Anda di halaman 1dari 10

13

Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Langsung terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
(Studi Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam)

Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran


Langsung terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1
Pancarijang Kab. Sidrap (Studi Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam)

The Comparison of Problem Based Learning Model and Direct Learning Model
toward Student’s Achievement at XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
(Study on Hydrolysis of Salt)

1)
Annisa Hamzah, 2)Muhammad Yunus, 3)Sulfikar
1,2,3)
Jurusan Kimia, Jalan Dg. Tata Raya, Makassar 90224
3)
corresponding author: Email:s_hanafi@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran berbasis masalah
terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang Kab.
Sidrap pada materi pokok hidrolisis garam. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperimen 1
dan model pembelajaran langsung pada kelas eksperimen 2, sedangkan variabel
terikatnya adalah hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1
Pancarijang Kab. Sidrap pada materi pokok hidrolisis garam. Populasi dalam
penelitian ini adalah kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang tahun ajaran
2014/2015 yang terdiri dari 5 kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara acak.
Kelas yang terpilih sebagai sampel yaitu kelas XI IPA3 sebagai kelas eksperimen 1
dengan jumlah peserta didik 38 orang dan kelas XI IPA4 sebagai kelas eksperimen
2 dengan jumlah peserta didik 39 orang. Pengambilan data dilakukan dengan
pemberian tes hasil belajar pada akhir pembelajaran. Pengujian hipotesis dengan
uji Mann Whitney yang dilakukan pada α = 0,05 diperoleh nilai Zhitung (4,05) lebih
besar dari Ztabel (1,64). Hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap pada materi pokok hidrolisis garam
menunjukkan hasil belajar yang lebih meningkat daripada penggunaan model
pembelajaran langsung.
Kata Kunci: Berbasis masalah, hasil belajar, pembelajaran langsung

ABSTRACT
This research was a quasi-experimental that aimed to know whether or
not the influence of problem based learning model towards student’s achievement
at class XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang kab. Sidrap on hydrolysis of salt subject
matter. The independent variables were problem based learning model in
experimental 1 class and direct learning model in experimental 2 class, while the
dependent variable was students’ achievement at XI IPA SMA Negeri 1
Pancarijang Kab. Sidrap in salt hydrolysis subject matter. The population was class
XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang in academic year 2014/2015 consisted of 5
classes. Sampling was done randomly. The classes were chosen as sample were XI
IPA3 as experimental 1 class with 38 students and XI IPA4 as experimental 2 class
with 39 students. Data were collected by giving posttest. Testing the hypothesis
with Mann Whitney test performed at α = 0,05 were obtained Zcalculated (4,05) was

Jurnal Chemica Vo/. 22 Nomor 1 Juni 2021, 13 - 22


14
Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Langsung terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
(Studi Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam)

bigger than Ztable (1,64). Conclude that there was the influence of problem based
learning model towards students’ achievement at class XI IPA SMA Negeri 1
Pancarijang Kab. Sidrap on hydrolysis salt subject matter.
Keywords: Direct learning, problem based learning, students’ achievement.

