Askep Cad Kel6
Askep Cad Kel6
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah
Disusun oleh :
JOMBANG 2023
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan……………………………………………………………….
BAB II
2.1 Definisi……………………………………………………………...
2.2 Etiologi……………………………………………………………….
2.7 Penatalaksanaan………………………………………………………
2.3 Patofisiologi………………………………………………………….
BAB III
3.1 Pengkajian………………………………………………………………...
3.4 Intervensi......................................................................................................
3.5 Implementasi.......................................................................................................
3.6 Evaluasi...............................................................................................................
BAB V PENUTUP.......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung koronari disebut sebagai penyakit pembunuh nomor satu di dunia,
dan dianggap musuh nomor satu dalam kehidupan yang paling ditakuti. Selain itu, juga
menduduki tempat teratas, Penyakit jantung bukan lagi menjadi penyakit jantung bukan
pembunuh misteri Pada kolesterol yang tinggi, diabetes, hipertensi,kegemukan, merokok,
kurang melakukan olahraga, dan proses penuaan adalah antara faktor penyumbang kepada
penyakit ini. Isu-isu yang dikaitkan dengan penyakit ini lebih banyak berkisar kepada
aspek pencegahan yang termasuk gaya hidup sehat, makanan yang seimbang, olahraga
dan sebagainya. Namun,statistik kematian mengenai penyakit jantung tetap mencatatkan
peningkatan yang membimbangkan. (Noer, Sjaifoellah. 1996)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan penulis memilih judul tersebut adalah penulis mendapatkan pengalaman
nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
3. Tujuan Khusus
Setelah menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease maka penulis diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta solusi/
alternatif pemecahan masalah.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary
Artery Disease
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada satu kasus, yaitu “Asuhan
Keperawatan pada klien Ny. S dengan Coronary Artery Disease diruang Poli Jantung di
Rumah Sakit NU Jombang.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
B. Gejala klinis
a. Nyeri dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak
dibagian bawahsternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya
muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa
nyeri yang tajam dan berat, biasamenyebar kebahu dan lengan biasanya
lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina, nyeriini muncul secara spontan
(bukan setelah kerja berat atau gangguan emosi) danmenetap selama
beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang denganistirahat
maupunnitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan
leher.
b. Sesak napas
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung
c. Diaphoresis
pembuluh darah perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan
berkeringat.
d. Pusing
Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa
dada dan didaerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung
mana yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat
C. ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya
bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara
spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri
koroner adalah:
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit
jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita
serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).
4. Diabetes.
5. Merokok.
7. Kegemukan (obesitas).
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang
rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang
terkena pneyakit jantung koroner.
9. Stress.
a. Terapi awal
Yang dimaksud dengan terapi awal adalah terapi yang diberikan pada
pasien dengan diagnosis kerja kemungkinan CAD atau CAD atas dasar
1. Tirah baring.
arteri.
clopidogrel
darurat. jika nyeri dada tidak hilang dengan satu kali pemberian,
NTG sublingual.
dilatasi arteri.
d. Antikoagulan
miokard yang disertai gangguan fungsi sistolik jantung, dengan atau tanpa
suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
sumber informasi, nama keluarga dekat yang biasa dihubungi, status, alamat, no.telepon,
b. Status kesehatan saat ini Keluhan utama: nyeri dada, perasaan sulit bernapas, dan
pingsan
batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu
pasien. 35
d. Riwayat kesehatan terdahulu Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada,
darah tinggi, DM, dan hiperlipidemia.Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh
klien pada masa lalu yang masih relevan.Catat adanya efek samping yang terjadi di masa
lalu. Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul.
e. Riwayat keluarga Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila
ada anggota keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya. Penyakit jantung
iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko utama
2) Pola nutrisi Gejala: mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu
3) Pola Eleminasi Gejala susah buang air besar, produksi kencing sedikit, kencing
4) Aktivitas dan istirahat Gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, riwayat
pola hidup menetap, jadual olahraga tak teratur. Tanda: takikardia, dispnea pada
istirahat/kerja.
ajal sudah dekat, marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’, khawatir
kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, dan fokus pada diri
sendiri/nyeri Gejala: stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga) dan kesulitan
koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi) Tanda: kesulitan istirahat
dengan tenang, respon emosi meningkat, dan menarik diri dari keluarga. Cara
dianut.
g. Pengkajian fisik Pengkajian fisik untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup
hal-hal berikut:
1) Tingkat kesadaran
5) Tekanan darah: Diukur untuk menentukan respons nyeri dan pengobatan, perhatian
tekanan nadi, yang mungkin akan menyempit setelah serangan miokard infark,
8) Paru-paru: Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur terhadap tanda-tanda gagal
10) Status volume cairan: Amati haluaran urine, periksa adanya edema, adanya tanda dini
h. Pemeriksaan penunjang
1) Angiography coroner
2) Echocardiogram
3) EKG
4) Hasil Laboratorium : DL, CKMB, FH, Mioglobin, CK, LDH, Bun,SC, Na, K, Lipid
profil.
Diagnosa Keperawatan
Ansietas
Nyeri akut
Pola napas tidak efektif
Intoleransi aktivitas
Penurunan curah jantung
Rencana Keperawatan
Ansietas
SLKI : Tingkat Ansietas
- Verbalisasi kebingungan Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
dihadapi menurun skala 5.
- Perilaku gelisah Perilaku tegang menurun skala 5.
- Keluhan pusing menurun skala 5.
- Anoreksia menurun skala 5
- Palpitasi menurun skala 5
- Frekuensi pemapasan menurun skala 5
- Frekuensi nadi menurun skala 5
- Tekanan darah menurun skala 5
- Diaforesis menurun skala 5
- Tremor menurun skala 5
- Pucat menurun skala 5
- Konsentrasi membaik skala 5
- Pola tidur membaik skala 5
- Perasaan keberdayaan membaik skala 5
- Kontak mata Pola berkemih membaik skala 5
- Orientasi membaik skala 5
Nyeri akut
SLKI: Tingkat Nyeri
- Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat skala 5
- Keluhan Nyeri menurun skala 5
- Meringis menurun skala 5
- Sikap protektif menurun skala 5
- Gelisah menurun skala 5
- Kesulitan tidur menurun skala 5
- Menarik diri menurun skala 5
- Berfokus pada diri sendiri menurun skala 5
- Diaforesis menurun skala 5
- Perasaan depresi (tertekan) menurun skala 5
- Perasaan takut mengalami cedera berulang Anoreksia menurun
skala 5
- Perineum terasa tertekan menurun skala 5
- Uterus teraba membulat menurun skala 5
- Ketegangan otot menurun skala 5
- Pupil dilatasi menurun skala 5
- Muntah menurun skala 5
- Mual menurun skala 5
- Frekuensi nadi membaik skala 5
- Pola napas membaik skala 5
- Tekanan darah membaik skala 5
- Proses berpikir membaik skala 5
- Fokus membaik skala 5
- Fungsi berkemih membaik skala 5
- Perilaku membaik skala 5
- Nafsu makan Pola tidur membaik skala 5
Pola napas tidak efektif
SLKI: Pola Napas
- Ventilasi semenit meningkat skala 5
- Kapasitas vital Diameter thoraks anterior posterior meningkat skala
5
- Tekanan ekspirasi Tekanan inspirasi meningkat skala 5
- Dispnea menurun skala 5
- Penggunaan otot bantu napas Pemanjangan fase ekspirasi menurun
skala 5
- Ortopnea menurun skala 5
- Pernapasan pursed-tip Pemapasan cuping hidung menurun skala 5
- Frekuensi napas membaik skala 5
- Kedalaman napas membaik skala 5
- Ekskursi dada membaik skala 5
Intoleransi aktivitas
SLKI: Toleransi Aktivitas
- Frekuensi nadi meningkat skala 5
- Saturasi oksigen meningkat skala 5
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehan-hari meningkat skala
5
- Kecepatan berjalan Jarak berjalan meningkat skala 5
- Kekuatan tubuh bagian atas meningkat skala 5
- Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat skala 5
- Toleransi dalam menaiki tangga meningkat skala 5
- Keluhan lelah menurun skala 5
- Dispnea saat aktivitas menurun skala 5
- Dispnea setelah aktivitas Perasaan lemah menurun skala 5
- Aritmia saat aktivitas menurun skala 5
- Aritmia setelah aktivitas menurun skala 5
- Sianosis menurun skala 5
- Warna kulit membaik skala 5
- Tekanan darah membaik skala 5
- Frekuensi napas membaik skala 5
- EKG Iskemia membaik skala 5
Ansietas
SIKI: Readuksi Ansietas
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis kondisi, waktu,
stresor)
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan Monitor tanda-tanda
ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh
perhatian Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan umelakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan Latih
penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi Kolaborasi
Kolaborasi
- pemberian obat antiansietas, jika perlu
Nyeri Akut
SIKI: Manajemen Nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri -Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri Identifikasi pengetahuan dan
keyaninan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi. terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
- Fasilitasi Istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyen dalam pemilihan strategi
meredakan Nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyer Jelaskan strategi
meredakan Nyeri
- Anjurkan memonitor nyen secara mandiri Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pola Nafas Tidak Efektif
SIKI: Manajemen Jalan Nafas
Observasi
- Monitor pola napas (rekuensi kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurging meng, wheezing
ronkhi kering) Monitor sputum (jumlah, wama, aroma)
Terapeutk
- Pertahankan kepalenan jalan napas dengan head-tif dan chin-at jaw
thrust ka curiga trauma servikal)
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotraqueal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGil
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 mihan, jika tidak kontraindikasi -
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik jika
perlu
Intoleransi Aktivitas
SIKI: Terapi Aktivitas
Observasi
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang
Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami
Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang
aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social
- Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi sesuai.
- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari Berikan penguatan
positif atas partisipasi dalam aktivitas.
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi
dan kesehatan.
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai.
- Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas.
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan
memonitor progra aktivitas, jika sesuai Rujuk pada pusat atau
program aktivitas komunitas, jika perlu.
Penurunan Curah Jantung
SIKI: Perawatan Jantung
Observasi
- identifikasi tanda gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP)
- Identifikasi tanda gejala sekunder penurunan curah jantung
(meliputi peningkatan berat badan hepatomegali, distensi vena
jugulans, palpitasi, ronkhi basah , oliguria batuk, kulit pucat)
- Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika
perlu) Monitor intake dan output cairan
- Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Monitor saturasi oksigen Monitor keluhan nyeri dada (mis,
intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitas yang mengurangi nyeri)
Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor aritmla (kelainan irama dan frekuensi) Monitor nilai
laboratorium jantung (mis elektrolit, enzim jantung BNP NT pro-
BNP)
- Monitor fungsi alat pacu jantung Penksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas Perksa tekanan darah
dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis, beta blocker, ACE
inhibitor, calelum channel blocker, digoksin)
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman Berikan diet jantung yang sesuai (mis batasi
asupan kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
- Berkan dukungan emosional dan spiritual
BAB IV
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. Pengkajian
I. BIODATA
Nama : Ny. S
Umur :53
Agama : Islam
Pendidikan :SD
Pekerjaan : IRT
Klien mengeluh nyeri dada hilang timbul seperti ditusuk-tusuk timbul sebelah
istirahat. Nyeri dada timbul ± 5 menit dalam 1 hari, lokasi nyeri dada sebelah
kiri.
Q:hilang timbul
A: saat nyeri disertai sesak, karena dada semakin sakit untuk menarik napas.
Hipertensi
Dalam keluarga px ada riwayat penyakit hipertensi yang diturunkan oleh ibu
px.
1. Pola Tidur/Istirahat:
2. Pola Eliminasi:
BAK 4x sehari
BAB 1x sehari
3. Pola Makan/Minum:
Jalan-jalan pagi/sore
7. Pola Seksual:
perhatian
A. Keadaan Umum
Tanda-tanda Vital
TD:170/90
N: 80x/menit
Rr:29x/menit
S:36,5
C. Mata
Mata simetris, tidak ada sekret, sklera tidak ikterik, konjuntiva tidak
D. Hidung
Tidak ada sekret, tidak ada napas cuping hidung, tidak terpasang oksigen.
E. Telinga
F. Mulut
G. Integumen
Turgor kulit kering, tidak ada integritas, warna kulit sawo matang
H. Thorak/Dada
Jantung
Perkusi : Pekak
Paru-Paru
Perkusi : sonor
I. Abdomen
Auskultasi : Terdengar BU 9x
K. Muskuloskeletal
L. Neurologi
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
XI. PENATALAKSANAAN/TERAPI
Pemberian obat
Lisinopril 10 mg 1x sehari
ANALISA DATA
2 Penurunan
Ds : Faktor resiko curah jantung
- Klien mengeluh ↓
lemah Endapan lipoprotan di tunika
intima
Do : ↓
- TD : 115/67 Cidera endotel
mmHg ↓
- Kulit dingin Invasi dan akumulasi dari
lipid
↓
Flaque rebrosa
↓
Lesi komplikata
↓
Aterosklerosis
↓
Penyempitan/obtruksi arteri
koroner
↓
Penurunan suplai darah ke
miokard
↓
Ketidak seimbangan
kebutuhan dengan suplai
oksigen
↓
Iskemia
↓
Penurunan kontraksilitas
↓
Penurunan curah jantung
No Diagnosa Rencana Intervensi
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
Terapi music, aroma
terapi, kompres
hangat atau dingin)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab
periode pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
menggunakan
analgetic secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetic.
Terapeutik
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan aktivitas
fisik secara bertahap
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan outpun
cairan harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
anti aritmia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
- Lakukann Latihan
rentan gerak pasif dan
aktif
- Berikan aktivitas
yang menenagkan
Edukasi
Kolaborasi
- pemberian analgetic.
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amsterdam EA, Wenger NK, Brindis RG, Casey DE, Ganiats TG, Holmes DR, et al. 2014
AHA/ACC guideline for the management of patients with non-st-elevation acute
coronary syndromes: A report of the American college of cardiology/American heart
association task force on practice guidelines. Vol. 130, Circulation. 2014. 344-426.
Brunner & Suddarth. 2014. Textbook Of Medical-Surgical Nursing Ed 13. China : Lisa
McAllister
Roffi M, Patrono C, Collet J-P, Mueller C, Valgimigli M, Andreotti F, et al. 2015 ESC
Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting
without persistent ST-segment elevation. Europe Heart Journal. 2016;37(3):267–315.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia