Anda di halaman 1dari 28

RESUME ORIENTASI PPPK

Nama : ABDUL HAFIZ SP


Tempat,Tanggal Lahir : Medan, 11 Mei 1976
Golongan : IX
Jabatan : Penyuluh pertanian
Nip : 197605112021211002
Instansi : Dinas Pertanian Kab. Asahan

RESUME AGENDA 1

A. Wawasan Kebangsaan
Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945,
merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar belakangi, kandungan cita-
cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak
akan berubah atau dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945
maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang akan atau mungkin
dibuat. Norma- norma dasar yang merupakan cita-cita luhur bagi Republik Indonesia dalam
penyelenggaraan berbangsa dan bernegara tersebut dapat ditelusur pada Pembukaan UUD 1945
tersebut yang terdiri dari empat (4) alinea. Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan
tataran pertama dan utama dari penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground norms) Pancasila
beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma
hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi Negara Republik Indonesia pada
umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang mencakup aspek
kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya. Wawasan Kebangsaan
adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan
bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem
nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara
demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera. 4 (empat) Konsesus Dasar
Berbangsa dan Bernegara:
1) Pancasila
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal
18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai
dasar ideologi maupun filosofi bangsa.
2) Undang-Undang Dasar 1945
Sejarah kemerdekaan Indonesia yang terlepas dari penjajahan asing membuktikan bahwa
sejak semula salah satu gagasan dasar dalam membangun sokoguru Negara Indonesia adalah
konstitusionalisme dan paham Negara hukum. Di dalam Negara-negara yang mendasarkan
dirinya atas demokrasi konstitusional, Undang- undang dasar memiliki fungsi yang khas,
yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan
kekuasaan tidak bersifat sewenang- wenang. Dengan demikian diharapkan hakhak warga
Negara terlindungi. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme.
3) Bhinneka Tunggal Ika
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh Mpu Tantular pada
dasarnya adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam paya mengatasi keanekaragaman
kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit kala
itu. Di kemudian hari, rumusan tersebut telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap
sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan, dan bahkan telah berhasil menumbuhkan rasa
dan semangat persatuan masyarakat indonesia. Itulah sebab mengapa akhirnya Bhinneka
Tunggal Ika – Kakawin Sutasoma (Purudasanta) diangkat menjadi semboyan yang
diabadikan lambang NKRI Garuda Pancasila.
4) Negara Kesatuan Republik Indonesia
Ditinjau dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu
Negara Kesatuan Republik Indonesia baru sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya
negara. Untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah melengkapi
persyaratan berdirinya 16 negara yaitu berupa pemerintah yang berdaulat dengan
mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk
negara. Disamping itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945, dasar negara dan tujuannya.
Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan:
1. Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Bendera Sang Merah Putih, Bendera
Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-
pertiga) Bendera Negara dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesi
Tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, Bendera
pusaka Sang Merah Putih disimpan dan dipelihara di Monumen Nasional Jakarta.
2. Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia
adalah bahasa resmi nasional yang digunakan diseluruh wilayah Negara Kesatuan
RepublikIndonesia.
3. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lambang Negara
adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
4. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

B. Nilai-nilai Bela Negara


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara
Kesadaran Bela Negara ditumbuhkan dari kecintaan pada Tanah Air Indonesia, tanah
tumpah darah yang menjadi ruang hidup bagi warga Negara Indonesia. Tanah dan air, merupakan
dua kata yang merujuk pada kepulauan Nusantara, rangkaian kepulauan yang menjadikan air
(lautan) bukan sebagai pemisah namun justru sebagai pemersatu dalam wilayah yurisdiksi nasional.
Tanah Air yang kaya akan sumber daya alam,indah dan membanggakan sehingga patut untuk
disyukuri dan dicintai. Dari cinta tanah air-lah berawal tekad untuk menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman.
Kesadaran Bela Negara mulai dikembangkan dengan sadar sebagai bagian dari bangsa dan
Negara. Bangsa yang majemuk, bangsa yang mendapatkan kemerdekaannya bukan karena belas
kasihan atau pengakuan dari bangsa-bangsa penjajah, namun direbut dengan segala pengorbanan
seluruh rakyat, mulai dari pengorbanan harta, hingga pengorbanan jiwa dan raga. Dari kecintaan
pada tanah air, dikembangkan keinginan yang kuat untuk berbuat yang terbaik untuk negeri. Sadar
menjadi bagian dari bangsa dan Negara akan mendorong pada tekad, sikap dan perilaku untuk
menjadi warga Negara yang baik, yang patuh dan taat pada hukum dan norma-norma yang
berlaku.Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia merupakan hasil perjuangan segenap komponen bangsa yang dilandasi oleh semangat
untuk membela Negara dari penjajahan. Perjuangan tersebut tidak selalu dengan mengangkat
senjata, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan kemampuan masing-masing. Nilai
dasar Bela Negara kemudian diwariskan kepada para generasi penerus guna menjaga eksistensi
Republik Indonesia. Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk
mengimplementasikan dalam pengabdian sehari hari. Bela Negara dilaksanakan atas dasar
kesadaran warga Negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui
usaha Bela Negara. Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia
secara sukarela atau secarawajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha Bela Negara
bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya
terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi
tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.