PENDAHULUAN hingga perbaikan kurikulum dan


Salah satu indikator kemajuan sebagainya. Proses pembelajaran sebagai
suatu negara dapat dilihat dari aspek syarat utama pendidikan pun harus
pendidikannya. Oleh karena melalui berjalan dengan baik. Konsep
pendidikan, generasi penerus bangsa kegiatannya adalah peserta didik sebagai
dapat dididik menjadi pribadi yang pelaku aktif dalam pembelajaran harus
unggul dalam berbagai bidang keahlian. mampu membangun sendiri pengetahuan
Pembangunan, perekonomian, baru ke dalam memori mereka. Proses
perindustrian, kesehatan, dan bidang- tersebut dapat terwujud hanya jika
bidang lain akan dapat teraplikasikan peserta didik dapat terlibat secara aktif
dengan baik, jika mempunyai sumber dalam proses belajar. Sebaliknya, guru
daya manusia yang benar-benar hanya bertindak sebagai fasilitator yang
kompeten dalam bidang tersebut. Namun, mengarahkan dan memberikan ruang
sumber daya yang kompeten tersebut yang cukup kepada peserta didik dalam
hanya bisa terwujud jika kualitas membangun, mengembangkan
pendidikannya baik. pengetahuan dan menerapkan ide-ide
Laporan Trends in International mereka.
Mathematics and Science Study (TIMSS) SMAN 1 Pancarijang adalah
tahun 2011, menyebutkan bahwa nilai salah satu sekolah unggulan di kabupaten
rata-rata sains peserta didik Indonesia Sidrap. Hal ini dapat dilihat dari
berada pada peringkat ke-40 dari 42 banyaknya prestasi yang telah diraih oleh
negara peserta. Kondisi yang tidak jauh peserta didik di sekolah tersebut. Namun,
berbeda juga dijumpai pada hasil studi berdasarkan hasil observasi di sekolah
Program for International Student tersebut, diketahui bahwa hasil belajar
Assesment (PISA) yang meneliti tentang peserta didik masih tergolong rendah.
literasi bacaan, matematika dan sains Kondisi ini disebabkan karena sebagian
peserta didik pada beberapa negara. Hasil besar peserta didik kurang memahami
studi ini menunjukkan bahwa peringkat konsep kimia dan mengaitkannya dengan
peserta didik di Indonesia khususnya perhitungan untuk menyelesaikan
sains, pada tahun 2012 berada pada persoalan terkait materi pelajaran.
peringkat ke-64 dari 65 negara peserta. Selain itu, umumnya guru
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa menggunakan model pembelajaran
kualitas pendidikan peserta didik di langsung yang bersifat teacher centered.
Indonesia masih berada pada tingkat yang Proses pembelajarannya, yaitu guru harus
lebih rendah dibandingkan negara-negara mendemonstrasikan pengetahuan atau
lain, khususnya di Asia. keterampilan kepada peserta didik secara
Berbagai upaya telah dilakukan bertahap, sehingga peserta didik
oleh pemerintah untuk menghadapi cenderung pasif. Guru lebih menekankan
masalah tersebut, yakni mulai dari pada penguasaan materi atau informasi
perbaikan sarana dan prasana, saja, sehingga umumnya, peserta didik
peningkatan kualitas tenaga pendidik, hanya menghafal konsep dan rumus saja.

Jurnal Chemica Vo/. 22 Nomor 1 Juni 2021, 13 - 22


15
Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Langsung terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
(Studi Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam)

Untuk itu, diperlukan peran aktif dari (2012) dan Joy (2014) yang
guru dalam memilih model pembelajaran menyimpulkan bahwa pembelajaran
yang mampu mengkondisikan peserta berbasis masalah dapat memberikan
didik untuk mencari, mengolah dan dampak positif pada hasil belajar peserta
menilai berbagai informasi dengan kritis, didik.
sehingga dapat memudahkan peserta Ilmu kimia yang mempelajari
didik untuk memahami materi. tentang materi dan perubahannya,
Model pembelajaran berbasis sebagian besar dilakukan di laboratorium
masalah dipandang sesuai untuk dan didapatkan melalui penelitian.
meningkatkan motivasi belajar peserta Namun, penerapan ilmu kimia erat
didik, sehingga dapat mengaktifkan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari,
peserta didik dalam memahami materi seperti kedokteran, pertanian, biologi,
dan mengetahui aplikasi materi dalam farmasi, industri, dan lain-lain (Chang,
kehidupan nyata. Penyampaian 2005). Untuk itu, upaya pemahaman
pembelajaran dengan cara penyajian terhadap materi kimia dapat dilakukan
masalah kontekstual pada model dengan mengaitkan konsep-konsep kimia
pembelajaran berbasis masalah dengan lingkungan sekitar. Begitupun
dipandang sebagai solusi yang tepat dengan materi hidrolisis garam yang
untuk mengikat rasa ingin tahu peserta penerapannya banyak bersinggungan
didik pada materi pelajaran. Hal tersebut dengan kehidupan sehari-hari, seperti
sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sani pada bahan tambahan pangan, proses
(2014) bahwa salah satu keuntungan pemupukan, penjernihan air, dan lain-
model pembelajaran berbasis masalah lain. Olehnya itu, pemahaman materi
adalah dapat menumbuhkan motivasi hidrolisis garam dapat dilakukan dengan
internal peserta didik untuk belajar. pendekatan materi pada masalah-masalah
Dengan motivasi belajar yang tinggi, kontekstual, sehingga materi ini dapat
maka dapat berpengaruh terhadap hasil diajarkan dengan menggunakan model
belajarnya. pembalajaran berbasis masalah
Selain daripada itu, penggunaan Tujuan penelitian ini adalah
model pembelajaran ini dapat untuk mengetahui ada atau tidaknya
menciptakan suasana belajar yang aktif, pengaruh penggunaan model
mempermudah penguasaan terhadap pembelajaran berbasis masalah terhadap
materi, peserta didik lebih kritis dalam hasil belajar peserta didik kelas XI IPA
menghadapi persoalan, memiliki SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
keterampilan sosial dan mencapai hasil studi pada materi pokok hidrolisis garam.
pembelajaran yang lebih optimal. Proses
penyelidikan yang dilakukan dapat METODE PENELITIAN
membantu peserta didik dalam Penelitian ini merupakan jenis
membangun pengetahuannya sendiri dan penelitian Quasi Experimental Design
mengaitkan beberapa konsep untuk (Eksperimen semu). Penelitian ini ingin
menyelesaikan permasalahan yang menunjukkan adanya pengaruh model
diberikan. Dengan penerapan model ini pembelajaran berbasis masalah terhadap
diharapkan mampu meningkatkan hasil hasil belajar peserta didik. Desain
belajar peserta didik. Hal ini senada penelitian yang digunakan dalam
dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian ini adalah posttest only control
Mutoharoh (2011), Benli and Mustafa design.

Jurnal Chemica Vo/. 22 Nomor 1 Juni 2021, 13 - 22


16
Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Langsung terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
(Studi Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam)

Variabel bebas dalam penelitian tidak dapat dilakukan dan diganti dengan
ini adalah penggunaan model uji U (Mann-Whitney).
pembelajaran berbasis masalah pada Adapun hipotesis dari penelitian
kelas eksperimen 1 dan model ini adalah ada pengaruh model
pembelajaran langsung pada kelas pembelajaran berbasis masalah terhadap
eksperimen 2, sedangkan variabel hasil belajar peserta didik kelas XI IPA
terikatnya adalah hasil belajar peserta SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 studi pada materi pokok hidrolisis garam.
Pancarijang Kab. Sidrap pada materi Pengujian hipotesis dengan uji satu
pokok hidrolisis garam. pihak-kanan dengan menggunakan
Populasi dalam penelitian ini kriteria tolak hipotesis nol jika Zhitung >
adalah kelas XI IPA SMA Negeri 1 𝑍!"#$% .
Pancarijang tahun ajaran 2014/2015 yang
terdiri dari lima kelas dengan jumlah HASIL DAN PEMBAHASAN
peserta didik keseluruhannya adalah 192 A. Hasil Penelitian
peserta didik. Pengambilan sampel Gambaran umum hasil analisis
dilakukan dengan teknik simple random statistik deskriptif kelas eksperimen 1 dan
sampling. Cara demikian dilakukan kelas eksperimen 2 disajikan pada Tabel
karena pembagian kelas pada SMA 1.
Negeri 1 Pancarijang dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan prestasi Tabel 1. Nilai Statistik Deskriptif Hasil
peserta didik. Semua anggota populasi Belajar Peserta Didik
dianggap homogen pada semua kelas, Kelas Kelas
sehingga diperoleh kelas XI IPA3 sebagai Statistik Eksperimen Eksperimen
kelas eksperimen 1 dan kelas XI IPA4 1 2
sebagai kelas eksperimen 2. Jumlah Sampel 38 39
Instrumen yang digunakan Nilai Tertinggi 93 80
adalah tes hasil belajar (posttest) yang Nilai Terendah 35 25
diberikan pada akhir pokok bahasan
Mean 57,66 41,55
hidrolisis garam. Selanjutnya data
dianalisis secara deskriptif dan Median 49,50 34,95
inferensial. Analisis statistik deskriptif Modus 40,17 31,53
digunakan untuk mendeskripsikan Varians 388,40 295,68
gambaran umum mengenai karakteristik Standar Deviasi 19,70 17,20
pencapaian hasil belajar peserta didik
pada kelas eksperimen 1 dan kelas Hasil belajar peserta didik
eksperimen 2. Statistik inferensial dikelompokkan berdasarkan kriteria nilai
merupakan analisis statistik yang ketuntasan hasil belajar peserta didik
digunakan untuk menganalisis data dapat dilihat pada Tabel 2.
sampel dan hasilnya digunakan untuk Tabel 2. Nilai Ketuntasan Hasil Belajar
populasi dengan menggunakan uji-t. Peserta Didik
Sebelum dilakukan uji-t, maka terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat berupa uji Nilai ≥ 75 < 75
Tidak
normalitas dan uji homogenitas. Apabila Kriteria Ketuntasan Tuntas
Tuntas
uji prasyarat tidak terpenuhi, maka uji-t Eksperimen Frekuensi 13 25
1 Persentase 34,21 65,79

Jurnal Chemica Vo/. 22 Nomor 1 Juni 2021, 13 - 22


17
Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Langsung terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
(Studi Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam)

(%) pencapaian pada kelas eksperimen 2 pada


Frekuensi 5 34 semua indikator materi (Gambar 2).
Eksperimen
Persentase
2 12,82 87,18 Pada analisis statistik inferensial
(%)
dilakukan uji prasyarat. Uji pertama
Adapun pencapaian hasil belajar adalah uji normalitas, dimana dalam
peserta didik bila ditinjau dari tiap level penelitian ini digunakan uji chi-kuadrat
kognitif soal pada materi hidrolisis dengan kriteria data berdistribusi normal
garam, diketahui bahwa pada level jika χ2hitung<χ2tabel dengan taraf
kognitif C2, C3, dan C4, kelas kepercayaan (α) = 0,05 dan derajat
eksperimen 1 memperoleh persentase kebebasan (dk) = 3. Untuk hasil belajar
lebih tinggi dibandingkan kelas pada kelas eksperimen 1 χ2(44,91) > χ2(7,81),
eksperimen 2. Data tersebut disajikan untuk kelas eksperimen 2 χ2(50,97) > χ2(7,81).
dalam Gambar 1. Dapat disimpulkan bahwa semua sampel
80
tidak berdistribusi normal.
Persentase Pencapaian Tiap

67,29 Oleh karena kriteria pengujian


Level Kognitif Soal (%)

60,53
60 51,71 49,94 normalitas data tidak terpenuhi, maka
39,36 pengujian homogenitas tidak dilakukan.
40
23,22 Sehingga, pengujian hipotesis yang
20 digunakan pada penelitian ini adalah
metode statistika non-parametrik, yaitu
0
C2 C3 C4
uji U Mann Whitney (one tailed).
Level Kognitif Soal Berdasarkan hasil perhitungan,
Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 diperoleh nilai Zhitung adalah 4,05, dan
Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Ztabel = 1,64 pada taraf signifikansi 0,05.
Tiap Level Kognitif Nilai Z > 𝑍𝛼 = 4,05 > 1,64 sehingga H0
Adapun, jika hasil tes belajar ditolak dan H1 diterima. Oleh karena itu
peserta didik dikelompokkan berdasarkan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pencapaian tiap indikator materi, maka positip model pembelajaran berbasis
hasilnya dapat dilihat pada Gambar 2. masalah terhadap hasil belajar peserta
100 91,84
didik kelas XI IPA SMA Negeri 1
Pancarijang Kab. Sidrap (studi pada
Persentase pencapaian Tiap

82,05
80 72,37
63,6761,24
69,51 materi pokok hidrolisis garam).
Indikator (%)

60 48,68 46,58 51,28


39,74 38,2239,36 B. Pembahasan
40 28,2
23,22 Berdasarkan hasil analisis data
20 deskriptif dengan menggunakan
0
perhitungan manual, diketahui bahwa
I II III IV V VI VII nilai tertinggi, terendah dan nilai rata-rata
Indikator kelas eksperimen 1 yang diajar dengan
Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran
Gambar 2. Perbandingan Pencapaian berbasis masalah lebih tinggi daripada
Tiap Indikator kelas eksperimen 2 yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran langsung
Terlihat bahwa pencapaian tes pada materi pokok hidrolisis garam
hasil belajar peserta didik kelas (Tabel 1). Oleh karena itu, maka dapat
eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan dikatakan bahwa pengetahuan peserta

Jurnal Chemica Vo/. 22 Nomor 1 Juni 2021, 13 - 22


18
Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Langsung terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
(Studi Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam)

didik di kelas eksperimen 1 lebih baik dengan penyelesaian terhadap masalah


dibandingkan dengan kelas eksperimen 2. yang diberikan. Pemberian masalah
Adapun pencapaian hasil belajar kontekstual tersebut mampu mengikat
peserta didik bila ditinjau dari jenis level rasa ingin tahu peserta didik terhadap
kognitif yang ada pada soal, diketahui pembelajaran. Selain itu, melalui proses
bahwa kelas eksperimen memperoleh penyelidikan dan penyelesaian masalah,
persentase pencapaian yang lebih tinggi peserta didik dapat menghubungkan
pada semua jenis level kognitif (C2, C3, konsep yang diketahui dengan masalah
dan C4) dibandingkan kelas eksperimen 2 nyata dalam keseharian, sehingga peserta
(Gambar 1). Dengan demikian, dapat didik tidak hanya menghapal konsep,
dikatakan bahwa pemahaman peserta namun mampu memahaminya dan
didik terhadap soal, baik soal mudah mengetahui kaitan materi dengan
maupun sulit pada kelas eksperimen lebih kehidupan nyata, sehingga nilai yang
baik dibandingkan kelas eksperimen 2. diperoleh pun dapat lebih tinggi. Hal ini
Kemampuan peserta didik dalam sesuai dengan penelitian Adnyana (2009)
memahami konsep (C2), dan Rosyidah (2013) yang
mengaplikasikan konsep (C3), dan menyimpulkan bahwa pemahaman
menganalisis soal (C4) pada kelas yang konsep peserta didik mengalami
diajar dengan model pembelajaran peningkatan setelah diajar dengan
berbasis masalah juga menunjukkan hasil menggunakan pembelajaran berbasis
yang lebih baik dibandingkan dengan masalah.
kelas yang diajar dengan pembelajaran Bila ditinjau dari ketuntasan hasil
langsung. belajar peserta didik, kelas eksperimen 1
Hasil yang sama juga ditunjukkan memperoleh ketuntasan hasil belajar yang
pada tinjauan pencapaian tes hasil belajar lebih tinggi dengan persentase 34%
pada setiap indikator materi. Kelas dibandingkan kelas eksperimen 2 dengan
eksperimen 1 memperoleh persentase persentase 13% (Tabel 2). Hal ini
pencapaian yang lebih tinggi pada semua disebabkan oleh penggunaan model
indikator dibandingkan kelas eksperimen pembelajaran berbasis masalah yang
2, yaitu mulai dari indikator 1 sampai 7 terdiri dari 5 fase yaitu fase orientasi
(Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa terhadap masalah, mengorganisasikan
peserta didik yang diajar dengan untuk belajar, penyelidikan,
menggunakan model pembelajaran pengembangan dan penyajian hasil, serta
berbasis masalah memiliki pemahaman analisis dan evaluasi proses pemecahan
terhadap materi yang lebih tinggi pada masalah. Adanya 5 fase ini mampu
semua indikator dibandingkan peserta membuat peserta didik berpartisipasi aktif
didik yang diajar dengan model dalam membangun sendiri konsep materi
pembelajaran langsung. hidrolisis garam ke dalam benaknya.
Penggunaan model pembelajaran Sesuai dengan penelitian Sugandi (2010)
berbasis masalah dapat membantu yang menyimpulkan bahwa pembelajaran
meningkatkan pemahaman peserta didik berbasis masalah mampu meningkatkan
terhadap materi kimia menjadi lebih baik, kemandirian belajar peserta didik.
karena pembelajaran dimulai dengan Sebaliknya, pada kelas eksperimen 2
pemberian masalah kontekstual yang yang menggunakan model pembelajaran
terjadi di lingkungan peserta didik, lalu langsung yang terdiri dari 5 fase, yaitu
proses penyelidikan dan dilanjutkan fase penyampaian tujuan,

