gambar 2.9.

Gambar 2.9 Process Assessment Model (PAM)

Keterangan dari masing – masing kategori level yang terdapat pada

PAM yaitu:

a. Level 0, yaitu gagal melaksanakan proses dan tidak ada bukti untuk

setiap pencapaian tujuan bisnis.

b. Level 1, proses sudah dilaksanakan akan tetapi belum mencapai tujuan

bisnis karena adanya kekurangan dalam pelaksanaan.

c. Level 2, proses yang dikelola yang hasilnya ditetapkan dan dikontrol.

d. Level 3, proses didokumentasikan dan dikomunikasikan sehingga

semua pihak mempunyai pandangan yang sama dalam menjalankan

prosesnya.
e. Level 4, seluruh proses dimonitor, diprediksi untuk mencapai tujuan

karena telah dilakukan dengan baik dari awal.

f. Level 5, proses telah diprediksi dan diingatkan kembali agar tujuan

bisnis yang berlangsung dan akan datang dapat tercapai secara relevan

(Moonda, 2020)

Atribut – atribut yang terdapat dalam COBIT 5 dnilai dengan skala

rating sebagai berikut:

a. N (Not Achieved): 0 – 15% yang artinya terdapat sedikit atau tidak sama

sekali bukti pencapaian atribut terhadap proses yang dinilai.

b. P (Partially Achieved): >15 – 50% yang artinya terdapat berapa bukti

pendekatan dan pencapaian atribut proses, beberapa ada yang tidak

dapat dipresiksi.

c. L (Largely Achieved): >50 – 85% yang artinya terdapat bukti

pencapaian yang dinilai dan terdapat sedikit kelemahan dalam proses

yang dinilai.

d. F (Fully Achieved): >85 – 100% yang artinya terdapat bukti lengkap

pendekatan dan pencapaian atribut proses.

Tabel 2.6 Skala Rating

Abbreviation Description %Achieved


N Not Achieved 0 to 15% achievement
P Partially Achieved >15% to 50% achievement
L Largely Achieved >50% to 85% achievement
F Fully Achieved >80% to 100% achievement

B. Kajian Pustaka Penelitian Sebelumnya


Pada penelitian yang dilakukan (Al Munawar, 2020) yang berjudul

“Evaliuasi Tata Kelola Teknologi Informasi pada Diskominfosantik

Kabupaten Bekasi Menggunakan Kerangka Kerja COBIT 5 Subdomain

EDM04 dan APO07”. Melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat

kematangan tata Kelola teknologi informasi dan menghasilkan nilai

subdomain EDM04 berada pada level 1, sedangkan subdomain APO07

memiliki level 2 yang artinya subdomain APO07 telah melakukan

pengelolaan secara berkala (planning, monitoring, dan adjusted).

Rekomendasi yang diberikan pada subdomain EDM04 yaitu membuat

dokumentasi SOP penyimpangan sumber daya TI, dokumentasi pengelolaan

sumberdaya TI, dokumentasi evaluasi, dan SOP penggunaan sumber daya TI

berdasarkan perencanaan IT Master Plan. Pada APO07 rekomendasi yang

diberikan yaitu membuat dokumen evaluasi sumber daya manusia,

penambahan personil TI, melakukan audit dan evaluasi pihak internal atau

eksternal secara rutin, dan melakukan pelatihan.

Selanjutnya penelitian oleh (Anshor, 2021) dengan judul “Evaluasi

Tata Kelola Teknologi Informasi menggunakan Kerangka Kerja COBIT 5

Fokus Proses EDM04, APO07, dan DSS01 (Studi Kasus: Dinas Komunikasi

Informatika dan Persandian Kabupaten Situbondo) yang meneliti

permasalahan pengelolaan sumber daya yang perlu di evaluasi. Hasil yang

diperoleh dari proses kuesinoner, observasi dan wawancara pada subdomain

EDM04, APO07 dan DSS01 berada pada level 1. Sedangan pada analisis

kapabilitas dan kesenjangan (gap) untuk semua subdomain berada pada level
1. Rekomendadi yang diberikan base practice, generic practice, dan generic

work product.

Penelitian berikutnya (Doni, 2017) yang berjudul “Evaluasi SDM

Sistem Informasi Akademik Poltekkes Kemenkes Padang Menggunakan

COBIT 5 yang memiliki kesimpulan pada penelitiannya, yaitu penilaian

tingkat kapabilitas dengan fokus APO07 tentang pengelolaan sumber daya

manusia masih rendah, belum mampu mencapai level 1, dan berada pada

posisi Partialy Achieved. Dengan hasil demikian, penulis memberikan saran

dalam pengelolaan sumber daya manusia perlu melakukan workshop dan

penelitian untuk pengembangan keahlian, perlunya penambahan staf TI agar

tidak hanya mengandalkan satu staf, perlu dilakukan perencanaan guna

pengembangan kompetensi dan karir, serta melakukan aktivitas APO07

berdasarkan COBIT 5.

Kemudian (Megawati, 2020) dalam penelitiannya dengan judul

“Evaluasi Pengukuran Sumber Daya Manusia IT Terhadap Pengelolaan

IRAISE Berdasarkan COBIT 5” memiliki hasil pembahasan yaitu pencapaian

level 1 66.46%, level 2 69.22%, level 3 67.56%, level 4 62.06%, dan level 5

61.46% dengan arti skala ketercapaian dalam posisi largely Achieved (L).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pengelolaan dilakukan

sebagian kecil, dan kriteria telah tercapai dengan beberapa bukti dan fakta.

Rekomendasi yang diberikan untuk sumber daya manusia dengan proses

APO07 yaitu penjadwalan kegiatan pelatihan, sharing informasi dan

peningkatan kompetensi dengan pelatihan dan sertifikasi.


Berikutnya (Parengga, 2020) mengatakan pada penelitiannya yang

berjudul “Evaluasi Sumber Daya pada Kementrian Koordinator Pembangun

Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Menggunakan Kerangka Kerja

COBIT 5 Domain EDM04 dan APO07” dengan hasil capability level yang

sama yaitu level 3. Rekomendasi untuk pemenuhan EDM04 ialah membuat

dokumen kriteria evaluasi, membuat dokumen prinsip perlindungan sumber

daya, membuat laporan hasil pengelolaan. Rekomendasi untuk APO07 yaitu

melakukan dokumen praktik pengawasan, pemberian hak akses, dan

mengkomunikasikan keuangan.

Sedangkan (Prabawa, 2022) mengatakan pada penelitiannya yang

berjudul “Evaluasi SIMRS pada Manajemen Sumber Daya Manusia dengan

Framework COBIT 5” mendapatkan hasil dengan level 1 dan memberikan

rekomendasi untuk memenuhi level 3 yang diinginkan yaitu menyediakan

pelatihan, memantau kinerja SDM, memiliki standar manajemen SDM, dan

mendukung pelaksanaan proses manajemen SDM.

Terakhir (Apriliani) “Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi

dalam Membentuk Karakter Sumber Daya Manusia pada PT Ardan

Greenland Propertindo Menggunakan Metode COBI 5” dengan fokus

terhadap domain APO07, EDM04, yang diharapkan memiliki rekomendasi

baik untuk dapat diterapkan pada PT Ardan Greenland Propertindo.

Anda mungkin juga menyukai