Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH

PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RSNU JOMBANG

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah

Dosen pengampu : M. Rajin S.Kep.,Ns., M. Kep

Disusun oleh :

Rani Sulistiani (7319023)

Suryaning Tiyas (7319024)

Tita Nuryah (7319025)

PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG 2023

DAFTAR ISI
BAB I

Pendahuluan……………………………………………………………….

1.1 Latar belakang………………………………………………………….


1.2 Tujuan………………………………………………………………….
1. Tujuan Umum……………………………………………………….
2. Tujuan Khusus…………………………………………………….

BAB II

2.1 Definisi……………………………………………………………...

2.2 Tanda dan Gejala …………………………………………………………

2.2 Etiologi……………………………………………………………….

2.7 Penatalaksanaan………………………………………………………

2.3 Patofisiologi………………………………………………………….

BAB III

3.1 Pengkajian………………………………………………………………...

3.2 Analisa Data………………………………………………………………

3.3 Diagnosa Keperawatan……………………………………………………….

3.4 Intervensi......................................................................................................

3.5 Implementasi.......................................................................................................

3.6 Evaluasi...............................................................................................................

BAB V PENUTUP.......................................................................................................

5.1 Kesimpulan .....................................................................................................

5.2 Saran ...................................................................................................................


DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung koronari disebut sebagai penyakit pembunuh nomor satu di dunia,
dan dianggap musuh nomor satu dalam kehidupan yang paling ditakuti. Selain itu, juga
menduduki tempat teratas, Penyakit jantung bukan lagi menjadi penyakit jantung bukan
pembunuh misteri Pada kolesterol yang tinggi, diabetes, hipertensi,kegemukan, merokok,
kurang melakukan olahraga, dan proses penuaan adalah antara faktor penyumbang kepada
penyakit ini. Isu-isu yang dikaitkan dengan penyakit ini lebih banyak berkisar kepada
aspek pencegahan yang termasuk gaya hidup sehat, makanan yang seimbang, olahraga
dan sebagainya. Namun,statistik kematian mengenai penyakit jantung tetap mencatatkan
peningkatan yang membimbangkan. (Noer, Sjaifoellah. 1996)

Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan organisasi Federasi Jantung Sedunia


(World Heart Federation) jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-
negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit
jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu,
dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk
menurunkan penyakit kardiovaskuler pada tahun 2010. Di negara berkembang dari tahun
1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung akan meningkat 137% pada
laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah
yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Ditahun 2020, diperkirakan penyakit
kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 125 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu
penyakit jantung penyebab kematian dan kecacatan nomor satu di dunia. (Vany Yany,
2010).

Di Indonesia, angka kematian karena penyakit jantung koroner dalam 10 tahun


terakhir ini meningkat mencapai 53,5% per 100.000 penduduk Indonesia (Surevei
Kesehatan Rumah Tangga Nasional, 2004). Berdasarkan data pola penyakit di rumah sakit
se-Jakarta tahun 2005, penyakit jantung dan pembuluh darah menempati urutan ketiga.
Kejadian kasus penyakit jantung koroner mengalami peningkatan di Jakarta. Berdasarkan
data rumah sakit se-Jakarta Timur pada tahun 2007 sebanyak 24,92%, tahun 2008
sebanyak 26.85%. (Vany Yany, 2010).
Memberikan layanan berupa asuhan keperawatan secara langsung kepada klien
(individu, keluarga, maupun komunitas) sesuai dengan kewenangannya, sebagai pengelola
(manager) yaitu perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola layanan
keperawatan disemua tatanan layanan kesehatan, sebagai pembela (advokad) berfungsi
membela kepentingan klien, sebagai Pendidik (edukator) yaitu dengan memberikan
informasi kesehatan melalui upaya perawat secara promotif yang merupakan upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Upaya preventif dengan menyarankan agar menjalani
pola hidup sehat : makan-makanan yang rendah lemak, kurangi merokok dan rajin
berolahraga. Upaya kuratif yaitu memberi saran pasien agar kooperatif yaitu dengan
mentaati peraturan perawatan dan terapi yang dianjurkan dokter. Dan upaya rehabilitatif
yaitu dengan menganjurkan pasien agar tetap kontrol ke dokter secara rutin, menjaga diet
jangan memakan yang tinggi kolesterol, penyesuaian gaya hidup rajin belorah raga dan
tidak melakukan aktifitas fisik yang berat.

