Anda di halaman 1dari 61
on RUMAH SAKIT ¥J& MURNI TEGUH TUBAN BALI PANDUAN ASUHAN PASIEN RESIKO TINGGI RUMAH SAKIT MURNI TEGUH TUBAN BALI 2022 RUMAH SAKIT MURNI TEGUH TUBAN BALI Wake: Zasnorrow Hore: Heatley J Raya Tutnan No-tAl85, Kuta 80361, Kai Badung : Bal (0361 - 2000700 | Welt. war emaumiteguh. com KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MURNI TEGUH TUBAN BALI NOMOR : 295/SK/MTTB/V/2022 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASUHAN PASTEN RISIKO TINGGI DAN PELAYANAN RISIKO TINGGL DI RUMAH SAKIT MURNI TEGUH TUBAN BALI DIREKTUR RUMAH SAKIT MURNI TEGUH TUBAN BALI MENIMBANG : a Bahwa Rumah sakit menyediakan beragam jenis pelayanan, beberapa diantaranya yang dianggap memiliki Risike tiny Karena peralatin yang kompleks diperluken untuk mengatasi kondisi yang mengancam jiwa, sifat dari pengobatan itu sendiri (penggunaan darh / produk darah ), potensi cedera pasien (pengekangan / restraint), atau efek toksik dari beberapa. obat- obaian Risiko tinggi: b, Bahwa untuk mengindentifikasi kclompok pasien risiko tinggi, meourunkan angka kejadian tidak diarapkan pada pasien risike tinggi sent seluruh staf rumah sakit dapat menguasai berbagai prosedur sehubungan dengan penanganan pasien risiko tinggi maka diperlukan Panduan Asuhan Pasien Risiko Tinggi dan Pelayanan Risiko Tiny ¢, Schubungan dengan itu, perlu ditctapkan dalam suatu Peraturan Direktur Rumah Sakit Murai Teguh Tuban Bali. MENGINGAT + 1, Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Prakiek kedokteran . Undang — Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 temang Kesehatan; 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512 / MENKES / PER /1V / 2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran: 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 / MENKES / PER / II] /2008 tentang Persctujuan Tindakan Kedokteran: 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438 / MENKES /PER / TX / 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran: np ‘Ji Raya Tuban Na 1AlMS, Kutn 80961, Kab Backing «Bal 10. MENETAPKAN PERTAMA KEDUA KETIGA, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rathasia Kedokteran; Pezaturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahtn 2017 tentang Keselamatan Pasien; Keputusan SK Menteri Keschatan Republik Indonesia Nomor 129 / MENKES / SK / 11/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Saikit Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK 01.07/Menkes/1128/2022 tentang Akreditast Rumah Sakit. MEMUTUSKAN yPeraturan Direktur Rumah Sakit Muni Teguh Tubtn Bali tentang Pemberlakuan Panduan Asuhan Pasien Risiko tinggi dan Pelayanan Risiko Tinggi di Rumah sakit Mumi Teguh Tuban Bali sebagaimana dalam lampiran keputusan inis : Agar Panduan Asuhan Pasien Risiko tinggi dan Pelayanan Risiko ‘Tinggi sebagaimana dalam lampiran keputusan ini menjadi acwan bagi penyelenggara pelayanan asuhan pasion di Rumash Sakit Mumi Teguh ‘Tuban Bali; = Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabile dikemudian hari terdapat kekeliraan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di: Badung Pada Ti Mei 2022 Rumah Sakit Murni Teguh Tuban Bali Dircktury, hi ‘Wardana, MPH KATA PENGANTAR Pertama-tama kam panjatkan puji dan sywkur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena akhimya kita dapat menyclessikan Panduan Asuhan Pasien Risiko tinggi dan Pelayanan Risiko Tinggi, Kami mengucapkan tecima Kasih kepada para penyusun dan pihak yang telah membantu menyediakan waktunya untuk menyelesaikan Panduan Asuhan Pasien Risiko tinggi dan Pelayanan Risiko Tinggi ini, Kami menyadari masih ada kekurangan yang terdapat dalam buku Panduan ini. Dengan demikian, diharapkan dapat dilakukan revisi sccara berkala schingga kekurangan yang ada saat ini dapat diperbaiki. Akhieya kami mengharapkan buku Panduan ini akan berguna dalam seturuh pelayanan di Rumah Sakit Murni Teguh Tuban Bali schingga pelayanan di Rumah Sakit Mumi Teguh Tubsn Bal menjadi lebih baik. Untuk itu, saran dan kritik untuk perbaikan di masa mendatang sangat kami antikan, Badung, 30 am Dire at GF ie Wiaaa, MPH DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISL BABI PENDAHULUAN BABIE — RUANG LINGKUP .... BABIN = =TATA LAKSANA ..u..... BABIV PENUTUP... BABI PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit melayani beragam pasien dengan aneka ragam kebutuhannya, Beberapa kelompok populasi pasien dianggap memiliki risiko tinggi karena usianya, kondisinya, ataupun sift kritis dari penyakitnya. Pasien yang tergolong populasi risiko tinggi karena usianya yaitu ‘pasien anak-anak dan lansia, karena sering sekali mereka tidak dapat menyampaikan keluhannya sendiri, tidak mengerti proses pelayanan, dan tidak dapat berpartsipasi dalam pengambilan keputusan terkait dengan pelayanan terhadap diri mereka, Demikian pula pasien yang mengalami gangguan kesadaran, pasien dalam kondisi koma, maupun pasien dalam keadaun emergensi, tidak dapat memahami proses pelayanan di saat pelayanan harus diberikan dengan cepat dan cfisien. ‘Rumah sakit juga menyediakan beragam jenis pclayanan, beberapa diantaranya yang dianggap memiliku Risiko tinggi kerena petalatan yang kompleks diperlukan untuk mengatasi kondisi yang mengancam jiwa (pasien hemodialisis), sifat dari pengobatan itu sendiri (penggunaan darah/produk darah), potenst cedera pada pasien (pengekangan/restrain/), atau efek toksik dari beberapa obat-obatan berisike tinggi (misalnya kemoterapi) Kebijakan dan prosedurmerupakan alat penting bagi staf untuk dapat memahami pasien- pasien dan jenis-jenis pelayanan ini, dan untuk menyikapinys secara menyeluruh, kompeten dan seragam. Para pimpinan rumah sakit bertanggung jawab untuk : 1. Mengidentifikasi pasien dan jenis pelayanan yang dianggap memiliki risiko tinggi dalam rumah sakit. 2. Menggunakan proses kolsboratif/Kerjasama untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur terkait. 