K. 4 Politik Islam Pada Masa Orde Lama
K. 4 Politik Islam Pada Masa Orde Lama
Disusun Oleh:
FAKULTAS SYARI’AH
Pertama-tama, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
tugas makalah ini dengan tanpa ada halangan apapun. Tidak lupa pula kami
panjatkan shalawat dan salamnya kepada Nabi Muhammad SAW, dengan penuh
harapan bisa mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat nanti. Aamiin Yaa Rabbal
‘Aalamiin.
Kami sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna.
Dan ini adalah langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu,
keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan semua
kaangan pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................... 7
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................ 20
A. Kesimpulan ................................................................................................... 20
B. Saran .............................................................................................................. 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ini dimulai dari munculnya konsep nasionalisme dimotori oleh Soekarno yang
agama (Islam) dan negara untuk membangun ideologi negara Indonesia. Kadar
konfrontasi antara kelompok nasionalis dengan aktifis Islam jauh lebih besar
Islam (SI), antara kubu Islam dengan Marxisme. Pada fase selanjutnya dua
nasionalisme Indonesia.1
gerakan Darul Islam (DI). Gerakan ini pada awalnya kuat di tiga propinsi
(Aceh, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan), tetapi gerakan ini mereda ketika
1
Team ICCI. (2003). Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada
Media. Hlm. 28.
4
gerakan Darul Islam yang mengusung jorgan pembentukan Negara Islam
Indonesia (NII). Penolakan juga disampaikan oleh partai Islam terkemuka yaitu
yang sama dengan DI dengan cara legal dan konstituasional, tetapi nampaknya
partai Masyumi juga gagal karena jorgan Masyumi tersebut tidak sejalan
dengan partaipartai Islam yang lain dalam penerapan negara Islam tersebut.
1945 pada 22 Juni 1959 tidak memperoleh jawaban dari konstituante; kedua,
2
H.A. Notosoetardjo. (1964). Proses kembali kepada Jiwa Proklamasi 1945; Apakah Demokrasi
Terpimpin itu? Jakarta: Lembaga Penggali dan Penghimpun Sedjarah Revolusi Indonesia. Hlm. xi-
xii.
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
6
BAB II
PEMBAHASAN
syariat Islam yang seragam selalu menjadi impian dan harapan mereka.
semacam inilah yang menjadi tujuan dari didirikannya Masyumi sebagai sarana
berasal dari beberapa tokoh politik dan gerakan sosial keagamaan Islam sejak
zaman pergerakan, seperti H. Agus Salim, Prof. Abdul Kahar Muzakkir, Abdul
3
Mahmudin. (2015). Formalisme Agama Dalam Persfektif Gerakan Sosial: Prospek dan Tantangan
di Masa Depan. Jurnal Diskurus Islam, Vol. 3, No.1. Hlm. 38.
7
Mangkusasmito, Ki Bagus Hadikusuma, Muhammad Mawardi, dan Dr. Abu
Hanifah.4
Islam. Sebuah negara akan bersifat Islam bukan karena secara formal disebut
sebagai “Negara Islam” ataupun “berdasarkan Islam, tapi negara itu disusun
“hukum-hukum Allah tidak saja keluar dari mulut alim ulama di atas mimbar
organisasi politik yang berbeda: NU, PSII, Persis, Muhammadiyah dan Perti.
4
Yusril Ihza Mahendra. (1999). Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik
Islam: Perbandingan Partai Masyumi (Indonesia) dan Partai Jama’at-I Islam
(Pakistan). Jakarta: Paramadina, 1999). Hlm. 62-63.
5
Sjafruddin. (1950). Islam dalam Pergolakan Dunia. Bandung: Al Ma’arif. Hlm. 51-53.
6
Zainal Abidin Ahmad. (1946). Masjoemi: Partij Politiek Islam Indonesia. Pematang Siantar. Hlm.
15-16.
8
Namun umat Islam sepakat untuk mengadakan diskusi tersendiri untuk
penggabungan partai baru ini. Dengan janji untuk melakukan aksi politik,
berdasarkan hikmah dari empat cara berpikir. Tujuan itu diusahakan dengan:
mazhab
7
Republika. (2023). Peran Politik NU dari Masa ke Masa. Republika, 05 (02). Dilansir dari
https://www.republika.id/posts/37177/peran-politik-nu-dari-masa-ke-masa Diakses pada 25
Oktober 2023.
9
2. Meneliti kitab-kitab yang akan dpergunakan untuk mengajar agar sesuai
organisasinya
menjadi bagian yang luar biasa dan mendapat pengaruh yang besar. duduk di
Majlis Syuro. Dalam anggaran rumah tangga Masyumi, peranan Majlis Syuro
2. Dalam soal politik yang bersangkut paut dengan masalah hukum agama
8
STAI AL-ANWAR. (2017). Perjalanan Sejarah Politik NU Sejak Berdiri Hingga Keputusan
Kembali ke Khittah. STAI Al-Anwar Khidmah Ilmu dan Ahli Ilmu. 05 (04), Dilansir dari
https://staialanwar.ac.id/perjalanan-sejarah-politik-nu-sejak-berdiri-hingga-keputusan-kembali-ke-
khittah/ Diakses pada 25 Oktober 2023.
10
3. Keputusan Majlis Syuro mengenai hukum agama bersifat mengikat
pimpinan partai
tertinggi.9
saat ini meskipun faktanya tidak ada satu pun anggota NU yang duduk di kursi
eksekutif partai.
PSII sebagai organisasi kepartaian menjadi salah satu entitas politik yang
turbulensi internal partai. Urgensi PSII sebagai partai tidak hanya dilihat
sebagai entitas politik Islam, namun juga karena akar sejarah PSII yang cukup
9
Ibid
11
ideologis Kepeloporan S1 dalam gerakan nasional dan kontribusinya yang
signifikan bagi Indonesia telah banyak diteliti banyak sejarawan dan ilmuwan
pergerakan nasional Indonesia yang paling awal, dan bukan organisasi lain,
sebagai partai politik, PSII merupakan partai yang relatif besar, disegani, dan
memiliki banyak tokoh negarawan piawai. Haji Agus Salim, Abdul Muis,
10
Deliar Noer. (1987). Partai Islam di Pentas Nasional. Jakarta: Grafiti. Hlm. 32.
12
digantikan oleh rezim Orde Baru Suharto yang militeristik. Dalam fase sejarah
pengikutnya, yang kemudian membentuk badan PSII baru yang disebut "PSII
Tandfidziah (LT) PSII oleh Syech Marhaban Tahun 1972 terjadi perebutan
Kongres Majalaya tahun 1972. Terakhir pada tahun 1983 Syarifuddin Harahap
itu terus berlanjut tanpa ada penyelesaian. Hal ini memperlihatkan di dalam
PSII terdapat pola tingkah laku mudah berkonflik dan relatif sulit
11
Manuel Kaiseipo. (1981). Dilema Partai Demokrasi Indonesia & Perjuangan Mencari Identitas,
Prisma. Jakarta: Rajawali Press. Hlm. 51.
12
Arbi Sanit. (1993). Sistem Politik Indonesia. Jakarta: LP3ES. Hlm. 23
13
nahi munkar). Pandangan politiknya yang demikian itu kadang-kadang
menimbulkan sikap politik yang oleh pihak lain dianggap sebagai sikap politik
dari 6 bidang, yaitu bidang agama, politik, kehidupan rakyat, pergaulan hidup
dalam urusan Partai Perusahaan Islam Indonesia adalah Majelis Tahkim atau
Partai AD. MT diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yang bila diperlukan
dapat ditunda dengan ketentuan tidak boleh lebih dari dua tahun (Pasal 19 ayat
perwakilan dari Tandfiziah Lajnah daerah, wafud (utusan) cabang, dan wakil-
wakil lajnah cabang. Selama masa antar MT, kekuasaan partai dipegang oleh
dua badan, yaitu Dewan Partai (DP) dan Lajnah Tandfiziah (1), yang disebut
14
memberi nasehat, bimbingan dan memimpin pelaksanaan keputusan Majelis
PSII tidak mempunyai pembatasan yang jelas dan pasti antara kedua badan itu.
AD dan ART tidak memberikan ketentuan sampai seberapa jauh tugas sehari-
bobotnya dalam artian politis. Itulah sebabnya setiap tokoh muda dalam MT ke
Hal ini terjadi karena otoritas yuridis yang dimiliki Presiden LT telah
13
Sugeng Priyano. (2015). Dinamika Ideologi Partai Politik Keagamaan. Yogyakarta: Magnum
Pustaka Utama. Hlm 15
15
menciptakan otoritas kultural, sehingga terciptalah model kekuasaan
sentripetal partai yang bisa diputar seorang patron karena posisinya sebagai
Presiden LT. Model kekuasaan sentripetal itu menjadi modalitas paling penting
kapasitas intelektual.14
ini lahir pada tanggal 5 Mei 1928 di Candung Bukittinggi Sumatera Barat, atas
dan dalam bidang ibadah dan syaria mengikatkan diri pada mazhab syafii.
dengan PTI, meningkat menjadi organisasi sosial Islam yang program kerjanya
14
Wilopo. (1976). Zaman Pemerintah Politik. Jakarta: Yayasan Idayu.
16
menjalankan amal sosial lainnya. Sejalan dengan itu kependekan dari PTI juga
menjadi partai politik dengan nama partai Islam PERTI (PI PERTI).
semula hanya bergerak dalam masalah pendidikan dan sosial keagamaan mulai
beralih menjadi sebuah partai politik yang bernama partai Islam PERTI (PI
PERTI), dengan ideologi Islam yang berpaham ahlusunah wal jamaah dan
masyarakat, pada tahun 1955 sebagai partai politik, PERTI juga berperan
Bukittinggi, suatu organisasi Islam untuk seluruh Sumatra yang diketuai oleh
Syekh Muhammad Djamil Djambek, seorang ulama modernis yang pada masa
lalu sempat bersitegang dengan ulama tua Persatuan Tarbiyah Islamiyah. MIT
selama Perang pasifik, organisasi ini kurang dapat berfungsi dengan baik.15
15
Nawafil, Rozal (25 Oktober 2022). "AD/ART Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) Hasil
Muktamar 2022
17
Pada konferensi tanggal 22 November 1945, PERTI memutuskan untuk
ketua dewan partai tertinggi (DPT), Buya Rusli Abdul Wahid menjadi ketua
umum dewan pengurus pusat (DPP) dan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli sebagai
ketua majelis penasihat pusat (MPP). Selain itu juga diputuskan memindahkan
kantor pusat PERTI dari Bukittinggi ke Jakarta. Pada 1950, Partai Islam PERTI
Dalam Pemilu 1955, Partai Islam PERTI berhasil meraih 483.014 suara
menetapkan Rusli Abdul Wahid sebagai Rais Aam Majelis Syura P.I. PERTI
dan Buya Rusli Halil sebagai Ketua DPP P.I. PERTI. Keputusan ini
16
Kementerian Penerangan RI 1951, hlm. 72-73
18
menimbulkan sengketa di dalam Partai Islam PERTI antara kubu Rusli Abdul
Hingga akhirnya pada 1973, Partai Islam PERTI yang diketuai H. Rusli
Halil bersama beberapa partai Islam lainnya berfusi menjadi PPP. Sementara
itu Tarbiyah terus menyalurkan politiknya melalui Golkar. Pada 26 Juni 1988,
Ketua Umum DPP PERTI saat itu, Buya H. Nurulhuda dengan restu rais
memutuskan tidak berafiliasi lagi dengan partai politik dan kembali menjadi
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dihadirkan.
saja berubah. Namun dengan sistem ini ada fokus-fokus khusus yang pasti
dikelola karena sifatnya yang luas dan tahan lama. Sejalan dengan itu, hikmah
yang masuk akal bagi seluruh aspek kehidupan dapat ditelusuri dalam Islam.
Pelajaran yang pasti diberikan dalam kata-kata yang dapat diterapkan secara
B. Saran
informasi bagi para pembacanya. Kami mohon maaf jika ada kesalahan ejaan
pada penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas. Kami hanyalah individu biasa
yang tidak luput dari kesalahan. Selain itu, kami juga mengharapkan kritik dan
20
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Zainal Abidin. 1946. Masjoemi: Partai Politiek Islam Indonesia. Pematang
Siantar.
Notosoetardjo, H.A. 1964. Proses Kembali Kepada Jiwa Proklamasi 1945; Apakah
Demokrasi Terpimpin Itu? Jakarta: Lembaga Penggali dan Penghimpun
Sedjarah Revolusi Indonesia.
Team ICCI. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani.
Jakarta: Prenada Media.
21