Berdasarkan uraian di atas, meningkatnya angka kematian setiap tahunnya dan


pentingnya peran perawat dari segi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
sehingga penulis tertarik untuk menerapkan “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.S
dengan Coronary Artery Disease diruang Poli Jantung di Rumah Sakit NU Jombang,
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
2. Tujuan penulis memilih judul tersebut adalah penulis mendapatkan pengalaman
nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
3. Tujuan Khusus
Setelah menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease maka penulis diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta solusi/
alternatif pemecahan masalah.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary
Artery Disease

C. Ruang Lingkup

Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada satu kasus, yaitu “Asuhan
Keperawatan pada klien Ny. S dengan Coronary Artery Disease diruang Poli Jantung di
Rumah Sakit NU Jombang.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

Penyakit arteri koroner (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan arteri


koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah
melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya
mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri
koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada
otot jantung).( Brunner and Sudarth, 2001).

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penebalan dinding dalam


pembuluh darah jantung (pembuluh koroner). Di dalam kondisi seperti ini, darah
yang mengalir ke otot jantung berkurang, sehingga organ yang berukuran sekitar
sekepalan tangan itu kekurangan darah.

Penyakit jantung koroner / penyakit arteri koroner merupakan suatu


manifestasi khusus dan aterosklerosis pada arteri koroner. Plak terbentuk pada
percabangan arteri yang ke arah arteri kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang
pada arteri sirkumflek. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara
permanen maupun sementara yang disebabkan oleh akumulasi plak atau
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus
yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.

(Joanne and Gloria. 1995)

Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah


ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.Istilah gagal jantung
kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan ( Brunner
& Suddarth, 2002)

Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung


artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri
koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat terbentuk didalam arteri, menutup
dan membuat aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi kurang untuk
disuplai ke otot jantung. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah
aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran
darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara
yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral
berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan
nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply
oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria,
gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan
angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan suplai oksigen yang adekuat
ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah
karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan
obstruksi permanen (miocard infarct).(Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Dep.kes, 1993).

B. Gejala klinis

a. Nyeri dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak
dibagian bawahsternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya
muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa
nyeri yang tajam dan berat, biasamenyebar kebahu dan lengan biasanya
lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina, nyeriini muncul secara spontan
(bukan setelah kerja berat atau gangguan emosi) danmenetap selama
beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang denganistirahat
maupunnitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan
leher.

b. Sesak napas

Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung

tidakmampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-

paru juga berkurang.

c. Diaphoresis

Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang

meningkatkanstimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi

pembuluh darah perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan

berkeringat.

d. Pusing

Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa

memompa darahke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.


e. Kelelahan

Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat

penyempitan pembuluh darah

f. Mual dan muntah

Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di

dada dan didaerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung

mana yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat

muntah. Area infark merangsang reflex vasofagal.

C. ETIOLOGI

Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya
bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara
spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri
koroner adalah:

1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).

Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit
jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita
serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.

2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).

Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara


fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit
jantung koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia
lanjut).

3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga


Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari
profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang
"buruk" dalam segi diet keluarga.

4. Diabetes.

Kebanyakan penderita diabetes men

inggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena


kondisi komplikasi ke jantung mereka.

5. Merokok.

Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama


penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat
merusak dinding (endotel) pembuluh darah sehingga mendukung
terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh
darah.

6. Tekanan darah tinggi (hipertensi).

Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma


langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang
merupakan penyebab penyakit arteri/jantung koroner.

7. Kegemukan (obesitas).

Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari


banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang
obesitas lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang
merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung koroner.

8. Gaya hidup buruk.

Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang
rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang
terkena pneyakit jantung koroner.
9. Stress.

Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi


yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.

a. Terapi awal

Terapi awal yang dimaksud adalah Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin

(disingkat MONA), yang tidak harus diberikan semua atau bersamaan.

Yang dimaksud dengan terapi awal adalah terapi yang diberikan pada

pasien dengan diagnosis kerja kemungkinan CAD atau CAD atas dasar

keluhan angina di ruang gawat darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan

EKG dan/atau marka jantung.

1. Tirah baring.

2. Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan

saturasi O2 arteri < 90 % atau yang mengalami distress respirasi.

3. Suplemen oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA

dalam 6 jam pertama, tanpa mempertimbangkan saturasi O2

arteri.

4. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang

tidak diketahui intoleransinya terhadap aspirin (Kelas I-A).

Aspirin tidak bersalut lebih terpilih mengingat absorpsi

sublingual (di bawah lidah) yang lebih cepat.

5. Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)

Dosis awal ticagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan

dengan dosis pemeliharaan 2 x 90 mg/hari kecuali pada pasien

STEMI yang direncanakan untuk reperfusi menggunakan agen

fibrinolitik atau dosis awal clopidogrel adalah 300 mg


dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75 mg/hari (pada pasien

yang direncanakan untuk terapi reperfusi menggunakan agen

fibrinolitik, penghambat reseptor ADP yang dianjurkan adalah

clopidogrel

6. Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)

Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan

nyeri dada yang masih berlangsung saat tiba di ruang gawat

darurat. jika nyeri dada tidak hilang dengan satu kali pemberian,

dapat diulang setiap lima menit sampai maksimal tiga kali.

Nitrogliserin intravena diberikan pada pasien yang tidak

responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual. Dalam

keadaan tidak tersedia NTG, isosorbid dinitrat (ISDN) dapat

dipakai sebagai pengganti.

a. Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30

menit,bagi pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis

NTG sublingual.

b. Penyekat Beta (Beta Bloker)

Keuntungan utama terapi penyekat beta terletak pada efeknya

terhadap reseptor beta-1 yang mengakibatkan turunnya konsumsi

oksigen miokardium. Terapi hendaknya tidak diberikan pada

pasien dengan gangguan konduksi atrio-ventrikler yang

signifikan, asma bronkiale, dan disfungsi akut ventrikel kiri. Pada

kebanyakan kasus, preparat oral cukup memadai dibandingkan

injeksi. Penyekat beta direkomendasikan bagi pasie n UAP atau

NSTEMI, terutama jika terdapat hipertensi dan/atau takikardia,

dan selama tidak terdapat kontra indikasi.


c. Calcium channel blockers (CCBs)

Nifedipin dan amlodipin mempunyai efek vasodilator arteri

dengan sedikit atau tanpa efek pada SA Node atau AV Node.

Sebaliknya verapamil dan diltiazem mempunyai efek terhadap

SA. Node dan AV Node yang menonjol dan sekaligus efek

dilatasi arteri.

d. Antikoagulan

Fondaparinuks secara keseluruhan memiliki profil

keamanan berbanding risiko yang paling baik. Dosis yang

diberikan adalah 2,5 mg setiap hari secara

subkutan.Enoksaparin (1 mg/kg dua kali sehari) disarankan

untuk pasien dengan risiko perdarahan rendah apabila

fondaparinuks tidak tersedia.Heparin tidak terfraksi (UFH)

dengan target aPTT 50-70 detik atau heparin berat molekul

rendah (LMWH) lainnya (dengan dosis yang

direkomendasikan) diindaksikan apabila fondaparinuks atau

enoksaparin tidak tersedia Enoksaparin (1 mg/kg dua kali

sehari) disarankan untuk pasien dengan risiko perdarahan

rendah apabila fondaparinuks tidak tersedia.Heparin tidak

terfraksi (UFH) dengan target aPTT 50-70 detik atau heparin

berat molekul rendah (LMWH) lainnya (dengan dosis yang

direkomendasikan) diindaksikan apabila fondaparinuks atau

enoksaparin tidak tersedia

Inhibitor ACE dan Penghambat Reseptor Angiotensin Inhibitor

angiotensin converting enzyme (ACE) berguna dalam


mengurangi

1.remodeling dan menurunkan angka kematian penderita pascainfark-

miokard yang disertai gangguan fungsi sistolik jantung, dengan atau tanpa

gagal jantung klinis.

2. Statin tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa


mempertimbangkan modifikasi diet, inhibitor hydroxymethylglutary-
coenzyme A reductase (statin) harus diberikan pada semua penderita
UAP/NSTEMI, termasuk mereka yang telah menjalani terapi
revaskularisasi, jika tidak terdapat indikasi kontra.
D. PATOFISIOLOGI
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Identitas : Nama, usia, jenis kelamin, alamat, no.telepon, status pernikahan, agama,

suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian,

sumber informasi, nama keluarga dekat yang biasa dihubungi, status, alamat, no.telepon,

pendidikan, dan pekerjaan.

b. Status kesehatan saat ini Keluhan utama: nyeri dada, perasaan sulit bernapas, dan

pingsan

c. Riwayat penyakit sekarang Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan

memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat

dengan gejalagejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea,

batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu

pasien. 35

d. Riwayat kesehatan terdahulu Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada,

darah tinggi, DM, dan hiperlipidemia.Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh

klien pada masa lalu yang masih relevan.Catat adanya efek samping yang terjadi di masa

lalu. Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul.

e. Riwayat keluarga Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila

ada anggota keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya. Penyakit jantung

iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko utama

untuk penyakit jantung iskemik pada keturunannya.

f. Pengkajian data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

1) Pola pernafasan Gejala: dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk

produktif/tidak produktif, riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis.


Tanda:peningkatan frekuensi pernapasan, pucat/sianosis, bunyi napas bersih atau

krekels, wheezing, sputum bersih, merah muda kental.

2) Pola nutrisi Gejala: mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu

hati/terbakar. Tanda:penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat, muntah, dan

perubahan berat badan

3) Pola Eleminasi Gejala susah buang air besar, produksi kencing sedikit, kencing

keruh, atau kencing berdarah.