3, Melatih staf untuk menerapkan kebijakan dan prosedur, Rumah sekit juga diharapkan mengidentifikasi risio kolatetal yang terjadi akibat adanya prosedur atau reneana perawatan (misainys, perlunya mencegah thrombosis vena dalam, decubitus, dan kejadian jatuh). Jika terdapat risiko demikian, dapat dicegah dengan mengedukasi ‘staf dan Menyusun kebijakan dan prosedur yang tepat. 1.2. Tujuan 1, Tujuan Umum Sebagai acuan disusunnya sebagai kebijakan dan prosedur penanganan pasien risiko tinggi dan pemberian-pelayanan risiko tinggi di Rumah Sakit Murni Teguh Tuban Bali, 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kelompok pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko di Rumah Sakit Mumi Teguh Tuban Bali. b,-Menyusun kebijakan mengenai pemberian asuhan pasien risiko tinggi serta pemberian pelayanan risiko tinggi agar dapat terlaksana secara kolaboratif. Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 1 ., Menurunkan angka kejadian tidak diarapkan pada pemberian asuhan pasien risiko tinggi dan pada prosedur-prosedur yang tergolong pelayanan risiko tinggi . Scluruh staf Rumah Sakit Murni Teguh Tuban Bali menguasai berbagat prosedur sehubungan dengan penanganan pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 2 BAB II RUANG LINGKUP PELAYANAN Asuhan dan pelayanan pasién di rumah sakit harus mengutamakan pelayanan pasien yang efektif dan aman. Asuhan dapat berupa promotive, kuratif, suportif, paliatif, atau kombinasinys. Implementast asuhan yang efektif adalah asuhan yang bertujuan: memenubi ‘kebutuhan unik setiap pasien untuk memperotel Kasil Klinis yang optimal. Arex asuhan pasien risiko tinggi (populasi kebutuhan khusus) ataw pelayanan risiko tinggi merupakan area asuban yang membutuhkan perhatian tambahan. Asuban dilskukan olch PPA sesual peran dan kewenangennya, ‘Rumah sakit dalam hal ini mengidentifikasi dan memberikan asuhan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi sesuai kemampuan, sumber daya, dan sarana prasarana yang similiki, meliputi : 1. 2. 3. 4. 5 Pasien Gawat Darurat (Emergensi): Pelayanan Resusitasi; Pasien koma; Pasien dengan Alat Bantuan Hidup; Pasien Risiko Tinggi lainnya yaitu pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, stroke, dan diabetes; Pasion dengan Gangguan Kekebelan Tubuh (Jmennocompromised |. Pasien Bayi dan Anak-Anak Usia Di Bawah 12 Tahun; .. Pasien Lanjut Usia (Geriatr); Pasien dengan Risike Bunuh Diri: Pasien Dengan Cacat Fisik (Buta, Tuli, Bisu, Lumpuh/Gangguan Fungsi Anggoia Gerak): - Pasien dengan Gangguan Kejiwaaan; . Pasien dengan Penyskit Menular dan Penyakit yang Berpotensi KLB: . Penggunaan restraint; |. Pelayainan pallatif . Pelayanan Pembedahan |. Pelayanan Anastesi Dan Sedasi . Pelayanan Pemberian Darah Dan Produk Darah . Pelayanan pada pasien risiko tinggi lainnya (misalnya radiologi intervensi); Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 3 BABIIT TATALAKSANA, 3.1.Pasien Gawat Darurat (Emergensi) Pelayunan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan Tindakan yang cepat dan tepat pada seseorang atau sckelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan, 1. Tyjwan a. Penyelamatan jiwa b. Stabilisasi ¢. Pencegahan kecacatan 2. Triage Tindakan memilah-milsh pasien sesuai dengan kegawatannya untuk memperoleh Tindakan. ‘4, Mclakukan survei primer tanpa dukungan alat bantu diagnostic, kemudian dilanjutkan dengan survei sekunder. b. Menggunakan tahapan ABCDE yai (1) Airway management (2) Breathing management (3) Cireulation management (4) Disability, Drug, Defibrilator (5) Exposure, EKG . Lingkup Penanggulangan Pasien Gawat Darurat a. Gawat Darurat: mengancam nyawa yang harus dilakukan Tindakan segera untuk menghindari kematian atau kecscatan, bb. Gawat, tidak darurat: berpotensi mengancam nyawa jika tidak dilakukan penanganan, meskipun tidak memerlukan penangan segera, c. Darurat, tidak gawat: tidak berpotensi mengancam nyawa namun memerlukan penanganan segers, d. Tidak gawat tidak darurat; tidak dalam kesdaan mengancam nyawa dan tidak diperlukan penanganan segera, |. Risiko yang dihadapi a. Penanganan pasien gawat darurat yang tertunda. b, Penanganan pasien gawat darurat tidak adekuat «. Cedera fisik d. Kesalahan dalam pemberian terapi/Tindakan medis dan keperawaian ‘S. Penanganan a. Menetapkan mekanisme triage yang digunakan di IGD b. Menyusun perencanaan jumlah dan kualifikasi tenaga kerja di IGD guna memastikan kecukupan ketersediaan tenaga kerja di setiap shift jaga joritas ” » Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 4 ¢, Penyusunan standar profesi gswat darurat 4, Prosedur idemtifikasi pasien dengan henar €. Prosedur pengkajian risiko jatuh 6. Dokumentasi at. Form Assesmen Gawat Darurat (rawat jalan dan rawat inap) b. Form Edukasi Terintegrasi Pasien dan Keluarga Form Jain berlaku sesuai kebutuhan 7. Informed Consemt ‘Tidak ada informed consent khusus (sesuai kebijakan informed consent). 8, Monitoring pasien Pasien gawat darurat dilakukan pemantaan (moniioring) berdasarkan jenis & tingkat kegawatannya, 9. Kuolifikasi stat 4. Dokter yang telah memiliki sertifikan ACLS dan ATLS . Perawat IGD yang bersentfikat pelatihan gawat darurat (BLS) 10, Ketersediaan & Penggunaan Alat Khusus Patient Monitor b. Pulse oximeter EKG dn defibeillator ‘Troli Emergensi yang berisi obat-obatan emergensi Ventilator transport “Anabu bag PEEP . Automatic CPR device Set CvP Set Venasectie Set Bedah Monitor cre mean 3.2.Pelayanan Resusitasi Resusitasi dilakukan sebagai upaya life saving dalam kondisi pasien tiba-tipa kolaps, bethenti bemapas (respiratory arrest) maupun henti jantung (cardiae arrest), Seluruh unit di RS akan melakukan pelayanan resusitasi secara seragam, sesuai dengan standard procedure yong beriaku, 1. Risiko yang dihadapi Cedera (fraktur) atau luka bakar akibat defibrilasi Cedera akibat proses intubasi endotrakeal Resusitasi yang diberikan tidak sama di seluruh rumah sakit 1. Kegagalan fungsi slat resusitasi Pelecehan f Kekerasan 2 Penanganan, Ppeoe Paduan Asuhan Pasion Resiko Tinggi | 5 & Standsrisasi resusitasi sesuai dengan guideline sesusi ACLS yang terkini (AHA. 2010) b. Penenganan resusitasi diberikan berdasarkan Kondisi tiap pasion termasuk jdentifikast perbedaan antara pasien dwasa dan anak atau pertimbangan khusus lainnya . Pelatihan tim resusitasi rumah sakit (Code Blue Team) d. Penggunaan alat dan bahsn resusitasi sesuai dengan rekomendasi Depkes dan protocol © Resusitasi f. Pemeliharaan alat medik terkait resusitasi (daily checklist untuk defibrillator dan monitoring isi dari trolley emergency) g. Tetap menjaga privacy pasien . Dokumentasi Form Catatan Selama Resusit . Informed Consent Tidak diperlukan consent untuk melakukan resusitasi apabila pasien mendadak perlu dilakukan resusitasi untuk keselamatan pasien, kecuali keluarga berkehendak lain (pads pasien dengan keadaan henti nafas dan henti jantung) . Monitoring pasien a Keadaan Umum b. Kesadaran s 1D d Z ES Muri Teguh Tuban Bali yang Karena pekerjaannya berkaitan langsung dengan pelayanan pasien (direct patient care) harus menguasai ‘Teknik Bantuan Hidup Dasar (Basie live Support), Pelatihan BLS dapat dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan di luar rumah sakit, pelatihan in-house Rumah Sakit, maupun pelatihan Advance Life Support yang terkait dengan spesialisasi masing-masing (untuk dokter). Pelatihan lain yang dianggap sebagai pelatihan resusitasi termasuk diantaranya sertifikasi sebagai instruktur di pelatihan advance/basic life support. Pelatihan Basic Life Suppor ini harus diulang/dilakukan penyegaran sedikitnya setiap 2 tahun sekali. Adapun staf yang harus menguasai Basic Life Support adalah scluruh staf RS termasuk outsourching. Scluruh staf Rumah Sakit secara bergilir diberikan pelatihan BLS dengan harapan bahwa bilamana terjadi kejadian di sefuruh penjurt rumah sakit, makan pertolongan pertama dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 6 7. Ketersediaan & Penggunaan Alat Khusus: a. Trolley Emergency beserta kelengkapannya (isi tolli emergency terlampir) b. Monitor EKG, Definrillator ©, Alat Pelindung Diri (APD) Personal Protective Equipment (PPE) 3.3.Pasien Koma Koma (tidak sadar) adalah suaty keadaan dimana scorang pasien benar-henar tidak memiliki kesadaran baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sekitar, seta tidak mampu memberikan respon yang berarti tethadap stimulus ekstemnal, Berbeda dari ketidaksadaran yang bersifiat sementara seperti sinkop, koma harus berlangsung lebih dari satu jam. Koma terjadi sebagai akibat dari kerusakan berat pada hemisfer serebri dan/atau system ARAS (ascending reticular activating system). Terdapat banyak penyebab koma, dan hal ini dapat diklasifikasikan sebagai disfungsi otak fokal atau difus. ‘Skala kompleks yang paling sering digunakan adalah Glasgow Coma Score. Skala GCS ini memiliki aktivitas mata, respons verbal maupun motoric, dan memberikan poin tertentu untuk masing-masing, dengan total skor GCS 3 adalah ketidaksadaran dalam dan skor 15 adalah sadar penuh, Pasien yang tidak sadar memilikirsiko asfiksia yang tinggi aki jatubnya lidah ke belakang sehingga menyumbat jalan nafs, menyebabkan kemarian dan/atay pneumonia aspirasi, Seringkali apabila penycbab koma tidak diatasi, atau tidak dapat diatasi, dapat terjadi progresivitas keadsan pasien kea rah kerusakan otak yang ireversibel dan selanjutnya mati otak, 1. Tujuan a, Menyusun suatu panduan prosedur bagi perawatan pasien yang tidak sadar. b, Memastikan kualitas perawatan pasien yang tidak sadar. ¢, Menjamin konsistensi dan keseragaman pelayanan pasien tidak sadar oleh perawat dan semua tenaga kesehatan lainnya 2. Kebijakan a. Perawatan pasien koma dilakukan di unit perawatan intensif (ICU), namun pada beberapa keadaan khusus dapat dilskukan di ruang rawat biasa dengan persetujuan dokter penanggung jawab pasien, keluarga pasien, serta sepengetahuan manajemen rumah sakit. b, Dokter yang merawat pasien koma adalsh dokter yang sudah mengikuti pelatihan ACLS sedangkan untuk perawat adalah yang sudah mengikuti pelatihan BLS dan pelatihan ICU, ¢. Tujuan utama penanganan kondisi kritis akut pasien adalah untuk menstabilkan pasien dan memberikan dukungan hemodinamik dan jalan nafas, namun kebutuhan perawatan pasien dalam jangka Panjang juga sudah harus diidentifikasi sejek dini dan didiskusikan dengan keluarga pasien, Pasien koma dapat pulih sempura dari kondisi yang mendasarinya bila penyebab koma dapat ditangani, namun tidak semua dapat pulih kembali. Psduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 7 4. Sclamia pasien koma dirawat di ICU dilakukan monitoring setiap saat dan dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai indik ¢. Kebutuhan perlindungan terhadap patensi jalan nafas dan alst penunjang hidup (life support) dideteksi secara dini untuk mencegah komptikasi, f. Sistem sirkulasi pada pasien tidak sadar seringkali memerlukan dukungan, dan dengan demikian diperlukan akses intravena yang baik sejak awal, disertai pengukuran nadi dan tekanan darah berkala serta semua terapi yang diperlukan g. Untuk pasien yang dinystakan Mati Batang Otak (MBO) tidak perlu dirawat di ruangan ICU, akan tetapi apabila keluarga menghendaki boleh dirawat di 1CU dengan perawatin sesuai dengan persetujuan keluarga. h Perawatan pasien koma di ICU dibedakan menjadi : (1) Perawatan maksimal: respirasi didukung dengan ventilator, obat-obatan maksimal sesuai dengan indikasi, nutrisi total parenteral, dan tindakan/prosedur yang mendukung diagnosis/tatalaksana, (2) Perawatan minimal: hanya diberikan pemenuhan kebutuhan dasar yaitu oksigenisasi, nutrisi, eliminasi, dan hygiene personal. . Prosedur a. Tim medis akan melakukan pengkajian pasien, membuat diagnosis, dan mengidentifikasi kebutuhan pasien koma. Perawat yang menangani pasien juga mengidentifikasi