Anda di halaman 1dari 19

2023

PANDUAN PELAYANAN PASIEN RISIKO


TINGGI DAN PENYEDIAAN PELAYANAN
RISIKO TINGGI

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HARAPAN BUNDA


2023
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HARAPAN BUNDA
JL. TUKAD UNDA NO. 1 DENPASAR – BALI
Telp. (0361 265534) Fax. (0361 265532)

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSIA HARAPAN BUNDA


TENTANG
KEBIJAKAN PANDUAN PELAYANAN PASIEN RISIKO
TINGGI DAN PENYEDIAAN PELAYANAN RISIKO TINGGI
NO. 043/SK/RSIAHB/VII/2023

DIREKTUR RSIA HARAPAN BUNDA

Menimbang : a. Bahwa dalam meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Ibu dan Anak Harapan Bunda maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi
b. Bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Harapan Bunda dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
Peraturan Direktur tentang Kebijakan Panduan Asuhan
Pasien Pasien Risiko Tinggi dan Penyediaan Pelayanan
Pasien Risiko Tinggi Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan
Bunda maka sebagai landasan bagi penyelenggaraan seluruh
pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Bunda
maka
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Bunda
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek
Kedokteran.
4. Kepmenkes 1333/1999 Tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit.
MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG KEBIJAKAN


ASUHAN PASIEN RISIKO TINGGI DAN PELAYANAN
RISIKO TINGGI

Menetapkan :
Pertama
Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Bunda
Tentang Kebijakan Asuhan Pasien Resiko Tinggi dan Pelayanan
Resiko Tinggi Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Bunda

Kedua
Kebijakan Asuhan Pasien Resiko Tinggi dan Pelayanan Pasien
Resiko Tinggi Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Bunda
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

Ketiga Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila


dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Denpasar

Pada Juli 2023

Direktur RSIA Harapan Bunda

dr. I G A Puriayuni
Tanggal : Juli 2023
KEBIJAKAN Lampiran SK No : 043/ SK / RSIAHB / VII/ 2023
RSIA HARAPAN BUNDA Revisi 03
Halaman : 3/3

TENTANG
KEBIJAKAN ASUHAN PASIEN RISIKO TINGGI
DAN PELAYANAN RISIKO TINGGI

1. Rumah sakit memberikan pelayanan dan menyediakan pelayanan pada pasien resiko tinggi.
2. Rumah sakit menyediakan peralatan- peralatan medis yang kompleks untuk pemberian pelayanan pada
pasien gawat darurat.

3. Melakukan identifikasi pasien resiko tinggi meliputi Pasien gawat darurat, pasien yang memerlukan
resusitasi, pasien dengan risiko bunuh diri, pasien yang memerlukan pelayanan darah/ transfusi, pasien
dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahannya menurun (immune- suppressed), pasien
yang memerlukan penggunaan restrain dan poasien populasi khusus seperti pasien anak- anak dan
pasien usia lanjut.
4. Mampu menetapkan kondisi pasien sebagai pasien dengan resiko tinggi dan mampu menetapkan
resiko tambahan sebagai hasil dari rencana asuhan.
5. Rumah sakit menyediakan fasilitas untuk diadakannya pelatihan layanan resiko tinggi untuk staf.

Direktur
RSIA Harapan Bunda

Dr I G A Puriayuni
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya maka Panduan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi dapat diselsaikan dengan baik.
Panduan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi ini dapat menjadi pegangan serta pedoman
bagi pelayanan medic dan keperawatan sehingga pelayanan yang dihasilkan mempunyai mutu,
efektifitas, serta efisiensi sesuai dengan yang diharapkan.
Keberadaan Panduan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi ini sangat penting dan tidak
dapat dipisahkan dengan progam menjaga mutu (Quality Assurance Program ) dan
merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan dinamis. Oleh karena itu, kami
mengharapkan akan mengalami perbaikan dan penyempurnaan/ revisi kembali dimasa yang
akan datang.
Akhirnya kami harapkan semoga Panduan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan.

