Produksi Mikobiota Dan Mikotoksin Dari Jamur Biji Kokoa
Produksi Mikobiota Dan Mikotoksin Dari Jamur Biji Kokoa
ABSTRAK
Pada saat ini hasil penelitian tentang mikrobiota alami yang tumbuh pada biji kakao
memberikan perhatian khusus terutama adanya spesies jamur yang merupakan produsen bagi
mikotoksin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamur yang dominan ada adalah spesies
yang berbeda dari genus Aspergillus bagian flavi dan nigri. Dari biji kakao dikumpulkan 214
galur (strain) jamur aspergillus bagian flavi, 120nya telah diidentifikasi sebagai Aspergillus
flavus dan 94nya sebagai A.tamarii. kemudian telah dikumpulkan juga 138 galur Aspergillus
bagian nigri yang sudah terisolasi dengan 132 A.niger dari agreggat dan 6 spesies
A.carbonarius. kemampuan menghasilkan aflatoksin (AFs) B1, B2, G1 dan G2, asam
cyclopiazonic (CPA) dan ochratoxin A (OTA) dapat diketahui dengan isolasi biakan yang
kemudian dilakukan analisis HPLC terhadap mikotoksin tersebut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 64,1% dan 34,2% dari galur A. flavus masing-masing menghasilkan
AFS dan CPA. Sebagian besar galur A.flavus menghasilkan toksigenik yang sederhana
dengan tingkat rata-rata AFS mulai dari 100 ng g -1 sampai 1000 ng g-1. Semua CPA
memproduksi galur A. flavus yang sangat toksigenik sampai memproduksi >30 µg g -1 CPA.
Selain itu, 98 % galur A.tamarii telah menghasilkan CPA dan lebih dari 50% dari mereka
yang sangat toxigenik CPA. Jamur juga dapat menghasilkan OTA, yaitu galur aspergilus
hitam dengan presentase 49,2%. Selain itu, sebagian besar OTA yang diisolasi adalah
toksigenik yang sederhana, yang dihasilkan dari 10 µg g-1 sampai 100 µg g-1. hasil ini
menunjukkan bahwa ada faktor risiko yang mungkin ditimbulkan oleh kontaminasi AFS,
CPA dan OTA pada biji kakao, dan akibatnya, serta produk kakao.
PENDAHULUAN
Kokoa merupakan bahan yang penting dalam sejumlah makanan seperti kue, biskuit,
anak-makanan, es krim dan permen. Biji kakao, yang berasal biji dalam buah dari pohon
Theobroma cacao, adalah sumber bubuk kakao yang datang dari Afrika, Amerika Tengah
dan Selatan. Baik kondisi penyimpanan maupun pengolahan kakao dikontrol secara ketat di
negara-negara tropis, sehingga kemungkinan kontaminasi jamur di banyak titik-titik kritis
dalam rantai produksi kakao (Magan dan Aldred, 2005). Tahap pertama dalam
mempersiapkan produksi yaitu biji kakao mudah mengalami pembusukan jamur selama dan
setelah fermentasi. Spesies jamur yang termasuk dalam genus Aspergillus, Mucor,
Penicillium dan Rhyzopus telah diamati pada kesalahan penanganan (Roelofsen, 1958;
Broadent dan Oyeniran 1968 ). baru-baru ini, spesies Aspergillus merupakan jamur yang
paling sering diisolasi dari samples of ground cocoa-based beverages (Oyetunji, 2006).
Kebanyakan jamur, terutama spesies dari genus Aspergillus dan Penicillium,
menghasilkan mikotoksin yang dapat menyebabkan kelainan, keracunan dan penyakit pada
manusia dan hewan setelah mengkonsumsi pangan dan pakan yang terkontaminasi (Marasas
dan Nelson, 1987; Moss, 1996). Di antara semua mikotoksin, aflatoksin (AFS) dan
ochratoxin A (OTA) merupakan yang paling diberikan perhatian khusus karena keduanya
memiliki toksisitas yang tinggi. Baru-baru ini, Komisi Eropa telah menetapkan 2 mg dan 1
mg sebagai tingkat maksimum komposisi OTA di bahan baku untuk pembuatan masing-
masing produk kakao (Anonymous, 2007).
AFs adalah mycotoxins hepatotoksik, teratogenik, mutagenik dan karsinogenik yang
diproduksi terutama dari genus Aspergillus flavi, Aspergillus flavus dan Aspergillus
parasiticus. Yang paling kuat dari keempat AFs alami (B1, B2, G1 dan G2) adalah aflatoksin
B1 (AFB1), yang terdaftar sebagai kelompok I karsinogen oleh Badan Internasional untuk
Penelitian Kanker (IARC, 1982) karena karsinogenisitas yang ditunjukkan kepada manusia
(Castegnaro dan liar, 1995). Selain AFS, beberapa galur A. flavus bersama-sama dengan galur
Aspergillus tamarii, di bagian flavi juga dilaporkan menghasilkan asam cyclopiazonic (CPA)
(Horn, 2007). mikotoksin ini adalah inhibitor spesifik tergantung kalsium ATPase, yang
merupakan racun bagi hewan dan manusia (Riley dan Goeger, 1992 ).
Ochratoxin A (OTA) adalah mikotoksin dengan efek nefro toksik dan telah disetujui
oleh Balkan Endemik Nefropati (Krogh, 1978; Kuiper-Goodman dan Scott, 1989;.
Abouziedetal, 2002). Baru-baru ini, spesies Aspergillus hitam seperti Aspergillus
carbonarius dan spesies yang termasuk dalam Aspergillus niger agregat, telah digambarkan
sebagai sumber utama kontaminasi OTA dalam kopi, anggur dan produk pertanian lainnya
(Battilani dan Pietri, 2002; Abarca et al, 2003;. Pardo et al, 2004;. Iamanaka et al, 2005; ...
Magnoli et al, 2006, 2007) memasarkan produk yang terkontaminasi OTA di kakao, coklat
bubuk dan kakao telah dilaporkan di berbagai negara (Burdaspal dan Legarda, 2003; Serra
Bonhevì, 2004; Tafuri et al,. 2004; Amezqueta et al, 2005; Brera et al, 2005).
Dari informasi tersebut, tampaknya relevan untuk menentukan mycoflora kakao dan
kemampuan potensi jamur terisolasi untuk menghasilkan mikotoksin.
2. Persiapan DNA
Semua galur yang ditanam pada medium MEA selama 7-8 hari, untuk diambil miselium
untuk dibekukan dalam cairan nitrogen sampai menjadi bubuk, yang digunakan 100 mg-nya
untuk ekstraksi DNA yang dicampur dengan DNA jamur EZNA.
Tabel 1
Kemampuan A.flavus strain yang terisolasi untuk memproduksi aflatoksin dari biji kokoa.
Produksi AFs
Aspergillus bagian flavi Sebanyak 214 diuji untuk kemampuan mereka untuk
menghasilkan aflatoksin B1, B2, G1 dan G2 di medium YES (Tabel 1). Tujuh puluh tujuh
isolat (64,1%) diidentifikasi sebagai A. flavus yang aflatoxigenic seperti yang ditunjukkan
oleh analisis HPLC . Dari 77 isoat A. flavus positif bagi AFs, 35 dan 65 isolat menghasilkan
aflatoksin B1 dan B2, masing-masing. aflatoksin G1 dan G2 terdeteksi pada masing-masing
isolat 15 dan 8. strain ini juga menghasilkan aflatoksin B1 dan B2, yang menunjukkan bahwa
8 strain mampu memproduksi semua aflatoksin (B1, B2, G1 dan G2) tingkat rata-rata AFs
berkisar antara 100 ng g-1 sampai 1000 ng g-1 dari medium namun 9 (7,5%) strain mampu
menghasilkan N1000 ng g-1. Tabel 1 menunjukkan potensi AFS produksi oleh strain A.flavus
diisolasi dari biji kakao.
Produksi CPA
214 strain Aspergillus milik bagian flavi juga diuji untuk mengetahui kemampuannya
dalam menghasilkan BPA dalam medium CZ (Tabel 2). 92 strain A.tamarii (98% dari 94
diuji) dan 41strain A.flavus (34,2% dari 120 diuji) adalah produsen BPA pada media CZ.
Sebagian besar strain A.tamarii menghasilkan BPA tingkat tinggi mulai 28, 62 sampai 253,
3µg g-1 dari media. Kemampuan strain A.flavus memproduksi CPA adalah serupa bahwa
dalam kasus strain A.tamarii dengan tingkat rata-rata CPA mulai dari 33,3 µg g -1sampai
240,7 µg g-1. Tabel 2 menunjukkan potensi produksi CPA oleh Aspergillus spp. diisolasi dari
biji kakao.
Tabel 2
Kemampuan Aspergillus bagian flavi yang terisolasi untuk menghasilkan asam cyclopiazonic dari biji kakao
Tabel 3
Pola chemotype Aspergillus bagian flavi strain berdasarkan aflatoksin dan dan kemampuan memproduksi asam
cyclopiazonic
Tabel 4
Pengamatan dan kemampuan A.spergillus hitam memproduksi ochratoxin yang diisolasi dari biji kakao.
Produksi OTA
138 strain Aspergilli hitam diuji dalam kemampuannya memproduksi OTA dalam medium
CYA. 65 isolat (47,1% dari 138 diuji) menunjukkan dapat memproduksi OTA. 59 strain
A.niger agreggat positif dapat memproduksi OTA (44,7% dari 132 diuji). Tabel 4
memperlihatkan kemampuan A.spergillus hitam untuk memproduksi OTA yang diisolasi
dari biji kakao.
DISKUSI
Produk kakao merupakan bahan yang sehari-hari kita jumpai dan konsumsi dalam
pembuatan coklat, akan tetapi dalam biji kacang kakao sering diisolasi oleh beberapa jamur.
sebenarnya kualitas baik dan kurangnya terhadap cita dan rasa terhadap biji kacang kakao
untuk memproduksi coklat dipengaruhi salah satunya oleh aspergillus sp. Jamur yang sering
ditemui pada biji kakao yang proses penanganan dan pengolahan yang tidak tepat adalah
jamur dari genera Aspergillus, Mucorsp, Penicilium, dan Rhyzopus. Aspergillus.flavus dan A.
parasiticus dan A. niger merupakan jamur yang dapat menghasilkan mikotoksin pada biji
kakao kering.
Aflatoksin adalah senyawa racun yang dihasilkan oleh metabolit sekunder jamur Aspergillus
flavus dan A. parasiticus. Selain itu, aflatoksin diproduksi juga oleh jamur Aspergillus
nomius, A. pseudotamarii dan A. ochraceoroseus. A. flavus dan A. parasiticus tumbuh
pada kisaran suhu yang panjang, berkisar dari 10–12 oC sampai 42– 43oC dengan suhu
optimum 32–33oC dan pH optimum 6. Jamur ini biasanya ditemukan pada bahan
pangan/pakan yang mengalami proses pelapukan. Pertumbuhan aflatoksin dipacu oleh
kondisi lingkungan dan iklim, seperti kelembapan, suhu, dan curah hujan yang tinggi.
Kondisi seperti itu biasanya ditemui di negara tropis. Selain itu, faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kapang dan produksi aflatoksin adalah (1) pengaruh aerasi, dimana proses
fermentasi yang dilakukan pada wadah yang tidak memiliki aerasi yang bagus (2) pengaruh
atmosfir (gas udara) seperti CO2, dan O2; (3) suhu, dimana suhu optimum untuk
memproduksi toksin yaitu 25oC ; (4) pengaruh kelembaban, dimana RH pada proses
fermentasi lebih dari 80 %.
Mikotoksin, Mikotoksin istilah yang digunakan untuk merujuk pada toksin yang dihasilkan
oleh cendawan. Lebih lengkapnya, mikotoksin didefinisikan sebagai produk alami dengan
bobot molekul rendah yang dihasilkan sebagai metabolit sekunder dari cendawan berfilamen
dan dapat menyebabkan penyakit bahkan kematian pada manusia, hewan, tumbuhan, maupun
mikroorganisme lainnya.
Mikrobiota, mikrobiota merupakan Mikroorganisme yang secara alamiah terdapat di tubuh
manusia disebut juga flora normal.
Ochratoxin (OT),Ochratoxin dihasilkan oleh cendawan dari genus Aspergillus, Fusarium,
dan Penicillium dan banyak terdapat di berbagai macam makanan, mulai dari serealia, babi,
ayam, kopi, bir, wine, jus anggur, dan susu. Secara umum, terdapat tiga macam ochratoxin
yang disebut ochratoxin A, B, dan C, namun yang paling banyak dipelajari adalah ochratoxin
A karena bersifat paling toksik di antara yang lainnya.
Galur, galur (Ing.: strain) adalah koloni mikrobia (atau hasil biakannya) dengan sifat-sifat
fisiologi yang sama sebagai hasil proses isolasi atau rekayasa lainnya untuk memurnikan sifat
itu. Galur juga dipakai dalam virologi, namun istilah strain atau tipe lebih sering
dipergunakan, umpamanya virus flu strain H1N1.
Aflatoksin (Afs), aflatoksin merupakan segolongan senyawa toksik (mikotoksin, toksin yang
berasal dari fungi) yang dikenal mematikan dan karsinogenik bagi manusia dan hewan.
Spesies penghasilnya adalah segolongan fungi (jenis kapang) dari genus Aspergillus,
terutama A. flavus (dari sini nama "afla" diambil)
Cyclopiazonic acid (CPA), Asam Cyclopiazonic merupakan metabolit dari jamur
Aspergillus flavus, yang biasanya tumbuh pada biji-bijian dan pakan.
DNA Sequencing, yaitu metode yang digunakan untuk menentukan urutan basa nukleotida
(adenine, guanine, cytosine dan thymine) pada molekul DNA.
HPLC (High Pressure Liquid Chromatography), secara rutin digunakan dalam analisa
pangan. HPLC yang modern mempunyai banyak aplikasi, termasuk separasi, identifikasi,
purifikasi, dan kuantifikasi berbagai senyawa atau komponen. Keuntungan utama
penggunaan HPLC adalah kemampuannya “menangani” berbagai komponen dengan
stabilitas atau volatilitas termal yang terbatas.