4) Aktivitas dan istirahat Gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, riwayat

pola hidup menetap, jadual olahraga tak teratur. Tanda: takikardia, dispnea pada

istirahat/kerja.

5) Psiko –sosial-spiritual Gejala: menyangkal gejala penting, takut mati, perasaan

ajal sudah dekat, marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’, khawatir

tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan. Tanda: menolak, menyangkal, cemas,

kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, dan fokus pada diri

sendiri/nyeri Gejala: stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga) dan kesulitan

koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi) Tanda: kesulitan istirahat

dengan tenang, respon emosi meningkat, dan menarik diri dari keluarga. Cara

pandang terhadap penyakit dikaitkan dengan kepercayaan atau keyakinan yang

dianut.

g. Pengkajian fisik Pengkajian fisik untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup

hal-hal berikut:

1) Tingkat kesadaran

2) Nyeri dada (temuan klinik yang paling penting)


3) Frekuensi dan irama jantung: Disritmia dapat menunjukkan tidak mencukupinya

oksigen ke dalam miokard

4) Bunyi jantung: S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal jantung

5) Tekanan darah: Diukur untuk menentukan respons nyeri dan pengobatan, perhatian

tekanan nadi, yang mungkin akan menyempit setelah serangan miokard infark,

menandakan ketidakefektifan kontraksi ventrikel

6) Nadi perifer: Kaji frekuensi, irama dan volume

7) Warna dan suhu kulit

8) Paru-paru: Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur terhadap tanda-tanda gagal

ventrikel (bunyi krakles pada dasar paru)

9) Fungsi gastrointestinal: Kaji motilitas usus, trombosis arteri mesenterika merupakan

potensial komplikasi yang fatal

10) Status volume cairan: Amati haluaran urine, periksa adanya edema, adanya tanda dini

syok kardiogenik merupakan hipotensi dengan oliguria

h. Pemeriksaan penunjang

1) Angiography coroner

2) Echocardiogram

3) EKG

4) Hasil Laboratorium : DL, CKMB, FH, Mioglobin, CK, LDH, Bun,SC, Na, K, Lipid

profil.

Diagnosa Keperawatan
 Ansietas
 Nyeri akut
 Pola napas tidak efektif
 Intoleransi aktivitas
 Penurunan curah jantung

Rencana Keperawatan

 Ansietas
SLKI : Tingkat Ansietas
- Verbalisasi kebingungan Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
dihadapi menurun skala 5.
- Perilaku gelisah Perilaku tegang menurun skala 5.
- Keluhan pusing menurun skala 5.
- Anoreksia menurun skala 5
- Palpitasi menurun skala 5
- Frekuensi pemapasan menurun skala 5
- Frekuensi nadi menurun skala 5
- Tekanan darah menurun skala 5
- Diaforesis menurun skala 5
- Tremor menurun skala 5
- Pucat menurun skala 5
- Konsentrasi membaik skala 5
- Pola tidur membaik skala 5
- Perasaan keberdayaan membaik skala 5
- Kontak mata Pola berkemih membaik skala 5
- Orientasi membaik skala 5
 Nyeri akut
SLKI: Tingkat Nyeri
- Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat skala 5
- Keluhan Nyeri menurun skala 5
- Meringis menurun skala 5
- Sikap protektif menurun skala 5
- Gelisah menurun skala 5
- Kesulitan tidur menurun skala 5
- Menarik diri menurun skala 5
- Berfokus pada diri sendiri menurun skala 5
- Diaforesis menurun skala 5
- Perasaan depresi (tertekan) menurun skala 5
- Perasaan takut mengalami cedera berulang Anoreksia menurun
skala 5
- Perineum terasa tertekan menurun skala 5
- Uterus teraba membulat menurun skala 5
- Ketegangan otot menurun skala 5
- Pupil dilatasi menurun skala 5
- Muntah menurun skala 5
- Mual menurun skala 5
- Frekuensi nadi membaik skala 5
- Pola napas membaik skala 5
- Tekanan darah membaik skala 5
- Proses berpikir membaik skala 5
- Fokus membaik skala 5
- Fungsi berkemih membaik skala 5
- Perilaku membaik skala 5
- Nafsu makan Pola tidur membaik skala 5
 Pola napas tidak efektif
SLKI: Pola Napas
- Ventilasi semenit meningkat skala 5
- Kapasitas vital Diameter thoraks anterior posterior meningkat skala
5
- Tekanan ekspirasi Tekanan inspirasi meningkat skala 5
- Dispnea menurun skala 5
- Penggunaan otot bantu napas Pemanjangan fase ekspirasi menurun
skala 5
- Ortopnea menurun skala 5
- Pernapasan pursed-tip Pemapasan cuping hidung menurun skala 5
- Frekuensi napas membaik skala 5
- Kedalaman napas membaik skala 5
- Ekskursi dada membaik skala 5
 Intoleransi aktivitas
SLKI: Toleransi Aktivitas
- Frekuensi nadi meningkat skala 5
- Saturasi oksigen meningkat skala 5
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehan-hari meningkat skala
5
- Kecepatan berjalan Jarak berjalan meningkat skala 5
- Kekuatan tubuh bagian atas meningkat skala 5
- Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat skala 5
- Toleransi dalam menaiki tangga meningkat skala 5
- Keluhan lelah menurun skala 5
- Dispnea saat aktivitas menurun skala 5
- Dispnea setelah aktivitas Perasaan lemah menurun skala 5
- Aritmia saat aktivitas menurun skala 5
- Aritmia setelah aktivitas menurun skala 5
- Sianosis menurun skala 5
- Warna kulit membaik skala 5
- Tekanan darah membaik skala 5
- Frekuensi napas membaik skala 5
- EKG Iskemia membaik skala 5

