Anda di halaman 1dari 10

MENELAAH ASUMSI DASAR

PEMBELAJARAN ORANG DEWASA


Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah Dinamilka Pembelajaran Orang Dewasa

DISUSUN OLEH:
Nama = RULI SYAH RAMADHAN
NIM = 1104620041
Kelas = Pendidikan Masyarakat C

DOSEN PENGAMPU:

Drs. Ahmad Tijari, M.Pd.

PENDIDIKAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
Asumsi Dasar Pembelajaran Orang Dewasa

Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata asumsi memiliki
makna “dugaan yang diterima sebagai dasar; landasan berpikir karena dianggap
benar”. Ada dua kata yang perlu diperhatikan dalam makna tersebut, yakni
“dugaan” (merupakan hasil dari perbuatan menduga, sangkaan, perkiraan,
taksiran) dan “dianggap benar” (memiliki arti belum tentu benar; bisa benar; bisa
pula salah). Sehingga dari kedua kata inti tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
asumsi adalah anggapan yang belum terbukti kebenarannya dan memerlukan
pembuktian secara langsung. Sebuah asumsi memiliki dasar pemikiran tersendiri
sesuai pandangan masing-masing individu terhadap suatu pokok bahasan. Sebuah
asumsi dapat diyakini kebenarannya jika dibuktikan dengan suatu fakta.

Kata dewasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “sampai umur;
akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi); telah mencapai kematangan
kelamin; matang (secara pikiran, pandangan, dan sebagainya). Menurut Sujarwo
(2015), orang dewasa adalah orang yang telah memilki banyak pengalaman,
pengetahuan, kecakapan, dan kemampuan mengatasi permasalahn hidup secara
mandiri. Kemudian Malcom S. Knowles juga berpendapat bahwa, orang dewasa
tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dari segi sosial dan
psikologis. Dari segi biologis¸ seorang dikatakan telah dewasa apabila ia telah
mampu melakukan reproduksi. Secara sosial, seseorang dikatakan dewasa jika ia
mampu melakukan peranan sosial yang biasanya diperankan kepada orang
dewasa. Secara psikologis, jika orang tersebut telah memiliki tanggggungjawab
terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil. Selain itu seorang dewasa
memiliki sifat kemandirian yang telah matang. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa, orang dewasa adalah mereka yang telah mencapai kematangan
fungsi-fungsi biologis, sosial, dan psikologis dari segi-segi pemikiran,
tanggungjawab, kemadirian, dan peranan dalam kehidupan.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani yakni “andr” atau “aner” yang
berarti “orang dewasa”, dan “agogus” yang berarti “memimpin/membimbing”
dapat juga berarti “aktivitas memimpin/membimbing” atau “seni dan ilmu
memengaruhi orang lain”. Malcom S. Knowles mendefinisikan kata andragogi
sebagai “seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar”. Namun dalam
perkembangannya, setelah Knowles melihat banyak guru yang menerapkan
konsep andragogi pada pendidikan anak-anak muda dan menemukan bahwa
dalam situasi tertentu memberikan hasil lebih baik, Knowles kemudian
menyatakan bahwa andragogi sebenarnya merupakan model asumsi lain mengenai
pelajar yang dapat digunakan disamping model asumsi pendagogi. Para andragog
memiliki kemapuan tersendiri dalam mengolah dan mengembangkan potensi yang
ada pada masyarakat.

Asumsi Pembelajaran Andragogi


Menurut Malcom S. Knowles ada 4 (empat) konsep dasar (asumsi) dalam
andragogi, yakni sebagai berikut. Konsep diri, Si pelajar bukan lagi pribadi yang
memiliki ketergantungan. Mereka adalah komunitas yang telah bergerak dari
ketergantungan kepada kemampuan mengarahkan diri sendiri. Karena
kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan penghargaan orang lain sebagai
manusia yang dapat mengarahkan diri sendiri. Selain itu, hubungan pelajar dengan
pendidik merupakan hubungan saling membantu yang timbal balik. Sehingga
dalam penerapannya, seorang pendidik harus memosisikan dirinya sebagai
pelayan, bukan sebagai guru bahkan terkesan menggurui. Mereka adalah
komunitas dewasa yang harus dihadapi dengan cara dewasa pula.

Berikutnya adalah pengalaman, Pengalaman belajar orang dewasa dinilai


sebagai sumber belajar yang kaya. Pengalaman mereka dapat dijadikan sebagai
modal utama mereka dalam belajar. Pengalaman ini menjadikan mereka memiliki
mindset dan pengetahuan dasar secara alami yang dapat menunjang keberhasilan
pembelajaran yang mereka lakukan. Selain itu, para pelajar pun akan lebih
menangkap sebuah pembelajaran dengan baik berdasar apa yang telah mereka
alami. Maka, teknik yang dapat dilakukan pendidik dalam menyampaikan
pembelajaran ini adalah dengan eksperimen, diskusi, problem solving, simulasi,
dan praktek lapangan.

Lalu terdapat kesiapan belajar, Seperti yang sudah disebutkan bahwa


komunitas pelajar ini adalah orang dewasa, itu artinya mereka sudah paham dan
dapat menentukan sendiri mana saja hal yang perlu mereka pelajari dan tidak
berdasarkan persepsi mereka terhadap tuntutan situasi sosial yang ada pada
mereka. Sehingga dalam hal ini seorang pendidik tidak boleh memaksakan
kehendak dan mengindahkan persepsi komunitas pelajar tersebut. Lebih lanjut,
komunitas pelajar ini cenderung akan siap untuk mempelajari sesuatu yang
mereka rasa dapat memecahkan permasalahan yang ada dan membantu
menyelesaikan tugas-tugas sehari mereka dengan baik. Mereka juga akan lebih
mengorientasikan belajarnya kepada tugas-tugas perkembangan dari peranan
sosial mereka. Dengan kata lain, orang dewasa belajar sesuatu karena
membutuhkan tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi peranan
sosialnya. Adapun menurut Robert J. Havigust, peranan sosial pada masa dewasa
adalah sebagai pekerja, kawan, orang tua, kepala rumah tangga, anak dari orang
tua yang sudah berumur, warga negara, organisasi, kawan sekerja, pemakai waktu
luang, dan pelaku keagamaan.

Dan yang terakhir adalah orientasi terhadap belajar, pelajar cenderung


mempunyai perspektif untuk kecepatannya mengaplikasikan apa yang mereka
pelajari. Mereka ingin menerapkan ilmu dan keterampilan yang mereka pelajari
hari ini untuk mencapai kemudahan hidup di hari esok. Pendekatannya tidak
berpusat kepada mata pelajaran akan tetapi lebih kepada situasi sosial yang ada.
Dengan kata lain, orientasi pembelajaran berpusat kepada kegiatan dan atau
penerapannya. Karena sejatinya komunitas pelajar tersebut yang mengetahui
bagaimana dan untuk apa mereka belajar, hal ini pula yang semestinya dipelajari,
diperhatikan, dan difasilitasi betul oleh setiap pendidik.