Denpasar, Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................... ii

PANDUAN PELAYANAN PASIEN RESIKO


TINGGI ............................................................................................. iii

BAB I Pendahuluan........................................................................... 1

BAB II RuangLingkup… .................................................................. 2

BAB III Kebijakan… ........................................................................ 3

BAB IV Tata Laksana… ................................................................... 4

BAB V Dokumentasi ......................................................................... 10

LAMPIRAN

ii
PANDUAN PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI

RSIA HARAPAN BUNDA

DISUSUN TIM PENYUSUN


Tanggal : Juli 2023 PAP RSIA HARAPAN BUNDA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan yang berisiko tinggi merupakan pelayanan yang memerlukan peralatan


yang kompleks untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa, resiko bahaya
pengobatan, potensi yang membahayakan pasien atau efek toksik dari obat beresiko
tinggi.
Rumah sakit memberi pelayanan bagi berbagai macam pasien dengan berbagai
variasi kebutuhan pelayanan kesehatan. Beberapa pasien yang digolongkan resiko-
tinggi karena umur, kondisi, atau kebutuhan yang bersifat kritis. Anak dan lanjut usia
umumnya dimasukkan dalam kelompok ini karena mereka sering tidak dapat
menyampaikan pendapatnya, tidak mengerti proses asuhan dan tidak dapat ikut
memberi keputusan tentang asuhannya. Demikian pula, pasien yang ketakutan,
bingung atau koma tidak mampu memahami proses asuhan bila asuhan harus diberikan
secara cepat dan efisien.
Rumah sakit juga menyediakan berbagai variasi pelayanan, sebagian termasuk
yang beresiko tinggi karena memerlukan peralatan yang kompleks, yang diperlukan
untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa, sifat pengobatan (penggunaan darah
atau produk darah), potensi yang membahayakan pasien yang memerlukan
penggunaan restrain.

1
BAB II
RUANG LINGKUP PELAYANAN

Kelompok Pelayanan Pasien yang beresiko tinggi antara lain:


a. Pasien gawat darurat
b. Pasien yang memerlukan resusitasi
c. Pasien dengan risiko bunuh diri
d. Pasien yang memerlukan pelayanan darah/ transfusi
e. Pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahannya menurun (immune-
suppressed)
f. Pasien yang memerlukan penggunaan restrain.
g. Pasien populasi khusus.

2
BAB III
KEBIJAKAN

1. Rumah sakit memberikan pelayanan dan asuhan pada pasien resiko tinggi.
2. Rumah sakit menyediakan peralatan- peralatan medis yang kompleks untuk
pemberian pelayanan pada pasien gawat darurat.

3. Melakukan identifikasi pasien resiko tinggi meliputi Pasien gawat darurat, pasien
yang memerlukan resusitasi, pasien dengan risiko bunuh diri, pasien yang
memerlukan pelayanan darah/ transfusi, pasien dengan penyakit menular dan
mereka yang daya tahannya menurun (immune- suppressed), pasien yang
memerlukan penggunaan restrain dan poasien populasi khusus seperti pasien anak-
anak dan pasien usia lanjut.
4. Mampu menetapkan kondisi pasien sebagai pasien dengan resiko tinggi dan
mampu menetapkan resiko tambahan sebagai hasil dari rencana asuhan.
5. Rumah sakit menyediakan fasilitas untuk diadakannya pelatihan layanan resiko
tinggi untuk staf

3
BAB IV
TATA LAKSANA

Pelayanan Pasien Yang Beresiko Tinggi


a. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak dilakukan
pertolongan secepatnya. Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua,
yaitu : pengkajian primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat
darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya
dilakukan survei sekunder. Tahapan pengkajian primer meliputi :
A (Airway) : mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai
kontrol servikal
B (Breathing) :mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar
oksigenasi adekuat
C (Circulation) : mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan
D (Disability) : mengecek status neurologis
E (Exposure, environmel control) : buka baju penderita tapi cegah hipotermia.
Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam
nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas.
Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat
(kurang dari 10 detik) difokuskan pada Airway,Breathing,Circulation (A,B,C). Karena
kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini
dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat
dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh
dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan
segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan
otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu
pengkajian primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan
efisien.