C. Analisis Isu Kontemporer


1) Korupsi
Perilaku korupsi pada konteks birokrasi dapat disimpulkan dan digeneralisasi, bahwa
tingginya kasus korupsi dapat dilihat berdasarkan beberapa persoalan, yaitu: (1) keteladanan
pemimpin dan elite bangsa, (2) kesejahteraan Pegawai, (3) komitmen dan konsistensi penegakan
hukum, (4) integritas dan profesionalisme, (5) Mekanisme pengawasan yang internal dan
independen, (6) kondisi lingkungan kerja, kewenangan tugas jabatan, dan (7) upaya-upaya
pelemahan lembaga antikorupsi.
Berikut ini adalah jenis tindak pidana korupsi dan setiap bentuk tindakan korupsi diancam
dengan sanksi sebagaimana diatur di dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu bentuk tindakan:
a) Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara (Pasal2)
b) Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan / kedudukan yang dapat merugikan keuangan
/ kedudukan yang dapat merugikan keuangan / perekonomian Negara ( Pasal 3 )
c) Penyuapan (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11)
d) Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10)
e) Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12)
f) Berkaitan dengan pemborongan (Pasal 7 )
g) Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C)

2) Narkoba
Tindak Pidana Narkotika adalah kejahatan induk atau kejahatan permulaan dan tidak berdiri
sendiri, artinya Kejahatan narkotika biasanya diikuti dengan kejahatan lainnya atau mempunyai
kejahatan turunan. Kejahatan narkotika bisa terkait dengan kejahatan Terorisme, Kejahatan
Pencucian Uang, Kejahatan Korupsi atau Gratifikasi, Kejahatan Perbankan, Permasalahan Imigran
Gelap atau Kejahatan Penyelupan Manusia (People Smuggling) atau bahkan terkait dengan
Pemberontak atau gerakan memisahkan dari suatu negara berdaulat (Gerakan Separatisme) serta
sebagai alat untuk melemahkan bahkan memusnahkan suatu negara yang dikenal dengan Perang
Candu.

3) Terosisma dan Radikalisme


Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang digunakan untuk penggunaan
kekerasan terhadap penduduk sipil/non kombatan untuk mencapai tujuan politik, dalam skala lebih
kecil dari pada perang. Dari segi bahasa, istilah teroris berasal dari Perancis pada abad 18. Kata
Terorisme yang artinya dalam keadaan teror (under the terror), berasal dari bahasa latin ”terrere”
yang berarti gemetaran dan ”detererre” yang berarti takut.
Istilah terorisme pada awalnya digunakan untuk menunjuk suatu musuh dari sengketa
teritorial atau kultural melawan ideologi atau agama yang melakukan aksi kekerasan terhadap
publik. Istilah terorisme dan teroris sekarang ini memiliki arti politis dan sering digunakan untuk
mempolarisasi efek yang mana terorisme tadinya hanya untuk istilah kekerasan yang dilakukan
oleh pihak musuh, dari sudut pandang yang diserang.
Sedangkan teroris merupakan individu yang secara personal terlibat dalam aksi terorisme.
Penggunaan istilah teroris meluas dari warga yang tidak puas sampai pada non komformis politik.
Aksi terorisme dapat dilakukan oleh individu, sekelompok orang atau negara sebagai alternatif dari
pernyataan perang secara terbuka. Negara yang mendukung kekerasan terhadap penduduk sipil
menggunakan istilah positif untuk kombatan mereka, misalnya antara lainparamiliter, pejuang
kebebasan atau patriot. Kekerasan yang dilakukan oleh kombatan negara, bagaimanapun lebih
diterima daripada yang dilakukan oleh ”teroris” yang mana tidak mematuhi hukum perang dan
karenanyatidak dapat dibenarkan melakukan kekerasan. Negara yang terlibat dalam peperangan
juga sering melakukan kekerasan terhadap penduduk sipil dan tidak diberi label sebagai teroris.
Meski kemudian muncul istilah State Terorism, namun mayoritas membedakan antara kekerasan
yang dilakukan oleh negara dengan terorisme, hanyalah sebatas bahwa aksi terorisme dilakukan
secara acak, tidak mengenal kompromi , korban bisa saja militer atau sipil, pria, wanita, tua, muda
bahkan anak-anak, kaya miskin, siapapun dapat diserang. Terorisme bukan bagian dari tindakan
perang, sehingga sepatutnya tetap dianggap sebagai tindakan kriminal. Pada umumnya orang sipil
merupakan sasaran utama terorisme, dengan demikian penyerangan terhadap sasaran militer tidak
dapat dikategorikan sebagai tindakan terorisme. Penyebaran radikalisme juga telah menginfiltrasi
berbagai institusi sosial seperti rumah ibadah, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, pendidikan
tinggi, serta media massa. Dari berbagai institusi sosial tersebut, media massa berandil besar karena
hadir di setiap waktu dan tempat serta tidak memandang kelas sosial dan usia. Kelompok teroris
memakai media massa sebagai wahana propaganda, rekruitmen, radikalisasi, pencarian dana,
pelatihan, dan perencanaan. Oleh karena itu, perlu ada semacam wacana tandingan untuk
membendung ide-ide terorisme yang memanfaatkan keterbukaan informasi.

D. Kesiapsiagaan Bela Negara


Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman
yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character building nation and character building
tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang tinggi
serta memiliki semangat cinta tanah air,kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai
idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan Negara. Salah satu nilai-nilai dasar bela
negara
adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik
dapat ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga
kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket,
moral dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur
dan terhormat. Dengan demikian, maka untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela
negara tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang
mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan lokal sesuai dengan jati diri bangsa
Indonesia.