kebutuhan pasien. Selanjutnya tim merencanakan perawatan sesuai dengan hasil pengkajian dan identifikasi b, Tata laksana jangka panjang metibatkan pertimbangan masalah yang dialami oleh pasien koma selama berbaring tidak bergerak selama jangka wakiu yang sengat panjang tanpa refleksi protektif, Hal ini mencakup: (1) Bagian tubuh yang mengalami tekanan (decubitus) (2) Perawatan mulut, mata, dan kulit (3) Fisioterapi untuk melindungi otot dan sendi (4) Risiko thrombosis vena datam (3) Risiko ulkus stress pada lambung (6) Keseimbangan nutrisi dan cairan (7) Kateterisasi urine (8) Pemantauan hemodinamik (9) Pengendalian infeksi (10) Penanganan oksigen secara adekuat, dengan bantuan ventilator (1DHilangnya kemampuan untuk menutup mata, paparan konjungtiva, meningkatkan risiko mata kering c. Karena pasien sangat bergantung perawatannya pada tenaga medis, pasien koma diberikan perhatian khusus dan pelayanan yang lebih spesialistik, Sedapat mungkin pasien di ICU untuk perawat yang memadai, kapanpun dan di manapun ditemukan tidak sadar, Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 8 dd. Setelah masuk ke ICU atau setelah menerima jawaban konsul dari [CU bagi pasien koma di IGD atau ruang rawat, pengkajian awal pasien tidak sadar harus dilakukan oleh dokter ICU yang sedang hertugas dan diselesaikan dalam jangka waktu 12 jam. e. Dokter ICU yang bertugas Menyusun rencana perawatan setiap pasien koma, yang diperiksa dan disetujui oleh dokter penanggung jawab pasien sclama masih di ruang, rawav/IGD. Untuk pasien yang ditangani di ICU, dokter ICU bertanggung jawab stas penanganan pasien, dan dokter penanggung jawab pasien sebelumnya boleh memberikan usulan terapi bagi pasien. £, Selain perawatan pasien standar, perawat yang memegang pasien koma akan melakukan hal-hal berikut : (1) Pastiken jalan nafas bersih dan paten untuk mengurangi risiko aspirasi # Periksa jalan nafs dan lakukan suction bila diperlukan, untuk membantu Pertukaran gas © Lepaskan gigi palsu apabila longgar, untuk mencegah obstruksi jalan nafas * Posisikan/miringkan pasien untuk membantu pengeluaran sekresi jalan nafas © Masukkan gudel untuk menjaga jalan nafas adekuat (2) Pastikan respirasi adekuat # Pantau pola nafs # Persiapkan intubasi apabila terindikast gkat kesadaran untuk menilai fungsi motorie dan sensorik dengan eara * Penilaian GCS * Pemeriksaan neurologis, (5) Jangan meninggalkan pasien tanpa dijaga, naikkan railing tempat tidur untuk ‘memastikan keamanan pasien (6) Catat semua prosedur dan pemantauan dalam rekam medik, laporkan semus temuan yang tidak normal mengenai kondisi pasien kepada dokter jaga. . Pengkajian nutrisi dan terapi mutrisi (1) Penilaian status nutrisi sefak awal masuk dan secara teratur bila diperfukan (2) Apabila diperlukan, dilakukan konsultasi kepada abli gizi Klinik dan dilakukan perencanaan nutrisi multidisiplin (3) Adapun standar makanan khusus yang diberikan berdasarkan diagnose dan diet ‘yang diberikan oleh DPJP diatur semuanya dalam Kebijakan Pelayanan Cizi. h. Berdasarkan kondisi pasien apakah potensial reeversibel atau ireversibel, dokter ppenanggung jawab pasien mendiskusikan dengan anggota keluarga dan memutuskan salah satu hal dibawah ini : (1) Melanjutkan terupi agresif dan konsultasi etika bersama keluarga pasien, (2) Memberikan intruksi DNR (do nor resuseitase) dan memindahkan pasien ke ruing intermediate care atau ruang rawat bissa. Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 9 (G) Melepaskan alat penunjang hidup berdasarkan pertimbangan tertentu, salah satunya Mati Batang Otak (MBO) i. Apabila pasicn bertahan hidup, tim yang menangani pasien (dokter [CU dan dokter penanggung jawab pasien sebelumnya) merencanakan tindakan suportif’ untuk jjangka panjang, yang meliputi namun tidak terbatas pada hal-hal di bawah ini dan mencatat Tindakan tersebut pada rekam medik pasien : (I) Trakeostomi (2) Percutaneous Endoscopic Gastro/Jejunostomy (PEG/PEJ) (3) Kateter suprapubic (4) Fisioterapi |. Komunikasi dengan pasien tidak sadar: Asumsikan bahwa pasien dapat mendengar semua pembicarann 5. Ciptakan Tingkungan yang bersahabat Mencoba melibatkan pasien dalam pembicaraan (ajuk bicara) Pastikan keamanan pasien Sentuh pasien s. Eels Mengingat bahwa saat ini adalah saat yang berat bagi keluarga, tim perawatan harus memberikan cdukasi dan dukungan psikologis kepada keluarga pasien, yang keduanya harus didokumentasikan dalam rekam medik pasien. Hal ini membantu keluarga untuk memahami situasi yang kompleks dan membantu mengambil keputusan yang sulit. Berikan penjelasan mengenai kemajuan hasil perawatan, prognosis, dan kemungkinan hasil perawatan ke depannya. Hal yang mungkin terjadi setelah koma adalah kematian, keadaan, vegetative permanen, berbagai derajat gangguan fungsi, dan pemulihan neurologis secara sempurna, . Panduan pengendalian infcksi Perlu dilokukan standar kewaspadaan universal secara umum dan isolasi secara ketat sesuai dengan SOP, olch semua tenaga medis yang terlibat dalam perawatan pasien koma, ._Keamanan Semua pasien koma memiliki risiko tinggi terjadinta cedera, jawh, dan pelecehan (abuse). Untuk melindungi mereka dari hal-hal tersebut, dilakukan prosedur sebagai berikut : &. Pendampingan setiap saat (sedapat mungkin oleh perawat, namun dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau pengasuh (perawat Khusus) di ruang rawat biasa. ). Railing tempat tidur selalu dinaikkan. Peralatan untuk menjaga jalan nafas tersedia di tempat yang mudah terjangaku Peralatan suction di tempat yang mudah dijangkau, Restraint apabila diperlukan (lihat kebijakan restraint) Mobilisasi dilakukan oleh perawat setiap 2 jam pose Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 10 8. Perawatan mata pada pasien tidak sadar a. Frekuensi perawatan mata adalah setiap empat jam di ICU dan dilakukan oleh staf perawat, Jelaskan prosedur tersebut kepada pasien. ‘Tempatkan semua alat