4
b. Pasien yang memerlukan resusitasi
Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan
fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti
jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab
yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut
bekerja kembali. Setiap petugas di RSIA Harapan Bunda sebelum melakukan bantuan
hidup dasar diharuskan:
1) Memahami tanda - tanda henti jantung dan henti nafas
2) Teknik penilaian pernafasan dan pemberian ventilasi buatan yang baik dan benar
3) Teknik kompresi yang baik serta frekuensi kompresi yang adekuat
4) Teknik mengeluarkan benda asing pada obstruksi jalan nafas
Teknik pelaksanaan BHD
1) Sebelum melakukan BHD penolong harus memastikan bahwa lingkungan sekitar
penderita aman untuk melakukan pertolongan dilanjutkan dengan memeriksa
kemampuan respons penderita, sambil meminta pertolongan untuk mengaktifkan
sistem gawat darurat dan menyediakan defibrilator
2) Pengecekan pulsasi arteri
a. Pengecekan pulsasi tidak perlu dilakukan bila penderita mengalami pingsan
mendadak, tidak bernafas atau bernafas tidak normal. Penilaian pulsasi
sebaiknya dilakukan kurang dari 10 detik, jika dalam 10 detik tidak dapat
meraba pulsasi maka segera lakukan kompresi dada.
b. Kompresi dada dilakukan dengan pemberian tekanan secara kuat dan berirama
pada tulang dada, dengan frekwensi minimal 100 kali/menit, kedalaman
minimal 5 cm, berikan kesempatan dada mengembang sempurna setelah
kompresi, seminimal mungkin interupsi dan hindari pemberian nafas bantuan
yang berlebihan.
c. Pasien dengan risisko bunuh diri
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besamya kemungkinan pasien melakukan bunuh
diri, kita mengenal tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu:
a. Isyarat Bunuh Diri Ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan: "Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!"
atau "Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya". Pada kondisi ini pasien mungkin sudah
memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya namun tidak disertai ancaman dan percobaan
5
bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah sedih marah
putus asa tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri
yang menggambarkan harga diri rendah.
b. Ancaman Bunuh diri Umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini pasien
belum pemah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan
sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
c. Percobaan Bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara
gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang
tinggi.
d. Pasien dengan pelayanan transfuse
Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah
penerima (resipien). Pemberian transfuse selain bermanfaat untuk pasien juga
mempunyai efek samping atau komplikasi yang harus dicegah dan ditangani bila
terjadi.Komplikasi transfuse bisa terjadi ringan sampai berat bahkan fatal dan
meninggal bila tidak dilaksanakan dengan aman.Untuk itu pemberian transfuse harus
dilakukan secara aman dan rasional agar tidak terjadi efek samping yang tidak
diinginkan.
Sebelum transfusi dilakukan terlebih dahulu cek kelengkapannya yang meliputi
penandatanganan informed consent tindakan pemberian transfusi darah yang disetujui
oleh pasien, keluarga yang bertanggung jawab, perawat sebagai saksi dan diketahui
oleh dokter yang merawat. Pelayanan produk darah di RSIA Harapan Bunda
dilaksanakan dengan bekerjasama dengan PMI / UTD RSUP Sanglah. Semua pasien
yang akan diberikan darah dilayani dengan berkoordinasi dengan unit tranfusi darah
PMI RSUP Sanglah Denpasar.
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pemberian transfuse :

 Pemberian darah dilakukan atas instruksi dokter dan dengan persetujuan keluarga (
informed consent ).
 Selalu mencocokkan identitas pasien dengan kantong darah
 Darah yang diberikan telah dilakukan uji saring dan uji cocok serasi.
 Darah yang diberikan belum kadaluarsa , tidak rusak, tidak berubah warna.

6
 Perhatikan waktu pemberian darah

e. Pasien Dengan Penyakit Menular Dan Mereka Yang Daya Tahan Tubuhnya
Menurun
1. Penerimaan Pasien Untuk Perawatan Terpisah
Adalah penting bahwa kondisi darurat penerimaan ( dan pasien potensial untuk
perawatan terpisah) untuk dipisahkan dari penerimaan bedah elektif untuk
meminimalkan kemungkinan penyebaran infeksi. Pada pasien masuk harus dinilai
untuk faktor resiko seperti diduga atau infeksi dikonfirmasi dan kehadiran multi
resisten organisme.
2. Indikasi Perawatan Terpisah
Untuk mengetahui apakah pasien memiliki indikasi masuk ke ruang perawatan
terpisah atau tidak, dengan prioritas yang harus diberikan kepada pasien yang
dicurigai atau dikonfirmasi:
a. Pasien dengan resiko tinggi menularkan penyakit ke orang lain:
Tuberkolosis BTA (+) dan tersangka TB, HIV, varisela dan herpes
b. Pasien dengan daya tahan tubuh rendah (immunocompromental) yang mudah
tertular orang lain

f. Pasien dengan populasi khusus seperti anak- anak, pasien maternitas dan usia lanjut.
1. Tatalaksana pelayanan terhadap anak- anak
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada
keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic care) dan
manajemen kasus. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan
dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.
Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek
hukum (legal). Sebagai bagian dari keluarga anak harus dilibatkan dalam pelayanan
keperawatan, dalam hal ini harus terjadi kesepakatan antara keluarga, anak dan tim
kesehatan. Pasien anak-anak/ bayi pada setiap pemberian edukasi terintegrasi dan
informed consent ditandatangani oleh keluarga sesuai ketentuan
Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi
atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial
dan spritual dalam kontek keluarga dan masyarakat. Pasien anak-anak atau bayi
7
diberikan pelayanan rawat jalan di poliklinik anak. Asesmen awal rawat inap
bayi/ anak-anak menggunakan form pengkajian awal bayi/ anak-anak.

2. Tatalaksana pelayanan terhadap pasien usial lanjut


Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai
gejala-gejala kemuduran fisik, antara lain :
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3. Gigi mulai lepas (ompong)
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang
5. Mudah lelah dan mudah jatuh
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :


1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja
terjadi
3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
4. Sulit menerima ide-ide baru
Asesmen geriatri terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan tersebut harus dapat mengungkap masalah yang berkaitan
dengan organ, fungsi kejiawaan, dan fungsi sosial pasien geriatri. Pasien geriatri
diberikan pelayanan rawat jalan di U GD, poliklinik umum , poli kandungan dan
gynekologi dan poli penyakit dalam.

g. Pasien yang memerlukan penggunaan restrain


Keamanan merupakan prioritas kedua kebutuhan dasar manusia menurut hirarki
Maslow, setelah kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi selama hidup manusia.
Sebab dengan adanya rasa aman, setiap individu dapat berkarya dengan optimal dalam
hidupnya. Keamanan tidak hanya bagi individu sendiri tetapi juga bagi lingkungan.
Menciptakan lingkungan yang aman adalah dengan meningkatkan kesadaran dan
penjagaan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keamanan adalah dengan mencegah cedera
terutama pada individu yang mengalami gangguan kesadaran dan karena factor usia.
Dengan restrain, maka resiko cedera misalnya terjatuh dapat dikurangi. Restrain
adalah suatu metode/cara pembatasan/restriksi yang disengaja terhadap
8
gerakan/perilaku seseorang.
Resiko jatuh adalah pasien yang beresiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan
oleh factor lingkungan dan factor fisiologis yanag dapat berakibat cedera. Factor
resiko jatuh dapat di kelompokkan menjadi 2 kategori:
a. Instrinsik
Berhubungan dengan kondisi pasien termasuk kondisi psikologis
b. Ekstrinsik
Berhubungan dengan lingkungan
Selain itu, factor resiko juga dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu
yang dapat diperkirakan (predictable) dan yang tidak dapat diperkirakan
(unpredictable).
Kategori Intrinsik Ekstrinsik
Dapat diperkirakan 1. Riwayat jatuh serbelumnya 1. Lantai basah, ruang
2. Inkontinensia berantakan, pencahayaan
3.Gangguan kognitif/ kurang, silau, kabl longgar
psikologis 2. Alas kaki tidak pas
4. Gangguan mobilitas 3. Dudukan tilet yang rendah
5. Usia >65 4. Kursi/ tempat tidur beroda
6. Osteoporosis 5.Rawat inap berkepanjangan
7.Status kesehatan yang 6. Peralatan yang tidak aman
buruk 7. Peralatan yang rusak
8. Gangguan muskuloskeletal 8.Tempat tidur ditinggalkan
dalam posisi tinggi
Tidak dapat 1. Kejang 1. reaksi individu terhadap
diperkirakan 2. Aritmia jantung obat- obatan
3. Stroke/ serangan iskemik
sementara
4. Pingsan
5. Serangan jantung
6. Penyakit kronis

Sebelum dilakukan tindakan restrain, keluarga diberi informed consent


tindakan berisiko. Pasien yang dipasang restraint di catatatn tindakan
keperawatan, dilakukan evaluasi secara berkala setiap hari atau sesuai kondisi
pasien dan dicatat pada rekam medis sehingga bila telah memenuhi kriteria
restrain dapat segera dihentikan.

9
BAB V
DOKUMENTASI

Seluruh informasi yang diberikan atau dijelaskan kepada pasien maupun keluarga,
seluruh tindakan yang dilakukan kepada pasien, seluruh persetujuan maupun penolakan
terhadap tindakan atau prosedur yang akan diberikan ke pasien tercatat dalam status rekam
medis pasien dan tersimpan sebagai berkas rekam medis pasien. Hal tersebut merupakan
bukti telah memberikan pelayanan catatan perkembangan pasien secara terintegrasi, dan
berkas tersebut akan menjadi bukti legal jika terjadi kasus hukum.
Pencatatan tersebut dapat dilakukan pada form catatan perkembangan pasien
terintegrasi dan formulir observasi pasien. Semua catatan tersebut akan menjadi bukti
semua asuhan pelayanan yang telah diberikan para pemberi pelayanan asuhan kepada
pasien di Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Bunda di kemudian hari jika hal-hal tersebut
dibutuhkan oleh hukum maka hasil dokumentasi di berkas rekam medis tersebut dapat
menjadi bukti hukum untuk semua asuhan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien.

10
LAMPIRAN
- SPO PELAYANAN RESIKO TINGGI (SPO/D/0/VII/2023)
SOP PELAYANAN PASIEN BERISIKO TINGGI
No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1
SPO/D/043/VII/2023 03
Disahkan,
Tanggal Terbit Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan
STANDAR
Bunda
PROSEDUR Juli 2023
OPERASIONAL

dr I G A Puriayuni
PENGERTIAN Pelayanan yang memerlukan peralatan yang kompleks untuk pengobatan penyakit
yang mengancam jiwa, risiko bahaya pengobatan, potensi yang membahayakan
pasien atau efek toksik dari obat beresiko tinggi.
TUJUAN Pelayanan yang dilakukan terhadap pasien yang berisiko tinggi menularkan
penyakit agar tidak terjadi infeksi nosokomial.

KEBIJAKAN KEBIJAKAN ASUHAN PASIEN RISIKO TINGGI DAN PELAYANAN RISIKO


TINGGI NO. 043/SK/RSIAHB/VII/2023
PROSEDUR 1. Pasien ditempatkan diruang isolasi steril
2. Perawat / Bidan memakai APD (maker, handscoon, pakaiankerja, kacamata)
3. Perawat/ Bidan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudahmelakukan
tindakan dengan desinfektan.
4. Perawat / Bidan menggunakan alat-alat kesehatan steril
5. Perawat / Bidan mengganti linen setiap hari
6. Perawat / Bidan menempatkan linen yang sudah dipakai
ditempatin feksius
7. Perawat / Bidan melakukan kesterilan ruang setelah pasien pulang

1. Petugas Rawat Jalan

UNIT TERKAIT 2. Petugas Rawat Inap


3. UGD

Anda mungkin juga menyukai