RESUME AGENDA 2

1. Berorientasi Pelayanan
Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan customer sudah
dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang
diberikan dapat melebihi harapan customer. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin,
dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini(doing something better and better).”
Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima
demi kepuasan masyarakat. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana
panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh
setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari: a. memahami dan memenuhi
kebutuhan masyarakat; b. ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan c. melakukan perbaikan
tiada henti. Penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi
tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik
yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi
wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat. Citra positif ASN sebagai pelayan publik
terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta
berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan
kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan
kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
2. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami.
Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting,
tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering
disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab
yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas
adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan
publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke,
2017).
Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan
Konsistensi, dapat membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel. Pengetahuan juga dihasilkan
oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai
dalam organisasi dan atau luar organisasi.

3. Kompeten
Karakter lain yang diperlukan dari ASN untuk beradapatasi dengan dinamika lingkungan
strategis, yaitu: inovatif dan kreatif, agility dan flexibility, persistence dan perseverance serta
teamwork dan cooperation (Bima Haria Wibisana, Kepala BKN, 2020). ASN yang gesit (agile)
diperlukan sesuai dinamika lingkungan strategis dan VUCA. Terdapat kecenderungan organisasi
pemerintahan mulai mengarah dari organisasi hirakhis, dengan pembagian bidang-bidang yang rijit
sektoral (silo). Kini keadaannya mulai berubah ke arah organisasi yang lebih dinamis, dengan
jenjang hirakhi pendek. Kebijakan ini ditandai dengan pengalihan dua jenjang jabatan struktural,
jabatan administrator dan pengawas menjadi jabatan fungsional (PermenRB Nomor 28 Tahun 2019
Tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi ke Jabatan Fungsional). Pemangkasan jenjang jabatan
tersebut diatas, dianggap dapat lebih responsif, dengan pendayagunaan pegawai lebih optimal dan
efesien. Sistem ini menggambarkan perubahan dari cara interaksi kerja yang berjenjang, ke suatu
interaksi kerja tim, berlatar belakang keragaman keahlian/profesi (cross functions), dengan
koordinator tim yang dinamis, yang dapat berubah menyesuaikan tuntutan sektor kerja dan kinerja
tim. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilainilai,
moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil
kerja sesuai dengan peran, fungsi dan jabatan.

4. Harmonis
Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja dengan
sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang lebih luas. Semoga kita
semua dapat menerapkan dan meciptakan keharmonisan tersebut bersama kolega rekan sejawat,
saat memberikan pelayanan public, dan kehidupan bermasyarakat. Dalam menjalankan tugas
pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan
menjadi unsur perekat bangsa dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah
sebabnya mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi yang harmonis dalam
lingkungan bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan.

5. Loyal
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi sebuah
tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan panduan
perilaku loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi
tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara. Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen,
dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi
“KoDeKoNasAb”.
6. Adaptif
Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat
diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik.
Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut:
a). Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan; b). Mendorong jiwa
kewirausahaan; c). Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah Adaptasi merupakan
kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan
beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai
bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level
organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan
beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi. Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus
dipenuhi dalam mencapai tujuan baik individu maupun organisasi dalam situasi apa pun.

7. Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi saat ini.
Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan tersebut. Prasojo (2020) mengungkapkan
beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi di semua kehidupan, perkembangan
teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z, serta mobilitas dan fleksibilitas. Dalam
pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya kementerian atau lembaga
pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama
antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya. Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG
tidak hanya merupakan pendekatan yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga
penekanan pada kerjasama guna mencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas, dapat
diketahui bahwa karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi,
kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam
pemerintahan. Dalam banyak literatur lainnya, WoG juga seringdisamakan atau minimal
disandingkan dengan konsep policy integration, policy coherence, cross-cutting policy-making,
joined-up government, concerned decision
making, policy coordination atau cross government. WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan
konsep-konsep tersebut, terutama karakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik
secara formal maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi antar
sektor dalam menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat pula perbedaannya, dan yang paling
nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole) elemen
pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan pada mengacu pada
mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di
mana ia mewakili dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan
kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.

RESUME AGENDA III

SMART ASN
1. Literasi Digital
Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,
memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi
secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan
kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer,
literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte
pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait percepatan
transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi
digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
 kecakapan digital,
 budaya digital,
 etika digital
 dan keamanan digital.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah bagaimana setiap
individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara otomatis dirinya telah menjadi
warga negara digital. Dalam konteks keIndonesiaan, sebagai warga Negara digital, tiap individu
memiliki tanggung jawab (meliputi hak dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas
bermedia digitalnya berlandaskan pada nilai-nilai
kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika merupakan panduan kehidupan berbangsa, bernegara dan berbudaya di Indonesia.
Sehingga jelas, kita hidup di dalam negara yang multicultural dan plural dalam banyak aspek.
Pemahaman multikulturalisme dan pluralisme membutuhkan upaya pendidikan sejak dini. Apalagi,
kita berhadapan dengan generasi masa kini, yaitu para digital native (warga digital) yang lebih
banyak ‘belajar’ dari media digital. Meningkatkan kemampuan membangun mindfulness
communication tanpa stereotip dan pandangan negative adalah juga persoalan meningkatkan
kemampuan literasi media dalam konteks budaya digital. Hak digital adalah hak asasi manusia yang
menjamin tiap warga negara untuk mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan
media digital. Hak Digital meliputi hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk
merasa nyaman. Hak harus diiringi dengan tanggung jawab. Tanggung jawab digital, meliputi
menjaga hak-hak atau reputasi orang lain, menjaga keamanan nasional atau atau ketertiban
masyarakat atau kesehatan atau moral publik. Hak dan kewajiban digital dapat memengaruhi
kesejahteraan digital setiap pengguna. Kesejahteraan digital merupakan istilah yang merujuk pada
dampak dari layanan teknologi dan digital terhadap kesehatan mental, fisik, dan emosi seseorang.
Siapa yang bertanggung jawab untuk menciptakan kesejahteraan digital? jawabannya adalah setiap
individu.