Jurnal Chemica Vo/. 22 Nomor 1 Juni 2021, 13 - 22


19
Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Langsung terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
(Studi Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam)

penginformasian materi pelajaran, mempengaruhi hasil belajar peserta didik.


membimbing pelatihan peserta didik Sesuai dengan penelitian Wulandari
dengan LKPD, mengamati kegiatan dan (2013) yang menyimpulkan bahwa
memberikan umpan balik serta pembelajaran berbasis masalah dapat
memberikan latihan mandiri tidak mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik
mengaktifkan peserta didik secara ditinjau dari motivasi belajar peserta
optimal dalam membangun sendiri didik.
konsepnya karena telah diberitahu oleh Persentase ketuntasan kelas
guru. eksperimen 1 (34,21%) dan kelas
Pelaksanaan model pembelajaran eksperimen 2 (12,82%) masih tergolong
berbasis masalah pada kelas eksperimen rendah, jika ditinjau dari ketuntasan
1 membuat pemahaman materi hidrolisis kelas. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
garam yang diperoleh peserta didik jumlah soal dan minimnya waktu yang
menunjukkan kebaikan. Pengetahuan diberikan ketika mengerjakan posttes,
peserta didik terhadap materi dapat sehingga hasil belajar (ranah kognitif)
bertahan lebih lama dibandingkan yang diperoleh kurang maksimal. Hal ini
pengetahuan yang dipelajari dengan cara diketahui dari pengakuan beberapa orang
pembelajaran langsung. Hal ini peserta didik setelah ujian dilaksanakan.
disebabkan karena pada pembelajaran Banyak peserta didik yang mengeluh
langsung, peserta didik hanya mengingat mengenai keterbatasan waktu yang
materi yang disampaikan guru, sehingga diberikan ketika ujian, sehingga
pemahaman terhadap materi masih mengakibatkan mereka tidak sempat
kurang membekas. Dengan adanya menjawab semua soal yang ada atau
pembelajaran berbasis masalah, peserta beberapa soal yang dianggap mudah.
didik mampu menemukan sendiri materi Padahal menurut penuturan mereka, dari
yang diberikan dan kemudian beberapa soal yang diberikan, banyak
menghubungkannya dengan masalah yang telah dimengerti dan diketahui
yang diberikan, sehingga mudah diingat jawabannya.
dan dipahami oleh peserta didik karena Pelaksanaan pembelajaran
menemukan sendiri. Hal ini juga sesuai berbasis masalah dalam penelitian ini
dengan penelitian Akinoglu (2007) yang tidak sepenuhnya berjalan dengan baik,
menyatakan bahwa pembelajaran ada beberapa kendala yang dihadapi,
berbasis masalah mampu mendekatkan antara lain: alokasi waktu pelaksanaan
peserta didik terhadap materi melalui yang dibutuhkan lebih lama dari
masalah yang diberikan, sehingga perencanaan, karena peserta didik masih
pemahaman peserta didik terhadap belum teratur dalam melaksanakan
konsep menjadi lebih baik. prosedur kegiatan dan kurangnya
Selain itu, pemberian masalah referensi peserta didik, sehingga
kontekstual pada peserta didik mampu pembangunan konsep peserta didik masih
mengikat rasa ingin tahu peserta didik diiringi oleh guru, utamanya pada
terhadap pembelajaran. Kelas eksperimen pertemuan pertama.
1 yang diajar dengan model pembelajaran Beberapa upaya yang dilakukan
berbasis masalah memiliki motivasi guru untuk menanggulangi kendala
belajar yang lebih tinggi dibandingkan tersebut, adalah dengan selalu
dengan kelas eksperimen 2 yang diajar mengingatkan bahwa setiap kegiatan
dengan pembelajaran langsung, sehingga yang dilakukan baik secara individu

Jurnal Chemica Vo/. 22 Nomor 1 Juni 2021, 13 - 22


20
Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Langsung terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
(Studi Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam)

maupun kelompok akan selalu dinilai masalah menunjukkan hasil belajar yang
oleh observer. Hal ini yang mendorong lebih baik daripada penggunaan model
peserta didik untuk lebih aktif dan cepat pembelajaran langsung pada peserta didik
dalam melaksanakan setiap tugas yang kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang
diberikan. Adapun untuk referensi yang Kab. Sidrap pada materi pokok hidrolisis
garam.
minim, guru menyiasatinya dengan
menginformasikan permasalahan umum
B. Saran
yang akan diberikan pada pertemuan
Bagi guru atau tenaga pengajar,
selanjutnya kepada peserta didik. Hal ini
model pembelajaran berbasis masalah
mendorong peserta didik untuk mencari
dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi terkait masalah tersebut sebelum
alternatif yang dapat diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran dilaksanakan,
proses pembelajaran untuk meningkatkan
sehingga referensi yang ada lebih banyak
hasil belajar siswa, baik untuk materi
dan memudahkan dalam penyelesaian
kimia atau materi lain dengan
masalah ketika di kelas.
karakteristik yang sama.
Ketuntasan hasil belajar kelas
Bagi peneliti selanjutnya, yang
eksperimen 1 yang lebih tinggi
ingin melakukan penelitian sejenis
dibandingkan kelas eksperimen 2 juga
diharapkan memperhatikan waktu dan
dikuatkan dengan analisis statistik
jumlah soal yang akan diberikan kepada
inferensial yang dilakukan. Hasil ini
siswa agar hasil yang didapatkan lebih
sesuai dengan penelitian Ana (2012) dan
optimal.
Mayasari (2014) yang menyimpulkan
bahwa hasil belajar peserta didik yang
DAFTAR PUSTAKA
diajar dengan model pembelajaran
berbasis masalah lebih baik daripada Adnyana, G.P. 2009. Meningkatkan
yang diajar dengan pembelajaran Kualitas Aktivitas Belajar,
konvensional. Selain itu, Wasonowati Keterampilan Berpikir Kritis,
(2014) dalam penelitiannya dan Pemahaman Konsep Biologi
menyimpulkan bahwa penerapan model Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1
pembelajaran berbasis masalah mampu Banjar melalui Penerapan Model
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Pembelajaran Berbasis Masalah.
peserta didik pada materi kimia. Selain Jurnal Pendidikan Kerta
hasil belajar dan aktivitas yang lebih Mandala Dinas Pendidikan
tinggi, pelaksanaan model pembelajaran Kabupaten Buleleng, Bali ISSN
berbasis masalah dapat meningkatkan 2085-9716, 1 (1).
motivasi belajar (Muspita, 2013), Akınoğlu, O and Ruhan, Ö.T. 2007. The
pemahaman konsep, keterampilan proses Effects of Problem-Based Active
sains (Juliawan, 2012), dan sikap ilmiah Learning in Science Education
serta keterampilan berpikir kritis pada on Students’ Academic
peserta didik (Astika, 2013). Achievement, Attitude and
Concept Learning. Eurasia
KESIMPULAN DAN SARAN Journal of Mathematics, Science
A. Kesimpulan & Technology Education, 3(1),
Berdasarkan hasil analisis data dan 71-81.
pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa Ana, F.S. 2012. Pengaruh Model
penggunaan model pembelajaran berbasis Pembelajaran Berbasis Masalah
terhadap Hasil Belajar

Jurnal Chemica Vo/. 22 Nomor 1 Juni 2021, 13 - 22


21
Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Langsung terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
(Studi Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam)