yang diperlukan agar kerja menjadi terorgani Posisikan tempat tidur pada tinggi yang nyaman Posi pasien pada posisi yang nyaman Cuci tangan dan kenakan sarung tangan yang bersih. Bersihkan mata menggunakan kapas bola yang dibahasi dengan air atau salin |. Basuh secara lembut setiap mata dari bagian dalam ke kantus luar. Gunakan kapas bola yang berbeda untuk setiap mata i. Gunakan penetes untuk memberikan farutan oftalmik steril (air mata buatan, tetesan salin normal) atau sesuai instruksi dokter, untuk mencegah kekeringan komea dan ulseras J. Jaga agar mata pasien tertutup apabila tidak tidak terdapat reflekx kedip. Apabila digunakan pad atau plester mata, jelaskan tujuannya pada pasien dan keluarga, k. Lepaskan sarung tangan dan cue tangan, |. Lepaskan plasteran mata dan evaluasi kondisi maia setiap empa jam. 9, Resiko yang dihadapi a. Tindakan kekerasan/pelecehan b. form monitoring pasien ICU) 10. Dokumentasi a Bilamana pasien/wali menolsk melakukan resusitasi, maka mereka dimintai menandatangani form Penolakan Resusitasi Jantung Paru (DNR), b. Informed Consent untuk Tindakan-tindakan invasive baik untuk diagnostic maupun erapeutik, ©. Informed Consent untuk masuk ke Ruang Perawatan intensif 12, Kualifikasi Staf staf yang merawat pasien dengan gangguan kesadaran di ruang biasa harus menguasai sedikitnya Basic Life Support (BLS), b. taf keperuwatan ruang intesif harus menjalani pelatihan perswatan Intensif Care, 13, Ketersedian & Pengunaan Aalat Khusus 8, Monitor by, Pulse Oxymeter ¢, Ventilator disediakan di Intensive Care Pempap 3.4 Pasien Dengan Alst Bantuan Hidup Pasien kritis memerlukan alat penunjang kehidupan untuk kelangsungan perawatanya. ‘Yang termasuk. dalam penunjang kehidupan adalah; 1. Penunjang system respirasi (ventilator manual/mesin) Paduan Asuhan Pasien Resiko Tingat | 11 2. Penunjang system kardiovaskuler (obat inotropic, pacu jantung/pacemaker 3. Penunjang system ekskresi (dialysis) Fungsi dari alat tersebut vital bagi kesclamatan dan keberlangsungen hidup pasien, serta kesinambungan pelayanan yang diberikan yang diberikan terhadap pasien tersebut, Pasien dengan slat penunjang kehidupan juga bissanya berada dalam gangguan komunikasi, apakah karena gangguan kesadaran, ataupun gangguan bicara kerena terpasang trachead tube, satay karena nyakitnya. 9 misalkan stroke}, Gangguan komunikasi ini menimbulkan tmbahan resiko bagi pasien yang terpasang alat penunjang kehidupan te Risiko yang Dihadapi a. Kesalahan pemberian obat/makanan karesa kurang komunikas b. Gangguan fungsi alat penunjang kehidupan (malfunction of the equipment), ¢. Infeksi terkait penggunaan slat penunjang kehidupan (Ventilator associated pneumonia< Central Venous Catheter-related Blood Stream Infection-CWCrBS1) d. Cidera Fisik Penanganan a, Prosedur identifikast pasien dengan benar b. Perawatn pencegahan risiko tambehan (decubitus, thrombosis vena dalam, infeksi ‘terkait penggunaan alat penunjang kehidupan, atrofi otet, ulkus stress), ¢. Kalibrasi alat-alat penunjang kehidupan dengan baik d, Surveillance infekst yang meliputi VAP&CVCrBSI e. Prosedur aseptic f. Prosedur pengkajian risiko jatuh g. Untuk aspek torkait end of life cane, lihat kebijakan mengenai evid af fife eare. . Dokumentasi Lembaran komprehensif memasilitasi pencatalan yang dapat dilihat oleh selurah tim yang ‘merawat pasien (dokter, konsultan, intensivist, peravat, nutritionist secara integrasi, |. Informed Consent Persctujuan perlu sebelum dilakukan pemasangan Central Venous/Anterial Catheter, Invasive monitor devices, dan pemasangan ventilator (intubasi) persetujuan atau penolakan Tindakan penahanan/pencabutan life support juga termasuk informed consent Monitoring Pasien a. Monitoring kontinu di ruang intensif meliputi: kesadaran, tekanan darah, denyut jantung, laju pemafasan, saturasi O> dan berbagai parameter lain sesuai indikasi. b. Pendokumentasian dilakuykan sctiap jam. Kualifikasi Stat Perawatan yang terlatih perawatan intensive care. Ketersedian & Penggunaan Aalat Khusus a, Alat monitoring pasien b. Ventilator ¢. Alat-alat pemberian obat/nutrisi Paduan Asuhan Pasien Resike Tinggi | 12 35 d. Pace makers (temporary / permanent) Pasien Riko Tinggi Lainnya 1. Pasien dengan penyakit Jantung Penyakit kardiovaskuler (CVD) mencangkup serangkaian gangguan yang menyerang jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung coroner (PJK), penyakit serebrovaskuler. hipertensi, gagal jantung, penyakit vaskuler perifer (PVD), penyakit Jjantung rematik, dan penyakit jantung bawaan. Kondisi jantung, lainnya yang mempengaruhi otet jantung, katup, atau ritme, juga dianggap bentuk penyakit jantung. a. Tujuan Memberikan pelayanan yang mempuni dan live-saving bagi opasien dengan penyakit jantung teratama dalam kondisi akuvkritis yang membutuhkan penanganan segera, seperti pasien dengan gagal jantuny dalam kondisi eksaserbasi akut, ieupan (infark miokard), tergolong pasien resike tinggi yang membutuhkan perhatian lebih dan penanganan segera. b. Lingkup Penanganan (1). Sindroma Koroner Akut/ penyakit Jantung Koroner (2). Gagal jantung dengan berbagai penyebabnya (PIR,PJB, hipertensi,dIl) (3). Aritmia (4), Penyakit Vaskuler Perifier. ¢. Prosedur (1) Kardioversi medikamentosa elektrik (2) Fibrinolitik (3) Kateterisasi jartung dengan/tanpa intervensi coroner perkutan (PCI) (4) Prosedur CABG 4. Monitoring Pasien Monitoring pasion dengan penyakit jantung dilakukan dengan menggunakan ‘monitor bedside yang dapat menamoilakn gambaran EKG. &. Dokumentasi (1) Setiap hasil pemeriksaan EKG dilampirkan dalam rekam medis pasien dengan -meneantumkan identits pasien, tanggal dan waktu dilakukannya EKG, dan bila memungkinkan disertai interpretasi hasil EKG oleh staf'yang berkompeten. (2) Informed Consent untuk Tindakan fibrinolitik, kateterisasi jantung, intervensi coroner perkuat (PCI). kardiovaskuler elektrik, dan CABG diperolch setelah pasien dan keluarga diedukasi mengenai tujuam dan resike dari setiap ‘Tindakan, (3) Defibritasi dan kardiovaskuler pada kondisi mengancam nyawa tidak diperlukan Informed consent (4) Hasit prosedur angiografi terlampir dalam rekam medis (¢-from). Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 13 (5) Hasil prosedur intervensi koronerperkuat (PCI) tereantum dalam rekam meds. (e-from) (6) Hasil prosedur CABG tercatat dalam operasi f. Kualifikast Sarat (1). Dokter Spesialis Jantung dan Pembulu Darah. (2). Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskuler. (3). Dokter Spesialis Penyakit Dalam. (4), Dokter Spesialis Aanak KonsultanKardiovaskuler. g. Ketersediaan & Penggunaan Alat Khusus 1) Medikamentosa 2) EKG dan defibrillator 3) Ultrasanografi/Echocardiography 4) Pacemaker 2, Pasien dengan Hipertensi a. Tujuan Memberikan pelayanan bagi pasien hipertensi dengan resiko tinggi, seperti pada Keadaan terjedinya peningkatan mendadak tekanan darah meneapal >180/120mmHg {éinamakan krisis hipertensi), baik disertai kerusakan organ target maupen tidak. Perlu Giingat bahwa kecepatan peningkatan TD merupaksn kondisi yang lebih. penting dibandingkan TD absolut pasien. Pada pasien hipertensi kronik diperkirakan sekitar 1- 3% akan mengalami krisis hipertensi dalam kurun waktu hidupnya. Untuk rmenurunkan angka mortalitas pasien dengan krisis hipertens! maka petlu ditangani segera (resiko tinggi ). b, Lingkup Penanganan 1. Hipertensi Emergensi didefinisikan sebagai peningkatan tekansn darah (TD) 180/120 mmHg disertai bukti Kerusakan baru atau perhurukan kerusakan organ target, hal ini juga ditangani sesuai target organ yang terkena. 2. Hipertensi Urgensi merupakan situasi terkait peningkatan TD yang bert pada. Kondisi klinis stabil tanpa adany perubahan akut atau ancaman kerusakan organ target atau disfungsi organ, &. Monitoring Pasien 1. Hiperensi emergens! memerlukan intervensi penurunan TD sepera dalam kurun ‘waktu menitjjam dengan obat-obatan parenteral (intervena). Monitoring ketat dilakukan di unit perawatan intensif (ICU) terhadap targert penurunan TD) dan Kerasakan ongan target. . Hipertensi urgensi jugs memeslukan intervensi penurunan TD yang dilukukan bertahap dalam kuran wakta 12-24 jam dengan obat-abatan oral, Monitoring TD dan kerusakan organ target tetap dilakukan mengingat kondisi ini dapat mengalami ekskalasi menjadi hipertendi emergensi. rs) Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 14 3. d, Dokumentasi 1. Setiap pemberian terapi/intervensi baik berupa medikamentosa oral/intervena harus diberikan sesuai instruksi PPA yang berkompeten dan tercatat dalam rekam medis. 2. Targer menurunan tekanan darah terukur dan hasil pemantauan berkala didokumentasikan dalam CPPT. ¢. Rualifikasi Staf 1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultasi Ginjal Hipertensi 2. Dokter Spesialis Penyskit Dalam 3. Dokter Umum Ketersediaan & Penggunaan Alat Khusus 1.Medikamentosa 2. EKG dan defibrilasi 3. Ultrasonografi/echocardiography Pasien dengan Stroke a. Tyjuan 1, Menurunkan mordibitas (angka kematian) 2, Menurunkan angka kecacatan akibat stroke b. Lingkup Penanganan 1, Stroke Hemoragik (perdarahan intrascrebral, perdarahan subarachnoid) 2. Stroke Non-Hemoragik ©. Prosedur 1, Nila menggunakan metode FAST teridentifikasi kasusstroke akut dengan onset <4,5 jam makan petugas mengaktifkan protokol CODE STROKE. 2. pemberian obst-obatan: anti-hipentensi, diuretic Manitol 20%, neuroprotektan, ‘Vitamin K, heparin, fres frozen plasma (FFP), dil 3. Trombolitik pada Stroke Iskemik Akut ( Altepise) 4. Kamiotomi dekompresi 4. Doktimetasi Rekam medis memfasilitasi pencatatan yang dapat dilihat oleh seluruh tim yang merawat(dokter, Konsultan, Intenvist, perawat, secara integrasi. ©. Monitoring pasien 1. Monitoring tanda perubahan tekanan intkranial 2. Moitoring kesadaran vital sign 3. Monitoring keseimbsnsgsn esirsn ektrolit g. Kualifikasi Staf 1. Dokier Special Bedah Saraf 2. Dokter Specialis Neurologi/Saraf 3. Dokter Spesialis Rehabilitas Medik h. Ketersedian & Penggunaan Alat Khusus 1 Funduskopi n Paduan Asuban Pasien Resiko Tinggi | 15 2.Head © Sean 3.MRI Pasien dengan Diabetes Melitus Diabetes Mellitus (OM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditndai oleh hiperglikemik akibat defek pada kerja insulin, baik karen insufisiensi maupun resistensi insulin di hati ( peningkatan produksi glukosa) dan di jaringan perifer (penurunan uptake sglukosa di otot dan jaringan lomak). Pasien dengan DM dapat mengalami fase akut dalam perjalanan penyakitnya, haik berupa kondisi hiperglikemia tidak terkontrol, hipoglikemia dengan gejala Klinis, maupun sepsis yang discbabkan gangrene/ulkus diabetikum. Pada keadaan demikian pasien mengalami peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas yang signifikan menjadikan pasicn tergolong dalam risike tinggi. Tujuan |. Mengurangi ristko komplikasi yang membahayakan 2. Mencegah kematian akibat hipoglikemia yang reversibe! 3. Mencegah kecacatan akibat ambutasi Lingkup Penanganan . Hiperglikemik Hiperosmolar Non-Ketatik (HONK) 2. Hiperglikemia Ketoasidosis Dinbetikum 3. Hipoglikemia adalah keadaan dimana KGD ,70 mg/dl, atau kadar glukosa darah ,80 mg/dl dengan gejala klinis. 4. Gangguan Diabetikum dengan Sepsis . Prosedur (selengkapnya tertera PPK) . Pasien dengan Hiperglikemik berat ditangani dengan pemberian cairan kristaloid sesuai kondisi pasien, Regulasi insulin mulai diberikan 2 jam setelah rehidrasi berjalan. Pemberian kalium, bikarbonat. antibiotik, oksigen, dil diberikan sesuai indikasik. . Pasien dengan hipoglikemia ditangani dengan pemberian larutan D40%. intravena maupun larutan DS% atau 110% infus, Penyebab hipoglikemia (penggunaan insulin, sulfonylurea, penyakit kritis, gagal hati, defisiensi endokrin) harus diidentifikasi untuk mencegah hipoglikemik rekuren. 3, Pasion dengan Gangguan Diabetikum yang mengalami sepsis ditanggani sesuai protokol penanganan sepsis secara umum, disertal kultur pus dati ulkus’ gangrene, pemberian antibiotik, kontrol KGD dengan pemberian insulin, perawatan luka, dan dilakukan debridement bila perlu. Dokumentasi Rekam medis memfasilitasi pencatatan yang dapat dilihat oleh seluruh tim yang merawat pasien (dokter, konsultan, intensivis, perawat, nutritionist) secara itegrasi. y . Kunlifikasi Staf 1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes. 2. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 3. Dokier Spesialis Bedah Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 16 f 36 Ketersediian & Pengunaan Alat Khusus 1. Syiringe pump 2. Use Doppler. Pasien Dengan Gangguan Kekehalan Tubuh (fmmunocompromised) Jmmunocompromised ialsh fungsi sistim imun yang menurun, Sistim imun terdiri atas Komponen nonspesifik dan spesifik. Fungsi masing-masing komponen atau keduanya dapat tenganggu baik oleh sebab kongenital marmupun sebab yang didapat. Pasion fmmunocompromised adalah pasien yang respone imunnya. menurun ( lemah) arena banyak fakor. Bebagai mikroorganisme (kuman, virus, parasite, jamur) yang. ada di lingkungan maupun yang sudah ada dalam badan penderita, yang dalam keadaan normal tidak patogenik atau memiliki potogenisitash rendah, dalam keadaan imunokompromais dapat ‘menjadi invasive dan menimbulakn berbagai penyakit. Oleh karena ita penderita yang imunokompromais mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap infeksi yang berasal dari badan senditi maupun yang nasokomial disbanding dengan yang tidak imunokompromais. Oleh karena status imumologinys yang berada dengan pasien Iain, maka diperfukan sesuatu Kebijakan Khusus dalam penanganan pasien dengan imunokompromais. 1, ‘Tyjuan 4. Memastikan pasien mendapatkan perawatan dan penanganan sesuai kebutuhan penyakitnya dan scsuai dengan prinsip keselamatan pasien. b. Melindungi pasien dari kemungkinan terkena infeksi karena menurunnya daya tshan tubuh ¢, Memastikan keselamatan keluarga pasien, pengunjung dan tugas Kesehatan d, Agar staf mampu mencrapkan upaya peacegshan infeksi sesuai cengan prinsip- prinsip. 2. Ketenbtuan (Provision) a. Ketentuan kebutuban pasien dalam perawatan ditentukgan oleh DPJ, meliuti jenis ruangan perawatan yang dibutuhkan pasien, reneana pelayanan, pengobatan dan Tindakan yg dibutuhkan pasien b. Pasion dengan imunokompromais dirawat di ruang isolasi dengan tekanan posit. Bitamana ruang isotasi tidak bersedia, pasien ditctapkan diruang perawatan biasa, dengan ketentuan tidak digabung dengan pasien Jainnya yang non imenacompromaised. Pasien tetap diperlakukan sebagai pasien isolasi. Pasien dengan pemberian imunosupresan harus harus tetap ditempatkan di ruang isolasi tekanan positif. c. Pengkajian awal pasien dibuat oleh tenaga Kesehatan yang berkompeten dalam hal inf adalah dokter jaga dan perawat dengan jenjang keperawatan minimal level 3 Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggt | 17 a7 atau perawart yang didelegasikan. Prosedur pengkajian pasien sesual dengan kebijakan pelayanan rawat nap, termasuk pengkajian nyeri dan pengkalian pasien jatuh. 4. Dalam mertwat pasion dengan imumocompromaised mengutamakan prinsip: hrigientas (prosedur euci tangan)- . Petugas Kesehatan senantiasa menggunakan lat pelindung diri (APD) dalam memberikan dan melakukan pelayanan dan tindakan pada pasion. fPenunggu pasien dengan imunocompromaised harus dibatasi, penunggu pasien dan pengunjung pasien harus diberi edukasi mengena penyakit pasien serta menggunakan slat pelindung diri (APD) tyang diburuhkan. 3. Resiko yang Dihadapi a. Infeksi nasokomial . Infeks! sekunder 4. Dokumentasi a. Form Pengkajian Pasien bb. Catatan perkembangan pasien Terintergitasui. Pasion bayi dan Anak-Anak Usia Di Bwah 12 Tahun Bayi maupun anaik anak mesupakan populzsi yang sulit berkomunikas! secara optimal dengan petugss Keschatan, Bayi bahksn tidak bisa berkomun kasi sama sek schingza pelayanan yang diberikan tergantung dari komunikasi petugas Kesehatan dengan trang ts bay tersebut, Hal Yersebut menemopatkan beyi dan anak-anak pada Derbagal risiko terkait dengan kurangnya komunikasi. Selain itu, bayi dan anak-anak merupakan populasi yang telah rentan terhadep tindakan kekerasan, cedera fish, pslecchan dan penculikan, dikarenakan ukurantubuh yang masih keeil dan secara kognitif masih dalor fase perkembangan. Untuk itu, Rs Mumni Teguh Tuban Bali mengidentiikast Risiko yang dihadapi kelompok: ini sebabai berikut, 1. Risiko yang dihadapi a. Tindakan kekerasan b, Cedera fisik ¢. Peculikan 4. Kesalahan pemberian obat/ makanan arena kuarng komunikas 2. Penanganan “s, Aanak-anak selalu didampingi oleh orang tuanya selama perawatan, atau wali yang ditunjuk oleh orang tuanya. b. Simulasi pencegahan penculikan anak secara berkala, ¢. Prosedur identifikasi pasien dengan benar 4. Prosedur pengakajian resiko jatuh. 3, Dokumentasi Catatan Terintegrasi Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 18 4. Monitoring pasien Monitoring dan perlakukan sama dengan pasien kelompok usia lain 3. Kuslifikasi staf Staf yang merawat pasien anak hurus menguasi Basie Life Support 6. Ketersediaan & Penggunaan Aaiat Khusus ‘Tempat tidur yang digunakan adalah tempat tidur kbusus anak. 38 Pasien dengan Risike Bunuh Diri Bunuh diri atau “suicide” adalah tindakan y: diri perlub digali lebih dalam apakah pasien melukai terdapat tujuan bunuh diri disebut percobaan bunuh diri terdapat rentang dari ide bunuh dirt hingga tindakan bunuh diri. Beberaps orang ide bunub diri tidak dilakukan, beberapa mereneakan dari beberapa hari, minggu atau tahunan sebelum bunuh diri, dan yang lain bunuh diri secara impulsive, tanpa pereneunaan. Perilaku burtuh diri merupakan hasil dari interaksi yang kompleks dari beragam factor yaitu. factor biologis, genetic, psikologi, agama, social, budaya dan lingkungan. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang. Bunuh diri dalam setiop tahunnya atau setiap 40 detik. Bunuh diri juga merupakan satu dari tiga penyebab tama kematian pada umur 15-34 tahun, selain karena factor keeelakaan, Beberapa populasi yang memiliki peningkatan resiko bunih diri, misalnya: 1, Pasien dengan disabilitas atau penyakit kronis ; HIV/AIDS, onkologi, perawatan paliatif, nyeri kronis, Penyalahgunaun zat (napza, alechol): Riwayat intoksikasi zat, Pasien dengan Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya (ODMK/ODG)). Pasien dengan Riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya. . Pasicn dengan kejadian bermakna dalam hidupnya: konflik dengan orang terdckat (pacar, orangtua/anak, teman), kehilangan atau kematian orang terdekat, perundungan, Riwayat kkekerasan seksual, masalah hukum, masalah keuangan, perilaku bunub diri dari orang yang, ia kenal. Karena pasein dalam perawatan dirumah sakit dapat saja mengalami kecemasan dan stressor baik karena penyakit maupun hal — hal Isin, rumah sakit bertanggung jawab mengidentifikasi populasi dan/atau kriteria pasien yang memerlukan sktining terkait bunuh diri dan melukai diri sendiri. Dalam hat ini, rumah sakit Murni Teguh Tuban Bali melakukan penapisan bunuh dit dan melukai diri sendiri terhadap semua pasien rawat inap, baik pasien yang masuk dari poliklinik maupun dari instalasi gawat darurat, Adapun instrument skrining yang digunakan olch rumah sakit disadur dari ASQ (Ask Suicide Screening Questions). Instrument ini merupakan instrument yang telah tervalidasi dalam mengidentifikasi individu dengan keeenderungan bunuh diri, Terdapat $ pertanyaan bersifat tertutup (dengan jawaban Yaa tau Tidak) pada ASQ, yaitu: bertujuan membunuh diri sendiri, Bunuh ven Paduan Asuhan Pasien Resiko Tinggi | 19 1. Adakah kecenderungan untuk melukai diri sendiri atau bunuh diri saat ini? 2. Dalam beberapa minggu terakhir, apakah ada keinginan untuk mati? 3. Dalam beberapa minggu terakhir, apakah peenah merasa bahwa dirinya atau keluarga akan lebih baik jika ia mati? 4, Dalam beberapa minggu terakhir, apakah pernah terpikir untuk bunwh diri? ernahkah melakukan percobaan bunuh dit jima pertanyaan tersebut telah terintegrasi dalam rekam medis elektronikt rumah sakit pada bagian assemen awal saat pasein masuk rawat inap, Instrument difsi oleh perawat yang bertugas dar/atau petugas medis lain yang berkompetensi untuk melakuksin assemen. Bila tidak ‘ada satupun jawaban “Ya” untuk § pertannyan tersebut maka dianggap tidak heresiko bunuh diri dan/atay melukai diri sendiri, Bila terdapat minimal satu jawaban “Ya™ untuk 5 pertanyaan diatas, maka pasien dikatakan terskrining positif dan diidentifikasi sebagai “beresiko™ untuk bunuh diri dan/atau melukai diri sendiri, Sclanjuinya pasien diidentifikasi schagai “beresiko” dikonsulkan ke psikolog atau psikiater klinis, setelah dilakukan konfirmasi dengan dokter penanggung jawab utama, Psikolog atau psikiater klinis menentukan tingkat resiko bunuh diri setelah dilakukan assemen lanjutan terhadap pasien yang terskrining positif tersebut, Sesuai dengan pedoman pencegahan dan penanganan bunwh diri yang dikeluarkan olch Kementrian Kesehatan RI, tingkat resiko bunuh diri dapat dibagi menjadi 3 tingkat resiko dengan intensitas monitoring pada setiap kategori tesiko: 1. Tingkat risiko tinggi, yaitu pasien dengan Tindakan menyakiti diri sendiri yang serius secara medis/ percobaan bunuh diri (protocol A) 8. Monitoring dilakukan setidp jam (awasi ketat) b, Pasien ditempatkan di lingkungan yang aman (dipindahkan ke ruangan fain bile diperlukan), misalnya ruang rawat dengan lokasi dekat dengan murse station, jendela dipastikan terkunci, area perawatan terpantau CCTV: , Pasien tidak pemnah dibiarkan sendiri (setidaknya ada petugas atau keluarga yang mendampingi) d. Rawat luka/ keracunan secara medis bila ada cedera yang diakibatkan oleh upaya percobaan bunuh diti/ melukai diri sendiri sebelumnya. ¢. Tawari dan aktifkan dukungan psikososial f. Konsul ke spesialis Kesehatan jiwa atau psikolog . Tingkat risiko sedang, yaitu pasien dengan perencanaan bunuh diri (protocol B) Monitoring dilakukan setiap 2 jam . Ciptakan lingkungan yang aman . Suvervisi dan beri tugas staf? keluarga untuk menjaga keamanan pasien |, Tawari dan aktitkan dukungan psikososial €, Konsul ke spesiatis Kesehatan jiwa atau psikolog 3. Tingkat risiko rendah, yaitu pasien dengan ide/pemikiran untuk bunuh diri (protocol C) 4. Monitoring dilskukan setiap 8 jam Sere ‘Paduan Asuhan Pasien Resike Tinggi | 20 b. Tawari dan aktifkan dukungan psikososial c. Konsul Ke spesialis Kesehatan jiawa atau psikolog Rumah sakit menilai risiko fingkungan fisik dengan mengidentifikasi area dan fitur yang dapat digunakan untuk percobaan bunuh diri. Rumah sakit menyingkirkan segala aspek tersebut dati pasien yang teridentifikasi berisiko bunuh diri dan’ atau melukai diri sendiri. Pasien dapat dipindahkan ke area aman bita diperlukan, Ruang rawat dipastikan aman dari alst/ fsilitas yang dapat digunakan untuk bunuh diri dan dapat dipantau dengan mudsh. Pengkajian risike lingkungan fisik harus emliputi area kamar pasien, kamar mandi, koridor, jendela terkunei, dan area lainnya ‘yang mungkin berada dalam jangkauan asks pasien, Bila ada objek atau fitur yang dapat digunakan tuntuk percobaan bunuh diri dan/ atau melukai diri sendiri maka objek/ fitur tersebut harus dicleminasi dari jangkauan pasien. Buhaya paling umum untuk risiko bunuh diri yang harus 1, Titik jangkar yang dapat digunakan untuk menggantung diri 2. Akses jendela di Gedung bertingkat 3. Akses ke bends tajam, senjata api, ohat — obatan, bahan kimia’ pembersihi pestisida, racun, dan sebsgainya, ‘Dalam petaksanasnnya, secara kentinu rumah sakit berkewaiban memantau implementasi dan efektivitas protocol untuk pencegahan bunuh diri dan/ atau melukai diri sendiri. Setiap kejadian bunuh diri dilaporkan sebagai kejadian sentinel. Target tidak adanya kejadian bunuh dirt

Anda mungkin juga menyukai