2. Manajemen ASN
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan
karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK
meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian
kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara
terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan Manajemen ASN memperhatikan syarat
kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak, jabatan, dan integritas
serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak.
Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai
dengan tugas dan tanggungjawabnya. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode
perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN
dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah. Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN
mendukung pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi,
akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk
menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan
jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam
pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan
berintegritas untuk mencapai visi dan misinya. Manajemen ASN Pasca recruitment, dalam
organisasi berbagai system pengelolaan pegawai harus mencerminkan prinsip merit yang
sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi
pegawai. Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja.
Demikian materi dari Agenda I, II, dan III yang dapat saya sampaikan, melalui materi ini
saya menjadi lebih paham tentang peranan dan nilai – nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap
ASN dan akansayaaplikasikandalamkehidupan sehari – hari. Semoga jurnal ini bermanfaat.
EVALUASI AGENDA I

WAWASAN KEBANGSAAN
LATIHAN 1
1. Menurut anda, apakah urgensi ASN harus berwawasan kebangsaan sehingga menjadi bagian
kompetensi ASN?
Jawab.
Ya, karena setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah dan
martabat pegawai negeri sipil,serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara dari pada
kepentingan pribadi, seseorang atau golongan, kepentingan bangsa dan negagara ditas
kepentingan lainnya.
2. Secara singkat sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia!
Jawab.
Kebangsaan Indonesia dari proses panjang yang di dasarkan pada kesepakatan dan pengakuan
terhadap keberagaman. Diawali dari didirikannya beberapa organisasi dan kongres yang
memiliki akan rasa persatuan bangsa Indonesia seperti sejarah Budi Utomo pada tanggal 20 Mei
1908 yang di anggap awal munculnya kesadaran/rasa persatuan dan pada tanggal 30 April
didirikan kongres Pemuda dan puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945.
3. Relevansi 4 konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara dalam mewujudkan
profesionalitas ASN.
Jawab.
4 Konsensus kebangsaan Indonesia yang terdiri dari, Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal
Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus menjadi pedoman untuk menjawab
tantangan berbangsa kini dan masa depan.

LATIHAN 2
1. Nilai-nilai dasar Beala Negara masih relevan saat ini ?
Jawab.
Masih, Nilai nilai bela Negara tersebut bukanlah nilai nilai kekinian ,karena nilai nilai tersebut
adalah yang di wariskan pendahulu sejak masa pergerakan Nasinal hingga masa
mempertahankan kemerdekaan menjaga ekosisten NKRI.
2. Ancaman yang paling mungkin terjadi saat ini dan mengancam eksistensi NKRI
Jawab.
Diera globalisasi saat ini, ancama yang sering terjadi adalah media social adanya globa lisasi
mengakibatkan kemajuan di berbagai aspek terutama terknologi dan informasiyang berkembang
sangat cepat.

LATIHAN 3
1. Jelaskan kedudukan Pancasila dalam konteks penyelenggaraan negara Indonesia.
Jawab.
Pancasila sebagai dasar hokum dalam bernegara ,berarti menjadi pedoman dalam mengatur
kehidupan bernegara dalam berbagai bidang. Bidang tersebut meliputi politik, ekonomi, social,
budaya dan pertahanan keamanan.
2. Jelaskan kedudukan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam konteks
penyelenggaraan negara Indonesia.
Jawab.
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima
norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat
dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum
SANKRI pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek
kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya. Konstitusi atau
UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut UUD 1945 hasil Amandemen I,
II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945) merupakan hukum dasar tertulis dan
sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi peraturan perundang-undangan Republik Indonesia .
3. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jawab.
Relegius, kemanusiaan, produktivitas, keseimbangan, demokrasi, kesamaan derajat dan ketaatan
hukum.
4. Kedudukan batang tubuh dari UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jawab.
Dari sudut huukum, batang tubuh UUD merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran 5
norma Dasar Negara Pancasila beserta norma norma dasar lainnya yang termuat dalam
pembukaan UUD1945 menjadi norma hukum Dasar Negara RI.
5. Kedudukan dan peran ASN dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.
Jawab.
ASN berfungsi dalam bertugas dan mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. ASN senantiasa
setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD, Negara dan Pemerintah.

