LP KMB Sadewa
LP KMB Sadewa
Disusun Oleh:
Hari :
Tanggal :
Disetejui Oleh :
RSUD Jombang
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas
laporan ini. Oleh karena itu penyusun mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun bagi peyusun sehingga dapat menyempurnakan
laporan selanjutya.
Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Asuhan Keperawatan Post
Partum Spontan.
Umi Faizah
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi Pneumonia
bergantung pada banyaknya jaringan paru- paru yang sakit (Somantri, 2019).
terhadap paru- paru disebabkan oleh virus bakteri jamur.Infeksi ini umumnya
biasanya melalui tangan atau menghirup tetesan air diudara (droplet) akibat
influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV) dan para influenza virus
(Anwar, 2019).
Pneumonia adalah peradaangan parenkim paru yang disebabkan olehh
disebabkan oleh bahan kimia dan papaaran fisik seperti suhu atau radiasi
(Djojodibroto, 2019).
adalah bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru,
2020).
2. Etiologi
3. Klasifikasi Pneumonia
Mikroorganisme yang ditemui dari hasil isolasi spesimen sputum tidak selalu
paru pada pneumonia atipik terjadi pada jaringan interstisial sehingga tidak
4. Patofisiologi
makanan dan tumor bronkus. Adanya sumber infeksi, daya tahan saluran
batuk produktif efektif. Dari tanda dan gejala tersebut maka muncul masalah
nafas.Penggunaan obat bantu nafas dan pola nafas tidak efektif. Dari tanda
kecemasan dan pemenuhan informasi. Dari tanda dan gejala tersebut maka
hipertermi.
5. Manifestasi Klinis
a. Pneumonia virus
pada auskultasi.
b. Pneumonia bacterial
Demam, malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering
menggigil.
c. Pneumonia aptical
6. Pemeriksaan Penunjang
seluruh lobus karena mulai dari perifer gambar kosolidasi hampir selalu
berbatasan dengan permukaan pleura viselaris maka dari itu dapat mudah
7. Penatalaksanaan
sebagai berikut:
1. Pengkajian
dan sputum purulen. Keparahan dan penyebab nyeri dada harus diidentifikasi
juga. Segala perubahan dalam suhu dan nadi, jumlah sekresi, bau sekresi, dan
warna sekresi, frekuensi dan keparahan batuk, serta takipnea atau sesak nafas
mengevaluasi bunyi nafas (pernafasan bronkial, ronki, atau krekles) dan hasil
perkusi (pekak pada bagian dada yang sakit) (Brunner & Suddarth, 2013).
dilakukan pada semua fase proses keperawatan. Misalnya, pada fase evaluasi,
a. Identitas pasien
produksi sputum berlebih, sesak napas, dan nyeri dada. Keluhan utama
pada bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif, mengi,
c. Riwayat kesehatan
d. Aktivitas / istirahat
e. Sirkulasi
tampak pucat.
f. Makanan / cairan
g. Kenyamanan
h. Keamanan
muncul yaitu dikeadaan umum pasien tampak lemah dan sesak nafas,
takikardi, respirasi takipnea atau dispnea serta nafas dangk al, dan suhu
pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai
tertahan.
membrane alveolus-kapiler
makanan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
batuk efektif
2. Anjurkan tarik
nafas dalam
melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mecucu
(dibulatkan)
selam 8 detik
3. Anjurkan tarik
nafas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik nafas dalam
yang ke-3
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika
perlu
2. Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan
Respirasi 1.01014
pertukaran gas L.01003
berhubungan
dengan perubahan Tujuan: setelah Observasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
dokter
3. Pola napas tidak Pola napas Manajemen jalan
efektif. L.010004 napas 1.01011
Tujuan: setelah
dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan 1. Monitor pola
diharapkan pola
nafas membaik napas (mis.
Frekuensi,
Kriteria hasil: kedalaman,
1. Kapasitas usaha napas)
vitalmeningk 2. Monitor bunyi
at
napas tambahan
2. Takanan
ekspirasi (mis. Gurgling,
meningkat mengi, whezzing,
3. Tekanan ronki)
inspirasi
meningkat 3. Monitor sputum
4. Dispnea (jumlah, wara,
menurun aroma)
5. Penggunaan
otot bantu
napas Terapeutik :
menurun 1. Posisikan semi-
6. Pernafasan
fowler atau
cuping
menurun fowler
7. Frekuensi 2. Berikan minum
napas
hangat
membaik
8. Kedalaman 3. Lakukan
napas fisioterapi dada,
membaik jika perlu
9. Ekskursi dada
membaik 4. Lakukan
penghisapan
lender kurang
dari 15 detik
5. Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan asupan
cairan 200
ml/ari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasikan
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
4. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Berhubungan L.08066 I.14518
Dengan Agen
Pencedera Tujuan: setelah
Fisiologis Observasi :
dilakukan tindakan
1. Identifikasi lokasi,
keperawatan
karakteristik,
diharapkan tingkat durasi, frekuensi,
nyeri menurun kualitas,
insensitas, nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifiasi skala
nyeri
1. Kemampuan 3. Identifikasi respon
nyeri non verbal
menuntaskan 4. Identifikasi faktor
aktivitas yang memperberat
dan memperingan
meningkat
nyeri
2. Keluhan nyeri 5. Identifikasi
menurun pengetahuan dan
keyakinan tentang
3. Meringis nyeri
menurun 6. Identifikasi
pengaruh budaya
4. Sikap protektif terhadap respon
menurun nyeri
7. Identifikasi nyeri
5. Kesulitan tidur pada kualitas
menurun hidup
8. Monitor
6. Frekuensi nadi keberhasilan terapi
membaik komplementer
yang sudah
7. Pola nafas diberikan
membaik 9. Monitor efek
8. Tekanan darah samping
penggunaan obat
membaik
analgesic
9. Nafsu makan
membaik Terapeutik :
10. Pola tidur 1. Berikan Teknik
membaik nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitas istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan
penyebab,periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgesik
5. Ajarkan Teknik
nonfarmologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
analgesic
5. Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Berhubungan L.03030 1.03119
Dengan Ketidak
Observasi :
Mampuan Menelan Kriteria hasil :
Makanan. 1. Identifikasi status
1. Porsi makanan nutrisi
meningkat 2. Identifikasi alergi
2. Perasaan cepat dan intoleransi
kenyang menurun makanan
3. Frekuensi makan 3. Identifikasi
membaik makanan yang
4. Nafsu makan disukai
membaik 4. Identifikasi
5. Membrane mukosa kebutuhan kalori
membaik dan jenis nutrient
5. Identifikasi
perlunya
penggunaan selang
nasogastik
6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat
badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
labolatorium
Terapeutik :
1. Lakukan oral
hygene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
3. Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
Edukasi :
1. Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (misalkan
pereda nyeri,
anlemetik) jika
perlu
2. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutukan,
jika perlu
6. Hipertermia Termoregulasi Manajemen
berhubungan L.14134 hipertermia 1.15506
dengan proses
penyakit. Tujuan: setelah
dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan 1. Identifikasi
penyebab
diharapkan
hipertermia
termoregulasi 2. Monitor suhu
membaik tubuh
3. Monitor kadar
Kriteria hasil : elktrolit
4. Monitor haluaran
1. Menggigil urine
5. Monitor
menurun
komplikasi
2. Kulit mera akibat
menurun hipertermia
3. Suhu tubuh
membaik Terapiutik :
4. Tekanan darah 1. Sediakan
membaik lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basai dan kipasi
permukaan tubu
4. Berikan cairan
oral
5. Ganti linen setiap
hari atau lebi
sering jika
mengalami
hyperhidrosis
(keringat
berlebih)
6. Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Kompres dingin
pada dau, leer,
dada, abdomen,
dan aksila)
7. Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan tira
baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemebrian
cairan
elektrolit
intravena, jika
perlu
7. Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen energi
aktivitas L.05047 1.05178
berhubungan
dengan ketidak Tujuan: setelah
seimbangan antara Observasi :
suplai dan dilakukan tindakan
kebutuhan oksigen. 1. Identifikasi
keperawatan
gangguan fungsi
diharapkan toleransi tubuh yang
aktivitas meningkat mengakibatka
kelelahan
Kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan
fisik dan
1. Saturasi oksigen emosiomal
3. Monitor pola dan
meningkat
jam tidur
2. Kemudahan dalam 4. Monitor lokasi dan
melakukan ketidaknyamanan
selama aktivitas
aktivitas sehari-
hari meningkat Terapiutik :
3. Keluan lelah 1. Sediakan
menurun lingkungan
nyaman dan
4. Dispnea saat renda stimulus
aktivitas meurun (mis. Caaya,
suara,
5. Dispnea setelah
kunjungan)
aktivitas menurun 2. Lakukan latihan
6. Sianosis menurun rentang gerak
pasif dan/atrau
7. Tekanan darah
aktif
membaik 3. Berikan aktivitas
8. Frekuensi napas distraksi yang
menenangkan
membaik 4. Fasilitasi duduk
di sisi tempat
tidur, jika tidak
dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi :
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan koping
untuk
mengurangi
kelelaan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
8. Risiko hipovolemia Status cairan Manajemen
ditandai dengan L.03028 hipovelemia 1.03116
kehilangan cairan
secara aktif. Tujuan: setelah
Observasi :
dilakukan tindakan
1. Periksan tanda
keperawatan
dan gejala
diharapkan status hipovolemia
cairan membaik (misalnya nadi
teraba lemah,
Kriteria hasil : tekanan darah
menurun, turgor
1. Tugor kulit kulit menurun,
membrane
meningkat
mukosa kering,
2. Dispnea menurun dan lemah)
3. Frekuensi nadi 2. Monitor intake
dan output cairan
membaik
4. Tekanan darah
Terapiutik :
membaik
1. Hitung
5. Tekanan nadi kebutuhan cairan
membaik 2. Berikan asupan
cairan oral
6. Membrane mukosa
membaik
Edukasi :
7. Suhu tubuh
1. Anjurkan
membaik memperbanyak
asupan cairan
oral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian cairav
IV isotonis (mis.
NAcl, RL)
2. Kolaborasi
pemberian cairan
IV hipotonis
(mis.glukosa
2,4%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis.
Albumin,
plamanate)
4. Implementasi Keperawatan
yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
5. Evaluasi Keperawatan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan
sebagian: jika klien menunjukan perubahan sebagian dari standar dan kriteria
yang telah ditetapkan, dan tujuan tidak tercapai/ masalah tidak teratasi : jika
klien tidak menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan
dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data
dan perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. (2019). Keperawatan Medikal Bedah Klien : Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC.
Dermawan, D. (2019).Proses Keperawatan Perencanaan Konsep Dan
Kerangka Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Djojodibroto. (2019). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Untuk Penanggulangan Pneumonia. Jakarta : CV
Trans Info Media.
Mutaqqin, Arif. (2019). Asuhan Keperawatan Kliendengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Nikmah. (2018). Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.