Interpretasi Dan Penalaran Hukum HKUM4401
Interpretasi Dan Penalaran Hukum HKUM4401
1 (a). Definisi treatise dan treaties menggunakan kamus hukum dan perbedaannya?
Jawab:
Treaty adalah salah satu bentuk penamaan perjanjian internasional dalam praktik
hukum internasional. Istilah ini dapat ditemukan dalam Penjelasan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional. Dijelaskan
dalam penjelasan tersebut, pada umumnya bentuk dan nama perjanjian internasional
menunjukkan bahwa materi yang diatur oleh perjanjian tersebut memiliki bobot kerjasama
yang berbeda tingkatannya. Namun demikian, secara hukum, perbedaan tersebut tidak
mengurangi hak dan kewajiban para pihak yang tertuang di dalam suatu perjanjian
internasional bagi perjanjian internasional, pada dasarnya menunjukkan keinginan dan
maksud padapihak terkait serta dampak politiknya bagi para pihak tersebut. “Berdasarkan
makna katanya, Treaty memiliki daya ikat yang kuat antara para pihak yang membuat
perjanjian tersebut”.
Treaties adalah bentuk jamak dari Treaty yang merupakan salah satu bentuk
penamaan perjanjian internasional dalam praktik hukum internasional.
Dalam area hukum, sesuatu yang tersaji itu adalah sumber hukum positif, yang sudah
diletakkan oleh penguasa politik. Pandangan positivisme hukum telah ada sejak lama
tepatnya sejak Comte. Akan tetapi positivism hukum modern baru memperoleh akar secara
akademis melalui pemikiran dari John Austin, Hans Kelsen dan H.L.A Hart. Pandangan
tersebut yang melahirkan landasan dalam paham positivisme modern.
2 (a). penafsiran terhadap pasal terkait dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan, apakah pengemudi A pada kasus di atas melanggar UU No. 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan!
Jawab:
Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
dimaksud dengan Lalu Lintas adalah gerak kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas
Jalan. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah
Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.
Undang-Undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(LLAJ). Pasal 106 ayat 1 UU LLAJ menyebutkan bahwa setiap orang yang mengemudikan
kendaraan bermotor di jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh
konsentrasi. Sedangkan menggunakan GPS di jalan dianggap bisa melanggar kriteria penuh
konsentrasi tersebut.
Pasal 106 ayat (1) bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di
jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.Yang
dimaksud dengan penuh konsentrasi adalah dengan penuh perhatian dan tidak terganggu
perhatiannya karena menggunakan telepon genggam sehingga mempengaruhi kemampuan
dalam mengemudikan kendaraannya. Ketentuan pasal 106 ayat (1) diatas bila dilanggar,
dapat dikenakan sanksi yang diatur dalam pasal 283 dengan pidana kurungan paling lama 3
(tiga) bulan kurungan atau denda paling banyak RP. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu
rupiah)”. Kewajiban pengendara seperti yang diatur dalam pasal 106 ayat (1) dan ancaman
sanksi pada pasal 283 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 diatas dihadapkan dengan
fenomena dimana pengemudi sepeda motor masih banyak yang menggunakan telepon
genggam saat mengemudikan kendaraannya baik dalam bentuk sedang menelpon atau
mengirim pesan melalui SMS.
3 (a). kerangka kerja konseptual yang dikenal dengan istilah legal dogmatic!
Jawab:
Menurut M. van Hoecke, dogmatik hukum memiliki arti sebagai cabang dari ilmu
hukum (dalam arti luas) yang menjelaskan atau memaparkan dan mensistematisasi hukum
positif yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu dan pada suatu waktu tertentu dari suatu
sudut pandang yang bersifat normatif.
Karakter ilmu hukum dogmatis adalah bersifat normative yang terjewantahkan dalam
suatu peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Pemerintah yang berdaulat dalam
suatu Negara. Sifat dari sui generis berarti ilmu hukum merupakan ilmu dari jenis tersendiri,
sehingga pengelompokannya bukan berada pada pohon atau rumpun ilmu social juga bukan
merupakan ilmu pengetahuan alam. Untuk itu kajian terhadap ilmu hukum yang memegang
prinsip terhadap sifat dan karakter ilmu hukum yang bersifat sui generis ini, dengan terang
benderang menolak kajian empiris dalam ilmu hukum.
Dogmatik Hukum memiliki konsep technisch juridisch begrippen yang ekplanasi
bersifat normatif.
3 (b). Pasal 1 Angka 2 dengan UU No. 26 berpegang mengikuti kerangka kerja legal
dogmatic!
Jawab: