Jln. Prof. HB. Jassin no. 457 Kota Gorontalo Telp. (0435) 8527899
i
3. Undang-undang Negara RI. Nomor : 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/MENKES/SK/PER/III/2008
tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 tahun 2012 tentang Rahasia
Kedokteran. Berita Negara Republik Indonesia Nomor 915 Tahun
2012.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Peraturan Direktur Rs. Islam Gorontalo Tentang Pemberlakuan Panduan
Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Di Rumah Sakit
Islam Gorontalo
KEDUA : Menetapkan panduan pelaksanaan persetujuan tindakan kedokteran
sebagai acuan pelaksanaan persetujuan ataupun penolakan tindakan
kedokteran/informed consent di RS. Islam Gorontalo
KETIGA : Panduan pelaksanaan persetujuan tindakan kedokteran disosialisasikan ke
seluruh unit kerja di RS. Islam Gorontalo untuk dilaksanakan;
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, maka akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
ii
Ditetapkan di : Gorontalo
Tanggal : 2023
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
POLDA GORONTALO
Tembusan :
1. Kepada Yth.Ketua YKU “Hasanah” Gorontalo
2. Arsip
iii
BAB I
DEFINISI
A. Latar Belakang
v
Panduan ini bertujuan agar dijadikan acuan bagi seluruh dokter, dokter gigi dan seluruh
tenaga kesehatan rumah sakit dalam melaksanakan ketentuan tentangpersetujuan tindakan
kedokteran.
vi
BAB II
RUANG LINGKUP
vii
atau dokter gigi dengan pasien. Pasien menyetujui (consent) atau menolak,
adalah merupakan hak pribadinya yang tidak boleh dilanggar, setelah mendapat
informasi dari dokter atau dokter gigi terhadap hal-hal yang akan dilakukan
oleh dokter atau dokter gigi sehubungan dengan pelayanan kedokteran yang
diberikan kepadanya.
d. Informed consent terdiri dari kata informed yang berarti persetujuan (izin).
Yang dimaksud dengan informed consent dalam profesi kedokteran adalah
pernyataan setuju (consent) atau izin dari seseorang (pasien) yang diberikan
secara bebas, rasional, tanpa paksa (voluntary) terhadap tindakan kedokteran
yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup
tentang kedokteran yang dimaksud.
e. Bahwa, untuk mengatur keserasian, keharmonisan dan ketertiban hubungan
dokter atau dokter gigi dengan pasien melalui informed consent harus ada
panduan sebagai acuan bagi seluruh personil rumah sakit
C. DASAR
Sebagai dasar ditetapkannya panduan pelaksanaan persetujuan Tindakan Kedokteran
ini adalah peraturan perundang undangan dalam Bidang Kesehatan yang menyangkut
persetujuan tindakan kedokteran yaitu :
a. Undang-ndang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
c. Peraturan Pemerintah No 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia
kedokteran.
d. Peraturan pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 159b/Menkes/SK/PER/II/1998 tentang
Rumah Sakit.
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Rekam Medis.
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 290/Menkesper/III/2008 tentang
persetujuan tindakan kedokteran.
viii
BAB III
TATA LAKSANA
ix
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (prognosis with and
withount medical procedures).
Resiko atau akibat pasti jika tindakan kedokteran yang direncanakan
tidak dilakukan.
Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan
tindakan kedokteran yang dilakukan (purpose of medical procedur).
Informasi akibat ikutan yang biasanya terjadi sesudah tindakan
kedokteran.
d. Kewajiban memberikan informasi dan penjelasan.
Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan medik mempunyai
tanggung jawab utama memberikan informasi dan penjelasan yang
diperlukan. Apabila berhalangan, informasi dan penjelasan yang harus
diberikan dapat diwakilkan kepada dokter atau dokter gigi lain dengan
sepengatahuan dokter atau dokter gigi yang bersangkutan. Bila terjadi
kesalahan dalam memberikan informasi, tanggung jawab berada ditangan
dokter atau dokter gigi yang memberikan delegasi. Penjelasan harus
diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara
lain yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman, penjelasan tersebut
dicatat dan direkomendasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter atau
dokter gigi yang memberikan penjelasan dengan mencamtumkan :
Tanggal
Waktu
Nama
Tanda tangan pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.
Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan yang akan
diberikan dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien
menolak diberikan penjelasan, maka dokter atau dokter gigi dapat
memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh
seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.
x
a. Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien yang dapat
meliputi :
Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut
Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka
sekurang kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding
Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya
tindakan kedokteran .
Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan
tindakan
b. Penjelasan tentang tindakan kedokteran
yang dilakukan meliputi :
1) Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif,
diagnosis, terapeutik ataupun rehabilitatif
2) Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan diambil pasien selama
dan sesudah tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang
mungkin terjadi
3) Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekeranganya
dibandingkan dengan tindakan yng direncanakan
4) Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing masing
alternatif tindakan
5) Perlunasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi
keadaan darurat akibat resiko dan komplikasi tersebut atau keadaantak
terduga lainnya, perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat
indikasi sebelumnya, hanya dapat dilakukan untuk menyelamatkan
pasien, setelah perluasan tindakan kedokteran dilakukan, dokter atau
dokter gigi harus memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga
terdekat.
3. Penjelasan tentang resiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua
resiko dan kompikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan
kedokteran yang dilakukan,kecuali :
a. Resiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum.
xi
b. Resiko dan komplikasiyang sangat jarag terjadi ataudampaknya yang
sangat ringan.
c. Resiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya
(unforeseeable).
4. Penjelasan tentang prognosis meliputi :
a. Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam)
b. Prognosis tentang fungsinya (ad functional)
c. Prognosis tentang kesembuhan (ad senationam)
Penjelasan diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien atau
salah satu dokter atau dokter gigi dari tim dokter yang merawatnya. Dalam hal
dokter atau dokter gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan
penjelaan secara langsung, maka pemberian penjelasan harus didelegasikan
kepada dokter atau dokter gigi lain yang kompeten. Tenaga tentu dapat
membantu memberikan penjelasan sesuai dengan kewenangannya. Tenaga
kesehatan tersebut adalah tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara langsung kepada pasien. Demi kepentingan pasien,
persetujuan tindakan kedokteran tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat
dalam keadaan tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang
berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran.
xii
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai
berikut :
1. Ayah/ibu kandung
2. Saudara-saudara kandung
3. Induk semang
d. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (informend
consent) atau penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut
hak sebagai berikut :
1. Ayah/ibu kandung
2. Wali yang sah
3. Saudara-saudara kandung
e. Bagi pasien dewasa yang dibawah pengampuan (curatelle) persetujuan
atau penolakan tindakanmedisdiberikanmenuruthaltersebut :
1. Wali
2. Curator (Orang yang menjadi pengampu)
f. Bagi pasien dewasa yang telah menikah/orang tua, persetujuan atau
penolakan tindakan medik diberikan oleh mereka menurut :
1. Suami/istri
2. Ayah/ibu kandung
3. Anak kandung
4. Saudara-saudara kandung
xiv
h. Dalam hal persetujuan tindakan kedokteran diberikan keluarga maka yang
berhak menarik kembali adalah anggota keluarga tersebut atau anggota
keluarga yang kedudukan hukumnya lebih berhak sebagai wali.
i. Penarikan kembali persetujuan tindakan kedokteran harus diberikan
secara tertulis dengan menandatangani format yang disediakan.
xv
BAB IV
DOKUMENTAS
I
1. Semua hal-hal yang sifatnya luar biasa dalam proses mendapat persetujuan tindakan
harus dicatat dalam rekam medis.
2. Seluruh dokumen mengenai persetujuan tindakan harus disimpan bersama-sama
rekam medis.
3. Format persetujuan tindakan atau penolakan menggunakan formulir sebagai berikut
:
a. Diketahui dan ditandatangani oleh 2 orang saksi, tenaga keperawatan
bertindak sebagai salah satu saksi.
b. Formulir asli harus disimpan dalam berkas rekam medis pasien.
c. Formulir harus sudah mulai diisi dan ditandatangani 24 jam sebelum
tindakan kedokteran.
d. Dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelasan harus ikut
membubuhkan tanda tangan sebagai bukti bahwa telah memberikan
informasi dan penjelasan secukupnya.
e. Sebagai tanda tangan pasien atau keluarga yang buta huruf harus
membubuhkan cap jempol jari kanan.
xvi
PEMBERIAN INFORMED CONSENT
xvii
DAFTAR TINDAKAN – TINDAKAN
Di Rumah Sakit Islam Gorontalo terdapat beberapa tindakan kedokteran dan kedokteran
gigi yang wajib diberikan informed consent. Tindakan tersebut yaitu :
INSTALASI/UNIT NO TINDAKAN
1 Laparatomy
2 Penutupan Perforasi Sederhana
3 Pembuatan Stoma (Gastrostomi, Ileosomi, Kolostomi)
4 Reseksi dan anastomosis usus
5 Spelenektomi
6 Eksteriorisasi
7 Appendektomi terbuka
BEDAH DIGESTIF 8 Kolesistektomi Terbuka
9 Gastroenterostomi
10 Hemikolektomi
11 Hemoroidektomi
12 Fistulektomi, Fistulotomi (Fisura ani)
13 Herniatomy dan Herniarrhaphy
14 Operasi Miles
15 Operasi Hartmann
16 Bypass Enterotomi
1 Ligasi tinggi Hidrokel
2 Operasi Invaginasi Laparatomi
3 Operasi Tumor Retroperitoneal
xvii
i
BEDAH ANAK 4 Operasi PS A RP Terbatas
5 Operasi Omvalokel
6 Circumsisi
7 Spleenektomi
8 Operasi kelainan Umbilicus
9 Operasi Hernia Anak
1 Biopsi insisional / Biopsy Cubit
2 Ekstirpasi tumor jinak mamma
BEDAH ONKOLOGI 3 Ekstirpasi tumor jinak kulit / Jaringan lunak lainnya.
4 Tiroidektomi Pada Ca
5 Flap Kulit / Otot
6 Operasi Tumor Ganas Payudara
1 Tindakan trauma jaringan lunak wajah
2 Trakheostomi
3 Repair fraktur mandibular
4 Biopsi kelenjar Getah Bening
5 Strumektomi
BEDAH KEPALA-LEHER 6 Parotidektomi
7 Labioplasti
8 Insisi Flegmon Dasar Mulut
9 Insisi abses Maksilofasial
10 Fiksasi Internal Iga
11 Operasi Reseksi Mandibula
BEDAH TORAKS - 1 Pemasangan WSD / Drainase Toraks
KARDIOVASKULAR 2 Eksisi Hemangioma
xix
6 Labioplasti
1 Punksi Buli-Buli / Sistostomi
2 Nefrektomi
BEDAH UROLOGI 3 Repair Urethtra, Ureter, Ginjal (Trauma)
4 Orkhidektomi
5 Repair Rupture Buli-Buli
6 Vasektomi
7 Prostatektomi
8 Sectio Alta
1 Tendon Repair
2 Biopsi Tulang
3 Fiksasi Eksternal
BEDAH ORTHOPEDI 4 Tindakan Reposisi Tertutup dan Immobilisasi
5 Pemasangan Trakasi (Skeletal, Skin, Glisson)
6 Disartikulasi Sendi Besar
7 Sekwesterektomi / Guttering
8 Fiksasi internal Tulang Panjang
1 Laparatomi
2 Pembuatan Stoma
BEDAH TRAUMOTOLOGI 3 Tension Band Wiring
4 Fiksasi Eksternal
5 Trakheostomi
BEDAH TRAUMOTOLOGI 1 Operasi Hernia Diafragmatik Traumatik
(LANJUTAN) 2 Sistostomi
INSTALASI/UNIT NO TINDAKAN
1 Penanganan yang kompleks dari ekstrasi gigi(C6 P5
GIGI DAN MULUT A5)
2 Ondontektomi pada semua gigi impaksi dengan
anastesi local atau anastesi umum (C6 P5 A5)
xx
3 Penutupan fistula /Komunikasi oroanthral (C6 P5 A5)
4 Pengelolaan bedah endodontic (C6 P5 A5)
5 Replantasi maupun tranplantasi gigi (C6 P5 A5)
6 Bedah periodontik. (C6 P5 A5)
7 Bedah pra orthodontic (C6 P5 A5)
8 Bedah preprostetik (C6 P4 A5)
9 Incise drainase abses didaerah oral dan maksilofasial
(C6 P5 A5)
10 Debridement dan wound toilet. (C6 P5 A5)
11 Pengelolaan fraktur dentoalveolar, fraktur mandibula.
(C6 P5 A5
12 Pengelolaan fraktur maksila, fraktur kompleks
zigoma, fraktur kompleks orbita (Blow in / out), Pan
facial frakcture. (C6 P4 A5
13 Biopsi neoplasma dan kista
14 Bedah kista
15 Pembedahan eksisi, ekstirpasi, cyro surgery, atau
reseksi untuk neoplasma jinak, premaligna, dan ganas
didaerah oral dan maksilofasial (C6 P5 A5)
16 Neck diseksi
17 Pengambilan batu kelenjar ludah (C6 P5 A5)
18 Bedah rekontruksi untuk menyambung ductus yang
terpotong (C6 P3 A5)
19 Penanganan dislokasi sendi TMJ baik secara manual
maupun dengan bantuan obat-obatan termasuk
anastesi umum. (C6 P5 A5)
20 Penanganan ankilosis dengan bedah. (C6 P3 A5)
21 Pembedahan koreksi primer celah bibir dan langit-
langit (C6 P5 A5)
22 Koreksi sekunder pada kasus celah bibir dan langit-
langit (C6 P4 A5)
xxi
23 Tindakan rekonstruksi pada kelainan kraniofacial (C6
P4 A5)
24 Reposisi dentofasial melalui tindakan osteotomy
segmental, osteotomy pada rahang atas dan bawah,
genioplasti pada kasus disgnati (C6 P4 A5)
INSTALASI/UNIT NO TINDAKAN
1 Pemberian DPI, MDI
2 Torakosintesis
PARU
3 Pemasangan Water Sealed Drainage
xxii
4 Pleurodesis
INSTALASI/UNIT NO TINDAKAN
1 Pungsi ascites
PIENNSTYAKAITSID/ N2 Pungsi pleura TINDAKAN
UANLIATM O
3 InPduuknsgisPi edrasnaliinnajneksi intrakuler
Persalinan Pre - term
Anestesia dan analgesia dalam obstetri
Ekstraksi Porpeps dan Vakum
OBSGYN Resusitasi Bayi baru lahir
Transfusi darah
Kontrasepsi
Operasi kista dan tumor rahim
Sectio caesarea
Kuretase
B. Tindakan anestesi dan sedasi (sedasi sedang dan sedasi dalam) yang memerlukan
informed consent yaitu semua tindakan anestesi dan sedasi di kamar operasi.
C. Tindakan pemberian produk darah dan komponen darah yang memerlukan informed
consent antara lain :
1. Plasma sel
2. PRC
3. Whole Blood Cell
4. Trombosit
5. Albumin
6. Lain-lain
xxii
i