EVALUASI AGENDA II

EVALUASI PELAYANAN 1
Bentuk soal pilihan,
Jawab. 1,B. 2.D. 3.C. 4.B. 5 A. 6 A. 7.D. 8.D.9.C. 10.B.
EVALUASI 2
Bentuk soal pilihan,
Jawab. 1.D.2.D. 3.A. 4.D. 5.B. 6.A. 7.B. 8.A. 9.B. 10.B.
EVALUASI AKUNTABEL 1
a. Banyak perbaikan yang terjadi di layanan publik yang bisa ditemukan di keseharian Anda.
Jawab.
Pelayanan pembuatan KTP dan AKTE KELAHIRAN yang memakan waktu 3 hari. Namun
sekarang sudah ada perubahan dari kondisi yang sebelumnya. Sehingga saat ini masyarakat
dalam pengurusan administrasi sudah lebih cepat dan mudah dari pada sebelumnya.
b. Masih ada beberapa layanan publik yang belum berubah dari versi buruknya!
Jawab.
Pembuatan KTP dan AKTA yang dulunya memiliki proses yang panjang dan memakan waktu
yang lama sebelumnya prosesnya yang masyarakat rasakan kinerja yang lambat dan berbelit-
belit, dan tidak efisien ketika berhadapan dengan pelayanan publik
c. Lihatlah video unik pada tautan ini yang berakting terkait sebuah layanan yang sudah berubah
dari bentuk selebelumnya:
Jawab.
Pelayanan yang cepat dan transparan adalah salah satu factor kemajuan suatu bangsa semoga
di Indonesia dapat menerapkan secara konsiten dan merata di seluruh daerah Indonesia,
transparan, akuntabel dan berintegritas. Salah satu bentuk pelayanan kepentingan umum,
kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan,
partisipatif, persamaan perlakuan atau tidak diskriminatif keterbukaan akuntabilitas, fasilitas
dan perlakuan khusus bagi kelompok renta ketepatan waktu dan kecepatan, kemudahan dan
keterjangkauan.
EVALUASI 2
1. Yang membedakan antara responsibilitas dan akuntabilitas dilihat dari pengertiannya?
Jawab.
Perbedaan utama antara akun Tabilitas dan responsibilitas adalah Akun tabilitas menekankan
kepemilikan tunggal atas tindakan dan keputusan untuk tugas tersebut. Sedangkan resposibilitas
merupakan yugas yang di brikan kepada seseorang atau inddividu oleh seseorang yang memiliki
otoritas atau wewenang lebih tinggi responsibilitas dapat dibagi dengan orang lain sedangkan
akuntatabilitas tidak dapat di bagi dengan orang lain.
2. Bacalah kembali pembuka Bab II yang dikutip dari Laporan Tahun 2020 Ombudsman Republik
Indonesia, menurut Anda, bagaimana kasus itu bila dilihat dari konteks Akuntabilitas?
Jawab.
Menurut kasus ini seorang anak yang memiliki keterbelangan mental atau disabilitas sehingga
anak meninggalkan rumah, kemudian orang tuanya melapor kepada Ombudsman RI. Hasil dari
pada sipelapor ditemukan anak tersebut mengalami luka dan lebam ternyata telah terjadi
pengeroyokan pada anak tersebut, sehingga orang tuanya membawa si anaknya kepuskesmas
dan kemudian melapor pada pihak kepolisian untuk di tindak lanjut pidana. Setelah di selidiki
oleh pihak polisi yang bahwa anak pelapor benar-benar dianiaya oleh seorang warga
pandegelang, dan putuskan hukuman 5 tahun pidana, kemudian oleh pihak terpidana memohon
kepeda ayah si koban untuk mendamaikan, kemudian oleh pihak korban memaafkan atas
kejadian tersebut dan membebaskan sipidana dengan ikhlas.
3. Dalam hal pelayanan publik, masih sering diketemukan keluhan dari masyarakat terhadap
kinerja pelayan publik. Masyarakat merasakan kinerja yang lambat, berbelit- belit, maupun
tidak efisien ketika berhadapan dengan pelayan publik ataupun birokrasi publik. Padahal
sejatinya sebagai abdi negara, birokrasi publik harus memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat, Menurut anda, seberapa penting nilai-nilai akuntabilitas publik jika dikaitkan
dengan fenomena tersebut? Jelaskan
Jawab.
Nilai akuntabilitas sangat penting diadopsi dalam penyelenggaraan pelayanan piblik
.Hal ini di dasarkan pada argument bah wa eksistensi atau keberadaan sebuah Negara
terganyung pada masyarakat oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban bagi negara untuk
memberikan pelayanan dengan baik dan bertanggung jawab.
EVALUASI 3
1. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum, Akuntabilitas
Proses, Akuntabilitas Program, serta Akuntabilitas Kebijakan. Ada Studi Kasus Seperti
Berikut: Pemerintah Pusat maupun daerah sudah memulai program pengadaan
barang dan jasa dengan mekanisme secara elektronik yang disebut e-procurement.
Tujuannya adalah pertama, agar tidak ada main mata antara pengada proyek dan
pihak yang mengadakan proyek (Meminimalisir Kasus KKN). Kedua, agar pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa dapat dilaksanakan dengan cepat dan teratur
Pertanyaannya, termasuk dimensi akuntabilitas apakah studi kasus tersebut? Jelaskan.
Jawab.
Akuntabilitas program (program accountability) Akuntabilitas ini dapat memberikan
pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan Apakah ada alternatif program
lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya minimal.
2. Simaklah video berikut: Video ini bercerita tentang Seseorang yang menang dalam sebuah
tender pengadaan yang berniat ingin memberikan ‘hadiah’ kepada Pejabat Lelang yang
dianggapkan telah berjasa atas pemilihan perusahaannya. Namun, dalam perjalanan memberikan
‘hadiah’ tersebut banyak rintangan yang dihadapi. Untuk lebih jelasnya, simaklah video tersebut
pada tautan berikut. https://youtu.be/4Yle_pbs9aA 47 Berdasarkan video yang Anda simak,
isilah tabel berikut: No Poin-poin yang dianalisis.
1. Kondisi apa yang membuat cerita di video itu berpotensi menjadi kasus Tindak Pidana
Korupsi?
Jawab.
Penerimaan hadiah dari bentuk proses kegiatan yang dilakukan sebagai ucapan terima
kasih.
2. Jenis tindak pidana korupsi apa yang relevan dengan cerita di video itu?
Jawab: Tolak gratifikasi.
3. Siapa saja pihak di dalam video itu yang akan terjerat dalam kasus korupsi?
Jawab.
Tidak ada, jika pejabat atau ASN yang menerima hadiah maka ASN atau pejabat tersebut
melakukan korupsi atau tindakan perilaku yang menerima gratifikasi, jika tidak menerima
maka menolak gratifikasi.
4. Kondisi apa yang bisa menjadikan cerita di dalam video itu menjadi sebuah kasus Tindak
Pidana Korupsi?
Jawab.
Menerima hadiah yang diberikan salah satu penerima proyek pemerintah yang diberikan dalam
bentuk parcel sebagai ucapan terima kasih.
5. Apa dampak yang akan terjadi ke depannya bila cerita tersebut menjadi sebuah kasus Tindak
Pidana Korupsi?
Jawab.
Dampaknya sangat tidak baik, akan menanamkan hal yang biasa dalam bentuk pemberian
hadiah bagi Pejabat Negara atau ASN, maka merajalelanya korupsi dalam bentuk penerimaan
hadiah atau parcel.
6. Apakah menurut Anda apa yang dilaukan oleh Pejabat Lelang sudah benar? Jelaskan kenapa?
Jawab.
Tidak benar, karena itu merupakan hal yang dilarang dan merupakan bentuk korupsi yang
dinerikan Pejabat ASN atau gratifikasi dalam pemberian hadiah bagi pejabat.
7. Selain Pemenang Lelang dan Pejabat Lelang, siapa lagi yang bisa berperan agak kasus itu tidak
terjadi?
Jawab.
Atribut tolak gratifikasi illegal yang memberikan informasi bagi pejabat pemenang lelang.
8. Bila Anda harus memilih salah satu peran dalam video itu, Apa yang akan Anda lakukan
Jawab.
Saya akan memilih peran sebagai Pejabat Pelelangan yang bersikap akuntabel bertindak tegas
tentang menolak gratifikasi illegal.

Evaluasi Kompeten 1
Berikan tanda Benar (B) atau Salah (S) dan pilihan ganda silang
Jawab. 1.B . 2.B. 3. A 4.C. 5 A, 6.A. 7.A.8.A
Evaluasi kompeten 2
Berikan pernyataan Benar (B) atau Salah (S)
Jawab. 1.B. 2.B. 3.B. 4.B. 5.B
Latihan Harmonis 1
1. Sebutkan dan Jelaskan keanekaragaman suku bangsa dan budaya dari tempat anda berasal dan
berikan contohnya?
Jawab.
Setiap suku bangsa memiliki ciri-ciri tertenntu. Ciri cirinya antara lain yaitu ciri fisik, bahasa,
adat istiadat dan kesenian. Contohnya, suku gayo, suku minang
2. Jelaskan potensi dan tantangan keanekaragaman dilingkungan anda bekerja?
Jawab.
Keanekaragaman bisa menghadirkan tantangan peluang bagi tenaga pengajar di satu sisi, tenaga
pendidik yang lebih beragam dapat membawa persepektif dan keterampilan baru bagi
organisasi. Namun mengelola tenaga pengajar yang beragam bisa rumit dan menantang. Tenaga
pengajar yang berbeda mungkin memiliki latar belakang budaya, nilai, dan harapan yang
berbeda. Selain itu, mereka mungkin bberbicara bahasa yang berbeda atau memiliki tingkat
pendidikan yang berbeda. Akibatnya tenaga pengajar perlu menyadari potensi tantangan
keberagaman tempat kerja dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa semua
tenaga pengajar merasa dihargai dan melibatkan. Ketika dikelola secara efektif, keragaman
tempat kerja dapat menjadi sumber kekuatan utama.
3. Jelaskan sikap dan perilaku ASN dalam lingkungan yang penuh dengan keberagaman
Jawab.
Sikap dan perilaku saling menghargai, toleransi, disiplin, tanggung jawab dan menerima
keberagaman dilingkugan kerja sangat diperlukan oleh setiap ASN

Latihan harmonis 2
1. Anda diminta mengidentifikasi potensi disharmonis yang terjadi dalam artikel tersebut.
Jawab.
Potensi yang terjadi dalam artkel tersebut adalah Disharmonis dalam kawasan hutan produksi
yang masih marak terjadi.
2. Analisis penyebabnya.
Jawab.
Mulai dari oknum hingga masyarakat adat atau sekitar Disharmonis dalam kawasan hutan
produksi dengan pemegang izin pemanfaatan hasil hutan kayu(IUPHKK)
3. Analisis bagaimana solusi yang dilakukan oleh entitas untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Jawab.
Pemerintah meninjau kembali peraturan yang berkaitan dengan penanganan disharmonis sosial
atau justru mengeluarkan peraturan yang baru yang lebih pro kemasyarakat untuk mengurangi,
bahkan menghilangkan disharmonis sosial kedepan.

Evaluasi loyal
1 Pilihan
ganda.
Jawab. 1.C 2. B.3.B.4. B.5.C.6.C.7.D.8.A.9.B.10.B
Evaluasi 2
Pilihan ganda
Jawab. 1.C, 2,B, 3.B, 4.B. 5.C .6.C. 7.C, 8.A. 9.C. 10.C
Evaluasi 3
Pilihan ganda,
Jawab. 1.D. 2.B. 3.A. 4.B. 5.A. 6.C. 7.D. 8.D. 9.C. 10.C.

LATIHAN EVALUASI
Kalaboratif
1. Konsep Collaborative Governance dan Pendekatan Whole of Government!
Jawab.
Penyelenggara pemrintahan yang menyatukan upaya upaya koloboratif pemerintahan dari
keseluruhan sector dalam ruang lingkup yang lebih luas guna mencapai tujuan pembangunan
kebijakan public. Hal inilah yang menyebabkan mengapa WOG di kenal dengan pendekatan
Inter-agensi .Konsep WOG sendiri sering di pandang sebagai perspsktif baru dalam penerapan
dan pemahaman koordinasi antar sector. WOG ini juga memiliki beberapa karakteristik
,kebersamaan ,kesatuan ,tujuan bersama dan tujuan keseluruhan.
2. Rancangan pelaksanaan kolaborasi antar unit kerja Saudara dengan unit kerja lainnya di instansi
Saudara !
Jawab.
1).Tujuan dan sasaran yang jelas.
2). Komunikasi yang baik antara setiap anggota kolaboratif.
3). Kemauan untuk saling mendengarkan dan berkompromi demi kebaikan bersama.
3. Permasalahan kolaborasi di instansi Saudara!
Jawab.
1). komunikasi tidak jelas. 2). tidak ada visi yang jelas. 3). perbedaan gaya bekerja
4. langkah kolaborasi yang bisa dilakukan oleh daerah-daerah guna meningkatkan ekonomi
daerahnya?
Jawab.
Pemekonomi daerah terdapat 4 strategi nyakni: 1). strategi pengembangan fisik/lokalitas, 2).
strategi pengembangan dunia usaha, 3). strategi pengembangan SDM, 4). strategi
pengembangan ekonomi masyarakat.

EVALUASI AGENDA III


SMART
Soal Latihan 1
1) Menjelaskan secara singkat program literasi digital yang ada di Indonesia.
Jawab.
Program literasi digitalini ditujukan untuk membangun kesadaran dan pengetahuan masyarakat
terkait pemanfaatan teknologi baru, serta meningkatkan kecakapan digital masyarakat dalam
berinteraksi dalam ruang digital
2) Menjelaskan tentang digital skill, digital ethics, digital culture, dan digital safety.
Jawab.
Digital skill merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam
kehidupan sehari-hari.
Digital ethics merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika
digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
Digital culture merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan,
membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui
pemanfaatan TIK.
Digital safety merupakan kemampuan user dalam mengenali, mempolakan, menerapkan,
menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
3) Peserta diminta menjelaskan contoh implementasi literasi digital dalam kehidupan bermedia
digital.
Jawab.
Contoh implementasi literasi digital yaitu pemanfaatan internet dan aplikasi pendukung belajar
online yang digunakan ole siswa atau mahasiswa untuk belajar secara daring.

Soal Latihan 2
1) Mengaitkan fenomena-fenomena di media sosial sesuai dengan 4 pilar literasi digital.
Jawab.
Tranformasi digital terus berlangsung, terlebih sejak pandemic covid-19. Hal ini membuat dunia
digital terus berkembang dan juga semakin maju. Dalam hal ini, diperlukan pilar literasi digital
yang berguna untuk meningkatkan pemahaman masyarakat di ruang digital. selain itu, pilar
literasi ini juga bermanfaat untuk mendukung transformasi digital. semakin majunya teknologi
mengubah pola dan kebiasaan masyarakat untuk membaca yag awalnya harus dengan buku
cetak menuju ke buku digital dan informasi digital yang sangat cepat datangnya
2) Peserta diminta menganalisis perilaku masyarakat Indonesia di dunia digital Smart ASN.
Jawab.
Masyarakat yang sangat modern saat ini hidupnya sangat dipengaruhi oleh internet. kesukaan
dan minat masyarakat melalui ruang dgital, khususnya mempergunakan gadget harus sesuai
dengan konten yang bermanfaat bagi pengembangan diri, kecerdasan positif dan pengembangan
relasi mereka dengan lingkungannya.
3) mengelaborasi cara-cara menerapkan 4 pilar literasi digital dalam kehidupan bermedia digital.
Jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan
dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan
tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan
sehari-hari. Keamanan bermedia digital melipui kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan
digital dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

Latihan 3
1) Mengelaborasi cara-cara memutus rantai penyebaran hoaks.
Jawab.
 Hati-hati dengan judul provokatif. Berita hoax sering kali menggunakan judul sensasional
yang prpvokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu.
 Cermati alamat situs. Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link,
cermatilah alamat URL situs dimaksud.
 Periksa fakta. Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya ? apakah dari
institusi resmi seperti KPK atau Polri ? perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya
ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh
2) Fenomena pinjaman online yang marak di Indonesia sangat merugikan masyarakat, bukan
hanya kerugian materi namun juga pencurian identitas korban. Peserta diminta menyikapi
fenomena tersebut.
Jawab.
Salah satu sisi positif dari keberadaan pinjaman online adalah kemudahan dalam menjangkau
masyarakat yang membutuhkan layanan finansial, yang tentunya akan dapat membantu dalam
permodalan khususnya untuk menggerakkan UMKM. Keberadaan pinjaman online ini menjadi
polemik karena rendahnya Literasi keuangan pada masyarakat Indonesia. Hal ini tentu
berisiko membuat debitur pinjaman online untuk terjebak jeratan hutang yang terlalu berat
hingga tak mampu membayar cicilannya. Tentunya agar bisa memanfaatkan dan mendapatkan
keuntungan dari pinjaman online, masyarakatlah yang seharusnta bijak dalam penggunaan
platform ini, sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun
keluarga.
3) Peserta diminta memberi pendapat tentang makna bijak dalam bermedia digital
Jawab.
Bijak bermedia digital itu berarti tahu batas penggunaan teknologi digital. Terlalu berlebihan
menggunakan media digital juga dapat membahayakan diri karena ada hal- hal yang tidak bisa
terselesaikan dengan teknologi. Maka dari itu untuk bisa bijak bermedia digital harus mampu
berkontribusi dalam menciptakan ruang digital yang
nyaman. Kita perlu melihat potensi diri yang bisa kita kontribusikan, lalu sampaikan dengan
membuat konten di media sosial, dengan memanfaatkan blog, menyampaikan prsentasi, dan
komunikasi lainnya.

EVALUASI MANAJEMEN
ASN LATIHAN 1
1. Esensi penting dari manajemen aparatur sipil negara sesuai dengan UU ASN dan apa impilkasi
esensi tersebut terhadap Anda sebagai pegawai ASN.
Jawab.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
perofessional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. ASN memegang peranan yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Sebagai salah satu unsure ASN, PNS bertugas melayani kepentingan umum dalam
melaksanakan misi negara dan melaksanakan pembangunan nasional sesuai dengan kualitas
pegawai negeri itu sendiri.
2. Kedudukan dan peran dari aparatur sipil negara dan apa yang perlu dilakukan oleh Anda
sebagai pegawai ASN.
Jawab:
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus
partai politik. Selain untuk menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini
dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat
memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya.
Oleh karena itu dalam pembinaan karier pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh
pejabat berwenang yaitu pejabat karier tertinggi. Sebagai seorang pegawai ASN saya harus
patuh dan tunduk atas aturan dan larangan-larangan yang ditetapkan kepada ASN.
3. Hak dan kewajiban ASN dan bagaimana Anda harus bersikap agar hak dan kewajiban tersebut
seimbang.
Jawab.
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa
hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan produktivitas,
menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan
PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut PNS berhak memperoleh:
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. cuti;
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. perlindungan; dan
e. pengembangan kompetensi
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan
kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban pegawai ASN
yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung
jawab;
6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaan
hak dan kewajiban harus dilakukan seimbang dengan diiringi tanggung jawab. Tanpa
sikap tanggung jawab, pelaksanaan hak dan kewajiban tidak bisa berlaku seimbang
atau mengakibatkan ketidakadilan bagi satu pihak. Antara hak dan
kewajiban harus dilakukan seimbang, yakni melakukan
kewajibannya dengan bersungguh-sungguh dan setelah itu bisa menuntut apa yang menjadi
haknya.
4. Kode etik dan kode perilaku ASN dan bagaimana Anda dapat melaksanakan kode etik dan
kode perilaku tersebut.
Jawab:
Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan
kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ini menjadi acuan bagi
para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah. Fungsi kode etik dan kode perilaku ini
sangat penting dalam birokrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan. Sebagai abdi negara,
Aparatur Sipil Negara (ASN) harus mematuhi kode etik dan kode perilaku yang telah
ditentukan peraturan perundang-undangan.

LATIHAN 2
1. Makna dan keuntungan penerapan sistem merit?
Jawab.
Penerapan sistem merit memberikan manfaat dalam manajemen PNS, diantaranya pertama,
sistem merit dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas, menurunkan
biaya produksi dan meningkatkan pendapatan. Kedua, sistem merit membutuhkan pengawasan
langsung khususnya bagi tingkatan tertentu untuk mempertahankan kualitas yang diinginkan.
Ketiga, sistem merit dapat mendorong pegawai untuk mengurangi waktu yang hilang dan
membuat penggunaan waktu serta peralatan menjadi lebih efektif. Keempat, sistem merit dapat
membantu dalam penentuan biaya tenaga kerja yang lebih akurat, dan kelima, sistem merit
dapat memotivasi pekerja untuk meningkatkan kinerja, karena pegawai percaya dan mengetahui
bahwa dengan kinerja yang tinggi akan memperoleh imbalan.
2. Contoh penerapan sistem merit dalam penilaian kinerja pegawai?
Jawab.
Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan
atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan
juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.

LATIHAN 3
1. perbedaan antara manajemen PNS dan Manajemen PPPK
Jawab:
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua,
dan perlindungan Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian
kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
2. Bagaimana perbedaan mekanisme pengisian jabatan pimpinan tinggi ASN dan penggantian
jabatan pimpinan tinggi ASN.
Jawab:
 Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan
lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi
tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan dan tidak lagi memenuhi
syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya
sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan
pimpinan Tiggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun.
3. Coba diskusikan peranan sistem informasi ASN dalam pengelolaan ASN.
Jawab:
Sistem informasi ASN merupakan aturan yang berhubungan dengan manajemen ASN, karena
dengan adanya Sistem Informasi ASN akan memberikan jaminan untuk efektivitas, efisiensi,
dan akurasi pengambilan keputusan Manajemen ASN tersebut. Karena manajemen ASN
merupakan pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegaawai ASN yang professional,
memiliki nilai-nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Keseimbangan antara manajemen ASN dan Sistem Informasi
ASN mampu memberikan pedoman kepada pemerintah pusat untuk menganalisis jabatan
setiap pegawai yang tersebar di instansi daerah dan pusat, serta mencapai tujuan dari
Manajemen ASN.

Anda mungkin juga menyukai