 Penurunan curah jantung


SLKI: Curah Jantung
- Kekuatan nadi perifer meningkat skala 5
- Ejection fraction (EF) Cardiec todex (CI) meningkat skala 5
- Left ventricular stroke work meningkat skala 5
- index (LVSWI) meningkat skala 5
- Stroke volume index (SVI) meningkat skala 5
- Palpitasi menurun skala 5
- Bradikardia menurun skala 5
- Takikardla menurun skala 5
- Gambaran EKG aritmia menurun skala 5
- Lelah menurun skala 5
- Edema menurun skala 5
- Distensi vena Jugularis menurun skala 5
- Dispnea menurun skala 5
- Oligurla menurun skala 5
- Pucat/sianosis menurun skala 5
- Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) menurun skala 5
- Ortopnea menurun skala 5
- Batuk menurun skala 5
- Suara jantung S3 Suara jantung S4 menurun skala 5
- Murmur jantung menurun skala 5
- Berat badan menurun skala 5
- Hepatomegali menurun skala 5
- Pulmonary vascular resistance (PVR) menurun skala 5
- Systernic vascular resitance menurun skala 5
- Tekanan darah membaik skala 5
- Capillary refill time (CRT) membaik skala 5
- Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) membaik skala 5
- Central venous pressure membaik skala 5
INTERVENSI KEPERAWATAN:

 Ansietas
SIKI: Readuksi Ansietas
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis kondisi, waktu,
stresor)
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan Monitor tanda-tanda
ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh
perhatian Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan umelakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan Latih
penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi Kolaborasi
Kolaborasi
- pemberian obat antiansietas, jika perlu

 Nyeri Akut
SIKI: Manajemen Nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri -Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri Identifikasi pengetahuan dan
keyaninan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi. terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
- Fasilitasi Istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyen dalam pemilihan strategi
meredakan Nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyer Jelaskan strategi
meredakan Nyeri
- Anjurkan memonitor nyen secara mandiri Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
 Pola Nafas Tidak Efektif
SIKI: Manajemen Jalan Nafas
Observasi
- Monitor pola napas (rekuensi kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurging meng, wheezing
ronkhi kering) Monitor sputum (jumlah, wama, aroma)
Terapeutk
- Pertahankan kepalenan jalan napas dengan head-tif dan chin-at jaw
thrust ka curiga trauma servikal)
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotraqueal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGil
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 mihan, jika tidak kontraindikasi -
Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik jika
perlu

 Intoleransi Aktivitas
SIKI: Terapi Aktivitas
Observasi
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang
Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami
Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang
aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social
- Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi sesuai.
- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari Berikan penguatan
positif atas partisipasi dalam aktivitas.
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi
dan kesehatan.
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai.
- Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas.
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan
memonitor progra aktivitas, jika sesuai Rujuk pada pusat atau
program aktivitas komunitas, jika perlu.
 Penurunan Curah Jantung
SIKI: Perawatan Jantung
Observasi
- identifikasi tanda gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP)
- Identifikasi tanda gejala sekunder penurunan curah jantung
(meliputi peningkatan berat badan hepatomegali, distensi vena
jugulans, palpitasi, ronkhi basah , oliguria batuk, kulit pucat)
- Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika
perlu) Monitor intake dan output cairan
- Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Monitor saturasi oksigen Monitor keluhan nyeri dada (mis,
intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitas yang mengurangi nyeri)
Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor aritmla (kelainan irama dan frekuensi) Monitor nilai
laboratorium jantung (mis elektrolit, enzim jantung BNP NT pro-
BNP)
- Monitor fungsi alat pacu jantung Penksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas Perksa tekanan darah
dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis, beta blocker, ACE
inhibitor, calelum channel blocker, digoksin)
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman Berikan diet jantung yang sesuai (mis batasi
asupan kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
- Berkan dukungan emosional dan spiritual
BAB IV
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. Pengkajian
I. BIODATA

Nama : Ny. S

Umur :53

Agama : Islam

Alamat : Diwek Jombang

Pendidikan :SD

Pekerjaan : IRT

Tanggal MRS : 05 Juli 2023

Diagnosa Medis : CAD

Tanggal Pengkajian :05 Juli 2023

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengeluh nyeri dada sebelah kiri

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Klien mengeluh nyeri dada hilang timbul seperti ditusuk-tusuk timbul sebelah

melakukan aktivitas sedang seperti menyapu, memasak dan hilng setelah

istirahat. Nyeri dada timbul ± 5 menit dalam 1 hari, lokasi nyeri dada sebelah

kiri.

P:saat melakukan aktivitas sedang

Q:hilang timbul

R:menjalar ke punggung seperti di tusuk-tusuk


S:saat nyeri timbul skala nyeri 4

T: ± 5 menit dalam 1 hari

A: saat nyeri disertai sesak, karena dada semakin sakit untuk menarik napas.

IV. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU

Hipertensi

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Dalam keluarga px ada riwayat penyakit hipertensi yang diturunkan oleh ibu

px.

VI. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

1. Pola Tidur/Istirahat:

Tidur siang 2 jam sehari

Sulit tidur saat malam hari

2. Pola Eliminasi:

BAK 4x sehari

BAB 1x sehari

3. Pola Makan/Minum:

Makan 2-3x sehari

Minum 2 liter perhari

Tidak ada penurunan nafsu makan

4. Pola Kebersihan Diri :

Mandi 2-3x sehari

5. Pola Kegiatan/Kebiasaan lain:

Jalan-jalan pagi/sore

6. Pola Hubungan Peran (Konsep Diri):


Klien mengatakan sakit yang dialami karena pola hidup yang tidak sehat,

klien mengatakan keluarga adalah sumber kekuatan

7. Pola Seksual:

Status pasien: kawin

Hubungan dengan pasangan baik, pasien mengatakan mendapat kan

perhatian

8. Pola penanggulanagan stress:

Klien mengatakan bila sedih/gembira akan menceritakan pada suami, klien

mengatakan bila marah px pergi meninggalkan penyebab

kemarahannya/meminta waktu untuk sendiri.

VII. DATA PSIKOSOSIAL

Klien mengatakan memiliki teman-teman yaotu tetangga-tetangganya.

Klien mengatakan percaya kepada suaminya.

VIII. DATA SPIRITUAL

Pasien mengatakan beragama islam, pasien melaksanakan sholat 5 waktu

terkadang di masjid dekat rumah atau di rumah.

IX. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Tanda-tanda Vital

TD:170/90

N: 80x/menit

Rr:29x/menit

S:36,5

B. Pemeriksaan Kepala dan Leher

Kepala berbentuk bulat.

Rambut terdapat uban.


Persebaran rambut merata.

C. Mata

Mata simetris, tidak ada sekret, sklera tidak ikterik, konjuntiva tidak

anemis, tidak memakai kacamata

D. Hidung

Tidak ada sekret, tidak ada napas cuping hidung, tidak terpasang oksigen.

E. Telinga

Telinga simetris, tidak ada serum, menggunakan alat bantu pendengaran.

F. Mulut

Tidak mengalami gangguan pada mulut

G. Integumen

Turgor kulit kering, tidak ada integritas, warna kulit sawo matang

H. Thorak/Dada

Jantung

Inspeksi : tidak terlihat ictuscordis

Palpasi : teraba denyut jantung

Perkusi : Pekak

Auskultasi : terdengar suara reguler lup dup

Paru-Paru

Inspeksi : Perngembangan simetris

Palpasi : tidak ada odem

Perkusi : sonor

Auskultasi : terdengar vesikuler

I. Abdomen

Inspeksi : Bentuk datar

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


Perkusi : Suara timpani

Auskultasi : Terdengar BU 9x

J. Kelamin dan Daerah Sekitarnya

Tidak terpasang kateter

K. Muskuloskeletal

Tidak ada kelemahan ekstermitas

L. Neurologi

Tidak ada kesemutan atau kebas

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG terdapat T inversi pada v1 v2 v3 v4

XI. PENATALAKSANAAN/TERAPI

Pemberian obat

Lisinopril 10 mg 1x sehari

Bisoprolol 10mg 1x sehari

Nitrokaf 2,5mg 3x sehari

ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI PROBLEM


O
1 Ds : Faktor resiko Gangguan rasa
- Klien ↓ nyaman nyeri
mengatakan Endapan lipoprotan di tunika
nyeri dada intima
sebelah kiri ↓
Cidera endotel
Do : ↓
- Klien nampak Invasi dan akumulasi dari
Kesakitan lipid