Matematika Siswa pada Pokok Matematika Ditinjau dari Gaya


Bahasan Aritmetika Sosial Kelas Kognitif Siswa Kelas V SD Di
VII SMP Negeri 9 Palembang. Gugus II Kecamatan Mengwi.
Skripsi. Palembang: Fakultas Jurnal Program Pascasarjana
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan
Universitas Sriwijaya. Ganesha, 4, 1-10.
Astika, U., Suma., dan Suastra. 2013. Muspita, Z., Lasmawan, dan Sariyasa.
Pengaruh Model Pembelajaran 2013. Pengaruh Model
Berbasis Masalah terhadap Pembelajaran Berbasis Masalah
Sikap Ilmiah dan Keterampilan terhadap Kemampuan Berpikir
Berpikir Kritis, Jurnal Program Kritis, Motivasi Belajar, Dan
Pascasarjana Universitas Hasil Belajar IPS Siswa Kelas
Pendidikan Ganesha, 3, 1-10. VII SMPN 1 Aikmel, Jurnal
Benli, E., and Mustafa, S. 2012. The Program Pascasarjana
Investigation of the Effect of Universitas Pendidikan
Problem Based Learning to the Ganesha, 3, 1-8.
Academic Achievement and the Mutoharoh. 2011. Pengaruh Model
Permanence of Knowledge of Pembelajaran Berdasarkan
Prospective Science Teacher: Masalah (Problem based
The Problem of the Boiler Stone. Learning) terhadap Hasil Belajar
Journal of Procedia – Social Fisika Siswa. Skripsi. Jakarta:
and Behavioral Sciences, 46: Jurusan Pendidikan Ilmu
4317-4322. Pengetahuan Alam Universitas
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep- Islam Negeri Syarif
konsep Inti. Jakarta: Penerbit Hidayatullah Jakarta.
Erlangga. Rosyidah, H. 2013. Pengaruh Pendekatan
Joy, A. 2014. Effect of Problem-Based Berbasis Induktif Tipe Problem
Learning Strategy on Students’ Based Learning (PBL) terhadap
Achievement in Senior Optimalisasi Pemahaman
Secondary Schools Chemistry in Konsep Fisika Siswa Kelas X
Enugu State. IOSR Journal of SMAN 8 Malang. Skripsi.
Research & Method in Malang: FMIPA Universitas
Education (IOSR-JRME), 4(3): Negeri Malang.
27-31. Sani, A.R. 2014. Pembelajaran Saintifik
Juliawan, D. 2012. Pengaruh Model untuk Implementasi Kurikulum
Pembelajaran Berbasis Masalah 2013. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
terhadap Pemahaman Konsep Sugandi, A.I., dan Utari, S. 2010.
dan Keterampilan Proses Sains Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Siswa Kelas XI IPA SMA Masalah dengan Setting
Negeri 2 Kuta Tahun Pelajaran Kooperatif Jigsaw terhadap
2011/2012. Jurnal Pendidikan Kemampuan Komunikasi
IPA, 1-17. Matematis serta kemandirian
Mayasari, N.M.D., Dantes, N., dan belajar siswa SMA. Jurnal
Candiasa, I.M. 2014. Pengaruh Pendidikan. Yogyakarta:
Model pembelajaran Berbasis Fakultas Matematika dan Ilmu
Masalah terhadap Hasil Belajar

Jurnal Chemica Vo/. 22 Nomor 1 Juni 2021, 13 - 22


22
Perbandingan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Langsung terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancarijang Kab. Sidrap
(Studi Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam)

Pengetahuan Alam Universitas


Negeri Yogyakarta.
Wasonowati, R.R.T., Tri, R., dan Sri,
R.D.A. 2014. Penerapan Model
Problem Based Learning (PBL)
pada Pembelajaran Hukum-
hukum Dasar Kimia ditinjau dari
Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa Kelas X IPA SMA negeri
2 Surakarta, Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK) ISSN 2337-9995,
3(3), 66-75.
Wulandari, B dan Herman, D.S. 2013.
Pengaruh Problem-Based
Learning terhadap Hasil Belajar
Ditinjau dari Motivasi Belajar
PLC di SMK. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 3(2), 178-191.

Jurnal Chemica Vo/. 22 Nomor 1 Juni 2021, 13 - 22

Anda mungkin juga menyukai