Anda di halaman 1dari 37
of RUMAH SAKIT © KK MURNI TEGUH ‘TUBAN BALI PANDUAN PELAYANAN MANAJEMEN NYERI RUMAH SAKIT MURNI TEGUH TUBAN BALI 2022 Pr eo © RUMAH SAKIT TE worn Tecuu TUBAN BALI Hake! Zemonvon Hare Heality 1 ay Tan Nat uta 60964, Ka Sang Ball Tl. 8612000700] Wnt wor rsmutguh.com KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MURNI TEGUH TUBAN BALI NOMOR : 254/SK/MTTB/LV/2022 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN MANAJEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT MURNI TEGUH TUBAN BALI DIREKTUR RUMAH SAKIT MURNI TEGUH TUBAN BALI MENIMBANG a. Bahwa dalam pelayanan Manajemen Nyeri di Rumah Sakit merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang harus diselenggarakan oleh Rumah Sakit; b. Bahwa untuk memberikan pelayanan manajemen nyeri ini diperlukan Panduan untuk melaksanakannya; c. Bahwa sesuai dengan butir diatas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RS Murni Teguh Tuban Bali. MENGINGAT = 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 4, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang ‘Tenaga Keschatan; 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438/ MENKES / PER / IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran; 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien; 7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK 01.07/Menkes/1128/2022 tentang Akreditasi Rumah Sakit. er e RUMAH SAKIT K MURNI TEGUH TUBAN BALI Make) Domorrow Hore! Heoallly I. Raya Tuban No.1A/45, Kuta 80364, Kab. Badung - Bal |Telp. 0361 - 2090700 | Website. www rsmurniteguh.com MENETAPKAN PERTAMA KEDUA KETIGA, MEMUTUSKAN Pemberlakuan Keputusan Direktur Rumah Sakit Murni Teguh Tuban Bali tentang Pemberlakuan Panduan Manajemen Nyeri di Rumah Sakit Mumi Teguh Tuban Bali. Agar revisi kebijakaan tentang Pemberlakuan Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini menjadi acuan bagi penyelenggaraan pelayanan asuhan pasien di RS Mumi Teguh Tuban Bali. Peraturan ini berlaku sejak tanggal penetapannya dan apabila kemudian hari di dapatkan kekeliruan, akan diperbaiki sebagaiamana mestinya. Ditetapkan di : Badung 331. Mei 2022 i Teguh Tuban Bali ah Wardana, MPH KATA PENGANTAR Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena akhirnya kita dapat menyelesaikan buku Panduan Manajemen Nyer' ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada para penyusun dan pihak yang telah membantu menyediakan waktunya untuk menyelesaikan buku Panduan Manajemen Nyeri ini Kami menyadari mash ada kekurangan yang terdapat dalam buku Panduan ini. Dengan demikian, diharapkan dapat dilakukan revisi secara berkala sehingga kekurangan yang ada saat ini dapat diperbaiki. Akhimya kami mengharapkan buku Panduan in akan berguna dalam seluruh pelayanan di RS Murni Teguh Tuban Bali sehingga pelayanan di RS Murni Teguh Tuban Bali menjadi lebih baik. Untuk itu, saran dan kritik untuk perbaikan di masa mendatang sangat kami nantikan. Badung, 30 Yooigon2 Direktury e B ‘reais Naar WiiJana, MPH DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BABI PENDAHULUAN... BABIL — RUANG LINGKUP .. BABII TATA LAKSANA.... BABIV DEKOMENTAS! BABV —_PENUTUP.. DAFTAR ISL Kata Pengantar Daftar Isi BABI PENDAHULUAN BABII — RUANG LINGKUP .. BABII TATA LAKSANA... BABIV DEKOMENTASI BABV _PENUTUP... BABL PENDAHULUAN Menurut The International Association for the Study of Pain (ASP), nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan secara sensoris maupun emosional.berkaitan dengan adanya kerusakan atau potensi kerusakan atau dicetuskan oleh kerusakan tersebut. Nyeri adalah pengalaman subjektif yang hanya bisa dijelaskan oleh si penderita. Nyeri adalah suatu fenomena multi dimensional yang pengertiannya bisa dipengaruhi oleh lokasi. intensitas, kwalitas kultur, psiko-sosial, ekonomi serta pengalaman penderita. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang baru dialami dan mungkin durasinya terbatasyang biasanya dapat diindentifikasi waktu dan berhubungan dengan proses cedera atau penyakit. Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang menetap melebihi rentang waktu suatu proses akut atau melebihi kurun waktu normal tercapainya suatu penyembuhan; periodenya dapat bervariasi dari 1 hingga 6 bulan, Nyeri kronik dapat bersifat nosiseptif, neuropatik, atau gabungan keduanya. ‘Nyeri bisa merupakan bagian dari perjalanan suatu kondisi atau penyakit dan bisa pula merupakan bagian dari proses pengobatan atau tindakan atau pemeriksaan. Namun, apapun penyebabnya atau bagaimanapun proses terjadinya, nyeri bagi pasien dapat menimbulkan efek buruk terhadap fisik maupun psikologisnya. Inilah sebabnya maka penatalaksanaan nyeri dimasukkan sebagai hak pasien. Artinya, pasien berhak mendapatkan pengelolaan nyeri. pengobatan nyeri, re-assesment nyeri sampai pada edukasi dan rencana selanjutnya agar nyeri tidak muncul lagi. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 1 BABII RUANG LINGKUP Ruang lingkup pelayanan manajemen nyeri meliputi pelayanan bagi pasien-pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD), Unit Rawat Jalan,Unit Rawat Inap. Unit Kamar Operasi RS. Unit Intensif ICU RS Murni Teguh Tuban Bali Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 2 BAB III TATA LAKSANA, A. Skrining Nyeri Skrining nyeri dilakukan ketika pasien datang ke RS baik rawat inap/rawat jalan. Dimulai dengan melakukan skrining untuk mengidentifikasi adanya keluhan nyeri yang dilanjutkan dengan penilaian nyeri. Pada tahap ini harus disadari bahwa nyeri merupakan respon fisiologis terhadap Kerusakan jaringan dan memiliki pengaruh tethadap respon emosional dan tingkah laku. Pengaruh tersebut bervariasi berdasarkan pengalaman nyeri sebelumnya dan persepsi terhadap nyeri. Perhatian harus diberikan kepada pasien yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal. Persepsi dan interpretasi terhadap input noniseptif, respon emosional terhadap persepsi (depresi, takut, cemas, dan menderita), dan tingkah laku terhadap nyeri menuntun dokter untuk yakin bahwa seseorang sedang merasa nyeri, Anamnesis: Riwayat penyakit sekarang: 1. Onset nyeri: akut atau kronik, traumatik atau non- traumatic. 2. Karakter dan derajat keparahan nyeri: nyeri tumpul,nyeri tajam,rasa_terbaka nyaman,kesemutan, neuralgia. 3. Pola penjalaran/penyebaran nyeri. Durasi dan lokasi nyeri. Gejala lain yang menyertai misalnya kelemahan, baal, kesemutan, mual/muntah. gangguan keseimbangan/kontrol motorik. Faktor yang memperberat atau memperingan. Kronisitas. Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk respon terapi 9. Gangguan/kehilangan fungsi akibat nyeri/luka, 10, Penggunaan alat bantu. 11. Perubahan fungsi mobilitas,kogni daily living). 12, Singkirkan kemungkinan potensi emergensi pembedahan, seperti adanya fraktur yang tidak stabil,gejala nerologis progresif yang berhubungan dengan sindroma kauda equina we exe irama tidur dan aktivitas hidup dasar (activity of Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 3 Riwayat Pembedahan Terdahulu Riwayat Psiko-sosial: 2, 3. Riwayat konsumsi alkohol, merokok atau narkotika. Identifikasi pengaruh/perawat utama (primer) pasien. Identifikasi kondisi tempat tinggal pasien yang berpotensi menimbulkan eksaserbasi nyeri. Pembatasan/ restriksi partisipasi pasien dalam aktivitas sosial yang berpotensi menimbulkan stress. Pertimbangkan juga aktivitas penggantinya. . Masalah psikiatri (misalkan depresi, cemas, ide ingin bunuh diri) dapat menimbulkan pengaruh negative terhadap motivasi dan kooperasi pasien terhadap program penanganan/manjemen nyeri ke depannya. Pada pasien dengan masalah psikiatri diperlukan dukungan psikoterapi dan psikofarmaka. . Pasien tidak dapat bekerja akibat nyeri dapat menimbulkan stress bagi pasien dan keluarga. Riwayat pekerjaan: Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang dan rutin, seperti mengangkat benda berat, membungkuk atau memutar, merupakan pekerjaan tersering yang berhubungan dengan nyeri punggung. Obat-obatan dan alergi: 1. Daftar obat-obatan yang dikonsumsi pasien untuk mengurangi nyeri (suatu studi menunjukkan bahwa 14% populasi AS, mengkonsumsi suplemen/herbal, dan 36% ‘mengkomsumsi vitamin). Cantumkan juga mengenai dosis, tujuan minum obat, durasi, efektifitas dan efek samping. Direkomendasikan untuk mengurangi/memberhentikan obat-obat dengan efek samping kognitifdan fisik. Riwayat keluarga: Evaluasi riwayat medis keluarga terutama penyakit genetik. Asesmen sistem organ yang komprehensif. Evaluasi gejala system kardiovaskuler, psikiatri, pernapasan, gastrointestinal, neurologi, reumatologi, genitourinaria, endokrin dan muskuloskletal. Gejala konstitusional; penurunan berat badan, nyeri malam hari, keringat malam dan sebagainya. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 4 B. Asesmen Nyeri Semua pasien rawat inap dan rawat jalan dilakukan asessmen yang komprehensif dan standar apabila ditemukan adanya nyeri pada skrining. Pelaksana asesmen nyeri adalah perawat, dokter, dan tim manajemen nyeri. Waktu pelaksanaan asesmen nyeri : Segera setelah ditemukan adanya nyeri pada skrining Saat pemantauan vital sign (tiap shift jaga). Saat melakukan prosedur. Setelah dilakukan intervensi/manajemen nyeri. Beye Asessmen nyeri dilakukan dalam keadaan : 1. Pasien istirahat (resting pain) 2. Pasien bergerak/mobilisasi, batuk ( djnamic pain) Cara melakukan asesmen nyeri menggunakan metode PQRST yaitu P(Provokes/palliation) : Factor yang memperberat atau memperingan nyeri ‘Q(Quality) : Bagaimana rasa nyerinya R(Radiation/region): Melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri § (Severity) : Keparahan atau intensitas nyeri Untuk mengkaji intensitas nyeri digunakan ‘ool standar yang disesuaikan dengan profil pasien dan dilakukan secara konsisten. 5. T (Timing) ; Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan, Seberapa sering keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi, Apakah terjadi secara mendadak atau bertahap, Acut atau Kronis? Rekomendasi: eRe 1. Harus dilakukan asesmen nyeri yang komprehensif dan valid. 2. Asesmen nyeri dilakukan pada waktu : a. Pasien baru datang di RS/Ruangan dengan nyeri b. Pemeriksaan vital sign (ingat vital sign ke-5) ¢. Setelah manajemen nyeri (re-assessment): 30-60 mnt pada nyeri berat 2-4 jam pada nyeri sedang 6-8 jam pada nyeri ringan . Saat istirahat (rest pain), bergerak (dynamic pain), prosedur (procedural pain) 3. Asesmen nyeri didokumentasikan di Rekam Medik/MTHIS Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 5 1. NRS (Numeric Rating Scale) NRS adalah skala sederhana yang digunakan untuk mengukur intensitas nyeri dalam praktek klinis. NRS khas menggunakan skala 11 point dimana titik akhimya mewakili nyeri yang paling ekstrim. NRS ditandai dengan garis angka nol sampai sepuluh dengan interval yang sama dimana 0 menunjukkan tidak ada nyeri, 1-3 menunjukkan nyeri ringan, 4-6 menunjukkan nyeri sedang, dan 7-10 menunjukkan nyeri berat. PAIN SCORE 0-10 NUMERICAL RATING | Keterangan: 0: Tidak Nyeri 1-3 : Nyeri Ringan 4-6 : Nyeri Sedang 7-10: Nyeri Berat 2. VAS (Visual Analogue Scale) VAS adalah alat pengukuran intensitas nyeri efisien yang telah digunakan secara luas dalam penelitian dan pengaturan klinis. Umumnya VAS merupakan alat dengan garis 10 cm. orientasi biasanya disajikan secara horizontal, tapi mungkin bisa disajikan secara vertikal, pada akhir poin dengan kata tidak nyeri sampai pada nyeri paling hebat yang tidak terbayangkan. Pasien diinstruksikan untuk menandai baris dengan pensil bergaris miring pada titik yang sesuai dengan tingkat intensitas nyeri yang dirasakannya sekarang. Beberapa VAS yang diproduksi seperti slide mistar, dimana gerakan garis tersebut diposisikan oleh pasien sepanjang garis 100 ml itu, Pasien memberi tanda sepanjang dari garis akhir diidentifikasi sebagai tidak nyeri kemudian diukur oleh pemeriksa dan dicatat pada lembar penilaian dalam millimeter. Visual Anaiog Scale tcl ho Pain ‘eradating ‘AAD ain 3. VRS (Verbal Rating Scale) Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 6 VRS merupakan alat untuk menilai intensitas nyeri yang digunakan dalam praktek Klinis. VRS adalah skala ordinal, biasanya digambarkan menggunakan 4-6 kata sifat untuk menggambarkan peningkatan tingkat intensitas nyeri. Umumnya menggunakan kata-kata umum seperti tidak nyeri (no pain) pada ujung kiri akhir skala, kemudian diikuti dengan nyeriringan, nyeri sedang (tidak menyenangkan), nyeriberat (menyedihkan), nyeri sangat berat (mengerikan), dan nyeri paling berat (menyiksa). Nyeri yang tak terbayangkan pada ujung kanan akhir skala, Kegunaan skala ini, pasien diminta untuk memilih kata yang menggambarkan tingkat nyeri yang dirasakan. VRS terdiri dari empat intensitas nyeri yang menggambarkan nyeri seperti tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, setiap kata yang terkait dengan skor jumlah semakin - 2 © © © © © © ew ew — a rr tinggi. }. Wong Baker Faces Scale Skala nyeri yang satu ini tergolong mudah untuk dilakukan karena hanya dengan melihat ekspresi wajah pasien pada saat bertatap muka tanpa kita menanyakan keluhannya. Berikut skala nyeri yang kita nilai berdasarkan ekspresi wajah: Wong-Baker FACES Pain Rating Scale 10 Penilaian Skala nyeri dari kiti ke kan: ‘Wajah Pertama:Sangat senang karena ia tidak merasa sakit sama sekali (0-1: Tidak Nyeri) Wajah Kedua : Sakit hanya sedikit (2-3: Sedikit Nyeri) Wajah ketiga : Sedikit lebih sakit (4-5: Cukup Nyeri) Wajah Keempat :Jauh lebih sakit (6-7:Lumayan Nyeri) Wajah Kelima : Jauh lebih sakit banget(8-9:Sangat Nyeri) ‘Wajah Keenam : Sangat sakit luar biasa sampai-sampai menangis (10:Amat Sangat Nyeri) Penilaian skala nyeri ini dianjurkan untuk usia 3 tahun ke atas. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 7 . CPOT (Critical Care Pain Observation Tool) Critical-Care Pain Observasion Tool (CPOT) adalah skala sikap yang disarankan oleh para ahli untuk menilai nyeri pada pasien-pasien kritis yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal. Skala ini memiliki 4 bagian dengan setiap bagian memiliki kategori sikap yang berbeda, yaituekspresi wajah, pergerakan badan, tegangan otot dan keteraturan dengan ventilator untuk pasien terintubasi atau vokalisasi untuk pasien yang tidak terintubasi. Setiap bagian memiliki skor 0 sampai 2. dengan jangkauan Indikator Deskripst = Espen wa TK a iogangan ot eS 7 feneruikan ening. ais menarun, ponpencangan ob] {san tevator jah menengadah Te was dan KeTopak ata tertutuprapat 2 ‘Gerakan ahah Ta ergerak sama soa dak ada perpen) a sunjokkan gerakan lahat dan perakan fnt-bati menyentuh Fokas nyeri (metindungi daerah =| 1 Jaen ark a. enoRa dod. wevggeraRKa TongTAT. jidak mcngikurs periiah, menukul stavmengamuk. | 5 Jmencoha turun dart tempat ide (seisah) 2 Retepazan oot ala afanan eradap gran pai TEES) 7 (Dievaluas: dengan [Ads tahanan te itegang. kaka 1 Mek pus pada aan Kat K dapat Fengan tas [aakukan gerabam erscbut(sangattegang atau Kaku) | 2 sien) Penyesiaan [Afar udak Reruns, prmavasan normal TORTaRS tethadap ventilator |ethadap venilaton 7 (pasion dengan [Atari terbunyi mannan Berea snd Tara mama] —, ern hekransiy 2 Taw ara dengan nada Suara race aa WR [peruara sama sek Vokal (pada pasicn Rreaiesp meer 7 a [Besar ese sed 2 Kemungkinan nilai 0-8. NB : Jumlah skor total 0-8 Nyeri signifikan bila skor epot >3 Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 8 6. Behavioral Pain Scale (BPS) Behavioral Pain Scale (BPS) merupakan suatu alat pengkajian nyeri pada pasien dengan Pengkajian Nyeri Behavioral Pain Scale (arpa Ventilator) [ KATECoRr tara oz Hopes | Eoapan dele aia ae) eng Tannen a | Vokes [Meni beh a da =a | 0 Pengkajian Nyeri Behavioral Pain Scale (Ventilator) KATECORI PENILATN = sl | 4-6 :nyeri ringan 7-9 :nyeti sedang 10-12 :nyeri berat Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 9 7. NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) merupakan alat ukur intensitas nyeri untuk pasien bayi 0-1 tahun, Parameter Respons. Penjelasan ‘Skor neonatus Ekspresi wajah | Relaksasi Wajah tenang, ekspresi netral_ | 0 Meringis Otot wajah tegang, alis 1 berkerut (ekspresi wajah negatif) Tangisan Tidak menangis | Tenang, tidak menangis 0 Menangis| Mengerang lemah, intermiten | 1 (sesekali) Menangis kuat | Menangis kencang, 2 melengking, terus menerus menangis (catatan: menangis kuat tanpa suara diberi skor bila bayi diintubasi) Pola nafas Relaksasi Bemafas biasa 0 Perubahan pola | Tarikan irregular, lebih cepat [1 nafas dari biasa, menahan nafas, tersedak Gerakan tangan | Relaksasi Tidak ada kekuatan otot, 0 gerakan tungkai biasa Fleksi/ekstensi__| Tegang, kaku T Gerakan tungkai | Relaksasi Tidak ada kekuatan otot, 0 gerakan tungkai biasa Fleksi/ekstensi__| Tegang, kaku 1 Status jaga Tidur/bangun | Tenang (tidur Telap atau 0 terjaga tenang) Rewel Gelisah 7 TOTAL SKOR Intrepretasi skor: Skor 0-2 = tidak nyeri-nyeri Skor 3-4 = nyeri ringan-nyeri sedang (manajemen nyeri non farmakologi,dengan pengkajian ulang di menit ke 30) Skor>4 —_ =nyeri berat (manajemen nyeri non farmakologi dan farmakologi, dengan pengkajian ulang di menit ke 30) Total skor maksimal : 8 Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 10 8. FLACC (Face, Legs, Activity, Cry,and Consolability) Skala ini merupakan skala perilaku yang telah dicoba pada anak usia < 6 tahun. Setiap kategori(Faces,Legs,Activity, Cry, dan Consolability) diberi nilai 0-2 dan dijumlahkan untuk mendapatkan total 0-10. PENGKAJIAN 0 1 2 NILAI Wajah Tersenyum 7 Terkadang Sering tidak ada meringi menggetarkan ekspresikhusus | menarikdiri | dagu dan mengatupkan rahang Kaki Gerakan Tidak tenang/ | Kaki dibuat normal/relaksasi_ | tegang ‘menendang/ menarik diri Aktivitas Tidur posist Gerakan Melengkungkan normal, mudah | menggeliat, punggung / bergerak berguling, kaku | kaku/ menghentak Menangis Tidak nangis | Mengerang, | Menangis terus- (bangunvtidur) | merengek- ‘menerus, terisak, rengek menjerit Bersuara Bersuara normal, | Tenang bila Sulit untuk tenang dipeluk, menenangkan digendong atau diajak bicara TOTAL SKOR: ‘Skala: 0:Nyaman| 4-6: Nyeri Sedang 1-3: Kurang Nyaman 7-10: Nyeri Berat ‘Asesmen ulang nyeri: dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan ‘menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut: 1. Dilakukan asesmen nyeri yang komprehensif setiap kali melakukan pemeriksaan fisik pada pasien. 2. Dilakukan pada pasien yang mengeluh nyeri, | jam setelah tata laksana nyeri,setiap 4 jam (pada pasien yang sadar/ bangun), pasien yang menjalani prosedur menyakitkan, sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari RS. 3. Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak ( jantung), dilakukan asesmen tiap 5 menit setelah pasien mendapat nitrat atau obat intravena. 4. Pada nyeri akut lakukan asesmen ulang tiap 30-1 jam setelah mendapat intravena. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 11 Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba-tiba, terutama bila sampai menimbulkan perubahan tanda vital, merupakan tanda adanya diagnosis medis atau bedah baru (misalnya komplikasi paska pembedahan,nyeri neuropatik). Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan unum: 1. Tanda vital: tekanan darah, nadi,pemafasan, suhu tubuh, skala nyeri. 2. Ukur berat badan dan tinggi badan pasien, 3. Periksa apakah terdapat lesi/luka di kulit seperti jaringan parut akibat operasi 4, Perhatikan juga adanya malalignment tulang, atrofi otot, dan edema, Status mental: 1. Nilai orientasi pasien. 2. Nilai kemampuan mengingat jangka panjang, pendek dan segera. 3. Nilai kemampuan kogi 4, Nilai kondisi emosional pasien, termasuk gejala depresi, hopeless atau cemas. Pemeriksaan sendi: Selalu periksa kedua sisi untuk melihat kesimetrisan. Nilai gerakan aktif seluruh sendi, apakah ada keterbatasan gerak atau nyeri. Nilai gerakan pasif dari sendi yang dikeluhkan pasien yang terlihat abnormal. Palpasi setiap sendi untuk menitai nyeri. Periksa stabilitas sendi untuk mengidentifikasi adanya cedera ligamen. yRepe Pemeriksaan motorik: Nilai dan catat kekuatan motoric menggunakan kriteria dibawah ini: Derajat Definisi 3 Tidak terdapat Keterbatasan gerak menggunakan kriteria, mampu melawan tahanan kuat. 4 ‘Mampu melawan tahanan ringan. 3 Mampu melawan gravitasi. a Mampu bergerak ke kanan/kiri tapi tidak bisa melawan gravit 1 ‘Terdapat kontraksi otot, tidak menghasilkan pergerakan, 0 Tidak ada kontraksi otot. Pemeriksaan sensorik: Lakukan pemeriksaan : sentuhan ringan, nyeri (pin-prick), getaran dan suhu. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 12 Pemeriksaan neurologis lainnya: . Evaluasi nerfus ki 1- XII terutama bila ada nyeri wajah/kepala dan leher. 2. Periksa reflex otot, nilai simetris dan klonus. Untuk menilai klonus butuh kontraksi 4 otot. Refleks Segmen spinal ps CS achioradialis C6 Triseps C7 Tendon patella 4 Hamstring medial 3 ‘Achilles SI 3. Nilai adanya reflex Babinski dan Hoffiman (bila positif berarti adanya lesi UMN) 4, Nilai gaya berjalan pasien dan identifikasi serebelum dengan melakukan tes didmetrik (tes pergerakan jari ke hidung, tumit ke tibia), tes disdiadokokinesis,dan tes keseimbangan (Romberg modifikasi). Pemeriksaan khusus: ‘Terdapat 5 tanda non-organik pada pasien dengan gejala nyeri tapi tidak ditemui etiologi secara anatomi. Pada beberapa pasien dengan 5 tanda ini ditemukan mengalami hipokondriasis, hysteria dan depresi. Kelima tanda ini adalah: 1. 2 3. 4. 5, |. Verbalisasi berlet . Keluhan akan nyeri yang tidak konsi Distribusi nyeri superfisial atau non -anatomic. Gangguan sensorik atau motorik non-anatomik. ian akan nyeri (over-reaktif). Reaksi nyeri berlebihan saat menjalani tes / pemeriksaan nyeri. en (berpindah-pindah) saat gerakan yang sama dillakukan pada posisi yang berbeda (distraksi). Pemeriksaan pendukung: Pemeriksaan Elektromiograsi (EMG): 1 2: 3. Membantu mencari penyebab nyeri akut/kronik pasien. Mengidentifikasi area persarafan/cedera otot fokal atau difus yang terkena. Mengidentifikasi atau menyin gkirkan kemungkinan yang berhubungan dengan rehabilitasi, injeksi, pembedahan atau terapi obat. Membantu menegakkan diagnosis. Pemeriksaan serial membantu pemantauan pemulihan pasien dan respon terhadap terapi. Indikasi:kecurigaan saraf terjepit,mono-/ poli neuropati, radikulopati. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 13 Pemeriksaan sensorik kuantitatif: 1. Pemeriksaan sensorik mekanik (tidak nyeri): getaran, 2. Pemeriksaan sensorik mekanik (nyeri):tusukan,tekanan. 3. Pemeriksaan sensasi suhu (dingin, hangat, panas), 4, Pemeriksaan sensasi persepsi Pemeriksaan radiologi: Indikasi: Pasien dengan kecurigaan degeneratif tulang belakang. Pasien dengan kecurigaan neoplasma, infeksi tulang belakang.penyakit vaskuler. Pasien dengan deficit neurologis motorik,kolon,kandung kemih atau ereksi. Pasien dengan riwayat pembedahan tulang belakang. Gejala nyeri yang menetap> 4 minggu. yee Pemilihan pemeriksaan radiologi bergantung pada lokasi dan karakteristik nyeri seperti: 1. Foto polos: untuk skrining inisial pada trulang belakang (raktur, ketidaksegarisan vertebra,spondilolistesis,spondylosis, neoplasma).. 2. MRI: gold standard dalam mengevaluasi tulang belakang (herniasi diskus, stenosis spinal. osteomyelitis, infeksi ruang diskus, keganasan, kompresi tulang belakang) 3. CT-Scan: evaluasi trauma tulang belakang,hemniasi diskus, stenosis spinal 4. Radionuklida bone-scan: sangat bagus dalam mendeteksi perubahan metabolisme tulang (mendeteksi osteomyelitis dini, fraktur kompresi yang keeil /minimal. keganasan primer, metastasis tulang). Assesmen Psikologi: 1, Nilai mood pasien,apakah dalam kondisi cemas,ketakutan,depresi 2. Nilai adanya gangguan tidur,masalah terkait pekerjaan 3. Nilai adanya dukungan sosial,interaksi sosial. . Manajemen Nyeri Penatalaksanaan nyeti dapat dilakukan secara farmakologi maupun non-farmakologi. Penatalaksanaan secara farmakologi berpedoman pada WHO ANALGESIC STEP LADDER yang disesuaikan dengan intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien. Penatalaksanaan secara non-farmakologi menggunakan rangsangan suhu (rangsangan panas), hipnotik maupun terapi musik. Jika secara farmakologi maupun non- farmakologi sensasi nyeri yang dirasakan tidak hilang, dilakukan penatalaksanaan secara intervensi (intervention pain), seperti blok saraf perifer,epidural, spinal, dan lain-lain. Intervensi pain dilakukan oleh tim yang tergabung di Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 14 dalam Tim Manajemen Nyeri di Rumah Sakit Murni Teguh Tuban Bali ataupun bidang ilmu lain yang mempunyai kompetensi intervensi pain dengan melakukan koordinasi dengan Tim Manajemen Nyeri. 1. Penatalaksanaan Secara Farmakologi Who Analgesic Step Ladder Sessential concepts Bymouth Bythe clock By the ladder Byindividual With attention to detail sasees Bythis modality:: 90% ofeancer pain can be relieved Penatalaksanaan nyeri WHO 3 step Ladder berdasarkan derajat nyeri : a. Step 1> untuk nyeri ringan (1-3). Terapi pada step ini menggunakan obat pilihan non ~ opioid, meliputi paracetamol, NSAID, +- adjuvant (Tricyclic antidepressant atau anticonvulsant therapy) b. Step 2 > untuk nyeri sedang (4-6). Terapi pada step ini menggunakan kombinasi opioid potensi ringan atau sedang dengan analgesik non opioid +-adjuvant ¢. Step 3-> untuk nyeri Berat (7-10). Terapi ini menggunakan opioid kuat + non opioid+-adjuvant Prinsip penggunaan analgesik pada nyeri: a. Pemilihan obat : gunakan obat yang sesuai untuk jenis nyeri, dan derajat nyeri, gunakan kombinasi beberapa obat, gunakan obat sesuai WHO step ladder ( by the ladder).tidak dibenarkan menggunakan placebo. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 15 b. Cara pemberian : berikan dosis yang adekuat, berikan dosis secara titrasi pada setiap individu dimulai dari dosis rendah, dinaikkan pelan-pelan sampai tercapai dosis yang dapat menghilangkan nyeri, berikan jadwal pemberian obat berdasarkan farmakologi bat, jadwal yang tepat untuk mencegah nyeri,bukan bila perlu atau pm (by the clock), gunakan peroral bila memungkinkan (by mouth), berikan jadwal/instruksi pelaksanaan penggunaan obat secara tertulis,berikan petunjuk terapi untuk breakthrough pain (nyeri timbul atau memberat saat interval masa kerja obat hampir berakhir dan sebelum pemberian obat berikutnya sesuai jadwal). c. Review dan reassess (evaluasi dan simpulkan hasil terapi) Penatalaksanaan secara farmakologi menggunakan opioid, non opioid dan adjuvant analgetik. Terapi obat opioid Opioid secara umum diberikan melalui jalur intravena yang diberikan dengan dosis opioid disesuaikan tiap individu dengan mempertimbangkan terlebih dahulu jenis opioid.dosis, interval, cara pemberian. Titrasi opioid adalah cara terbaik. Dosis yang diberikan harus memperhatikan usia, penyakit yang ada, obat vanalgetik lainnya dan cara pemberian. Pada pasien dewasa, usia pasien merupakan prediktor dosis yang lebih baik dari berat badan. Adiksi terhadap opioid sangat jarang terjadi bila digunakan untuk penatalaksanaan nyeri akut.Opioid sering digabungkan dengan non-opioid karena ini memungkinkan penggunaan dosis yang lebih rendah dari opioid (yaitu dose sparing effect). Hampir semua jenis nyeri respon terhadap opioid baik nyeri ringan,sedang maupun berat. Mekanisme kerja: Opioid secara garis besar memiliki mekanisme kerja menghambat penghantaran stimulus nyeri pada level di sisten saraf pusat. Opioid berikatan dengan reseptor mu- opiod do dorsal hon medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan hantaran nyeri pada tingkat transmisi, modulasi dan perubahan persepsi terhadap nyeri tersebut. Indikasi: Opioid diberikan pada pasien dengan skala nyeri berat ( 7-10). Klasifikasi: a. Ringan : codein b. Kuat : Pethidin Morphin, Fentanyl Pethidin Merupakan opiod sintetik yang memiliki struktur yang berbeda, namun mekanisme yang sama dengan Morphin. Peth durasi kerja yang singkat Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 16 diberikan dosis:1-2mg/kg dan dapat diberikan dengan interval 4-6 jam. Pethidi BBIIV. Potensi analgetik 1/10 kurang poten dibandingkan dengan Morphin. Sehingga dapat dikatakan 100mg Pe 10mg Morphin. Efek pelepasan histamine tinggi. Efek mual-muntah lebih tinggi dibandingkan Morphin. Morphin Merupakan opioid sintetik denganm sediaan 1 ampul= lec=10mg dengan dosis 0,025-0,1mg/kg/IV dengan mula kerja 10-15 menit dan durasi kerja 4 jam. Efek pelepasan histamine tinggi. Efek mual -muntah tinggi dan efek pruritus (gatal) merupakan efek yang paling sering terjadi terutama setelah pemberian intratekal. Efek depresi nafas terjadi 15-45 menit setelah pemberian IV. Fentanyl Fentanyl adalah turunan dari phenylpiperidine, suatu antagonis sintesis yang struktur kimianya mirip meperidine (pethidine). Potensinya sbagai analgesic adalah 75-125x Morphin. Mula kerja lebih cepat dan masa kerja lebih singkat dibandingkan Morphin. Waktu puncak kerja fentanyl sekitar 4-6 menit. Dosis inisial: 2-6mg/kg/IV. Fentanyl diberikan dengan rentang dosis 1-4meg/kgBB/IV lebih minimal untuk ‘menimbulkan depresi nafas. Dosis rumatan bolus intermitten 25-SOmeg/15-30 menit dengan pemberian infus kontinu 0,5-Smg/kg/jam. Onset depresi nafas dapat terjadi 5- 10 menit. Fentanyl Transdermal (Durogesic Patch) Fentanyl transdermal sistem adalah suatu sistem transdermal yang melepaskan fentanyl secara terus menerus dan sistemik. Setelah penempelan pada kulit, serum konsentrasi fentanyl meningkat perlahan dalam 13 sampai 17 jam setelah penempelan dan kadar puncak tercapai setelah 24-72 jam, karenanya penggunaan opioid sebelum penempelan harus tetap diberikan dan dihentikan setelah 17 jam penempelan, penempelan fentanyl transdermal(patch) berikutnya dilakukan setelah 72 jam penempelan sebelumnya. Bila patch dilepas kadar dalam serum akan turun sampai 50% dalam 17 jam (range 13-22 jam), sediaan fentanyl transdermal adalah 12.5,25,50.75 dan 100ug/jam, tiap sediaan terdiri dari lapisan pelindung (protective layer) yang membungkus adhesive layer dan 4 lapisan fungsional yaitu backing layer (terbuat dari polyster film melindungi fentanyl! dalam drug reservoir agar tidak mudah keluar), drug reservoir (mengandung fentanyl, 2 zat non aktif yaitu alcohol yang ‘mempercepat absorbs fentanyl! ke dalam kulit dan hydroxyl ethyl cellulose merupakan ‘reservoir ingredient"), rate controlling membrane (membrane ethylene-vinyl acetate copolymea, mempunyai banyak pori. mengontrol masuknya fentanyl ke dalam kulit Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 17 dan mencegah pelepasan tidak terkontrol).adhesive layer (lapisan yang menempel pada kulit ditutup oleh protective layer). Mekanisme kerja a. Pelepasan fentanyl terjadi oleh karena adanya perbedaan konsentrasi fentanyl di drug reservoir terhadap konsentrasi di kulit dan di darah. b. Molekul fentanyl berdifusi masuk ke kulit dan membuat suatu depot di lapisan dalam dermis kemudian berdifusi ke dalam aliran darah yang kemudian membawa fentanyl memasuki CNS. Kontra indikasi: Pemberian opioid harus berhati-hati pada keadaan: a. Pasien dengan riwayat alergi dengan opioid b. Pada keadaan syok yang mana dengan pemberian opioid dan mencetuskan keadaan vasodilatasi yang kemudian memperparah hipotensi (maka volume intravaskuler harus cukup): ©. Bradikardi:hipotensi (terutama pada neonatus) 4, Pemberian cepat bolus intravena dapat menginduksi rigiditas muskuler dan Penutupan vocal cord: sulit melakukan ventilasi manual €. Rigiditas otoy diduga oleh karena aktivasi sentral reseptor mu opioid Efek samping: a. Depresi nafas : Nyeri melawan efek depresi nafas akibat pemberian opioid Depresi nafas dapat terjadi: 1) Overdosis : pemberian dengan dosis besar,skumulasi akibat pemberian secara infus,opioid long acting. 2) Pemberian sedasi bersamaan (benzodazepin, anti tertentu). 3) Adanya Kondisi tertentu: gangguan elektrolit, hypovolemia, uremia, gangguan respirasi, dan peningkatan tekanan intracranial 4) Obstructive sleep apnoe b. SSP: 1) Euforia, halusinasi, miosis, kekakuan otot 2) _Efek kardiovaskuler: 3) Tergantung jenis, dosis dan cara pemberian, status volume intravaskuler,level aktivitas simpatetik 4) Morphin: Vasodilatasi 5) Pethidin: takikardi cc. Mual-muntah: 1) Terapi mual-muntah: 2) Hidrasi dan tekanan darah adekuat ‘tamin, antiemetic Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 18 3) Hindari per gerakan berlebihan paska bedah 4) Atasi kecemasan pasien, Nyeri akut maupun kronis masing-masing memiliki tantangan tersendiri oleh karena pasien-pasien ini seringkali tergantung pada opioid dan memiliki banyak faktor-faktor psikososial. Tidak satupun metode kontrol nyeri lebih superior dari pada yang lainnya. Akan tetapi, salah satu metode untuk memperoleh kontrol secara cepat terhadap nyeri akut pada pasien dengan nyeri kronis adalah dengan menggunakan patient-controlled analgesia (PCA), Patient Controlled Analgesia (PCA) umumnya diasumsikan sebagai pemberian opioid intravena,on-demand. intermitten di bawah kontrol pasien. Terdapat beberapa keuntungan dan kerugian dari pemakaiaan PCA untuk penatalaksanaan nyeri akut maupun kroni yang lebih poten daripada OAINS oral,dengan efe samping yang lebih sedikit/ringan. Berefek sinergistik dengan medikasi OAINS. b. Indikasi: efektif untuk nyeri akut dan kronis, intensitas sedang (nyeri kanker, osteoarthritis,nyeri punggung bawah, neuropati DM,fibromyalgia,neuralgia paska herpetic, nyeri paska operasi. ¢. Efek samping : pusing, mual, muntah, latargi konstipasi, 4. Jalur pemberian: intravena, epidural, rektal dan oral. . Dosis tramadol oral: 3-4kali 50-100mg (perhari). Dosis maksimal: 400mg dalam 24jam f. Titrasi: terbukti_meningkatkan toleransi pasien terhadap medikasi,terutama digunakan pada pasien nyeri kronik dengan riwayat toleransi yang buruk terhadap pengobatan atau memiliki resiko tinggi jatuh. Terapi Obat Non Opioid: Parasetamol (Asetaminophen) Merupakan analgesik dan antipiretik yang bekerja sentral yang memiliki mula kerja 11 menit. waktu paruh 1-4 jam. Parasetamol memiliki efektifitas kerja pada masing-masing dosis: a. Antipiretik : 1omg/kgBB/x. b. Analgetik : 15-20mg/kgBB/x. Parasctamol diberikan dalam interval 4-6 jam dengan dosis_maksimum 4000mg/hari.atau 7Smg/kgBB/hari < 12 thn. Perlu juga kita mengetahui bioavailibilitas, yang dapat diartikan konsentrasi obat yang terkandung didalam plasma darah setelah terjadi absorbs melalui system gastrointestinal dibandingkan Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 19 dengan konsentrasi yang diberikan. Parasetamol diketahui memiliki bioavailibilitas 100%. Metabolismenya terjadi di hepar dan diekskresikan melalui ginjal. Mekanisme kerja: Menurut Chris Oscler dkk dalam makalah terbitan di update in anesthesia edisi ke 23 tahun 2007. mekanisme kerja parasetamol sebagai antipiretik yakni bekerja pada hypothalamus (termoregulasi panas sentral) mekanisme : menghambat produksi prostaglandin di otak dimana saat demam, konsentrasi prostaglandin tinggi di CSF,sementara mekanisme kerja parasetamol sebagai analgetik yakni bekerja diotak dan medulla spinalis dengan cara berkonjugasi dengan asam arakhidonat menghasilkan activator analgetik endogen (N-arachidonoylphenolamine (AM404). Parasetamol aman pada dosis yang direkomendasikan oleh karena hal dibawah ini: Tidak mengiritasi lambung. idak mempengaruhi koagulasi darah, Tidak mempengaruhi fungsi ginjal. Aman pada wanita hamil. ‘Tidak berhubungan dengan sindroma reye pada anak. seege Indikasi: Indikasi pemberian parasetamol sebagai terapi nyeri pada intensitas nyeri ringan (skala VAS 1-3) tidak ditemukan adanya kontraindikasi_ pemberian parasetamol kecuali terdapat riwayat alergi dan kerusakan hati berat, Efek samping: Efek samping yang terjadi apabila dosisi >20,000 mg/hari pada orang dewasa seperti hepatotoksik dan gangguan gastrointestinal, Ketorolac (NSAID): Secara khusus digolongkan dalam (NSAID) yang diberikan pada dosis 0.5-0.75 mg/kg/IV dengan mula kerja analgesia 10 menit dan efek puncak 2-3 jam. Mekanisme kerja: Ketorolac memiliki mekanisme kerja yakni menghambat sintesa dan pelepasan prostaglandin, Hambatan sintesa terjadi karena hambatan pada enzim siklooksigenasi 1 (COX-1) yaitu enzin yang dibutuhkan untuk menginduksi proses inflamasi. Pada ketorolac menghambat COX yang efek COX-I lebih besar (preperential COX-1). Efek inflamasinya kurang dibandingkan efek anagesianya, Efek hambatan sintesa prostaglandin ini berperan sebagai penangkal nyeri karena menghambat terjadinya hipersensitifitas nosiseptor pada jaringan trauma. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 20 Indikasi: Pemberian ketorolac digunakan pada pasien dengan skala nyeri ringan-sedang(1-6) Kontraindikasi: Pemberian NSAID di kontraindikasikan pada : a. Pasien riwayat hipersensitivitas pada ketorolac ataupun NSAID lainnya. Pasien dengan riwayat asma atau bronkospasme. Pasien dengan riwayat atau penderita tukak lambung (aktifatau kecurigaan) Pasien dengan pendarahan lambung atau pada organ lainnya atau dengan gangguan koagulasi. e. Pada pasien disfungsi ginjal sedang sampai berat (creatinin clearance<50 ml/menit).. Pada wanita hamil dan menyusui, ees Efek samping: Efek samping dari pemberian NSAID adalah sabagai berikut: a, Pemafasan:hipersensitifitas (Bronkospasme, edema laring, anafilaksis) b. Fungsi paltelet dan hemostatik : antiagregasi platelet (umumnya terjadi bila digunakan lebih dari S hari). €. Gastrointestinal:penggunaan kronis (erosi mukosa gastrointestinal, ferporasi, mual muntah, dyspepsia, konstipasi, diaremelena. d. Dermatologi:reaksi hipersensitiftas (ruam, pruritus, urtikaria, sindroma steven jhonson) €. Urogental:gagal ginjal akut dan kronis (efek penghambatan prostaglandin vasokontriksi arteri renalis iskemik renallis memperburuk fungsi ginjal). f Lidocaine temple (Lidocaine pacth)5%: a. Berisi Lidocain 5%(700mg) b. Mekanisme kerja : memblok aktivitas normal dikanal atrium neuronal. cc. Memberikan efek analgesik yang cukup baik ke jaringan lokal,tampa adanya efek anestesi (baal), bekerja perifer sehingga tidak ada efek samping sistemik. d._Indikasi : sangat baik untuk nyeri neuropatik (misalnya neuralgia pasca herpetic. neuropatik diabetik, neuroralgia pasca pembedahan), nyeri punggung bawah, nyeri miofasial, osteoarthritis. €. Efek samping : iritasi kulit ringan pada tempat menempelnya lidokain, f. Dosis dan cara penggunaan : dapat memakai hingga 3 patches di area yang paling nyeri (Kulit harus intak, tidak boleh ada luka terbuka), dipakai selama < 12 jam dalam periode 24 jam. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri |21 Eutectic Mixtura Of Local Anesthetics (EMLA): a. Mengandung lidokain 2.5% dan prilokain 2,5% b. Indikaasi : anestesi spinal yang diaplikasikan pada kulit yang intak dan pada membrane mukosa genital untuk pembedahan minor superfisial dan sebagai premedikasi untuk anestesi infiltrasi. ©. Mekanisme kerja : efek enestesi (baal) dengan memblok total kanal atrium saraf sensorik, 4. Onset kerjanya bergantung pada jumlah krim yang diberikan. Efek anestesi lokal pada kulit bertahan selama 2-3 jam degan ditutupi kasa oklusif dan menetap selama 1-2 jam setelah kasa dilepas. e. Kontraindikasi : methemoglobinemia idiopatik atau kongenital, f Dosis dan cara penggunaan oleskan krim EMLA dengan tebal pada kulit dan tutuplah dengan kasa oklusid, Adjuvant analgeti Antidefresan: a. Mekanisme kerja : memblok pengambilan kembali norepinefrin dan serotonin sehingga meningkatkan efek neurotransmitter tersebut dengan meningkatkan aktifitas neuron inhibisi nosisepti b. Indikasi : nyeri neuropatik (neuropati dm, neuralgia pasca-herpetik,cedera saraf perifer, nyeri sentral). c. Contoh obat yang sering dipakai : amitriptilin, imipramine, despiramine:efek inosiseptif periper. Dosis 50-300 mg, sekali sehari, Antikonvulsan: a. Carbamazepine:efektif untuk nyeri neuropatik.Efek samping:somnolen, gangguan berjalan, pusing. Dosis 400- 1800 mg/hari (2-3 kali perhari ). Mulai dengan dosis kecil (2x100 mg), ditingkatkan perminggu hingga dosis efektif. b. Gabapentin : merupakan obat pilihan utama dalam mengobati nyeri neuropatik. Efek samping minimal dan ditoleransi dengan baik. Dosis :100-4800 mg/hari (3-4 kali sehari). Antagonis kanal natrium: a. Indikasi:nyeri neuropatik dan pasca operasi. b. Lidokain : dosis 2 mg/kgBB selama 20 menit, lalu dilanjutkan dengan 1-3 mg/kgBB/jam titrasi. c. Prokain:4-6.5 mg/kgBB/hari. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 22 Natagonis Kanal Kalsium: b. iconotide:merupakan antagonis kanal kalsium yang paling efektif sebagai analgesic. Dosis :1-3 ug/hari, efek samping : pusing, mual, nystagmus, ketidakseimbangan berjalan, konstipasi. Efek samping ini bergantung dosis dan reversible jika dosis dikurangi atau obat dihentikan. ‘Nimodipin, verapamil : mengobati migraine dan sakit kepala kronik. Menurunkan kebutuhan morfin pada pasien kanker yang menggunakan eskalasi dosis morfin. 2. Penatalaksanaan Secara Nonfarmakologi: Petugas Kesehatan perlu menguasai penanganan nyeri non farmakologi dalam memberikan asuhan kepada pasien yang mengalami nyeri, dikarenakan nyeri merupakan vital sign nomor 5. Penanganan nyeri yang tepat sangat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien.Hal ini juga akan berpengaruh pada lama hari rawat pasien schingga akan berpengaruh juga pada kepuasan pasien. Pasien yang dirawat dirumah sakit sangat mengharapkan penanganan nyeri yang tepat, cepat, dan efektif. Penanganan nyeri non farmakologi perlu dikuasai oleh petugas kesehatan agar pasien bisa beradaftasi dengan nyeri dan mampu mengatasi nyerinya sendiri, Banyak cara dan metode yang diciptakan guna mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa sakityaitu: a b. Belajar relaksasi Relaksasi adalah teknik untuk mencapai kondisi rileksnya tubuh dan pikiran dengan cara: 1) Tarik napas dalam. 2) Perlahan-lahan udara dihembuskan dan sambal membiarkan tubuh menjadi rileks. 3) Bernapas beberapa kali dengan irama normal. 4) Menarik nafas dalam lagi dan hembuskan pelan-pelan dan biarkan kaki rileks. 5) Ulangi langkah ketiga, biarkan dengan lengan, perut dan otot-otot yang, lain rileks. 6) Setelah rileks, bernafas perlahan-lahan. Distraksi: Distraksi yaitu pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri keperhatian yang lain. 1) Distraksi visual, seperti menonton televise, membaea bukwkoran yang disukai. 2) Distraksi pendengaran, scocrti mendengarkan music yang disukai, Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 23 3) Distraksi pernapasan, yaitu dengan memejamkan mata dan menarik nafas perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian ‘menghembuskan nafas melalui mulut. . Massage Merupakan cara dimana meringankan nyeri dengan cara peregangan otot (pijat). . Kompres hangat dan dingin Caranya gunakan handuk yang telah dibasahi air hangat atau air dingin kemudian ditempekan pada area yang nyeri. Imajinasi terbimbing Yaitu dengan mengarahkan pasien membayangkan sesuatu yang dapat ‘membuatnya nyaman, membayangkan sesuatu tempat yang memberikan dirinya tenang, seperti sawah yang terhampar luas dengan hijaunya dedaunan padi. Posisi tidur yang nyaman. Dapat mengurangi stress (penekanan) pada Iuka dengan cara : 1) Beri bantal tambahan untuk menyokong tubuh. 2) Atur posisi tempat tidur. 3) Atur posisi tubuh (miring kanan/miring ki . Hypnoanalgesi maupun hypnoanastesi Dimana penggunaan ilmu hypnosis untuk mengurangi kepekaan lien terhadap rasa nyeri bahkan bisa dihilanhkan sama sekali (anestesi) fenonema ini sudah sering digunakan dalam pain management, aplikasinya sangat luas,salah satunya untuk mengurangi rasa nyeri dan dengan demikian mengurangi penderitaan pasien kanker dan AIDS. Cara melakukan hypno analgesia dengan cara : memusatkan perhatian pada suatu objek atau sensasi maka perasaan Iain akan dikesampingkan. Contohnya, ada seorang pemain basket yang lutunya keseleo pada sepuluh menit kemudian terakhir pertandingan. Karena pikirannya sepenuhnya terfokus pada permainan dan bagaimana memenangkannya, mungkin ia hanya merasakan tekanann pada lutu tapi tidak kesakita. Pikirannya telah menyempitkan focus perhatiannya untuk hanya menerima saran agar tetap berada dilapangan dan bermain sebaik mungkin, Dalam hypnoanalgesia, prinsipnya adalah mengurangi kepekaan lien tethadap rasa nyeri atau mengurangi sensitifitas dan ambang nyeri pasien. Disini klien masih merasakan rasa nyeri tapi intensitas dan sensasinya jauh berkurang, karena klien dituntun kurang peka terhadap rasa nyerinya tersebut, Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 24 Peran Dokter Dan Perawat Dalam Manajemen Nyeri: a. Assesmen nyeri sebagai vital sign yang kelima 1) Pada setiap pasien baru. 2) Pada setiap pasien (pengkajian awal keperawatan) 15-30 menit setelah intervensi dan bila diperlukan sesuai Kondisi pasien untuk menilai efetifitas intervensi. 3) Assesmen nyeri paksa pembedahan sesuai pedoman standar. b. Melakukan intervensi non farmakologis. ¢. Memberikan pendidikan kesehatan tentang nyeri: 1) Pada setiap pasien baru masuk, 2) Selama dalam perawatan, 3) Sebelum pasien pulang. 4) Follow up setelah pulang. Edukasi dan Komunikasi Fedukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang_ melalui tehnik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), akti memberikan informasi -informasi atau ide baru. Edukasi merupakann serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksannya perilaku hidup sehat. Defenisi diatas menunjukkan bahwa edukasi adalah suatu proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hiduplebih sehat. Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang Kesehatan menjadi tahu dan dari tidak mampu_mengatasi Kesehatan sendiri menjadi mandiri, Edukasi dalam manajemen nyeri adalah mempersiapkan Klien dan keluarga tentang strategi untuk mngurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang diterima oleh pasien kita melibatkan pasin dan keluarga secara aktif untuk turut serta dalam mengawasi penilaian nyeri. Selain itu diharapkan dengan edukasi ini dapat juga membantu meningkatkan perawataan pasien dengan kualitas hidup. Tujuan edukasi dilakukan untuk memfalisitasi pasien dalam tindakan pengurangan nyeri. ‘Tujuan edukasi penatalaksanaan nyeri adalah: 1. Menjadikan kesehatan menjadi sesuatu yang bernilai bagi masyarakat. 2. Menolong pasien dan keluarganya agar mendapatkan kualitas penatalaksanaan nyeri yang lebih baik. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 25 Pelatihan Petugas Manajemen nyeri adalah suatu keharusan dalam standar pelayanan rumah sakit. Sebab hampir tidak ada pasien di rumah sakit yang tidak mengalami nyeri. Untuk itu rumah sakit harus memiliki cara bagaimana mengelola nyeri yang dialami pasien. Nyeri merupakan masalah Kesehatan yang kompleks dan merupakan salah satu alasan utama seseomg datang untuk mencari pertolongan medis. Nyeri dapat mengenai semua orang tanpa memandang jenis kelamin, umur, ras, status sosial dan pekerjaan. ‘Nyeri didefinisikan oleh international associstion for the study of pain (IASP) pada tahun 1979 sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang actual maupun potensial atau yang digambarkan dalam kerusakan tersebut. Sebagai insan manusia, setiap pasien bethak untuk terbebas dari nyeri. Undang-undang Kesehatan no.36 tahun 2009 mendefenisikan kesehatan sebagai suatu Kkeadaan schat, baik secara fisik, mental spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Undang-undang tersebut juga menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Seseorang yang mengalami nyeri mengalami keterbatasan dalam produktifitasnya sehingga dapat dikatakan setiap orang bethak bebas dari nyeri. Pelayanan di rumah sakit dilakukan juga oleh perawat, karena itu dianggap perlu dilakukan pelatihan manajemen nyeri untuk perawat dengan tujuan agar perawat mampu ‘melakukan penilaian dan penanganan serta edukasi nyeri untuk pasien di rumah sakit. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 26 BABIV DOKUMENTASI Hasil skrining dan penilaian nyeri didokumentasikan pada pasien baru dilakukan di format asesmen awal, Sedangkan untuk pasien sudah dirawat (bukan pasien baru) hasil asesmen dan tatalaksana dan asesmen ulang didokumentasikan dalam catatan terintegrasi. Format pendokumentasian Nyeri: Form asesmen awal Catatan perkembangan pasien terintegrasi Form pindah antar ruangan, penilaian nyeri dilakukan pada saat pasien akan 4. APS patient record untuk pasien paska operasi dengan skala nyeri >7 eRe Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 27 BABY PENUTUP Demikianlah panduan ini disusun sebagai acuan dalam menjalankan layanan pasien yang aman, khususnya dalam pelayanan manajemen nyeri. Panduan ini masih jauh dari sempurna. oleh sebab itu panduan akan ditinjau kembali setiap 2 sampai 3 tahun sesuai dengan tuntutan Jayanan dan standar akreditasi Badung, 31,Mei 2022 @ @ 7 ta deh Wardana,.MPH ktur Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 28 DAFTAR PUSTAKA Joint Commission International.(2011). Standar Akreditasi Rumah Sakit (Terjemahan), Penerbit :PERSI. Patricia K. Ladner. (2011), Fundamental of Nursing:Standars &Practice.4th edition, Dirjen BUK Kemenkes RI dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). (2011). Standar Akreditasi Rumah sakit. Jakarta. Work book Pelatihan Advance hypnotherapy dan Hypnobirthing,Jakarta,2011. Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 29 ORGANISASI KLINIK NYERL Kepala Unit Perawatan Home care / Poliklinik Rawat Inep ‘home visit a Direktur Utama t Kepala Poliklinik Nyeri SS ee Dats ane [ Power [ Fama [roe Gi Rohaniawan_ || Relawan Betah Pan adh Rehabil! medic Imtemis Pater Pediat Panduan Pelayanan Manajemen Nyeri | 30 ALUR KONSULTASI KE POLIKLINIK NYERI Pasien nyeri Polikii inik bedah atau non bedah was

Anda mungkin juga menyukai