DSM 1
DSM 1
Disusun Oleh:
PROGRAM GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah Gangguan Depresi DSM V (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder) part 1
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penyusun hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang
tua, sehingga kendala-kendala tersebut dapat teratasi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
A. Definisi Depresi.............................................................................................3
3. DSM-V....................................................................................................6
A. Kesimpulan..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, banyak orang yang mengalami stress, kecemasan, galau dan
kegelisahan yang berlarut–larut. Namun, sebagian besar orang berpikir dan
beranggapan bahwa stress dan depresi, bukanlah benar-benar suatu gangguan
mental. Mereka menganggap bahwa depresi adalah sesuatu yang sepele dan bisa
hilang dengan sendirinya, padahal sebenarnya depresi adalah bentuk suatu gangguan
yang lebih dari sekadar perubahan emosi sementara. Depresi bukanlah kondisi yang
bisa diubah dengan cepat atau secara langsung.
Jumlah penderita depresi wanita dua kali lebih banyak dari pria, tetapi pria
lebih berkecenderungan bunuh diri. Di Amerika Serikat, 17% orang pernah
mengalami depresi pada suatu saat dalam hidup mereka, dengan jumlah penderita
saat ini lebih dari 19 juta orang. Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan
mental utama saat ini, yang mendapat perhatian serius. Dinegara-negara
berkembang, WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020, depresi akan menjadi
salah satu gangguan mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi
penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung. Berdasarkan data WHO
tahun 1980, hamper 20% - 30% dari pasien rumah sakit di Negara berkembang
mengalami gangguan mental emosional seperti depresi.
1
bermakna. Mendekontekstualisasikan kondisi mental dan memperlakukannya
sebagai hal yang tidak terikat juga merupakan suatu hal yang
membingungkan. Negara-negara tertanam. Mereka tidak seperti monolit gurun yang
baru ditemukan. Mereka tumbuh dari sesuatu.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian depresi
2. Untuk mengetahui Ciri dan gejala gangguan depresi
3. Untuk mengetahui Jenis gangguan depresi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Depresi
Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan
yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik diri, tidak dapat tidur,
kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari-hari), dalam Gerald C. Davison 2004.
Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional
berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan
berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah
perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Menurut Iyus Yosep (2007), depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa
pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan,
kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan
bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. Chaplin (2002) mendefinisikan
depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada
orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan
semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan
pesimisme menghadapi masa yang akan datang . Sedangkan pada kasus patologis,
depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap perangsang,
disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa.
3
individu dan kemungkinan kembali pada pekerjaannya semula, yang akhirnya
memberikan dampak besar pada pemulihan fungsional
4
gangguan manik-depresi (yang kemudian menjadi dasar depresi klinis dan
gangguan bipolar). Kraepelin juga mendokumentasikan tiga presentasi berbeda
dari demensia praecox yang meliputi:
Paranoia , yang terutama terdiri dari halusinasi dan delusi
Hebephrenia , yang terutama muncul dengan perilaku yang tidak pantas
dan jenis reaksi yang tidak pantas
Catatonia , yang ditampilkan sebagai sikap, tingkah laku yang aneh, atau
agitasi yang ekstrim
5
3. DSM-V
Depresi , atau dikenal sebagai gangguan depresi mayor atau depresi klinis,
adalah gangguan mood yang umum dan serius. Mereka yang menderita depresi
mengalami perasaan sedih dan putus asa yang terus-menerus serta kehilangan
minat terhadap aktivitas yang dulu mereka sukai. Selain masalah emosional yang
disebabkan oleh depresi, individu juga dapat mengalami gejala fisik seperti nyeri
kronis atau masalah pencernaan. Untuk dapat didiagnosis menderita depresi,
gejala harus muncul setidaknya selama dua minggu.
6
Gangguan depresi mayor dikaitkan dengan angka kematian yang tinggi,
sebagian besar disebabkan oleh bunuh diri. Akibatnya, jika Anda
berpikir seseorang yang Anda sayangi mungkin menderita depresi,
penting untuk mengetahui tanda-tanda peringatan bunuh diri dan
menanggapi pernyataan bunuh diri dengan sangat serius. Pernyataan
aktif dari seseorang yang memiliki keinginan untuk bunuh diri mungkin
seperti, “Saya akan bunuh diri”, namun pernyataan pasif lainnya seperti,
“Saya harap saya bisa tidur saja dan tidak pernah bangun lagi,” juga
sama mengkhawatirkannya. Jika seseorang dengan depresi menunjukkan
tanda-tanda verbal ini, anjurkan mereka untuk segera berkonsultasi
dengan ahli kesehatan mental.