Flaque rebrosa

Lesi komplikata

Aterosklerosis

Penyempitan/obtruksi arteri
koroner

Penurunan suplai darah ke
miokard

Iskemia

Metabolisme anaerob↑

Asam laktat↑

Nyeri dada

Nyeri

2 Penurunan
Ds : Faktor resiko curah jantung
- Klien mengeluh ↓
lemah Endapan lipoprotan di tunika
intima
Do : ↓
- TD : 115/67 Cidera endotel
mmHg ↓
- Kulit dingin Invasi dan akumulasi dari
lipid

Flaque rebrosa

Lesi komplikata

Aterosklerosis

Penyempitan/obtruksi arteri
koroner

Penurunan suplai darah ke
miokard

Ketidak seimbangan
kebutuhan dengan suplai
oksigen

Iskemia

Penurunan kontraksilitas

Penurunan curah jantung
No Diagnosa Rencana Intervensi

1 Nyeri Akut SLKI: Tingkat Nyeri SIKI: Manajemen Nyeri

- Keluhan nyeri menurun skala 5 Observasi


- Gelisah menurun skala 5
- Identifikasi lokasi,
- Kesulitan tidur menurun skala 5
karakteristik, durasi,
- Perasaan takut mengalami cedera
frekuensi, kualitas,
berulang menurun skala 5
intensitas nyeri.
- Frekuensi nadi membaik sala 5
- Identifikasi skala
- Pola tidur membaik skala 5
nyeri
- Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri terhadap
kualitas hidup
- Monitor efek samping
penggunaan analgetic

Terapeutik

- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
Terapi music, aroma
terapi, kompres
hangat atau dingin)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
tidur

Edukasi

- Jelaskan penyebab
periode pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
menggunakan
analgetic secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetic.

2 Penurunan SLKI: Perfusi Miokard SIKI: Perawatan Jantung


Curah
- Nyeri dada menurun skala 5 Observasi
Jantung
- Tekanan darah membaik skala 5
- Identifikasi tanda
- Cardiac index (ci) membaik skala
gejala primer
5
penurunan curah
jantung, meliputi
dispnea kelelahan,
peningkatan cvp
- Identifikasi tanda
gejala sekunder
penurunan curah
jantung meliputi
peningkatan berat
badan, hepatomegaly,
distensi vena
jigularis, palpitasi,
batuk, kulit pucat
- Monitor tekanan
darah
- Monitor intake dan
output cairan
- Monitor keluhan
nyeri dada
- Monitor EKG 12
sadapan setiap kontrol
- Monitor aritmia
- Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas

Terapeutik

- Berikan diet jantung


yang sesuai
(mis.batasi asupam
kafein, natrium,
kolesterol, dan
makanan tinggi
lemak)

Edukasi

- Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan aktivitas
fisik secara bertahap
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan outpun
cairan harian

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
anti aritmia

3 Intoleransi SLKI : Toleransi Aktivitas SIKI: Manajemen Energi


Aktivitas
- Kemudahan melakukan aktivitas Observasi
sehari-hari meningkat skala 5
- Identifikasi gangguan
- Kecepatan berjalan meningkat
fungsi tubuh yang
skala 5
mengakibatkan
- Jarak berjaloan meningkat skala 5
kelelahan
- Keluhan Lelah menurun skala 5
- Monitor kelelahan
- Dispnea saat beraktivitas
fisik dan emosional
menurun skala 5
- Monitor pola dan jam
- Perasaan lemah menurun skala 5
tidur
- Aritmia saat beraktivitas
- Monitor lokasi dan
menurun skala 5
ketidaknyamanan
- Tekanan darah membaik skala 5
selama melakukan
aktivitas

Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
- Lakukann Latihan
rentan gerak pasif dan
aktif
- Berikan aktivitas
yang menenagkan

Edukasi

- Anjurkan tirah baring


- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Hari/ Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf
Tang
gal

05/07 Nyeri Akut - Identifikasi lokasi, S: Pasien


/2023 karakteristik, durasi, mengatakan
frekuensi, kualitas, nyeri tidak
intensitas nyeri. timbul pada
- Identifikasi skala nyeri saat
- Identifikasi faktor yang Implementasi
memperberat dan
O: KU Cukup
memperingan nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri TD: 170/90
terhadap kualitas hidup
N: 88
- Monitor efek samping
penggunaan analgetic Rr: 24
- Berikan teknik
A: Nyeri Akut
nonfarmakologis untuk
diidentifikasi
mengurangi rasa nyeri
kembali saat
(mis. Terapi music, aroma
kontrol 1
terapi, kompres hangat atau
bulan kedepan
dingin)
- Kontrol lingkungan yang P: Kolaborasi
memperberat rasa nyeri pemberian
- Fasilitasi istirahat tidur analgetik
- Jelaskan penyebab periode
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan
analgetic secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- pemberian analgetic.

Penurunan SIKI: Perawatan Jantung S: Pasien


Curah mengatakan
Observasi
Jantung tidak cemas

- Identifikasi tanda gejala saat dilakukan

primer penurunan curah Implementasi

jantung, meliputi dispnea


O: KU Cukup
kelelahan, peningkatan cvp
- Identifikasi tanda gejala TD: 170/90
sekunder penurunan curah
N: 88
jantung meliputi
peningkatan berat badan, Rr: 24
hepatomegaly, distensi
A: Penurunan
vena jigularis, palpitasi,
Curah Jantung
batuk, kulit pucat
diidentifikasi
- Monitor tekanan darah
kembali saat
- Monitor intake dan output
kontrol 1
cairan
bulan kedepan
- Monitor keluhan nyeri dada
- Monitor EKG 12 sadapan P: Kolaborasi
setiap kontrol dengan dokter
- Monitor aritmia
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas

Terapeutik

- Berikan diet jantung yang


sesuai (mis.batasi asupam
kafein, natrium, kolesterol,
dan makanan tinggi lemak)

Edukasi

- Anjurkan beraktivitas fisik


sesuai toleransi
- Anjurkan aktivitas fisik
secara bertahap
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan harian
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan outpun cairan harian

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian anti


aritmia
3 Intoleransi Observasi S: Pasien
Aktivitas mengatakan
- Identifikasi gangguan
tidak Lelah,
fungsi tubuh yang
saat dilakukan
mengakibatkan kelelahan
Implementasi
- Monitor kelelahan fisik dan
emosional O: KU Cukup
- Monitor pola dan jam tidur
TD: 170/90
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama N: 88
melakukan aktivitas
Rr: 24
Terapeutik
A: Intoleransi
- Sediakan lingkungan Aktivitas
nyaman dan rendah diidentifikasi
stimulus kembali saat
- Lakukann Latihan rentan kontrol 1
gerak pasif dan aktif bulan kedepan
- Berikan aktivitas yang
P: Kolaborasi
menenagkan
dengan dokter
Edukasi

- Anjurkan tirah baring


- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jantung koroner merupakan penyakit yang berbahaya dan juga cukup


banyak penderitanya. Jantung koroner merupakan penyakit yang menyebabkan
kematian tertinggi baik di dunia maupun di Indonesia. Jantung koroner terjadi
ketika aliran darah yang membawa oksiegen ke jantung terhenti yang disebabkan
oleh adanya penyumbatan pada pembuluh darah. Jantung koroner menyerang
pasien dalam jangka waktu yang sangat cepat. Apabila pasien tidak diberikan
pertolongan yang tepat dan cepat, maka dapat dipastikan tidak akan tertolong.
Keluhan yang dirasakan oleh penderita sangat beragam. Akan tetapi, mayoritas
pasien mengeluhkan rasa nyeri yang hebat di dada. Oleh karena itu, harus
dilakukan manajemen rasa nyeri dan pasien juga harus diberitahukan tentang tata
laksana mengenai perawatan rasa nyeri. Selain itu, pasien juga harus melakukan
beberapa pengasuhan keperawatan yang bertujuan untuk menjaga kondisi tubuh
dan memperbaiki kesehatan jantung.

B. Saran

Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan


hubungan yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai pengetahuan,
keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa angina
pectoris. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep
manusia secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Amsterdam EA, Wenger NK, Brindis RG, Casey DE, Ganiats TG, Holmes DR, et al. 2014
AHA/ACC guideline for the management of patients with non-st-elevation acute
coronary syndromes: A report of the American college of cardiology/American heart
association task force on practice guidelines. Vol. 130, Circulation. 2014. 344-426.

Brunner & Suddarth. 2014. Textbook Of Medical-Surgical Nursing Ed 13. China : Lisa
McAllister

Gloria a M. Bulecheck, Howard K. Butcher, Joanne M.Dochterman, Cherryl M. Wa 1995,


Nursing Intervention Classification. Edited by Elsevier

Mandagi IV, Sudirman S, Yani A. Penyakit Jantung Koroner. 2019;

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Panduan Praktik Klinis (PPK)


dan Clinical Pathway (CP) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. 2016. 261-5.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Departemen Kesehatan (Depkes), Pemerintah


Republik Indonesia 1985, Perumahan Sehat, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Roffi M, Patrono C, Collet J-P, Mueller C, Valgimigli M, Andreotti F, et al. 2015 ESC
Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting
without persistent ST-segment elevation. Europe Heart Journal. 2016;37(3):267–315.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai