Tugas Skripsi Jessica
Tugas Skripsi Jessica
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Proposal ini berjudul “Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada
Remaja di SMK Ayuda Husada Kota Tangerang”
Tangerang Selatan,
Menyetujui
Pembimbing,
Mengetahui,
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini dengan judul “ Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis
Pada Remaja” disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1, untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.
iii
12. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2019 prodi S1 Keperawatan yang tidak
bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya di waktu yang
tidak singkat, semuanya bermakna dan penuh pelajaran serta kenangan manis
selama penulis bersama kalian.
13. Kepada teman-teman terbaik saya Meidhina Aulia, Chairunnisya,Novita
Widia Sari yang sudah memberikan motivasi selama pengerjaan skripsi ini.
14. Kepada semua teman- teman semua yang sudah memberikan semangat dan
motivasinya selama pengerjaan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal
penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini
berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan
201940022
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................vii
BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................5
A. Konsep Gastritis...........................................................................................5
1. Definisi.....................................................................................................5
2. Etiologi....................................................................................................5
3. Manifestasi Klinis....................................................................................6
4. Klasifikasi Gastritis.................................................................................6
5. Tanda dan Gejala Gastritis......................................................................7
6. Faktor Resiko Gastritis...........................................................................8
7. Penatalaksanaan......................................................................................8
B. Konsep Remaja............................................................................................9
1. Definisi Remaja......................................................................................9
2. Periode Remaja......................................................................................9
3. Tugas Perkembangan Remaja..............................................................10
4. Tujuan Perkembangan Remaja.............................................................10
5. Masalah Gizi Pada Remaja..................................................................11
C. Konsep Pola Makan...................................................................................11
1. Definsi Pola Makan..............................................................................11
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan............................................11
3. Cara Mengelola Makanan....................................................................14
4. Perilaku Makan Sehat Pada Remaja....................................................14
D. Penelitian Terkait......................................................................................14
v
E. Kerangka Teori..........................................................................................18
A. Kerangka Konsep.......................................................................................19
B. Definisi Operasional...................................................................................20
C. Hipotesis Penelitian....................................................................................21
BAB IV: METEDOLOGI PENELITIAN....................................................................22
A. Desain Penelitian........................................................................................22
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................22
C. Populasi, Sampel dan Metode Samping.....................................................22
D. Metode Pengumpulan Data........................................................................24
E. Instrumen Penelitian...................................................................................25
F. Rencana Kegiatan Penelitian......................................................................26
G. Etika Penelitian..........................................................................................27
H. Analisa Data...............................................................................................27
I. Teknik Analisa Data...................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................30
vi
DAFTAR TABEL
vi
i
DAFTAR LAMPIRAN
vi
ii
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di berbagai negara, ada banyak kasus gastritis. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) melaporkan pada tahun 2019 bahwa Afrika memiliki tingkat
69%, Amerika Selatan memiliki tingkat 78%, dan Asia memiliki tingkat 51%
kasus kanker lambung. Secara global, peristiwa lambung mempengaruhi antara
1,8 juta dan 2,1 juta orang setiap tahunnya. Sementara itu, kanker perut
menyerang sekitar 583,635% penduduk Asia Tenggara setiap tahunnya (Azer &
Akhondi, 2020).
Dengan total 7.729 kasus (atau 12,26 persen) pada tahun 2009, penyakit
maag menduduki peringkat kedua dari 10 penyakit terbanyak menurut data
Dinas Sosial Kota Tangerang. Menurut hasil kerja, jumlah ini meningkat
menjadi 9.773 kasus (atau 12,20 persen) pada tahun 2010. Profil Kesejahteraan
Sakit maag merupakan penyakit kesepuluh terbanyak di Kota Tangerang.
Penyakit maag ditemukan pada 11% penduduk Kota Tangerang pada tahun
2014 dan 3,16 persen penduduk Kota Tangerang pada tahun 2015.
11
terlibat. (Angkow, 2014) dengan lambung Seseorang yang terlambat makan dua
sampai tiga jam akan terus memproduksi lebih banyak asam, yang akan menjadi
berlebihan dan menyebabkan iritasi pada mukosa lambung dan rasa sakit di
perut. Sering kali, makan terlalu banyak makanan pedas dan asam, makan tidak
teratur, atau stres bisa menyebabkan sakit perut. di sekitar epigastrium (Destiny
et al., 2018).
Tukak lambung, menurut Hernanto (2018), ditandai dengan nyeri
perut bagian atas, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan sakit kepala.
Mukosa lambung bisa meradang atau bengkak karena gastritis. Salah satu faktor
risiko lambung pada remaja adalah konsumsi makanan pedas, minuman
beralkohol, dan kafein yang berlebihan. Gastroenteritis biasanya disebabkan
oleh kebiasaan makan dan jenis makanan yang dikonsumsi. Hal ini dapat
menyebabkan iritasi pada mukosa lambung (Diyono, 2016). Mayoritas orang
menderita gastritis, gangguan saluran pencernaan yang sering didiagnosis di
klinik berdasarkan gejala klinis (Rizky et al., 2019).
Upaya yang dapat dilakukan remaja untuk mengurangi risiko penyakit
maag adalah dengan meningkatkan kesadarannya dengan menjaga pola makan
dengan jenis makanan yang pas, jadwal pesta, dan ukuran porsi. Jenis makanan
yang tidak sulit diolah adalah makanan yang mengandung gula, misalnya nasi,
roti, roti gulung. Selain itu, jauhi jenis makanan yang pedas dan pedas serta
usahakan untuk tidak memakan jenis makanan yang sulit diolah seperti kentang
dan jagung (Almaster, 2010 merujuk pada Imayani, CH dan Aritonang, 2019)
Menurut WHO (2018), remaja adalah seseorang yang berusia antara
10 dan 19 tahun. Peraturan Keselamatan Anak mendefinisikan anak sebagai
seseorang yang berusia antara 10 dan 18 tahun di Indonesia, di mana mereka
merupakan bagian yang signifikan dari populasi. (hampir 20% dari total). Kaum
muda adalah orang-orang yang akan memimpin jalan di masa depan dan
membuat kemajuan. Diet adalah cara hidup di mana seseorang memilih dan
makan makanan yang sama secara teratur. Laurens Fua Uwa dkk, 2019). Jenis
makanan, seberapa sering Anda makan, dan merencanakan pesta merupakan
aspek penting dari diet (Pradnyanita 2019). Mie instan, soda, koktail, camilan
tidak sehat, makan terlalu cepat, makan sampai kenyang, makan tidak menentu,
dan ngemil sembarangan tanpa memikirkan kebersihan adalah kebiasaan makan
12
buruk yang sering dilakukan anak muda. nilai intrinsik dari makanan ini
( Wahyuni, Rumpiati, dan Lesta Riningsih, 2017).
Lima dari sepuluh siswa memiliki riwayat maag, demikian temuan
awal dari penelitian yang dilakukan pada 29 Agustus di SMK Ayuda Husada,
Kota Tangerang. Kebiasaan makan siswa yang tidak sehat, seperti terlambat
makan, lebih suka makanan pedas dan cepat saji, serta lebih banyak makan
jajanan daripada nasi, menjadi akar penyebab penyakit maag.
B. Rumusan Masalah
Gastritis adalah iritasi atau peradangan pada mukosa lambung. Angka
kejadian gastritis di Indonesia sangat tinggi. Gastritis lebih sering dialami oleh
remaja, karena pada usia tersebut remaja sering kali memiliki pola makan yang
jarang. Kecenderungan menunda makan akan membuat anak-anak terkena
maag. Demikianlah sang pencipta tertarik untuk membedakan “Hubungan Pola
Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja”
C. Tujuan Penelitian
a) Tujuan Umum: Mengetahui hubungan prevalensi gastritis pada remaja dengan
pola makan pada tahun 2022 di SMK Ayuda Husada Kota Tangerang.
b) Tujuan Khusus :
1) Mengidentifikasi karakteristik reponden di Sekolah Menengah Kejuruan
Ayuda Husada Kota Tangerang pada tahun 2022
2) Mengetahui pola makan pada remaja di Sekolah Menengah Kejuruan Ayuda
Husada Kota Tangerang pada tahun 2022
13
3) Mengetahui kejadian maag pada remaja tahun 2022 di SMK Ayuda Husada
Kota Tangerang
4) Mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian gastritis di Sekolah
Menengah Kejuruan Ayuda Husada Kota Tangerang pada tahun 2022
D. Manfaat Penelitian :
1) Bagi Tempat Penelitian : penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
mahasiswa keperawatan dalam peningkatan informasi KMB (Keperawatan Hati-
hati Klinis)
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Gastritis
1. Definisi Gastritis
15
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis gastritis akut berkisar dari ringan hingga berat dan
berpotensi fatal. Dalam kasus yang sangat serius, efek samping yang umum
meliputi:
a) Hematemia dan melena yang bisa serius sedemikian rupa sehingga syok
akibat kehilangan darah terjadi
b) Dalam beberapa kasus, bahkan mungkin tidak ada gejala sama sekali.
Keluhannya adalah ia mengalami nyeri ringan di ulu hati tetapi tidak
dapat menentukan lokasi pastinya.
c) Kadang-kadang bergabung dengan penyakit dan memuntahkan sesuatu.
d) Pendarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala
Pengurasan gastrointestinal berkali-kali merupakan efek samping utama.
17
mengembangkan penyakit ini. Jika perut perlu diisi namun tertunda,
tukak akan melarutkan lamella tersebut sehingga menimbulkan rasa
nyeri.
b) Helicobacterium p
Bermula bakteri garam-negatif yang menghasilkan batang dan kurva.
Lapisan perut manusia secara kronis meradang oleh bakteri yang
dikenal sebagai Helicobacter Pylori. Kondisi ini juga dikenal sebagai
pemicu lambung dan tukak lambung.
c) Makan terlambat
Setelah makan selama empat hingga enam jam, seringkali tubuh
menggunakan banyak glukosa darah untuk membuat tubuh merasa lapar
sehingga memicu produksi asam lambung. Asam lambung lebih banyak
diproduksi dua sampai tiga jam setelah makan, yang dapat mengiritasi
mukosa lambung.
d) Makanan Pedas
Mengonsumsi makanan pedas seringkali menyebabkan sistem pemamah
bersitegang. Hal ini menyebabkan rasa terbakar dan tidak nyaman di
puncak perut serta mual dan muntah. Gastritis, suatu kondisi di mana
perut menjadi meradang, disebabkan oleh konsumsi makanan pedas
yang berlebihan setidaknya selama enam bulan.
18
7. Penatalaksanan
a) Gastritis akut
1) Kurangi minum alcohol
2) Diet yang sehat
3) Jika gejala menetap, mungkin diperlukan cairan infus
B. Konsep Remaja
1. Definisi
Yang dimaksud dengan remaja adalah orang-orang, segala macam
orang yang berada pada masa/dewasa di kalangan anak muda dan orang
dewasa. Titik puncak bagi kaum muda untuk situasi ini adalah usia 10
hingga 19 tahun sebagaimana dicirikan oleh World Wellbeing Association
(WHO). Sedangkan Negara Bersatu (PBB) menyebutnya sebagai pemuda
(youth) untuk usia 15-24 tahun. Hal ini kemudian dimantapkan untuk
remaja (youngsters) yang meliputi usia 10-24 tahun.
Fase paling menantang dari siklus hidup seseorang adalah masa
remaja, yang berlangsung antara 12 dan 18 tahun. Saat ini dalam
kehidupan seseorang dapat dianggap sebagai yang paling penting untuk
perkembangan fase selanjutnya dalam hidup mereka karena transformasi
fisik dan psikologis yang berlebihan yang terjadi selama ini. Masa remaja
menandai titik balik antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Remaja
mengalami menstruasi dan perubahan fisik, antara lain peningkatan tinggi
badan hingga 25 sentimeter dan perubahan bentuk tubuh. Ketertarikan
seksual mereka berdampak besar pada kehidupan mereka. Sutopo (2019)
mengatakan bahwa remaja lebih cenderung mengalami gangguan makan
seperti makan berlebihan dan kurang gizi.
2. Periode Remaja
Secara umum masa remaja dengan ciri-cirinya dapat dibagi menjadi empat
masa, seperti yang dikemukakan oleh Asrosi (2005) dalam Nisa (2018):
1) Pra- remaja
19
Selama ini, pria dan wanita mengalami gejala yang hampir sama,
artinya perubahan fisik masih belum jelas, tetapi wanita muda
menunjukkan kenaikan berat badan yang benar.
2) Remaja awal
Remaja sering mengalami kesulitan beradaptasi dengan perubahan ini
karena timbulnya gejala fisik lebih jelas selama ini. Akibatnya, mereka
sering merasa terisolasi dan sendirian. Dia semakin kehilangan kendali
atas dirinya sendiri, dan dia cepat marah dengan cara yang tidak
pantas. Karena dia memperhatikan dirinya sendiri, dia terlibat dalam
perilaku ini, yang terkadang menghasilkan tanggapan yang tidak
pantas.
3) Remaja tengah
Para remaja sering mempersoalkan mana ma’ruf mana mungkar,
sehingga tidak jarang masyarakat ikut berperan dalam permasalahan
mereka. Remaja lebih cenderung tidak konsisten selama ini karena
mereka ingin menetapkan point yang kisanak imani sesuai untuk diri
mereka sendiri.
4) Remaja akhhir
Pada masa ini, remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa
dan mulai menunjukkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang lebih
matang, memperoleh kepercayaan dari orang tua dan masyarakat.
Nutrisi khusus diperlukan untuk setiap periode perubahan ini.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Havighurst dihaturkan Eny (2013). Dalam setiap periode perkembangan
terdapat tugas-tugas yang harus dengan ciamik perihal sebagai berikut:
a) Ikhlas pada pribadi
b) Berperan selakon dengan gender
c) Membangun persemakmuran dengan sebaya
d) Responsibiliti yang termaktubkan
20
4.Tujaun Perkembangan Remaja
A. Perkembangan Pribadi
a) Kapasitas mental dan non-mental diharapkan bebas secara moneter
atau mandiri dalam bidang pekerjaan tertentu
b) Kebolehan memerintahkan dan menyeleksi materi peribadi
c) Pengetahuan tentang bagaimana memanfaatkan peradaban dan
kekayaan budaya negara
B. Perkembangan Sosial
a) Pengalaman dengan orang-orang yang mirip dengannya dalam hal
berbanyakan strata.
b) Lakon hidup berpengaruh pada ihkawan lain
c) Kegiatan saling profit untuk persemakmuran bersama (Eny, 2011)
5. Masalah Gizi Pada Remaja ( Pritasari,dkk 2017)
a) Gangguan makan : Bulimia dan anoreksia adalah dua gangguan makan
yang paling umum dalam proses rehabilitasi. Gangguan khusus ini
cenderung lamban karena tubuh dipanjangkan oleh badan. Ciri-ciri
penghidap gangguan yang dimaksud cenderung fokus pada makanan,
penyajian badan yang drastis, tetapi juga cenderung fokus pada makan
makanan itu sendiri.
b) Obesitas: Beberapa remaja menambah berat badan karena mereka
mengonsumsi lebih banyak makanan daripada yang mereka butuhkan.
c) Kurang Energi Kronis: Remaja dengan tubuh kurus atau kekurangan
energi yang terus-menerus jarang melakukan aktivitas fisik yang
berlebihan. Gadis remaja yang mengalami penurunan berat diri anjlok
biasanya terkait dengan faktor emosional seperti ketakutan menjadi
gemuk karena mereka makan terlalu sedikit.
d) Anemia: Anak betina butuh ferrum lebik makmimal dari nak jantan.
Makanan berkualitas tinggi seperti ikan, hati ayam, dan zat besi yang
diserap perlu dikonsumsi agar tubuh lebih mudah mengaksesnya.
Makanan kaya vitamin C juga membantu penyerapan nutrisi.
21
C. Konsep Pola Makan
1.Definisi Pola Makan
Diet 2014, menurut Kementerian Kesehatan RI, merupakan cara
untuk mengontrol berapa banyak makanan yang dimakan untuk
meningkatkan kesehatan, kesehatan mental, pencegahan penyakit, dan
penyembuhan. Diet adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih,
menggunakan, dan mengkonsumsi makanan sehari-hari. Ini termasuk
seberapa sering, berapa banyak, dan apa yang mereka makan berdasarkan
faktor sosial, budaya, dan tempat tinggal mereka (Hudha di Bagas.2016).
Diet adalah alat atau cara untuk meningkatkan baik jumlah orang
dalam suatu kelompok maupun jumlah orang dalam suatu kelompok
tertentu dengan menggunakan metode desk-based, seperti meningkatkan
kesehatan seseorang, status seseorang dalam kelompok, atau keduanya.
Metode penyiapan makanan terbaik memastikan asupan nutrisi yang
optimal. Berikut ini adalah tiga komponen diet sehat:
a) Kategori makanan
Ragam pangan meliputi ragam pangan yang apabila dikonsumsi dan
dicerna akan menghasilkan makanan yang sehat dan berlimpah gizi,
seperti semua jenis nutriental (Oeoro, 2018).
b) Jumlah makan dalam sehari disebut frekuensi makan
Makanan yang dikonsumsi oleh tubuh dan dicerna oleh usus halus dan
organ pencernaan lainnya (Oetoro, 2018)
c) Jumlah makan
Adalah suatu ukuran makan yang dilahap tiap pekanan ( Oetoro, 2018)
2. Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan
Menurut Sulistyoningsih (2011), faktor culture, majelis dan habitat
umumnya mempengaruhi pola makan;
a) Faktor pencaharian
22
Fase paling menantang dari siklus hidup seseorang adalah masa remaja,
yang berlangsung antara 12 dan 18 tahun. Saat ini dalam kehidupan
seseorang dapat dianggap sebagai yang paling penting untuk
perkembangan fase selanjutnya dalam hidup mereka karena
transformasi fisik dan psikologis yang berlebihan yang terjadi selama
ini. Masa remaja menandai titik balik antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa. Remaja mengalami menstruasi dan perubahan fisik,
antara lain peningkatan tinggi badan hingga 25 sentimeter dan
perubahan bentuk tubuh. Ketertarikan seksual mereka berdampak besar
pada kehidupan mereka. Sutopo (2019) mengatakan bahwa remaja lebih
cenderung mengalami gangguan makan seperti makan berlebihan dan
kurang gizi.
b) Faktor culture
Pamali nak ada di sekitaran majelis masyarakat berpantang makan
semacam barangan yang beza.
c) Faktor agama
Pola makan mempunyai suatu cara dan bentuk makan dengan baik dan
benar misalnya seperti berdoa sebelum makan dan gunakan tangan
kanan ketika makan.
d) Faktor pendidikan
Salah satu pengetahuan yang diperoleh berdampak pada pemilihan
makanan dan pengetahuan gizi.
e) Faktor lingkungan
Melalui promosi, media elektronik, dan media cetak, pola makan
mempengaruhi perilaku makan di lingkungan keluarga.
f) Jenis Kelamin
Gender adalah perbedaan jenis berfarji dan berkoloni yang diperoleh
sejak lahir. Kebutuhan gizi dan kebiasaan diet seseorang dipengaruhi
secara internal oleh jenis kelamin mereka. Pria dan wanita memiliki
kebutuhan gizi atau pola diet yang sangat berbeda sebagai akibat dari
tahap pertumbuhan dan perkembangan mereka yang berbeda.
g) Aktifitas Sehari- hari
23
Dapat mengubah pola makan; misalnya, melakukan diet tanpa sarapan
akan membuat Anda menginginkan camilan dan makanan cepat saji,
dan tanpa makan malam juga akan membuat Anda menginginkannya.
h) Kebiasaan Makan
24
Cara bagi seseorang yang memiliki kebiasaan makan tiga kali dengan
frekuensi dan jenis makanan yang dimakan. Menurut Willy (2011)
mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kebiasaan makan 3 kali
sehari adalah kebiasaan makan setiap saat.
3. Cara Mengelola Makanan
Menyiapkan makanan dengan mencuci, memotong, dan membuang
komponen yang tidak dapat dimakan sebelum dimasak, seperti bonggol
jagung, kulit, dan beberapa biji-bijian. Distribusi makanan yang tidak merata
juga merupakan akibat dari proses memasak; misalnya, makanan yang
disiapkan untuk anak-anak tidak boleh terlalu pedas.
Remaja dan anggota keluarga muda biasanya membutuhkan lebih
banyak zat daripada orang dewasa. Jadi, pengelolaan makanan pada
akhirnya harus bisa memastikan nutrisi yang terkandung tidak banyak hilang
dan membantu penyerapan nutrisi dalam tubuh
4. Perilaku Makan Sehat Pada Remaja
Berikut adalah beberapa ide untuk membantu remaja membentuk pola makan
sehat:
a) Motivasi anak untuk makan bersama keluarga, mengeksplorasi makanan
baru, makan variasi makanan di pagi hari, dan memilih makanan sehat.
b) Jadikan waktu makan sebagai waktu yang menyenangkan bagi anggota
keluarga untuk berinteraksi setidaknya sekali sehari.
c) Faham rutinitas baik untuk sebuah perhelatan
d) Menekankan manfaat diet sehat, seperti peningkatan vitalitas dan
peningkatan daya tahan fisik.
D. Penelitian Terkait
Menurut temuan Yudha Fika Diliyana dan Yeni Utami, dari
pemeriksaan tersebut diketahui ada hubungan yang bermakna antara kejadian
maag pada remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Bolowerti Kota Kediri
dengan kebiasaan makan. Dari kelompok kasus, responden yang menderita
maag dan pola makan tidak sehat sebanyak 22 orang atau 64,7%. Sebaliknya,
46,0 persen dari kelompok kontrol makan dengan buruk. Uji statistik
penelitian ini menghasilkan nilai = 0,048 = 0,05 yang menunjukkan bahwa
statistik H0 tidak valid dan statistik H1 valid, menunjukkan adanya hubungan
25
antara kebiasaan makan dengan kejadian di tempat kerja. Dengan koefisien
kontingensi sebesar 0,231, Puskesmas Balowerti Kota Kediri menunjukkan
melemahnya hubungan antar variabel. Studi tersebut sampai pada kesimpulan
bahwa kebiasaan makan adalah akar penyebab gastritis. Diharapkan penderita
gastritis mendapatkan penyuluhan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Kota Kediri.
Kajian Hosana Siska menemukan bahwa 59 orang (98,3%) memiliki
frekuensi makan yang buruk dan 60 orang (1,7%) memiliki frekuensi makan
yang baik. Angka tersebut berdasarkan hasil penelitian. Terkadang, perut
perlu diisi, tapi tidak bisa langsung diisi atau tidak langsung. Perut secara
alami akan terus menghasilkan asam dalam jumlah kecil bahkan setelah
makan. Sebagian besar glukosa telah banyak diserap dan digunakan, sehingga
tubuh akan merasa lapar dan meningkatkan jumlah asam lambung pada saat
itu. Studi tersebut menemukan bahwa 29 responden (48,3%) makan dengan
baik dan 31 (51,7%) makan dengan buruk. Menurut temuan penelitian,
jumlah makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi kejadian lambung.
Karena membuat sistem pencernaan bekerja lebih baik bagi penderita
gastritis, kontrol porsi menjadi penting. Karena itu, yang terbaik adalah
makan sering dan dalam porsi kecil. Mayoritas responden memilih minuman
yang berpotensi menaikkan asam lambung dan makanan pedas, asam,
gorengan, penghasil gas. Kesimpulan penelitian adalah remaja penderita
maag di SMAN 1 Sekayan tidak makan dengan baik. Puskesmas dan sekolah
harus berkolaborasi dalam pendidikan kesehatan untuk mempromosikan
kebiasaan makan sehat bagi remaja maag.
Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan oleh Iwan Salahuddin
dan Udin Rosidin, terdapat sebanyak 125 responden yang berusia kurang dari
16 tahun. Dari 125 responden tersebut, 81 orang menderita gastritis. 57,8%).
Berdasarkan temuan pengamatan peneliti terhadap populasi, ditemukan
bahwa mereka terpapar pada usia ini dan responden yang sebelumnya sangat
bergantung pada orang tua untuk pemilihan makanan dan sering
melakukannya, didorong untuk hidup mandiri. tidak sempat sarapan karena
antrean panjang di kamar mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Mayoritas data
karakteristik gender penelitian ini berasal dari responden perempuan, dengan
26
101 responden mewakili 72,1 persen. Menurut pengamatan peneliti, wanita
adalah responden yang paling banyak mengalami gastritis karena takut
obesitas dan diet. Selain itu, responden dari kedua jenis kelamin sering
makan di luar dan di kantin sekolah.
Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan oleh Iwan Salahuddin
dan Udin Rosidin, terdapat sebanyak 125 responden yang berusia kurang dari
16 tahun. Dari 125 responden tersebut, 81 orang menderita gastritis. 57,8%).
Berdasarkan temuan pengamatan peneliti terhadap populasi, ditemukan
bahwa mereka terpapar pada usia ini dan responden yang sebelumnya sangat
bergantung pada orang tua untuk pemilihan makanan dan sering
melakukannya, didorong untuk hidup mandiri. tidak sempat sarapan karena
antrean panjang di kamar mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Mayoritas data
karakteristik gender penelitian ini berasal dari responden perempuan, dengan
101 responden mewakili 72,1 persen. Menurut pengamatan peneliti, wanita
adalah responden yang paling banyak mengalami gastritis karena takut
obesitas dan diet. Selain itu, responden dari kedua jenis kelamin sering
makan di luar dan di kantin sekolah. Ditemukan koefisien korelasi sebesar
0,663, dengan tingkat signifikansi untuk hipotesis umum sebesar 0,002%
pada tingkat kepercayaan 0,050 atau 95 persen, dan tingkat uji kriteria
sebagai berikut: a. h0 diterima dan h1 ditolak jika tingkat signifikansi a.
Hipotesis kerja h1 diterima karena diperoleh nilai signifikan 0,002 a (0,050)
dari perhitungan. Hal ini menunjukkan bahwa pola makan memiliki dampak
yang signifikan terhadap kejadian lambung.
Menurut temuan studi tahun 2018 yang dilakukan oleh Elfira Sri
Futriani, Feva Tridiyawati, dan Devia Maulana Putri di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara di Jakarta, 65 responden memiliki kebiasaan
makan yang tidak sehat. Ada 27 orang (41,5 persen) dan 38 orang (58,5
persen) yang makan enak. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2018
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta menemukan
bahwa dari total 65 responden, 36 (44,6%) tidak menderita gastritis.
menghindari berkembangnya gastritis. Berdasarkan hasil tabulasi silang, tidak
terdapat hubungan antara variabel pola makan dengan kejadian lambung.
Koreksi countiunity diperoleh nilai P = 0,073 (P.Value > 0,05), menunjukkan
27
bahwa H2O diterima dan HA ditolak. Tes odds ratio (Eatio odds = Skor 341)
memperjelas bahwa siswa yang makan dengan buruk tiga kali lebih mungkin
terkena gastritis daripada siswa yang makan dengan baik.
Sebuah studi tahun 2017 oleh Syamsu Dwi Wahyuni, Rumpiati, dan
Rista Eko Muji Lestariningsih menemukan bahwa mayoritas responden, 52
(54,7 persen), makan dengan buruk dan mayoritas responden, 62, menderita
sakit maag. Menurut temuan uji statistik level Spearman yang dilakukan
dengan menggunakan SPSS 16.0 pada level = 0,05 pada 65 responden atau
3% di Pondok Pesantren Al-Munjiyah, Durisawo, Desa Nologaten,
Kabupaten Ponorogo, terdapat hubungan antara kebiasaan makan remaja
dengan kejadian lambung. Akibatnya, H0 ditolak. Koefisien Korelasi juga
mengembalikan nilai -0,713, yang menunjukkan korelasi negatif. Ini
menunjukkan bahwa pola makan yang lebih sehat untuk remaja dan
menurunkan risiko tukak lambung sangat terkait.
28
E. Kerangka Teori
Tabel 2.1 Kerangka Teori
GASTRITIS
Faktor- factor yang menyebabkan
gastritis:
a) Pola Makan
b) Helicobacter Pylori
c) Terlambat Makan
d) Makanan Pedas
29
BAB III
A. Kerangka Konsep
Dihaturkan Notoatmodjo (2018), kerangka konseptual penelitian biasanya
terdiri dari hubungan antar konsep yang akan diamati atau diukur. Variabel
adalah sesuatu yang dimiliki atau diperoleh unit studi dalam kaitannya dengan
konsep pemahaman. Contoh variabel antara lain umur, jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit,
dan sebagainya. Dihaturkan Notoatmodjo (2018), variabel outcome atau efek
merupakan variabel dependen, sedangkan variabel risiko atau penyebab
merupakan variabel independen.
Kerangka konseptual diturunkan dari kerangka teoritis yang telah disadur
sebelumnya pada kajian pustaka. Kerangka konseptual merupakan visualisasi
hubungan antara berbagai variabel yang dirumuskan oleh peneliti setelah
membaca berbagai teori yang ada kemudian mengembangkan teorinya sendiri
yang akan digunakan sebagai dasar penelitiannya. Pengertian lain dari kerangka
konseptual penelitian adalah kerangka hubungan antar konsep yang akan diukur
atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan. Diagram dalam kerangka
konseptual harus menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti.
Framework yang baik dapat memberikan informasi yang jelas kepada peneliti
dalam memilih desain penelitian (Masturoh & Temesvari, 2018)
1. Variabel Independent
Perihal kajian bebas, sebab, mempengaruhi atau kajian resiko ( Notoatmodjo,
2018) pada penelitian ini yang merupakan merdeka.
30
2. Variabel Dependen
Perihal kajian adalah kajian dikomando kajian satunya ( Notoatmodjo, 2018)
pada penelitian ini yang guna kajian adalah tukak.
Gastritis
Karakteristik Responden:
Usia
Jenis Kelamin
Keterangan :
: Diteliti
B. Definisi Operasional
kajian yang akan dicerna secara operasional di lapangan didefinisikan
dalam pejewantahan operasional. Pengumpulan dan pemrosesan data menjadi lebih
mudah dilakukan ketika definisi operasional digunakan. Operasi pemrosesan data
didefinisikan untuk memandu pengembangan dan perluasan instrumen penelitian.
Karena data yang dihasilkan telah diukur dan disiapkan untuk diproses, definisi
operasional dapat membuat pemrosesan dan evaluasi data menjadi lebih sederhana.
Definisi operasional yang memadai akan membatasi ruang lingkup penelitian atau
memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap variabel yang akan diteliti
(Masturoh & Temesvari, 2018).
31
Tabel 3,1. Definisi Operasional
32
2. Variabel Dependen : Gastritis Pandangan Kuesioner Kuesioner 1. Skor ≥ 5 : Nominal
tendang lendir Penelitian penelitian Menunjukkan
lambung dan kekambuhan
kemungkaran gastritis
darinya 2.Skor ≤ 5 :
Tidak
menunjukkan
kekambuhan
gastritis
33
merupakan
factor internal
kebutuhan
gizi/pola makan
seseorang
34
C. Hipotesis Penelitian
Klaim tentatif adalah apa yang dimaksud dengan hipotesis dalam suatu
penelitian. Dua kemungkinan tanggapan terhadap suatu hipotesis dilambangkan
dengan simbol H. H untuk menentukan apakah variabel yang mempengaruhi
atau dipengaruhi dipengaruhi oleh satu sama lain. Menurut Donsu (2016),
kedua kemungkinan tersebut merupakan tanggapan berdasarkan teori dari
penelitian sebelumnya.
a) Ha: ada korelasi antara permamahan dan tukak lambung diagenda SMK
Ayuda Husada
b) Ho:Tidak ada hubungan permahamahan dan tukak lambung diagenda
SMK Ayuda Husada
35
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Sepanjang penelitian dalam penelitian ini, setiap variabel diamati dan diukur.
Pada tahun 2022 data primer akan digunakan untuk mengidentifikasi pola
makan yang berhubungan dengan gastritis pada remaja di SMK Ayuda Husada
Kota Tangerang Selatan. Pola makan dan kejadian penyakit lambung, variabel
dependen, akan dikumpulkan secara bersamaan. waktu.
1. Tempat Penelitian
Ikhawalan eksperimen dikumandangkan pada sebuah padang ( Notoatmodjo,
2010). Penelitian ini dilakukan di ikhwalkan pada SMK Ayuda Husada ,Kota
Tangerang
2. Waktu Penelitian
Waktu masa yang dilakukan untuk memberlangsungkan tahta majelis
( Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini diberlangsungkandari bulan Juni
sampai dengan bulan Desember 2022
C. Populasi, Sampel Dan Metode Sampling
1. Populasi
Donsu mengklaim sebanyak itu. Istilah "populasi" mengacu pada area
generalisasi objek atau subjek yang memiliki jumlah dan karakteristik
tertentu dari mana peneliti dapat menarik kesimpulan. Notoatmodjo (2018)
menyatakan bahwa seluruh objek yang diteliti merupakan populasi
penelitian. Remaja yang akan bersekolah di SMK Ayuda Husada Kota
Tangerang tahun 2022 sebanyak 120 siswa menjadi subjek penelitian ini.
36
2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2012), sampel merupakan fokus penyelidikan dan
merupakan representasi akurat dari seluruh populasi penelitian. Menurut
Winarno, sampel adalah segmen dari populasi yang menjadi titik fokus
penelitian untuk jangka waktu dan ruang lingkup tertentu. 2018).
Rumus Lemeshow (Notoatmodjo, 2010) menjadi dasar besaran sampel yang
digunakan dalam penelitian ini:
37
Keterangan:
n = kuantiti pengembil
P1 = Proporsi kuantiti dari majelis tertentu
b. Kriteria eksklusi
Ikhwal Saryono (2011), subjek yang memenuhi tanda gelombang
dikeluarkan dari penelitian karena penelitian dapat mengakibatkan bias
pada hasil.
40
1) Kalkulatif Primer
Menurut Sugyono (2018), Kalkulatif primer adalah data yang peneliti
peroleh langsung dari lapangan sebagai objek penelitian. Nama, usia,
dan jenis kelamin responden, serta tingkat kepatuhan dan kualitas
hidup mereka, merupakan data primer yang dikumpulkan dalam
penelitian ini melalui kuesioner.
2) Kalkulatif Sekunder
Menurut Sugiyono (2018), Kalkulatif sekunder mengacu pada
informasi yang tidak secara langsung memberikan data kepada
peneliti, seperti informasi yang diperoleh dari sumber atau dokumen
lain. Tinjauan literatur dari buku dan jurnal terkait penelitian
digunakan untuk mengumpulkan data sekunder untuk penelitian ini.
Selain itu, peneliti menggunakan data yang diuji.
B. Alat pengumpul data/ Instrumen Penelitian
1) Data demografi responden yaitu: nama insial, umur, jenis kelamin,
pendidikan
2) Kuesioner pola makan
Pada survei diet terdapat 17 pertanyaan yang masing-masing memiliki
skor ya = 1, dan tidak = 0. Sedangkan kuesioner dengan sepuluh
pertanyaan dan skor ya = 1, tidak = 0 digunakan untuk pasien
lambung, Renzi Avionita S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada
Mulia Madiun telah menguji kuesioner diet. 17 pertanyaan terkait diet
diuji validitasnya. Jika r hitung item pertanyaan kuesioner diet 0,571–
0,896 lebih besar dari t tabel pada n = 20 (0,444), maka hasil uji
validitas kuesioner diet valid. Dengan menggunakan taraf signifikansi
5%, reliabilitas temuan penelitian ini. Nilai alpha Cronchbach
menunjukkan nilai reliabilitas. Selain itu, nilai alpha reliabilitas
kuesioner gizi yang valid adalah 0,956 (Renzy Avionita, 2016).
3) Kuesioner gastritis
41
Menggunakan sepuluh item kuesioner yang dievaluasi oleh Renzy
Avionita S1 Keperawatan tahun 2016, STIKes Bhakti Husada Mulia
Madiun, uji validitas diterapkan pada pertanyaan lambung dalam
penelitian ini. Kuesioner lambung memiliki skor validitas 0,355 pada
uji validitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuisioner lambung
dapat dipercaya. Dengan menggunakan rumus Cronbach alpha, suatu
penelitian dikatakan reliabel jika skor reliabilitasnya lebih besar dari
0,6. Nilai alpha sebesar 0,729 diperoleh dari uji reliabilitas soal
lambung yang terdiri dari tujuh soal. Studi ini menunjukkan bahwa
kuesioner dapat digunakan dan dapat dipercaya.
C. Uji Validias dan Reliabilitas
Reliabilitas, sebagaimana didefinisikan oleh Suharsimi Arikunto
(2013), menunjukkan pemahaman bahwa suatu instrumen yang reliabel
dapat diandalkan untuk pengumpulan data. Sebuah studi dianggap reliabel
dengan Cronbach's alpha jika skor reliabilitasnya lebih besar dari 0,6.
Selama uji reliabilitas pertanyaan lambung sepuluh pertanyaan, alfa
Cronbach adalah 0,729. Riset yang menyinggung eksplorasi yang telah
dicoba oleh Renzy Avionita pada tahun 2016 menunjukkan bahwa polling
tersebut bermanfaat dan solid.
42
43
F. Rencana Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Waktu ( Bulan ) 2022
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
judul
2. Bimbingan
Proposal
Skripsi
3. Mengajukan
Surat
Perizinan
Penelitian
4. Mengunjungi
Tempat
Penelitian
5. Observasi
44
6. Pengumpulan
Data
7. Pendaftaran
Sidang
Proposal
8. Revisi
9. Pendaftaran
Sidang
Skripsi
45
G. Etika Penelitian
Untuk mendapatkan izin dari kepala sekolah SMK Ayuda Husada untuk
melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin. Peneliti
melakukan penelitian dengan menggunakan standar etika setelah mendapat
persetujuan sekolah, yang meliputi:
a. Informed Consent ( Lembar Persetujuan)
Sebagai tanda kesepakatan antara peneliti dan responden serta agar
responden memahami maksud dan tujuan survey pada saat pengumpulan
data.
b. Anonymith ( tanpa nama) dan Confedentially ( kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi reponden penelitian dijamin oleh peneliti. Nama
responden tidak akan dipublikasikan, dan nama subjek tidak akan
dicantumkan pada kuesioner yang diisi untuk melindungi identitas subjek.
Nama peserta survei dirahasiakan. Peneliti menjamin kerahasiaan informasi
responden.
c. Autonomy ( Otonomi)
Responden bebas memilih jawaban tanpa dipaksa oleh siapapun. Responden
diberikan kebebasan penuh untuk menjawab, dan mereka hanya akan
menerima penjelasan awal sebelum menjadi responden sampai mereka
menyelesaikan kuesioner.
d. Justice ( Asas keadilan )
Kriteria peneliti menjadi dasar pemilihan subjek penelitian ini. Dari
penjelasan awal sebelum menjadi responden hingga pengisian kuesioner,
semua responden akan diperlakukan secara adil dan setara.
H. Analisa Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu
a. Kuanitatif Univariat
46
status pekerjaan. Penelitian ini menyajikan karakteristik diet dan kejadian
lambung menggunakan persentase dan distribusi.
b. Kuanitatif Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan
antara dua variabel independen dan dependen. Analisis yang digunakan adalah
analisis bivariat dengan uji statistik berupa uji chi-square. Uji chi-square
merupakan jenis pengujian yang dilakukan terhadap dua variabel yaitu variabel
bebas (Pola Makan) dan variabel terikat (Gastritis), dimana data skala
pengukuran kedua variabel tersebut adalah nominal. Jika syarat uji chi square
tidak terpenuhi, maka analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji
Fisher's exact. Hubungan yang ingin peneliti ketahui adalah hubungan pola
makan dengan kejadian maag pada remaja di SMK Ayuda Husada Kota
Tangerang.
Dibawah ini adalah rumus yang akan digunakan dalam analisis bivariat yaitu
menggunakan distribusi kuantitas chi square test.
(0 − 𝐸)2
𝑥 = ∑
2
𝐸
Keterangan:
X2 = Statisik Chi Square
O = Fluktuasi hasil observasi
E = Fluktuasi yang diharapkan
5% ( α = 0,05) adalah :
I. Penyajian Data dan Pengolahan Data
1.Penyajian Data
48
BAB V
60 tanggapan terhadap kajian dan pembahasan akan dibahas dalam bab ini.
Gambaran lokasi penelitian dan temuan analisis univariat yang menyajikan data
berupa distribusi frekuensi, umur, jenis kelamin, dan pendidikan disajikan sebagai
luaran penelitian. Analisis bivariat dengan data yang disajikan berupa hubungan
antara kejadian gastritis dan umur, kejadian gastritis dan jenis kelamin, serta
kejadian gastritis dan pendidikan.
A. Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian
Ikhwal ini dilaksanakan di SMK Ayuda Husaa Kota Tangerang yang
berbasis di Kota Tangerang Yayasan Entermera Ayuda mendirikan SMK
Kesehatan Ayuda Husada Tangerang sebagai upaya amal untuk
berpartisipasi dalam dunia pendidikan yang menuntut suatu lembaga untuk
tanggap terhadap tuntutan masyarakat. dengan memberikan keterampilan
yang dibutuhkan yang harus dikembangkan.
Karena masyarakat menilai lulusan SMK belum dapat berfungsi
multilevel dalamvariabel yang dihaturkan, maka SMK paling banyak
mendapat perhatian masyarakat. Sebagai tanggapan, pemerintah telah
menerapkan sejumlah kebijakan yang dimaksudkan untuk mendorong dan
meningkatkan kualitas dan efisiensi semua output pendidikan. Life Skills,
kurikulum berbasis kompetensi yang bertujuan membekali calon peserta
didik dengan berbagai keterampilan yang diharapkan tidak hanya sebagai
bekal untuk menyongsong dunia kerja tetapi juga sebagai cara .
49
2. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi Sekolah
Menjadi program keahlian Farmasi dan Keperawatan (Care Giver) yang
unggul dengan menciptakan lulusan yang kompeten dalam keterampilan
(Hard Skill) dan sikap (Soft Skill) bidang Kefarmasian dan Keperawatan
(Care Giver) berbasis pada keluhuran budi di provinsi Banten pada tahun
2017.
b. Misi Sekolah
1) Menyelenggarakan pendidikan yang efektif dengan mengacu pada
kurikulum yang ditetapkan pemerintah.
2) Menyelenggarakan pendidikan yang optimal, baik di dalam laboratorium
sekolah maupun praktek di dunia usaha dan industry bidang farmasi dan
keperawatan (Care Giver).
3) Menyediakan sarana/prasarana yang berhubungan dengan pendidikan
dan pelatihan secara progresif, sesuai dengan perkembangan dunia
pendidikan secara umum dan keahlian bidang farmasi dan keperawatan
(Care Giver).
4) Menyelenggarakan kerjasama dengan lembaga eksternal guna
menunjang profesionalisme pengelolaan program keahlian farmasi dan
keperawatan (Care Giver) untuk menciptakan lulusan yang kompeten
dan elegan dengan nuansa keluhuran budi.
B. Analisa Univariat
Pada tanggal 13 dan 17 Januari 2023 dilakukan pengumpulan data dari
60 siswa yang mengisi kuesioner: karakteristik responden, kuesioner gizi, dan
kuesioner lambung gastritis
50
1. 15 tahun 2 3.3
2. 16 tahun 23 38.3
3. 17 tahun 25 41.7
4. 18 tahun 10 16.7
Jumlah 60 100
Berdasarkan informasi pada tabel 5.1, pada penelitian ini terdapat 2 orang
yang berusia 15 tahun atau 3,2%, dan 23 orang yang berusia 16 tahun atau
38,3%. yang berusia 17 tahun ke atas, 25 orang (41,7%), dan 10 orang
(16,7%) yang berusia 18 tahun ke atas.
Tabel 5.2 Sebaran Frekuensi Remaja SMK Ayuda Husada Tahun 2022
Berdasarkan Jenis Kelamin
2. Perempuan 45 75.0
Jumlah 60 100
51
Jumlah 60 100
1. Tukak 38 63.3
Jumlah 60 100
C. Analisa Bivariat
Tabel 5.5 5 Hubungan Frekuensi Lintas Antara Kejadian Gastritis
Remaja Dengan Pola Makan Di SMK Ayuda Husada Tahun 2022 :
Distribusi
Pola Kejadian Gastritis Total
Makan Tukak Tidak tukak
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
52
Hasil tabulasi silang untuk hubungan diet dengan gastroparesis
diketahui dari 60 responden, dengan 29 (48,3) memiliki pola makan tidak
teratur dan 14 (23,3%) mengikuti diet normal tanpa gastroparesis, seperti
terlihat pada Tabel 5.5 di atas. . Selain itu, 9 responden (15,0%) melakukan diet
gastrointestinal normal, sedangkan 8 responden (13,3%) memiliki pola makan
tidak teratur tanpa perut. SMK Ayuda Husada Tujuan dari pengujian ini adalah
untuk menguji hipotesis keterkaitan antara pola makan dan kejadian
gastroparesis. SMK Ayuda Husada p = 0,002 = 0,05 Ho Ha
D. Pembahasan
1. Pola Makan Pada Remaja di SMK Ayuda Husada Kota Tangerang
Hasil tabulasi silang untuk hubungan diet dengan gastroparesis
diketahui dari 60 responden, dengan 29 (48,3) memiliki pola makan tidak
teratur dan 14 (23,3%) mengikuti diet normal tanpa gastroparesis, seperti
terlihat pada Tabel 5.5 di atas. . Selain itu, 9 responden (15,0%) melakukan
diet gastrointestinal normal, sedangkan 8 responden (13,3%) memiliki pola
makan tidak teratur tanpa perut. SMK Ayuda Husada Tujuan dari pengujian
ini adalah untuk menguji hipotesis keterkaitan antara pola makan dan
kejadian gastroparesis. SMK Ayuda Husada p = 0,002 = 0,05 Ho Ha.
Menurut teori Hudha (2012), faktor-faktor tersebut di atas dapat
mempengaruhi pola makan seseorang, yaitu perilaku yang mereka
tunjukkan dalam memilih, menggunakan, dan mengonsumsi bahan makanan
sehari-hari. Ini termasuk frekuensi mereka mengonsumsi makanan, porsi
yang mereka konsumsi, dan jenis makanan yang mereka konsumsi.
Di Pondok Pesantren Al-Hikmah Trayon Karanggede Boyolali,
penelitian sebelumnya oleh Bagas (2016) menemukan bahwa 20 responden
(66,7%) memiliki kebiasaan makan yang buruk dan 10 responden (33,3%)
memiliki pola makan yang baik, yang dapat diartikan memiliki pola makan
yang buruk. diet dua kali lebih sering daripada melakukan diet yang baik.
Penelitian ini tentang hubungan pola makan dengan kejadian maag pada
remaja. Penelitian sebelumnya oleh Muhammad Taufiq (2019) dari Lan Ode
menyatakan bahwa makanan sembarangan, seperti makanan asam dan
pedas, dapat merangsang dinding lambung sehingga terjadi penurunan
53
kekuatannya.
Pondok Pesantren Al-Hikmah Trayon Karanggede Boyolali pola
makan dua kali lebih banyak dari pola makan yang baik. Penelitian ini
tentang hubungan pola makan dengan kejadian maag pada remaja. (2019)
Lan Ode. Seseorang cenderung menyukai makanan tertentu, menurut
penelitian Erna Yuliarsih (2022). Selain itu, ada makanan yang tidak pernah
membuat orang bosan makan. Remaja masa kini sering menikmati makanan
pedas dan asam yang dapat merusak dinding lambung dan mengiritasi
lambung. Aldelina (2018) menemukan bahwa penurunan pendapatan
dikaitkan dengan penurunan ketahanan pangan. Daya beli rumah tangga
berkorelasi dengan pekerjaan atau masalah keuangan. Jumlah zat gizi yang
dikonsumsi akan berkurang jika pendapatan rumah tangga tidak mencukupi
untuk membeli makanan dalam jumlah yang cukup.
Yudha Fika (2020) menyatakan bahwa responden penderita gastritis,
khususnya remaja, memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat. Hal ini
disebabkan oleh kebiasaan makan responden yang tidak menentu, antara
lain lebih suka makanan cepat saji, makan larut malam, dan makanan pedas.
Makan dalam jumlah banyak menurut teori Hartati dan Utomo (2019) dapat
mengakibatkan refluks isi lambung yang selanjutnya menurunkan daya
tahan dinding lambung dan dapat merusak lambung.
54
Menurut Putri dan Utami (2021) jenis makanan yang dapat mengiritasi
adalah makanan pedas, makanan cepat saji yang dapat menyebabkan edema
dan pendarahan.
2. Kejadian Gastritis Pada Remaja di SMK Ayuda Husada Kota
Tangerang
Mayoritas remaja di SMK Ayuda Husada Kota Tangerang pada tahun
2022 sebanyak 38 responden (63,3%) menderita sakit maag, menurut hasil
penelitian yang ditampilkan pada tabel 5.4. Hal ini terlihat dari hasil
kuesioner yang menunjukkan tanda dan gejala lambung seperti sering
kembung, sering mulas, sering lesu, dan sering megap-megap saat lapar.
Jawaban “Ya” menunjukkan bahwa responden pernah mengalami gejala
tersebut Hal ini sejalan dengan teori Widjadja (2015) yang menyatakan
gejala mual, nyeri pada perut bagian atas, muntah, muntah disertai
tenggorokan panas, dan hilang nafsu makan. Berdasarkan hasil diatas dapat
disimpulkan bahwa beberapa responden mengalami gastritis berdasarkan
tanda dan gejala yang dilaporkan. Menurut Erna Yuliarsih, penyakit maag
dapat bermanifestasi dalam berbagai cara pada berbagai individu.
mengurangi nafsu makan, yang dapat menyebabkan muntah dan mual. Plus,
itu menghasilkan banyak gas, yang membuat Anda merasa kenyang.
3. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja di
SMK Ayuda Husada Kota Tangerang Tahun 2022
Analisis tabulasi silang hubungan gastritis dengan kebiasaan makan
remaja di SMK Ayuda Husada Kota Tangerang diketahui bahwa 29
responden (48,3%) juga menderita gastritis, dan 14 responden juga
menderita gastritis. 23,3%) makan normal tanpa masalah lambung. Menurut
analisis, ketidakaktifan dalam diet seseorang dapat menyebabkan gastritis.
Sampai saat ini, uji statistik analisis uji chi-square memberikan hasil dengan
nilai p 0,000. Jika p 0,005 menunjukkan Ha diterima dan Ho ditolak, maka
ada hubungan antara kebiasaan makan dengan kejadian maag di SMK Ayuda
Husada. Syamsu (2017) menegaskan bahwa pola makan dan variasi
informasi yang memberikan gambaran tentang variasi dan jumlah makanan
yang dikonsumsi oleh setiap individu merupakan karakteristik suatu
kelompok. Diet memiliki dampak signifikan pada kejadian lambung,
55
menurut temuan tersebut.
Kuatnya hubungan kedua variabel ditunjukkan oleh hasil analisis uji
kontingensi (C) uji chi-square dengan nilai 0,005. Di SMK Ayuda Husada,
Kota Tangerang, uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara sakit
maag dan pola makan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa diet memiliki
dampak yang signifikan pada kejadian lambung. Menurut temuan penelitian,
25 penderita maag makan dengan cara yang berbeda-beda. Mulas, kembung,
dan mual adalah tanda-tanda pola makan yang tidak teratur. Remaja sering
melewatkan makan dan mengkonsumsi banyak makanan pedas, asam, dan
cepat saji. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Baliwati (2011) bahwa
makan banyak dapat menyebabkan refluks isi lambung, melemahkan dinding
lambung. Mengonsumsi makanan pedas dalam jumlah berlebihan dapat
merangsang sistem pencernaan, yang dapat mengiritasi dinding mukosa
lambung jika kondisi ini terus berlanjut. Kehancuran 2014)
56
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
57
DAFTAR PUSTAKA
Elfira Sri Futriani, Feva Tridiyawati, Devia Maulana Putri(2018). Hubungan Pola
Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa Tingkat
II Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara
Jakarta. Jurnal Keperawatan
Hosana Siska ( 2017). Gambaran Pola Makan Dalam Kejadian Gastritis Pada
Remaja Di SMP Negeri Sekayam Kabupaten Sanggau. Jurnal
Keperawatan
Laurensius Fua Uwa, Milwati, S., & Sulasmini. (2019). Hubungan Antara Stres
Dan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Yang Terjadi Di
Pukesmas Dinoyo. Nursing News, 4(1), 237–247.
58
Notoatmodjo Soekidjo ( 2010) Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta PT Abdi
Mahasatya
Siskawati Amri ( 2020). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada
Remaja Di SMK Kesehaan Napsi’ah Stabat Kabupaten
Langkat.Jurnal Keperawatan
Takdir Rk, Sety Lom, Tina. L. Hubungan Stress, Keteraturan Makan, Jenis
Makanan Dengan Kejadian Gastritis Pada Santri Di Pondok
Pesantren Ummusabri Kota Kendari Tahun 2017
Yudha Fika Diliyana, Yeni Utami (2020) Hubungan Pola Makan Dengan
Kejadian Gastritis Pada Remaja Di Wilayah Kerja
Puskesmas Balowerti Kota Kediri.Jurnal Keperawatan
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 1
61
Lampiran 2
62
Lampiran 3
63
Lampiran 4
Lembar Konsul
64
65
Lampiran 5
Dengan Hormat,
66
201940022
Lampiran 6
( Informed Concent )
Nama :
Umur :
Alamat :
Responden
( ……………………..)
67
Lampiran 7
Tim peneliti di STIKes IMC Bintaro yaitu Jessika Patrisia W.S akan
melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis
Pada Remaja di Sekolah Menengah Kejuruan Ayuda Husada kota Tangerang
tahun 2022.
Hal ini penting dilakukan karna untuk mengtahui apakah ada hubungan pola
makan dengan kejadian gastritis pada remaja di SMK Ayuda Husada Tahun 2022.
Penelitian ini bermanfaat untuk agar dapat memberikan informasi bagi responden
untuk mengetahui pola makan responden itu sendiri, supaya dikemudian hari
responden dapat mengatur pola makan dan tidak mudah terkena gastritis.Serta
mengetahui kondisi apakah terkena gastritis atau tidak
68
Lampiran 8
69
Lampiran 9
Lembar Kuesioner
Lembar Kuesioner
Petunjuk Pengisian
70
5. Apakah anda makan sesuai jam
yang anda tentukan?
71
C. Kuesioner Gastritis
Nama :
Umur ;
Hari/tanggal ;
Ya : 1, Tidak : 0
72
Lampiran 10
73
Lampiran 11
Dokumentasi
74
75
76