Individu yang mengalami depresi juga menunjukkan sifat lekas marah,
merenung, dan merenung secara obsesif, serta melaporkan kecemasan,
fobia, kekhawatiran berlebihan terhadap kesehatan fisik, dan keluhan
nyeri.
Edisi terbaru dari Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM),
DSM-5, menambahkan dua penentu untuk mengklasifikasikan diagnosis lebih
lanjut:
7
Psychiatric Association, 2000). Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya
5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama
dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Gejala dan tanda umum
depresi adalah sebagai berikut :
a. Gejala Fisik
1. Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan
(hipersomnia)
2. Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas
hobi atau aktivitas yang sebelumnya disukai.
3. Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
4. Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah
pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
5. Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
6. Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
7. Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan
b. Gejala Psikis
1. Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
2. Rasa putus asa dan pesimis
3. Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak berguna
4. Tidak tenang dan gampang tersinggung
5. Berpikir ingin mati atau bunuh diri
6. Sensitive
7. Kehilangan rasa percaya diri
c. Gejala Sosial
1. Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri,
malas)
2. Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
3. Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri
Penyebab Depresi
8
Hoeksema & Girgus (dalam Krenke & Stremmler, 2002), faktor – faktor yang
dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas : faktor biologi, faktor
psikologis/kepribadian dan faktor sosial. Dimana ketiga faktor tersebut dapat saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
1. Faktor Biologi
Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan
system limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus. Dalam penelitian
biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotrasmiter yang
paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Pada wanita, perubahan
hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menoupose juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya depresi. Penyakit fisik yang berkepanjangan
sehingga menyebabkan stress dan juga dapat menyebabkan depresi.
2. Faktor Psikologis/Kepribadian
Individu yang dependent, memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif, dan
menggunakan ruminative coping. Nolen – Hoeksema & Girgus juga mengatakan
bahwa ketika seseorang merasa tertekan akan cenderung fokuspada tekanan
yang mereka rasa dan secara pasif merenung dari pada mengalihkannya atau
melakukan aktivitas untuk merubah situasi.
Pemikiran irasional yaitu pemikiran yang salah dalam berpikir seperti
menyalahkan diri sendiri atas ketidak beruntungan. Sehingga individu yang
mengalami depresi cenderung menganggap bahwa dirinya tidak dapat
mengendalikan lingkungan dan kondisi dirinya. Hal ini dapat menyebabkan
pesimisme dan apatis.
3. Faktor Sosial
1. Kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau kehilangan dan kegagalan
pekerjaan
2. Paska bencana
3. Melahirkan
4. Masalah keuangan
5. Ketergantungan terhadap narkoba atau alkhohol
6. Trauma masa kecil
7. Terisolasi secara sosial
8. faktor usia dan gender
9
9. tuntutan dan peran sosial misalnya untuk tampil baik, menjadi juara di
sekolah ataupun tempat kerja
10. Maupun dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.
10
• Kecenderungan untuk bunuh diri
2. Depresi persisten
Depresi persisten atau distimia adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi depresi yang bersifat kronis. Gejala yang ditimbulkan
sama dengan depresi pada umumnya, namun depresi jenis ini berlangsung lama
bahkan hingga bertahun-tahun. Seseorang dapat disebut menderita depresi
persisten apabila ia merasakan gejala depresi yang menetap selama setidaknya 2
bulan secara terus menerus dan hilang timbul dalam waktu 2 tahun.
3. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar didefinisikan sebagai gangguan mental yang ditandai dengan
perubahan suasana hati yang sangat drastis. Seseorang yang memiliki gangguan
bipolar bisa merasa sangat senang dan berenergi di suatu waktu, namun tiba-tiba
menjadi sedih dan depresi. Pada saat berada dalam fase senang dan berenergi
(mania atau hipomania), penderita bipolar akan mengalami beberapa gejala
berikut ini:
• Optimis dan tidak bisa diam
• Sangat berenergi dan lebih bersemangat
• Percaya diri yang berlebihan
• Susah tidur atau merasa tidak perlu tidur
• Nafsu makan meningkat
• Banyak pikiran
Setelah berada dalam fase mania atau hipomania untuk beberapa waktu, orang
yang memiliki gangguan bipolar biasanya akan masuk ke fase mood yang
normal, lalu kemudian masuk ke fase depresi. Perubahan mood ini bisa terjadi
dalam waktu hitungan jam, hari, atau berminggu-minggu.
4. Depresi psikotik
Depresi psikotik ditandai dengan gejala depresi berat yang disertai adanya
halusinasi atau gangguan psikotik. Penderita depresi jenis ini akan mengalami
gejala depresi dan halusinasi, yaitu melihat atau mendengar sesuatu yang
sebetulnya tidak nyata.
Tipe depresi ini lebih banyak terjadi pada orang tua. Meski begitu, orang yang
masih muda pun bisa saja mengalaminya. Selain usia lanjut, riwayat trauma
11
psikologis yang berat di masa kecil juga dikatakan dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk mengalami depresi psikotik.
5. Depresi postpartum
Depresi ini diartikan sebagai jenis depresi yang terjadi pada ibu yang baru saja
melahirkan. Ibu yang menderita depresi postpartum dapat mengalami beberapa
gejala, seperti:
• Selalu merasa tertekan
• Sulit berkonsentrasi
• Nafsu makan berkurang
• Susah tidur
• Merasa tidak pantas menjadi seorang ibu
• Sulit menghasilkan ASI atau menyusui
• Memiliki pikiran untuk menyakiti diri atau bayinya
Depresi postpartum bisa menyerupai gangguan psikologis lain yang disebut
sindrom baby blues syndrome. Meski gejalanya mirip, kedua kondisi tersebut
merupakan hal yang berbeda. Sindrom baby blues biasanya terjadi selama 2
minggu setelah melahirkan dan akan mereda dengan sendirinya, sedangkan
depresi postpartum dapat berlangsung lama hingga 6 bulan atau lebih dan dapat
mengganggu ikatan batin antara ibu dan bayinya.
6. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)
Premenstrual dysphoric disorder adalah jenis depresi yang menyerang wanita
pada saat menjelang menstruasi. Kondisi ini sering disebut sebagai sindrom
pramenstruasi yang berat. Wanita yang mengalami PMDD dapat mengalami
beberapa gejala berikut ini:
• Mudah emosi dan tersinggung
• Sering merasa cemas secara berlebihan
• Sulit tidur
• Nyeri otot
• Kram perut
• Nafsu makan hilang atau justru bertambah
• Sakit kepala
Berbeda dengan sindrom pramenstruasi, gejala PMDD yang terjadi bisa sangat
mengganggu dan bahkan muncul gejala depresi berat yang mengganggu kualitas
12
hidup penderitanya. Gejala ini biasanya akan muncul dalam waktu 1 minggu
sebelum menstruasi dimulai dan akan menghilang setelah datang bulan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DSM dikembangkan sebagai panduan diagnostik untuk mengklasifikasikan
berbagai bentuk penyakit mental dan untuk memberikan kriteria diagnostik obyektif
yang digunakan dalam mengidentifikasinya di lapangan.
DSM telah mengalami sejumlah revisi berbeda, dan sebagian besar, seri DSM
tetap mendapat banyak kritik meskipun masih menjadi “satu-satunya game yang
ada”. Organisasi lain, seperti Institut Kesehatan Mental Nasional, telah memutuskan
untuk mencoba mengembangkan skema diagnostik penyakit mental mereka sendiri
sebagai akibat dari ketidakpuasan mereka terhadap DSM ; namun, pendekatan baru
apa pun untuk mendiagnosis penyakit mental kemungkinan besar masih jauh dari
harapan. Dokter kesehatan mental akan terus menggunakan DSM-5 meskipun ada
keraguan atau kekhawatiran saat ini.
Pengerjaan DSM-5 dimulai pada tahun 2000, kelompok kerja dibentuk untuk
membuat agenda penelitian untuk revisi besar kelima DSM ( DSM –5 ). Kelompok
kerja ini menghasilkan ratusan kertas putih, monografi, dan artikel jurnal, yang
memberikan ringkasan keadaan ilmu pengetahuan yang relevan dengan diagnosis
psikiatris dan memberi tahu kesenjangan yang ada dalam penelitian saat ini, dengan
harapan akan ada lebih banyak penekanan pada penelitian ini. ditempatkan pada
penelitian di bidang tersebut. Pada tahun 2007, APA membentuk Satuan
Tugas DSM–5 untuk mulai merevisi manual serta 13 kelompok kerja yang berfokus
pada berbagai bidang gangguan. DSM–5 diterbitkan pada tahun 2013.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan dan Sadock. (2002). Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis, edisi ketujuh, jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara.
https://deserthopetreatment.com/co-occurring-disorders/history/
https://www.psychiatry.org/psychiatrists/practice/dsm/about-dsm/history-of-the-dsm
15