Menurut Knowles, pendekatan yang bersifat andragogy dalam proses


pembelajaran juga didasarkan pada 3 (tiga) asumsi tambahan sebagai berikut.
Yang pertama adalah adults can learn (orang dewasa dapat belajar). Semula ada
anggapan yang didasarkan kepada penelitian Thorndike yang menyatakan bahwa
kemampuan belajar seseorang secara perlahan mulai umur 20 tahun. Di usia
tersebut kemampuan berpikir dan daya serap belajar manusia mulai mengalami
kelemahan, namun kelemahan tersebut hanya pada kecepatan belajarnya bukan
pada kekuatan intelektualitasnya (Irving Lorge). Hal ini tentu wajar mengingat di
masa ini seseorang sudah mulai diterpa berbagai permasalahan-permasalahan
hidup sehingga otak mereka akan lebih terforsir untuk menyerap dan menemukan
solusi efektif dari permasalahan yang dihadapi. Mereka sudah tidak membutuhkan
lagi konsep pembelajaran teori semata, akan tetapi lebih kepada sisi penerapan
dan kebermanfaatan. Pada hakekatnya, dasar kemampuan belajar akan tetap ada
sepanjang hidup orang tersebut. Meskipun mereka mungkin tidak dapat
menampilkan kemampuan belajar terbaiknya, hal ini bisa disebabkan berbagai
faktor seperti orang tersebut telah lama meninggalkan pembelajaran yang
sistematik atau karena adanya penurunan fungsi fisik (misalkan; menurunnya
fungsi pendengaran, penglihatan, tenaga, dan sebagainya).

Asumsi yang kedua adalah learning is an internal process (belajar adalah


suatu proses dari dalam). Asumsi ini menyatakan bahwa belajar adalah proses
yang bersifat eksternal, dalam arti keberhasilan pembelajaran seorang pelajar
ditentukan oleh faktor-faktor dari luar. Seperti guru dan bahan ajar yang memadai.
Pandangan tersebut tidak seluruhnya benar, pasalnya pandangan lain menyatakan
bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang dikontrol langsung oleh
pelajar dengan melibatkan fungsi intelektualnya, emosi, dan fisiknya. Ini artinya
pelajar merasakan adanya kebutuhan untuk belajar agar dapat mencapai tujuan
pribadi. Kemudian yang terakhir adalah conditions of learning and principles of
teaching (kondisi-kondisi belajar dan prinsip-prinsip belajar). Prinsip-prinsip
pembelajaran disesuaikan dengan kondisi baik dari dalam pelajar maupun dari
luar pelajar.

Jika asumsi-asumsi tersebut dijalankan maka akan tercapai suatu tujuan


pembelajaran yang diinginkan. Menurut Lunandi (dalam Asmin, 2015)
menyatakan proses pendidikan orang dewasa bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan, memperkaya pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknis, dan jiwa
profesionalisme para pelajar. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika dalam
masayarakat dapat tumbuh suatu perkembangan dan kemajuan pola pikir dan
problem solving yang signifikan. Menurut Setiana (2015), tujuan dari pendidikan
orang dewasa adalah terjadinya proses perubahan perilaku menuju arah yang lebih
baik dan menguntungkan hanya dapat terjadi apabila ada perubahan-perubahan
yang cukup mendasar dalam bentuk atau peningkatan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Tujuan pendidikan juga didasarkan kepada anggapan bahwa tujuan
utama pendidikan adalah menghasilkan keseluruhan pengetahuan dari satu
generasi ke generasi berikutnya (Topatimasang, 2005).

Implikasi Terhadap Asumsi


Setelah memahami asumsi diatas selanjutnya adalah menyusun implikasi
dari masing-masing asumsi yang telah dijabarkan, yang pertama adalah implikasi
dari asumsi tentang konsep diri sebagai berikut. Iklim belajar, seorang pendidik
perlu menciptakan iklim belajar sesuai dengan keadaan orang dewasa. Bukan
hanya anak muda, orang dewasa pun memerlukan iklim belajar yang tepat
sehingga mereka bisa melakukan pembelajaran dengan nyaman. Hal tersebut
misalnya menyediakan ruangan yang memadai, peralatan belajar yang tepat, kerja
sama yang saling menghargai, dan sebagainya. Bahkan, pembelajaran orang
dewasa ini tidak hanya memerlukan ruangan yang hanya dibatasi tembok dan
kayu, terkadang juga mereka membutuhkan ruang pembelajaran yang sesuai
dengan kegiatan mereka sehari-hari. Misalkan komunitas pelajar tersebut
berkegiatan sehari-hari sebagai petani, mereka cenderung tidak memerlukan ruang
belajar yang terbatas tembok, akan tetapi mereka lebih memilih belajar langsung
di tempat mereka bekerja sehari-hari. Dengan begitu mereka akan langsung
mengimplementasikan apa yang mereka pelajari secara langsung. Kemudian
pelajar diikutsertakan dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya, sekali lagi
mereka adalah kelompok masyarakat dewasa yang sudah mengenal dan tahu betul
apa yang mereka butuhkan. Sehingga kurikulum yang digunakan harus didasarkan
kepada kebutuhan masyarakat.
Peserta dilibatkkan dalam proses perencanaan belajarnya, seorang
dewasa bukan lagi anak kecil yang harus diatur sedemikian rupa dalam proses
belajarnya. Akan tetapi, seseorang yang telah memiliki kematangan dan
kebebasan berpikir sehingga mereka tidak perlu diatur-atur. Mereka berhak
terlibat dalam menentukan bagaimana proses pembelajaran yang akan mereka
dapatkan. Dengan begitu mereka akan lebih mudah menerima pembelajaran
karena memang sesuai dengan kebutuhan mereka. Lalu evaluasi belajar dalam
proses pembelajaran secara andragogik menekankan kepada cara evaluasi diri
sendiri. Seorang pendidik juga harus memberikan kebebasan kepada warga belajar
dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah dijalani. Dengan begitu seorang
pendidik dapat menentukan langkah apa yang selanjutnya dilakukan jikalau
terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran

Selanjutnya implikasi terhadap asumsi tentang pengalaman. Mengingat


orang dewasa memiliki pengalaman yang lebih, hal ini menjadikan mereka
memiliki dasar-dasar ilmu yang mempermudah mereka menjalani proses
pembelajaran, seperti dijabarkan sebagai berikut. Proses belajar ditekankan
kepada teknik yang sifatnya menyadap pengalaman, seperti; diskusi; metode
kasus; simulasi; latihan praktek; metode proyek; demonstrasi; bimbingan; dan
seminar. Pada pembelajaran orang dewasa, metode praktikum merupakan metode
pembelajaran yang lebih ampuh menjangkau daya pikir masyarakat dewasa.
Pasalnya mereka lebih membutuhkan contoh konkret daripada paparan teori
belaka. Kemudian penekanan dalam proses pembelajaran pada aplikasi praktis.
Proses pembelajaran dengan langsung mengaplikasikannya dalam kehidupan
merupakan metode yang tepat dalam pembelajaran andragogi ini. Masyarakat
dewasa lebih memilih langsung melakukan penerapan ilmu dariada paparan teori
belaka. Yang terakhir penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari
pengalaman.

Meskipun menghadapi masyarakat dewasa, kesiapan belajar tetap


dibutuhkan demi kelancaran kegiatan pembelajaran. Instrumen pendukung belajar
tetap harus direncanakan dengan sebaik mungkin agar materi pembelajaran dapat
tersampaikan dengan baik. Adapun implikasi daripada asumsi tentang
kesiapan belajar meliputi. Yang pertama urutan kurikulum dalam proses belajar
orang dewasa disusun berdasarkan tugas perkembangannya dan bukan disusun
berdasarkan urutan logis mata pelajaran atau berdasarkan kebutuhan
kelembagaan. Susunan kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. Kurikulum juga harus disusun dengan mengikutsertakan masyarakat
dalam penyusunannya. Seorang pendidik harus jeli terhadap perkembangan sosial
yang terjadi di masyarakat sebagai dasar dalam menyusun sebuah kurikulum
pembelajaran. Adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang
dewasa akan memberikan petunjuk dalam belajar secara kelompok.

Setelah itu tujuan pembelajaran merupakan hal yang patut diperhatikan.


Untuk apa masyarakat belajar menjadi gagasan utama berjalannya proses
pembelajaran tersebut. Implikasi dari asumsi masyarakat tentang orientasi
terhadap pembelajaran meliputi. Para pendidik bukanlah berperan sebagai
seorang guru yang mengajar mata pelajaran tertentu, akan tetapi ia berperan
sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar. Tidak bisa seorang
pendidik memberikan pembelajaran dengan metode mengajar seperti guru pada
umumnya, mereka harus memahami bahwa masyarakat dewasa adalah masyarakat
mandiri yang telah mampu mengarahkan diri sendiri. Dengan kata lain,
masyarakat dewasa adalah masyarakat yang telah memiliki pola pemikiran dan
cara pandang yang bebas dan mandiri tanpa ingin adanya intevensi dari pemikiran
lain Oleh karena itu, akan timbul suatu penolakan dan ketidaksesuaian terhadap
metode belajar ini. Sehingga, para pendidik harus memosisikan dirinya sebagai
pemberi bantuan yang tugas utamanya adalah membantu, melayani, dan
memfasilitasi masyarakat dewasa untuk belajar. Kurikulum dalam pendidikan
untuk orang dewasa tidak berorientasi kepada mata pelajaran tertentu melainkan
berorientasi kepada masalah yang ada. Mereka bukan lagi sekelompok orang
yang harus belajar matematika, ilmu alam, sosiologi, dan sebagainnya. Akan
tetapi mereka membutuhkan pembelajaran yang terfokus kepada penerapan dan
kebermanfaatan berbagai mata pelajaran tersebut untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada.

Implikasi yang diutarakan di atas sebenarnya lebih bersifat prinsip-prinsip


atau rambu-rambu sebagai kendali dan pedoman tindakan membelajarkan orang
dewasa. Oleh sebab itu, keberhasilannya akan lebih banyak tergantung kepada
proses pelaksanaan dan dituasi serta kondisi yang dihadapi. Jadi, implikasi
perkembangan iptek dan pendekatan andragogi dapat saling terkait dalam
penyusunan kurikulum dan metode pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Sujarwo, S. 2007. Asumsi-asumsi Andragogi dan Penerapannya.


https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.uny.ac.
id/index.php/mip/article/download/
5990/5178&ved=2ahUKEwjoiLOQ2ZrsAhWVeX0KHRloAi4QFjAAegQIDRAC
&usg=AOvVaw0B4YkwpR1v7nllDU4WFUiG (diakses tanggal 02 Oktober
2020)

Budiwan, J. 2018. Pendidikan Orang Dewasa. https://www.google.com/url?


sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/
qalamuna/article/download/
147/139&ved=2ahUKEwjoiLOQ2ZrsAhWVeX0KHRloAi4QFjAJegQIAhAB&u
sg=AOvVaw1LilLusOdh65fbONHChCAZ (diakses tanggal 02 Oktober 2020)

Wijipurnomo, Anang Megocahyo. 2004. Pembelajaran Orang Dewasa.


http://magister-pendidikan.blogspot.com/p/pembelajaran-orang-dewasa.html?m=1
(diakses tanggal 02 Oktober 2020)

Mardani, Rahayu. 2010. Pengertian dan Beberapa Asumsi Dasar Pendidikan


Orang Dewasa & Tujuan dan Pertimbangan Filosofis Pendidikan Orang Dewasa
(Resume 1). http://rahayumardani08-114.blogspot.com/2010/02/pengertian-dan-
beberapa-asumsi-dasar.html?m=1 (diakses tanggal 02 Oktober 2020)

“_____”. Pengertian, Asumsi Dasar Andragogi dan Implikasinya Pada


Pembelajaran Orang Dewasa.
http://www.teoripendidikan.com/2015/01/pengertian-asumsi-dasar-andragogi-
dan.html?m=1 (diakses tanggal 02 Oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai