Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PENALARAN PROPORSIONAL SISWA KELAS VIII BERDASARKAN

GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT PADA


MATERI BANGUN RUANG

Suryadi
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Purworejo
E-mail: alimsuryadi93@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penalaran proporsional siswa saat menyelesaikan
masalah matematika dalam materi bangun ruang pada siswa yang memiliki gaya kognitif field
dependent dan field independent. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Pemilihan
subjek menggunakan instrumen Group Embedded Figure Test (GEFT) dan pertimbangan guru.
Pengumpulan data menggunakan tes penalaran proporsional, observasi, catatan lapangan,
dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis dari
Miles & Hubermen yang meliputi tiga aktivitas yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penalaran proporsional siswa
yang memiliki gaya kognitif field dependent berada pada level 1 yaitu level kualitatif. Siswa
cenderung menggunakan strategi yang kurang tepat sebab tidak memahami dasar konseptual.
Sedangkan siswa yang memiliki gaya kognitif field independent berada pada level 5 yaitu level
multiplikatif. Siswa cenderung memahami berbagai strategi yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan proporsional sebab memahami dasar konseptual pada perbandingan.

Kata Kunci: penalaran proporsional, gaya kognitif field dependent, gaya kognitif field
independent

PENDAHULUAN
Salah satu aspek penting dalam mempelajari matematika adalah penalaran.
Terdapat beberapa macam penalaran yang dimiliki siswa saat belajar matematika,
salah satunya yaitu penalaran proporsional. Penalaran proporsional merupakan
kemampuan untuk mulai memahami hubungan perkalian dimana sebagian besar
konsep aritmatika biasanya berdasarkan penjumlahan (John A. Van de Walle, 2008:
95). Piaget dalam Tri Novita Irawati (2015: 1101) mendefinisikan penalaran
proporsional sebagai suatu struktur kualitatif yang memungkinkan pemahaman
sistem-sistem fisik kompleks yang mengandung banyak faktor. Pemahaman sistem fisik
kompleks adalah pemahaman yang berkaitan dengan proposisi atau rasio. John A. Van
de Walle (2008: 96) menjelaskan bahwa rasio merupakan sebuah bilangan yang
menghubungkan dua kuantitas atau ukuran dalam situasi tertentu dalam sebuah

222 Ekuivalen : Analisis Penalaran Proporsional Siswa Kelas VIII Berdasarkan Gaya Kognitif Field Dependent
dan Field Independent pada Materi Bangun Ruang
hubungan perkalian (berbeda dengan hubungan selisih dan penjumlahan). Sedangkan
proporsi merupakan pernyataan kesetaraan antara dua rasio.
Hasil penelitian Rahma Johar pada tahun 2005 tentang penalaran proporsional
siswa SMP sebagaimana telah dikutip Tri Novita Irawati (2015: 1104) menyimpulkan
bahwa terdapat dua masalah proporsional yang terdapat dalam pembelajaran di
sekolah yaitu missing value problem (mencari satu nilai yang belum diketahui) dan
numerical comparison problem (masalah membandingkan rasio). Untuk masalah
membandingkan rasio maka dalam suatu kasus permasalahan terdapat empat
informasi numerik diberikan lalu membentuk dua rasio pada satu kasus tersebut.
Sementara dalam masalah mencari satu nilai yang belum diketahui, suatu kasus
memiliki tiga informasi numerik, dan satu nilai belum diketahui. Terdapat beberapa
strategi yang biasa digunakan oleh siswa untuk memecahkan permasalahan
proporsional. Strategi yang kurang tepat yang biasa digunakan diantaranya yaitu
strategi hitungan tidak berpola, strategi aditif, dan percobaan strategi persamaan.
Sedangkan strategi yang tepat diantaranya yaitu strategi replikasi atau penjumlahan
berulang, strategi building up (membangun secara bertahap), strategi
menyederhanakan rasio, strategi faktor dari perubahan, strategi nilai satuan, strategi
operator, strategi persamaan, dan strategi hitungan. Terdapat 5 level dalam penalaran
proporsional yaitu level 1 penalaran kualitatif, level 2 penalaran aditif, level 3
penalaran pra-multiplikatif, level 4 penalaran multiplikatif implisit, dan level 5
penalaran multiplikatif. Untuk menganalisis sejauh mana penalaran proporsional siswa
maka dapat diketahui dengan cara menganalisis strategi yang digunakan siswa untuk
menyelesaikan permasalahan proporsional tersebut.
Pada saat membahas kemampuan penalaran, setiap guru dihadapkan pada
siswa yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara individu satu dengan yang
lainnya. Salah satu dimensi karakteristik siswa yang secara khusus perlu
dipertimbangkan, khususnya pendidikan matematika adalah gaya kognitif. James W.
Keefe dalam Hamzah B. Uno (2006: 185) menjelaskan bahwa gaya kognitif merupakan
suata cara khas seorang siswa dalam belajar yang berkaitan dengan cara penerimaan
dan pengelolaan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang

Ekuivalen: Analisis Penalaran Proporsional Siswa Kelas VIII Berdasarkan Gaya Kognitif Field Dependent
dan Field Independent pada Materi Bangun Ruang
223
berhubungan dengan lingkungan belajar. Gaya kognitif yang dibedakan berdasarkan
perbedaan psikologis yakni gaya kognitif field independent (FI) dan gaya kognitif field
dependent (FD). Slameto (2010: 161) menyatakan bahwa seorang dengan gaya kognitif
field dependent menerima sesuatu lebih secara global dan mengalami kesulitan dalam
memisahkan diri dari keadaan sekitarnya, mereka cenderung mengenal dirinya sebagai
bagian dari suatu kelompok. Sementara itu, siswa yang mempunyai gaya kognitif field
independent cenderung menyatakan suatu gambaran lepas dari latar belakang
gambaran tersebut, serta mampu membedakan objek-objek dari konteks sekitarnya
dengan lebih mudah. Mereka memandang keadaan sekeliling lebih secara analisis.
Dalam penelitian ini kemampuan penalaran proporsional siswa FI maupun FD
diklasifikasikan ke dalam tingkatan level penalaran proporsional berdasarkan analisis
dari strategi yang digunakan siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis penalaran proporsional siswa saat menyelesaikan masalah matematika
dalam materi bangun ruang pada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent
dan field independent.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan desain penelitian fenomenologi.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2017 di kelas VIII C SMP Negeri 31
Purworejo pada materi bangun ruang. Penentuan subjek gaya kognitif field dependent
dan field independent diperoleh berdasarkan hasil tes Group Embedded Figures Test
(GEFT) dan pertimbangan guru. Pada tiap kategori gaya kognitif diambil masing-masing
2 subjek sehingga dalam penelitian ini terdapat 4 subjek penelitian. S1 dan S2 adalah
subjek dengan gaya kognitif field dependent, sedangkan S3 dan S4 adalah subjek
dengan gaya kognitif field independent. Pengambilan subjek dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Adapun teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes, observasi,
dokumentasi, catatan lapangan, dan wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan
berupa soal tes penalaran proporsional, tes GEFT, dan pedoman wawancara. Teknik
analisis data yang digunakan mengacu pada Miles & Huberman dalam Sugiyono (2009:

224 Ekuivalen : Analisis Penalaran Proporsional Siswa Kelas VIII Berdasarkan Gaya Kognitif Field Dependent
dan Field Independent pada Materi Bangun Ruang
337) yaitu: (1) Reduksi data (data reduction ); (2) Penyajian data (data display); dan (3)
Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification). Teknik keabsahan datanya
menggunakan triangulasi teknik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dari hasil tes GEFT di kelas VIII C terhadap 31 siswa diperoleh sebanyak 27
siswa memiliki gaya kognitif field dependent dan hanya 4 siswa memiliki gaya kognitif
field independent. Berdasarkan pertimbangan guru mengenai kemampuan siswa dalam
mengungkapkan pikirannya maka terpilih 4 subjek (S1, S2, S3 dan S4) untuk dianalisis
penalaran proporsionalnya. Subjek dengan gaya kognitif field dependent yaitu S1 dan
S2, sedangkan subjek dengan gaya kognitif field independent yaitu S3 dan S4.
Kedua subjek field dependent dalam menyelesaikan permasalahan proporsional
yaitu mencari satu nilai yang belum diketahui dan membandingkan rasio dalam suatu
perbandingan berada pada level 1 yaitu level kualitatif karena menggunakan startegi
yang kurang tepat serta tidak memahami dasar konseptual pada perbandingan. Kedua
subjek field dependent ini juga tidak mampu memahami adanya hubungan dari angka-
angka yang terdapat pada soal dan tidak mampu menggunakan angka yang ditemukan
untuk memprediksi satu nilai yang belum diketahui maupun untuk membandingkan
rasio. Hal ini berarti bertentangan dengan pernyataan Susan J. Lamon dalam Tri Novita
Irawati (2015: 1101) yang menjelaskan bahwa penalaran proporsional melibatkan
kegunaan pertimbangan dari hubungan multiplikatif untuk membandingkan kuantitas
dan untuk memprediksi nilai dari suatu kuantitas berdasarkan kuantitas yang lain.
Kedua subjek field dependent hanya menerima informasi yang didapatkan pada soal
tetapi tidak mampu memahami adanya hubungan antar angka-angka (kuantitas) yang
ditemukan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Witkin dalam Nunuk Suryanti
(2014: 1394) yang menjelaskan bahwa beberapa karakteristik individu field dependent
adalah cenderung memiliki pemikiran global dan cenderung untuk menerima struktur
yang sudah ada. Hal ini disebabkan karena individu field dependent kurang memiliki
kemampuan restrukturisasi.

Ekuivalen: Analisis Penalaran Proporsional Siswa Kelas VIII Berdasarkan Gaya Kognitif Field Dependent
dan Field Independent pada Materi Bangun Ruang
225
Kedua subjek field independent dalam menyelesaikan permasalahan
proporsional yaitu mencari satu nilai yang belum diketahui dan membandingkan rasio
dalam suatu perbandingan menggunakan penalaran multiplikatif sebab mampu
mengunakan berbagai strategi yang tepat serta memahami dasar konseptualnya.
Kedua subjek field independent juga memiliki kemampuan yang baik dalam
menyelesaikan dan memahami soal yang diberikan karena memiliki kemampuan
menganalisis permasalahan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat O’Brien dkk
dalam Nunuk Suryanti (2014: 1394) yang menjelaskan bahwa individu field
independent memiliki analisis yang lebih tinggi dalam penerimaan dan pemrosesan
informasi, sehingga sering disebut sebagai “analytical thinkers”. Kedua subjek field
independent juga mampu memahami hubungan antar kuantitas atau ukuran sehingga
mampu memilih strategi yang tepat. Artinya subjek field independent memahami
hubungan tentang kovariansi. Hal ini sesuai dengan pendapat Susan J. Lamon dalam
John A. Van de Walle (2008: 97) yang menjelaskan bahwa salah satu karakteristik
pemikir proporsional yaitu harus memiliki pemahaman tentang kovariansi. Yakni,
mereka memahami hubungan dimana dua kuantitas bervariasi bersama dan dapat
melihat bagaimana variasi dari satu kuantitas sesuai dengan variasi kuantitas yang lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa subjek field dependent
cenderung tidak memahami dasar konseptual yang ada pada perbandingan sehingga
tidak mampu menggunakan strategi yang tepat ketika menyelesaikan tes penalaran
proporsional. Sebaliknya subjek field independent cenderung memahami dasar
konseptual pada pebandingan sehingga bisa mengembangkan berbagai strategi untuk
menyelesaikan permasalahan proporsional.

SIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penalaran proporsional siswa
saat menyelesaikan masalah matematika dalam materi bangun ruang pada siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent berada pada level 1 yaitu level kualitatif. Siswa
cenderung menggunakan strategi yang kurang tepat karena tidak memahami dasar
konseptual pada perbandingan dan tidak memiliki kemampuan yang baik dalam

226 Ekuivalen : Analisis Penalaran Proporsional Siswa Kelas VIII Berdasarkan Gaya Kognitif Field Dependent
dan Field Independent pada Materi Bangun Ruang
menganalisis permasalahan. Sedangkan penalaran proporsional siswa yang memiliki
gaya kognitif field independent berada pada level 5 yaitu level multiplikatif. Siswa
cenderung memahami berbagai strategi yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan proporsional karena memahami dasar konseptual pada perbandingan
dan memiliki kemampuan yang baik dalam menganalisis permasalahan.
Dengan mengetahui penalaran proporsional siswa dari masing-masing gaya
kognitif dapat dijadikan referensi bagi guru ketika mengajar agar tidak hanya
mencontohkan strategi-strategi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan
proporsional saja tetapi juga dengan memberikan dasar konseptualnya sehingga siswa
tidak sekedar menghafalkan rumus tetapi siswa juga bisa mengembangkan sendiri
strategi untuk menyelesaikan permasalahan proporsional berdasarkan dasar
konseptual yang dipahami. Bagi penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian
lanjutan mengenai aspek lain dalam penalaran proporsional, misalnya penelitian
tentang karakteristik dari setiap level penalaran proporsional.

DAFTAR PUSTAKA
Hamzah B. Uno. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.

John A. Van de Walle. 2008. Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar


dan Menengah Edisi Ke-6 Jilid 2 (terjemahan oleh Suyono). Jakarta: Erlangga.

Nunuk Suryati. 2014. Pengaruh Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar Akuntansi
Keuangan Menengah 1. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika (JINAH). Volume 4
ISSN 2089-3310.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D). Bandung: Alfabeta.

Tri Novita Irawati. 2015. Mengembangkan Kemampuan Guru Matematika Dalam


Membuat Soal Penalaran Proporsional Siswa SMP. Prosiding. ISBN. 978-602-
73403-0-5.

Ekuivalen: Analisis Penalaran Proporsional Siswa Kelas VIII Berdasarkan Gaya Kognitif Field Dependent
dan Field Independent pada Materi Bangun Ruang
227

Anda mungkin juga menyukai